Usiaku sudah
dua puluh delapan tahun dan aku belum juga menikah. Mom mendesakku supaya aku
menikah. Tapi entahlah. Aku belum siap menikah meski usiaku hampir mencapai
tiga puluh tahun. Dua kakak perempuanku tentu saja sudah menikah. Aku belum
menceritakan pada kalian kalau aku bahagia dengan keluarga baruku. Mom tiriku
sangat menyayangiku, juga dua kakak perempuanku. Sekarang aku bekerja sebagai
teknisi komputer di salah satu perusahaan ternama di Perth.
Sebenarnya banyak pria yang
melamarku, bahkan rekan kerjaku sendiri, tapi aku tolak. Aku tidak bisa
mencintai pria manapun hanya karena masa lalu itu. Ah kenapa jadi membicarakan
masa lalu itu? Sampai sekarang aku masih belum melupakannya. Luke, aku masih
belum bisa melupakannya walau aku merasa baik-baik saja. Bagaimana kabar Luke?
Sudahkah dia menikah? Memang sih aku ditakdirkan untuk tak akan bisa
memilikinya dan aku harus menerimanya.
Sore ini, aku melepas kepenatanku
akibat setumpuk kerjaan yang membuatku lelah tepatnya di cafee yang letaknya
tidak jauh dari perusahaan tempatku kerja. Tapi kata orang aku termasuk pekerja
keras. Aku menyeruput kopi yang merupakan andalanku pada saat aku merasa lelah
atau stress akibat pekerjaanku. Anehnya cafee yang selalu ramai ini kelihatan
sepi. Hanya ada lima orang termasuk aku yang ada di cafee ini.
“Maaf, apakah Anda Aleisha?” Tanya
seseorang.
Aku mengangkat wajahku. Alangkah
kagetnya aku saat menatap siapa sosok yang berbicara tadi. Jantungku
berdebar-debar. Aku tidak tau harus bagaimana. Kenapa? Kenapa aku dipertemukan
lagi dengannya?
“Kau Aleisha kan? Kau masih ingat
tidak siapa aku? Aku Luke! Aku Luke Hemmings!” Ucap lelaki itu.
Ya. Lelaki itu adalah Luke Hemmings
dan aku sudah tanda dengannya. Luke benar-benar berubah tetapi dia tetap
tampan. Aku jadi ingat masa-masa dimana saat aku masih bersahabat dengan Luke.
Masa-masa yang sangat indah. Luke memutuskan untuk duduk di depanku. Mendadak
aku malu. Tuhan.. Jika saja.. Jika saja aku berjodoh dengannya…
“Luk, I can’t belive that we can meet again! I miss you so bad!” Ucapku.
Luke tersenyum dan lesung pipitnya
itu tidak berubah. “Tidak mungkin kau merindukanku padahal saat itu kau tega
meninggalkanku.” Ucap Luke.
Aku tersenyum malu sekaligus
menimbulkan rasa sesak di dadaku. “Maafkan aku. Sebenarnya waktu itu aku tidak
ingin meninggalkan Sydney. Aku.. Aku sudah lama menunggumu.. Aku..” Ucapku
ragu.
Baru saja aku mengatakan kalau ‘aku
masih mencintaimu dan mengharapkanmu’ seorang bocah kecil datang ke arah Luke
lalu Luke langsung memangku bocah itu. Demi Tuhan! Bocah itu sangat
menggemaskan dan wajahnya mirip dengan….
“ALEISHA!”
Jantungku berdetak tak karuan saat
mendengar suara itu. Seorang wanita yang wajahnya sudah tidak asing lagi.
Astaga! Bukankah dia…
“Aku Cassa! Kau Leish kan? Ya Tuhan
aku tak menyangka bisa bertemu denganmu disini.” Ucap Cassa.
Cassa memelukku. Sepertinya dia
sangat bahagia bertemu denganku. Aku pun bahagia bertemu dengannya. Setelah itu
Cassa melirik ke Luke, juga bocah tadi. Perasaanku menjadi tidak enak.
“Ini Jimmy. Dia adalah putra
pertamaku.” Ucap Cassa.
Aku menatap Jimmy yang tampak malu
melihatku. Tapi kenapa Jimmy berada di pangkuan Luke sambil bergulat manja di
lengan Luke? Jangan-jangan….
“Kami memutuskan untuk menikah lima
tahun yang lalu. Aku juga tidak tau kenapa aku bisa jatuh cinta dengan Cassa.
Tapi Cassa adalah Ibu yang hebat bagi Jimmy. Sekarang Cassa sedang hamil tiga
bulan. Doakan supaya anak kami perempuan.” Jelas Luke dengan santai.
Tidak tau apa yang aku rasakan. J..
Jadi Luke sudah menikah? Dengan Cassa? Sebisa mungkin aku tersenyum. Mereka
adalah keluarga yang bahagia. Sedangkan aku… Jadi selama ini… Bukankah tadi aku
hendak mengatakan kalau aku masih mencintai Luke dan mengharapkannya? Dan Luke
sudah menikah dengan Cassa bahkan sudah punya anak? Aku berusaha menyembunyikan
wajah sedihku serta menahan sesak di dadaku.
“Bagaimana dengan dirimu? Kau pasti
sudah punya anak kan?” Tanya Cassa.
Aku memaksakan diri untuk tersenyum.
“Tidak. Tapi sebentar lagi aku akan menikah.” Bohongku.
Menikah? Aku menertawai diriku
sendiri. Hahahaha.. Untuk apa kau mempertahankan perasaan itu? Untuk apa?
Bukankah kau sudah tau kalau kau tak akan bisa memiliki Luke? Aku ingin
menangis. Tapi alangkah jahatnya aku jika menangis dihadapan mereka.
“Kami pergi dulu ya. Aku dan Cassa
tinggal di Sydney. Ini kartu namaku jadi kau bisa menghubungiku kapanpun kau
mau.” Ucap Luke.
Aku menerima kartu nama itu dengan
tangan yang bergemetar.
“Ingat ya Leish kalau kau menikah
jangan lupa undang kami.” Ucap Cassa.
Mereka pergi dan kini aku sendirian.
Perasaan yang nyaris aku lupakan itu kembali hadir saat aku bertemu dengan
Luke. Tapi kenapa? Kenapa aku harus bertemu lagi dengan Luke jika itu hanya
bisa membuatku sakit?
KENAPA AKU HARUS BERTEMU LUKE JIKA
ITU HANYA BISA MEMBUATKU SAKIT?
***
THE END!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar