expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Jumat, 18 Maret 2016

Summer 2015: ( 26 ) Australia



            You never listen to me I know I’m better off alone

            Everybody know it’s true we all see through you

            No it won’t be hard to do throw away my stuff from you


            And I’ll wait for her to come she won’t break my heart

            Cause I know she’ll be from Australia

            She’s so beautiful, She’s my dream girl..”

***

            Kuliah hari ini cukup sampai disini. Aku merapikan buku-ku dan kumasukkan ke dalam tasku. Aku benar-benar bahagia saat ini. Entahlah apa yang membuatku bahagia. Sudah satu tahun aku kuliah dan rasanya amat menyenangkan. Aku mengambil jurusan Desain Grafis di University of Sydney. Hei.. Hei! Aku lupa menceritakan kalau Farah Sarasvati Waston setelah lulus SMA memutuskan untuk kuliah dan menetap di negeri kanguru itu, yaitu Australia. Mom dan Dad mendukung keputusanku walau mereka tetap tinggal di Indonesia. Tak apa. Masih banyak saudara-saudaraku yang tinggal di Sydney.

            Sekarang usiaku sembilan belas tahun dan beberapa bulan ke depannya menjadi dua puluh tahun. Mom dan Dad berjanji akan datang ke Sydney untuk merayakan ulang tahunku yang ke-20 tahun. Tapi bertambahnya umur, aku tidak merasakan perubahan apapun. Aku tetaplah Farah yang sikapnya seperti anak-anak. Namun hidup harus kita jalani dan kita tidak usah khawatir akan pertambahan usia.

            Aku memiliki dua sahabat yaitu Alison dan Joe. Kami sama-sama mengambil jurusan Desain Grafis. Entah bagaimana awalnya aku tertarik mengambil jurusan itu karena aku suka dengan seni. Setelah merapikan tas, Alison melambaikan tangan. Aku pun cepat-cepat keluar menemuinya lalu merangkulnya. Jarak antara rumah kami tidak jauh. Aku bisa berjalan kaki menuju rumah Alison. Rumah Joe baru jauh.

            “Umurmu sudah hampir dua puluh tahun dan kau masih belum punya pacar. Ngomong-ngomong, Andy tertarik tuh sama kamu.” Ucap Alison.

            Pipiku memerah mendengar ucapan Alison. Andy adalah kakak angkatanku dan dia sangat baik padaku. Mom sudah jatuh cinta pada Andy dan suka menjodoh-jodohkanku dengan Andy. Tapi sungguh, aku tidak jatuh cinta pada Andy. Aku hanya menyukainya sebagai teman. Entahlah mengapa sampai saat ini aku masih sendirian. Aku cukup takut dengan cinta dan tidak berani jatuh cinta. Kejadian kurang lebih dua tahun lalu yang membuatku takut menghadapi cinta dan hampir membuatku gila. Tapi aku sudah melupakan semuanya dan menjadi Farah yang ceria.

            Aku ingat saat tiba di Indonesia, aku langsung memeluk Mom, lalu Dad dan Rachel. Rachel amat merindukanku walau dia cukup nakal dan suka membuatku kesal. Perasaanku yang pada dasarnya masih sakit lama-kelamaan menjadi baik. Aku tidak menceritakan tentang “dia” pada Mom dan keadaanku yang sudah tidak perawan lagi. Biarlah itu menjadi rahasia-ku dan saat aku nikah nanti, aku baru membuka aib-ku dan yah, aku tak mau memikirkan itu. Zaman sekarang hanya sedikit cewek yang masih perawan.

            Di dekat cafee yang tak jauh dari kampus-ku, aku sengaja memasuki cafee itu sedangkan Alison dan Joe langsung pulang karena mereka kelelahan. Aku datang kesini hanya menumpang wifi gratis karena aku sedang membutuhkan sesuatu yang hanya bisa di cari di internet. Saat aku duduk di kursi cafee, pandanganku tak sengaja ku arahkan ke sebuah meja paling ujung tepat dimana seorang cowok berkaus hitam polos yang sedang bermain handphone. Aku mengerutkan keningku. Apa aku salah lihat? Tapi dia sangat mirip dengan..

            Tiba-tiba saja cowok itu menatapku. Jantungku berdebar-debar. Matanya sangat aku kenali dan mampu membuatku meleleh. Sepertinya cowok itu tampak kaget menatapku. Apa aku aneh? Lalu cowok itu mendatangiku. Perasaanku menjadi tidak enak. Aku takut, sungguh.

            “Farah?” Tanya cowok itu.

            Aku menatapnya. Pandangan kami bertemu. Mata birunya masih seindah dengan mata birunya yang terakhir aku lihat. Dia tersenyum. Senyuman-nya tidak berubah, bahkan aku bisa menemukan lesung pipi di pipi kanannya. Apakah dia? Mengapa dia bisa ada disini? Apa yang dia lakukan disini? Mengapa Luke ada disini?

            “Kau Farah kan?” Tanya cowok itu sekali lagi.

            Aku mengangguk pelan, mencoba menenangkan detakan jantungku yang nakal. Jadi Luke masih mengingatku. Ku kira dia sudah melupakanku. Semua memori yang sudah aku hapus hadir lagi. Semua kisah kami selama musim panas di London terulang kembali di otakku. Tentang kejadian mengerikan, tentang dia yang mengatakan bahwa dia mencintaiku, dan tentang dia yang tega sekali meninggalkanku tanpa sebab. Luke duduk di depanku dan rasanya tak sanggup menatap wajahnya yang dulu sangat aku puja mati-matian. Luke. Dia tetap sama dan tidak berubah. Tapi penampilannya jauh lebih dewasa dibanding penampilannya yang dulu. Perasaan cinta yang sudah lama aku hapus datang kembali. Tidak. Aku tidak boleh jatuh cinta lagi padanya.

            “Aku tak menyangka bisa bertemu disini. Apa yang kau lakukan disini?” Tanya Luke.

            Aku menatapnya heran. Seharusnya aku yang menanyakan hal itu padanya. “Kau juga, untuk apa kau kemari?” Tanyaku.

            Luke tersenyum dan menahan tawanya. Astaga aku geregetan sekali. Ingin rasanya aku memeluk Luke mengingat dulu Luke sering memeluk dan menciumku dengan mesra. Tak ku sangka Tuhan mempertemukan kami lagi. Aku jadi ingat. Akhir dari kisah hidupku sangat menyedihkan dan inilah sekuel-nya. Aku dipertemukan kembali dengan Luke dan berharap akan terjadi suatu keajaiban.

            “Luke, aku kuliah disini. Sudah satu tahun aku kuliah di Sydney.” Jawabku.

            Luke melebarkan matanya. “Yang benar saja! Kenapa aku tak pernah melihatmu?” Tanyanya.

            Jujur saja aku tak mengerti dengan apa yang Luke katakan. Jadi Luke sering kesini? Jangan-jangan…

            “Keluargaku adalah keluarga full Australia dan aku tidak memiliki campuran apapun. Beda dengan Michael. Dia memiliki darah campuran yang beragam. Sialnya aku tak pernah memberitahumu darimana asalku dan aku hanya tau kau dari Indonesia. Tapi bukankah jarak antara Indonesia dengan Australia sangat dekat?” Ucap Luke.

            Mataku berkaca-kaca dan rasanya ingin menangis. Luke juga sama. Kami sama-sama bodoh karena tidak pernah bertanya tentang asal-usul satu sama lain. Michael juga. Ah aku sangat-sangat bodoh. Jika saja aku tau Luke adalah warga Australia, tidak mungkin Luke meninggalkanku karena aku juga ada campuran Australia meski kewarganegaraanku adalah Indonesia.

            “Luke.. Aku.. Aku tidak menyangka! Aku.. Ayahku adalah warga Australia dan Ibuku adalah warga Indonesia. Jadi..”

            Belum sempat aku melanjutkan ucapanku, Luke langsung memelukku dan aku menangis dipelukannya. Sungguh aku sangat bahagia sekali. Pelukannya sama seperti pelukan yang dulu, tapi pelukan sekarang jauh lebih hangat. Ahya, Luke semakin tinggi saja dan tubuhnya lebih berbentuk dibanding yang dulu. Aku tersenyum. Luke yang sekarang adalah Luke yang lebih tampan dan dewasa dibanding Luke yang dulu. Banyak sekali pertanyaan yang ingin aku tanyakan padanya.

            “Maafkan aku Farah. Aku sangat menyesal karena sudah meninggalkanmu. Tapi aku disini. Aku berjanji untuk selalu ada di sisimu walau aku tidak tinggal di Sydney, tapi di Canbera karena aku kuliah disana. Tapi keluargaku tetap tinggal di Sydney. Jadi apa aku harus pindah kuliah agar bisa terus ada disampingmu?” Ucap Luke.

            Aku tertawa mendengar ucapannya. Jadi apakah Luke masih mencintaiku? Oh Tuhan! Betapa indahnya hidup ini. Aku mau menjadi kekasih Luke saat itu juga. Aku mencintainya dan akan terus mencintainya. Bahkan aku ingin cepat-cepat menikah dengannya.

            Marry me.” Ucap Luke.

            Sialan Luke. Aku baru berusia sembilan belas tahun dan dia sudah berani melamarku? Yang benar saja. Aku memukul bahunya dan Luke pura-pura kesakitan. Kemudian kami tertawa bersama-sama. Luke.. Tuhan memang sudah menakdirkan kalau kau dan aku akan dipertemukan lagi, terimakasih Tuhan…

            “Kalau aku menikah denganmu, di malam pertama akan terasa membosankan karena kau sudah pernah melakukannya padaku.” Ucapku malu sambil mengingat kejadian saat dimana Luke dan aku terbawa nafsu yang sudah tidak bisa kami atasi lagi.

            “Tapi kau mau kan menjadi bidadari-ku? Ayolah. Aku tak sabar untuk menciummu.” Ucap Luke.

            Apa hubungannya coba menjadi bidadari-ku dengan menciummu? Tentu Luke tau diri. Dia tak mungkin menciumku di cafee karena ramai. Jika saja kami bertemu di tempat yang sepi, tentu Luke sudah menciumku. Ah, aku sangat merindukan ciumannya.

            “Aku mau Luk menjadi seseorang yang penting dalam hidupmu. Awalnya sih aku merasa sakit karena perbuatanmu yang tega meninggalkanku. Tapi itu semua karena salah kita berdua. Jika saja aku tau kau berasal dari Australia, aku berani bertaruh kau tak akan meninggalkanku.” Ucapku.

            “Ya.. ya.. aku tau. Seharusnya aku menaruh curiga padamu. Tidak mungkin kau berdarah asli Indonesia dan pada akhirnya kau menemuiku, seharusnya aku yang menemuimu..” Ucap Luke.

            Setelah kangen-kangenan, Luke mengajakku menuju tempat yang agak sepi. Sialan Luke. Apa dia ingin menciumku dengan segala nafsunya? Aku takut kalau kami tidak bisa menjaga nafsu dan melakukan hal berbahaya seperti itu. Aku berjalan di samping Luke dan Luke menggenggam tanganku dengan erat. Luke benar-benar tinggi sekarang dan aku seolah-olah menjadi kurcaci. Entah tempat apa ini yang jelas cukup nyaman dan jauh dari keramaian. Aku menatapnya dan Luke memberikan senyuman manisnya.

            “Bolehkah aku bersandar di dada-mu?” Tanyaku malu-malu.

            Tanpa menjawab pertanyaanku, Luke langsung menarikku dan aku jatuh di dalam pelukannya. Aku jadi ingat di malam itu. Aku bersandar di dada Luke dan Luke menaruh dagunya di puncak kepalaku. Sungguh romantis. Sentuhan tangan Luke membuatku merinding. Aku memejamkan mataku. Aku rasakan ciuman hangat di puncak kepalaku. Luke.. Aku sangat mencintaimu.

            “Bagaimana kabar Mike, Calum dan Ashton?” Tanyaku.

            “Kabar mereka baik. Bahkan Michael sudah punya kekasih yang sangat cantik.” Jawab Luke.

            Aku bersyukur karena Michael sudah move on dan menemukan gadis yang pantas dia cintai. Tapi aku tak akan melupakan saat-saat dimana aku bersamanya, saat-saat dimana aku menjadi kekasihnya walau hanya dalam waktu yang singkat. Michael adalah sahabat baikku dan aku menyayanginya. Pelukan Luke terasa semakin erat dan aku benar-benar… ah sulit untuk dijelaskan. Ku harap aku bisa mengendalikan nafsu-ku dan tidak akan mengulangi kesalahan yang sama. Ku harap Luke juga seperti itu.

            “Besok aku akan kembali ke Canbera. Aku harap kau tidak gila karena tidak melihatku dalam beberapa minggu kedepannya.” Ucap Luke.

            Sedih rasanya mendengar ucapan Luke yang mengatakan kalau dia harus kembali ke Canbera. Tapi inilah hidup yang harus kami jalani. Aku jadi teringat dengan Alex dan hubungan jarak jauh kami yang sangat menyakitkan. Sydney-Canbera tidak semenyakit Indonesia-Inggris. Aku tentu sanggup dengan hubungan jarak jauh yang akan kami hadapi.

            “Tentu. Aku sudah biasa dengan hubungan jarak jauh karena aku sudah pernah mengalaminya.” Ucapku sambil tersenyum.

            Dengan gerakan cepat dan tidak diduga, Luke mencium bibirku dan tentu saja aku berani menantang ciumannya. Ciuman yang cukup lama dan merupakan candu bagiku. Suatu hal yang lebih dahsyat dibanding meminum alkohol. Ah aku ngomong apa ya? Aku dikenal alim di kampus tapi jika aku bersama Luke, aku seperti seorang jalang yang tak mau menjaga diri. Tapi aku berjanji untuk tidak melakukan hal buruk bersama Luke, aku janji. Ciuman kami berakhir dan ditutup oleh ciuman hangat di keningku. Lalu Luke menatapku dengan tatapan yang sangat lekat dan rasanya aku ingin.. Argh!!!

            “Bolehkah aku membuka pakaianmu?” Tanya Luke dengan suara menggoda.

            Aku langsung memukul bahunya. “Sialan kau, Luk. Jangan berani meruntuhkan pertahananku karena pertahananku cukup rapuh. Hanya melihat wajahmu saja aku sudah cukup lemah.” Ucapku.

            Luke tertawa lalu mengacak-acak rambutku. “Swear. Aku tidak akan menyentuhmu sebelum kita menikah. Aku janji.” Ucapnya.

            Kami sama-sama tertawa dalam kebahagiaan. Berkali-kali aku menyentuh pipinya dan hidungnya yang membuatku gemas. Iya Luk, aku juga berjanji untuk selalu menjaga diri dan jangan membuat pertahananku runtuh. Aku sangat mencintaimu dan aku tidak ingin kehilanganmu. Jadi, kita sama-sama menjaga pertahanan kita dan cinta kita. Ku harap hubungan kita baik-baik saja dan aku tidak ingin hubungan kita berakhir seperti hubunganku dengan Alex.

            Ya. Aku harap begitu.

***

THE END!

Summer 2015: ( 25 ) Story of Another Us



( Sebelum baca part ini harus denger dulu lagu ini, baper :’v )

            Memories are pay-per-view, it costs too much to think of you

I'm hanging by a thread

And epilogue before we're done, a sequel to what we've begun

I'm hanging by a thread

And now before our hope is lost my heart is here, it's such a cause

Tell me if you wanted it at all


I got a long-term plan with short-term fixes and a wasted heart to just eclipses

And I push my luck from trust to dust enough

That's the story of another us

One last ditch, a new beginning so take this heart, put yourself in it

This surprise ending I'm depending on could be the story of another us

The story of another us the story of another us the story of another us

Could be the story of another us..”

***

            Apapun yang terjadi karena aku sudah masuk ke dalam kisahnya sekarang, kisah hidupnya.

            Aku menatap jendela asramaku yang tiga hari lagi akan aku tinggali. Sudah banyak aku mengeluarkan air mata dan aku merasa lelah. Hatiku merasa lelah dan sudah sangat sakit. Itu semua karena Luke. Setelah malam yang indah itu, esoknya aku sudah tidak menemukan Luke di apartemen itu. Kata pemilik apartemen, Luke meninggalkan apartemen itu pagi-pagi sekali dan aku diberi izin untuk meninggalkan apartemen sampai jam sembilan pagi. Aku melihat tidak ada satupun barang-barang Luke yang tersisa. Aku menangis. Luke benar-benar meninggalkanku tanpa memberitahuku. Luke pembohong!

            Saat itu aku sangat frustrasi dan berteriak seperti orang gila. Lily, Marie, Corine, dan Chloe berusaha menenangkanku tapi aku tidak bisa tenang. Sedangkan Michael, Calum dan Ashton tidak tau apa-apa mengenai kepergian Luke. Tapi mereka kecewa pada Luke karena Luke pergi secara mendadak tanpa memberitahu mereka. Bahkan Luke tidak bisa dihubungi. Tidak hanya kecewa saja, tapi aku khawatir padanya. Jangan-jangan ada suatu hal buruk yang terjadi pada Luke. Tapi aku berharap Luke baik-baik saja.

            Nah Farah, setelah kejadian ini apa kau masih belum bisa melupakan Luke? Aku tau aku sudah tidak bisa melihat Luke lagi untuk selama-lamanya. Aku dapat menyimpulkan Luke tidak mencintaiku dan hanya berbohong padaku. Tapi mungkin ini yang terbaik bagi kami semua. Aku jadi bisa tenang pulang ke Indonesia walau sakit hatiku masih terasa. Luke, jika akhirnya menjadi seperti ini, mengapa dia mau menjadikanku sebagai kekasihnya? Mengapa Luke mau memasukkan aku ke dalam kisah hidupnya? Ini merupakan epilog dan harus ada sekuel-nya mau tidak mau karena aku tidak ingin kisah hidup kami berakhir menyedihkan.

            Mom sudah menelponku dan dia berjanji menungguiku di bandara. Aku tak sabar bertemu dengan mereka semua dan menceritakan pengalaman-pengalaman yang aku dapatkan selama di London. Tapi aku takut menceritakan kalau aku sudah bukan perawan lagi walau aku tidak hamil. Aku takut mereka membenciku dan tidak menganggapku sebagai anak mereka lagi. Aku sudah membicarakan hal itu pada Luke tapi Luke tidak bisa membantuku, namun wajahnya terlihat sangat berdosa dan Luke berani menawarkan kalau dia ingin bertemu dengan orangtuaku dan menceritakan hal yang seharusnya diceritakan.

            Luke, ah. Aku sangat merindukan Luke. Aku tidak bisa menghubungi-nya. Bahkan melalui media sosial juga tidak bisa. Luke tidak pernah aktif di media sosial. Aku penasaran dengannya. Jika Luke mencintaiku, tentu dia tak akan meninggalkanku. Tapi ini.. Jadi Luke tidak mencintaiku? Aku tau. Di cintai oleh sosok seperti Luke Hemmings sangatlah mustahil bagi gadis biasa sepertiku. Mustahil. Aku harus bisa menerima kenyataan pahit dan menghapus semua memoriku bersama Luke. Ah, I wish that I could wake up with amnesia and forget about the stupid little things.

            Aku memejamkan mataku. Ku kuatkan hatiku. Aku harus menjadi sosok yang kuat dan tidak usah berada di bayangan Luke. Aku berharap setelah ini aku tak menemukan sosok seperti Luke yang mampu membuat hatiku sakit. Aku ingin menemukan sosok baik hati yang mau mencintaiku apa adanya dan tidak akan meninggalkanku. Luke. Dimana kamu? Mengapa kau tega meninggalkanku?

            Tak terasa saatnya kembali pulang ke Indonesia. Aku sengaja tidak memberitahu hal ini pada Michael, Calum dan Ashton karena pastinya aku sangat merindukan mereka terutama Michael. Ah ya. Tentu saja Michael satu negara dengan Luke dan aku merasa bodoh karena sejak awal tidak menanyakan darimana asal negara mereka yang jelas bukan dari Inggris. Tapi Calum tampak seperti orang Asia. Apa Calum berasal dari Singapura? Stop. Aku tak mau mengingat itu lagi. Aku sudah tak sabaran kembali ke Indonesia dan memeluk Mom, Dad juga Farah.

            Goodbye summer! Goodbye London! Entahlah apakah aku harus mengingat semua kenangan itu atau melupakannya. Aku tidak tau.

***

            Luke’s POV

            Satu bulan yang lalu adalah salah satu kesalahan besar yang aku buat. Aku meninggalkannya tanpa berkata apapun. Padahal malam itu dia sangat bahagia. Wajahnya amat cantik bagaikan malaikat. Aku sangat mencintainya, tapi takdir-lah yang menharuskan aku untuk meninggalkannya. Aku tau, hubungan ini tidak akan bisa berlanjut. Kami hanya bertemu di negara asing selama empat bulan, setelah itu kami berpisah dan melanjutkan hidup kami masing-masing. Farah, entahlah bagaimana keadaannya sekarang. Apa gadis itu masih mengingatku?

            Di malam itu, aku meninggalkannya yang sedang tertidur lelap dipelukanku. Aku menciumnya dan menaruhnya pelan di atas kasurku. Farah tidak terbangun mungkin dia sangat mengantuk. Terakhir aku mencium keningnya dan membereskan barang-barangku lalu meninggalkannya. Aku berharap Farah membenciku. Saat itu aku menyesal mengungkapkan perasaanku padanya dan memasukkannya ke dalam kisah hidupku. Kalian bisa bilang kalau aku adalah sosok yang putus asa. Jika saja aku tidak meninggalkannya, mungkin hubungan kami masih berlanjut walau jarak memisahkan kami. Farah pernah bilang kalau dia berasal dari Indonesia walau aku tak yakin apakah dia orang Indonesia. Indonesia? Aku berani pergi kesana seorang diri demi menemui Farah, tapi hatiku memutuskan untuk menghapus namanya untuk selama-lamanya.

            Satu perpisahan membuatku sedih. Hidup baru dimulai dan aku seperti tak sanggup menjalaninya. Aku sudah cerita pada Mom dan dia mendukung keputusanku. Kata Mom, masih banyak gadis lainnya yang bisa aku cintai. Tapi sampai satu bulan ini, aku masih belum bisa melupakan Farah, sama seperti Aleisha. Satu kali aku bertemu dengannya dan dia membawa pacarnya. Tidak. Aku tidak sedih. Aku malah merindukan Farah. Aku ingin hubunganku dengan Farah seperti hubungannya dengan pacarnya itu.

            Sedang apa Farah disana? Kisahku selalu saja berakhir menyedihkan. Aku menerka-nerka, kapan kisah hidupku berakhir bahagia? Tapi kurasa aku harus banyak bersyukur karena Tuhan masih memberiku kesempatan untuk hidup mengingat kejadian buruk yang mengancam nyawaku. Ary tidaklah main-main dengan ucapannya. Aku menyesal pacaran dengannya dan membuat masalah di negeri orang serta melibatkan Farah, juga Michael. Untunglah aku sudah berjaga-jaga. Aku meng-sms Calum dan lainnya kalau aku dalam bahaya meski aku tidak tau bagaimana keadaan kediaman Ary disana.

            Saat itu, kondisi Farah amat menyedihkan dan bagaimanapun aku harus menyelamatkannya. Bagiku, Farah terlalu istimewa dan rasanya tidak pantas jika aku menjadi kekasihnya. Maka aku meninggalkannya dan memulai kehidupan baru yang aku tidak tau apakah aku bisa menjalaninya. Setidaknya Michael, Ashton dan Calum selalu ada untukku walau awalnya Michael tidak suka dengan sikapku meninggalkan Farah begitu saja. Tapi akhirnya Michael menyerah dan mungkin itu adalah keputusan yang terbaik. Kata Michael, Farah merasa terpukul karena kehilanganku dan Farah berniat untuk melupakanku. Farah mengatakan dia siap melupakanku jika dia tiba di Indonesia.

            Oke Farah. Lupakan aku. Aku tak pantas untukmu dan aku sudah sangat jahat padamu. Tapi jika kau ingin memintaku bertanggung jawab atas apa yang aku lakukan padanya terutama dalam hal merenggut kesuciannya, aku akan bertanggung jawab dan melakukan apapun. Apapun. Aku siap menemui orangtuamu dan berlutut dihadapan mereka. Jika mereka ingin menyiksaku, aku siap disiksa oleh mereka.

            Tapi aku berharap Farah melupakanku dan melupakan semua yang pernah aku lakukan padanya. Anggap saja aku dan dia tidak pernah bertemu. Hanya karena putus cinta aku menjadi gila seperti ini dan menghancurkan hidup Farah. Maafkan aku Farah, tapi aku berjanji akan menjadi anak yang baik. Kisah kita memang berakhir menyedihkan, tapi aku yakin sekali masih ada kelanjutan kisah kita yang pastinya berakhir bahagia.

            Terimakasih atas segala cinta yang kau berikan padaku dan maaf karena aku telah menyakitimu dan membuat hidupmu hancur. Ku harap Tuhan mau memaafkan kesalahanku.

            Akan ada kisah lain yang lebih indah dari kisah ini, aku yakin akan hal itu.

***


Summer 2015: ( 24 ) Your Guardian Angel



            When I see your smile tears run down my face I can't replace

And now that I'm strong I have figured out

How this world turns cold and it breaks through my soul

And I know I'll find deep inside me I can be the one


I will never let you fall  I'll stand up with you forever

I'll be there for you through it all (through it all)

Even if saving you sends me to heaven


It's okay. It's okay. It's okay

Seasons are changing and waves are crashing

And stars are falling all for us days grow longer and nights grow shorter

I can show you I'll be the one..”

***

Tell me this is just a dream! Aku benar-benar tak percaya dengan apa yang aku lihat. Aku sedang berimpi, aku sedang bermimpi! Jadi Luke akan merelakan nyawanya demi aku dan Michael? Jangan bercanda! Aku yakin sekali Ary hanya bercanda. Aku yakin sekali gadis itu masih memiliki hati. Setidaknya Ary bisa melepas kami bertiga tanpa harus melakukan hal yang buruk pada kami. Aku tidak mau melihat Luke mati di tangannya. Kalau begitu caranya, aku juga ingin mati tepat di samping Luke karena aku tidak akan bisa hidup tanpanya, sungguh.

Sebelum melirik ke Luke, aku menyempatkan menatap Michael yang matanya berkaca-kaca. Entahlah apa yang dipikirkan Michael tapi aku tau kalau Michael sangat tidak menyukai keputusan Luke. Luke adalah sahabatnya. Sebenci apapun Michael pada Luke, aku yakin masih ada sedikit nama Luke di hati Michael. Luke tetaplah sahabat Michael dan akan menjadi seperti itu selamanya. Kemudian, aku menatap Luke tapi bayangan Luke tak sepenuhnya terlihat karena air mataku. Tapi aku tau kalau Luke juga menatapku. Matanya tetaplah mata terindah yang pernah aku lihat.

“Farah..” Ucap Luke pelan.

Tidak Luk, tidak. Aku tidak ingin kau mati. Adakah pilihan lain tanpa harus berhubungan dengan nyawa? Ary, betapa liciknya dia. Aku harap semua ini cepat berakhir dan aku bisa tersenyum melihat Luke, walau itu.. walau itu tidak selamanya, walau Luke tidak bisa mencintaiku, dan sebentar lagi kami akan berpisah menjalani hidup kami masing-masing. Tapi sekali ini saja aku sangat berharap supaya Tuhan mau menyelamatkan kami bertiga, aku sungguh tidak ingin kehilangan Luke.

Luke menatapku dan air mataku semakin banyak menetes. “Maafkan aku, Farah. Semua ini salahku. Jika saja sejak awal aku mengabaikanmu, semuanya tak akan seperti ini. Aku tau kau sangat membenciku dan mengatakan kalau aku aneh. Ya. Aku memang aneh. Tapi karena kehadiranmu, kau merubah segalanya. Maafkan aku. Aku sudah berjanji akan melakukan apapun dan inilah pilihanku. Aku yang salah dan aku-lah yang harus bertanggung jawab.” Kemudian Luke menatap Michael. “Mike, maafkan aku. Tolong jangan benci aku. Kau tetap sahabat terbaikku. Kuharap dengan cara ini semua kesalahan-ku akan terhapus walau aku tidak yakin. Jaga Farah baik-baik..” Luke kembali menatapku. “Farah, kau sangat beruntung memiliki seorang kekasih seperti Michael. Michael adalah cintamu dan jangan ragu dengan perasaanmu. Aku benar-benar merasa bodoh dan merasa sakit. Tapi inilah kenyataannya. Kenyataan pahit yang harus aku terima.” Luke menyetop pembicarannya dan aku sama sekali tidak bisa berkomentar apapun. Tubuhku gemetaran dan jantungku berdetak dengan sangat cepat. “Farah, aku.. aku mencintaimu..” Ucap Luke.

Aku memejamkan mataku dan berharap aku tidak salah dengar. Farah, aku.. aku mencintaimu.. Kali ini aku meminta kalau aku tidak sedang bermimpi. Aku ingin mendengar kalimat itu dalam dunia nyata, bukan mimpi. Aku tidak tau yang jelas aku tengah berada di masa-masa yang sulit. Antara berharap ini semua hanya mimpi, dan kenyataan. Tapi rasanya.. rasanya seperti aku sudah kehilangan Luke untuk selama-lamanya. Aku masih memejamkan mataku dan berharap Tuhan mencabut nyawaku saat itu juga karena aku sudah tidak tahan lagi.

“Berhenti! Angkat tangan kalian!”

Baru aku membuka mataku dan melihat siapa yang datang. Marie? Lily? Corine? Chloe? Calum? Ashton? Marie tampak menangis disana. Kemudian beberapa polisi datang dan langsung menangkap Ary dan dua lelaki itu. Tentu saja mereka tidak bisa berkutik apapun. Aku menatap Luke. Tuhan terimakasih! Luke baik-baik saja dan aku bisa tersenyum. Lily dan Corine datang dan melepaskan ikatan di tanganku sedangkan Calum dan Ashton membantu Michael. Kulihat Michael langsung memeluk keduanya. Aku pun langsung memeluk Lily dan Corine sambil menangis.

“Demi Tuhan aku sangat takut! Untung kalian datang!” Tangisku.

“Luke yang mengirim pesan ke kami semua dan kami mencium bau-bau tidak enak. Dan benar saja. Kami memanggil polisi dan menemukan kalian di tempat ini.” Ucap Chloe.

Aku melepaskan pelukanku dan baru sadar kalau aku tidak memakai baju. Aku tersenyum malu. Marie melemparkan baju padaku dan aku memakainya dengan cepat. Kemudian aku melihat Luke. Langsung saja aku menghambur ke pelukannya yang sanga hangat. Luke memelukku dan itu adalah pelukan terbaik yang pernah aku rasakan. Aku menangis di pelukan Luke dan tidak peduli dengan kaus-nya yang basah.

“Luke, aku sangat ketakutan. Syukurlah polisi datang. Aku..” Ucapku lalu dipotong oleh Luke.

“Tenanglah. Aku ada disini. Semuanya baik-baik saja.” Ucap Luke dengan lembut.

Pelukan kami akhirnya lepas dan aku menatap Luke. “Luke.. aku..” Ucapku.

Belum saja aku selesai mengucapkan kalimatku, tiba-tiba saja Luke pingsan. Aku kaget bukan main. Michael, Calum dan Ashton berlari sambil membantu Luke. Astaga aku baru sadar kalau demam Luke sudah sangat parah. Ku harap setelah ini Luke baik-baik saja.

***

Ini tidak baik. Sudah tiga hari Luke tak sadarkan diri dan selama itulah tidur-ku tidak nyenyak. Tapi ada berita bagus. Aku sudah mengatakan yang sejujur-jujurnya pada Michael kalau aku tidak bisa melupakan Luke dan masih mencintai Luke. Michael mengerti dan dia melepaskan-ku demi kebahagiaanku. Katanya, Luke juga mencintaiku tapi aku masih tidak yakin. Aku tidak peduli bagaimana perasaan Luke padaku asalkan Luke baik-baik saja dan terbangun dari tidurnya.

Hari keempat. Setelah pulang sekolah, aku menyempatkan diri menjenguk Luke. Ternyata disana sudah ada Calum yang menemani Luke. Aku tersenyum menyapa Calum. Ya. Kami mendapat jatah giliran untuk menjaga Luke. Sekarang giliranku untuk menjaga Luke dan berharap Luke terbangun. Aku sangat merindukan mata indahnya dan senyumannya. Calum meminta izin untuk keluar. Kini hanya aku dan Luke disini. Aku menatap wajah pucat Luke dan mencoba untuk tidak menangis. Tangan Luke cukup dingin dan tampak kurus. Tuhan.. Aku tidak sanggup melihat Luke dalam keadaan seperti ini. Tolong bangun Luk, demi aku, Michael, Calum, Ashton dan orang-orang yang kau sayangi.

Sepertinya harapanku terkabul. Jantungku berdebar-debar mlihat gerakan kelopak matanya dilanjutkan dengan gerakan tangannya. Luke tersadar dari pingsannya. Cowok itu menatapku dan aku menatapnya. Kemudian Luke tersenyum. Ya, hanya dengan senyuman itu saja Luke sudah membuatku bahagia. Tak apa tidak bisa menjadi milikmu asalkan aku bisa melihat senyum itu.

“Farah..” Ucap Luke pelan.

“Hei kau sudah bangun. Kau sangat membuatku khawatir.” Ucapku.

Luke tertawa. “Aku sangat lelah. Aku ingin istirahat dalam beberapa hari. Tapi karena aku tidak tega melihatmu menangis, maka aku memilih untuk bangun.” Ucapnya.

Aku memukul pelan bahu Luke. Ya. Semuanya tampak baik-baik saja dan aku berharap akan selalu menjadi seperti itu. Hubungan Luke dengan tiga sahabatnya tentu akan kembali membaik dan mereka kembali bersama. Tidak perlu memikirkan soal Ary karena gadis itu sudah ditangani oleh polisi. Tiba-tiba Luke menyentuh tanganku. Tatapannya terlihat sangat berbeda dari biasanya.

“Aku senang kau berada disisiku. Rasanya seperti berada di surga.” Ucap Luke.

Pipiku memerah mendengar suaranya. Lalu hatiku memberontak untuk mengucapkan tiga kata yang sejak tadi aku tahan. Tidak apa-apa. Biarlah aku memulai duluan. Aku tidak peduli bagaimana respon Luke asalkan aku sudah mengatakannya.

“Luke.. Aku..” Kutatap matanya yang indah. Hatiku merasa nyaman. Tak perlu ragu, ujar hatiku. “Aku.. Aku mencintaimu Luke..” Ucapku.

Lega rasanya mengucapkan kalimat itu. Luke telah mendengarnya dan aku berharap Luke tidak marah. Inilah kata hatiku, Luk. Aku mencintaimu dan aku tidak bisa melupakanmu. Kau terlalu istimewa dan sulit tergantikan oleh siapapun. Tapi Luke terlihat biasa saja, malah cowok itu tersenyum.

“Katakan sekali lagi.” Ucap Luke.

Astaga mau Luke apa sih? Aku malu dibuatnya. Pipiku sudah sangat merah. “Aku mencintaimu Luke..” Ucapku.

Langsung saja aku menjatuhkan kepalaku di dadanya dan aku mendapatkan sentuhan lembut di rambutku. Aku sangat bahagia. Sangat bahagia. Meski Luke tidak mau membalas perasaanku, tidak apa-apa. Aku sudah sangat bahagia saat ini.

“Farah..” Ucap Luke.

Mata kami bertemu. Tatapan Luke sangat membunuhku dan mampu membuatku meleleh tetapi aku memberanikan diri menatapnya. “Farah, aku juga mencintaimu.” Ucap Luke.

***

Musim panas. Aku baru bisa menikmati keindahan musim panas yang sebentar lagi akan berakhir. God! Itulah yang menjadi bahan pikiranku belakang-belakangan ini. Tapi siapa sangka, setelah Luke sembuh, cowok itu langsung menjadikanku sebagai kekasihnya dan tentu saja aku terima. Akhirnya impian yang selama ini aku impikan terwujud juga. Tapi aku masih tidak enak dengan Michael. Michael memang sudah merelakan-ku bersama Luke tapi rasanya Michael belum sepenuhnya bisa melupakanku. Tapi demi persahabatan, Michael berjanji tidak akan membenci Luke hanya karena hubungan kami.

Tinggal dua minggu lagi. Aku menghitung kalender-ku dan dada-ku terasa sesak. Aku memang sudah pacaran dengan Luke, tapi saat musim panas berakhir, kami berpisah dan memulai hidup kami masing-masing dan aku tidak mau hal itu terjadi. Aku ragu mengatakan hal ini pada Luke karena tentunya Luke juga sakit mendengarnya. Luke sudah ditinggal oleh Aleisha dan aku tidak ingin meninggalkannya. Aku tidak ingin melihat sikap gila Luke dan kerjaan Luke yang kebanyakan negatif-nya. Aku sangat mencintai Luke. Jika boleh, aku siap pindah negara dan tinggal bersama Luke, dimanapun Luke berada.

Malam harinya, aku memutuskan untuk menemani Luke di apartemen-nya. Luke masih tetap tinggal di apartemennya karena sudah menyewa sampai akhir September. Rugi jika Luke kembali ke asrama dan teman-temannya pun mengerti. Satu hal yang sangat aku sukai dari Luke. Cowok itu bisa memasak walau masakannya tidak seenak masakan Ibuku. Tapi aku merasa malu padanya karena aku tidak bisa memasak. Menggoreng saja sih bisa tapi aku tidak bisa membuat masakan yang benar-benar masakan.

Apartemen Luke cukup luas dan nyaman. Aku membantu Luke membuat pasta. Tampaknya pasta buatan Luke sangat lezat. Luke memintaku untuk bermalam di apartemennya dan aku menurut saja. Tiba-tiba aku teringat dengan adegan dimana aku tidur bersama Luke dalam kondisi yang mengenaskan. Aku tersenyum malu mengingat semua itu. Sekarang aku malah ingin terus tidur bersama Luke dan tidak peduli dengan yang Luke lakukan. Aku tau ini gila dan dosa, tapi sungguh aku tidak bisa menahan semuanya. Tapi aku bersumpah hanya tidur saja dengan berpakaian lengkap tanpa melakukan hal yang tidak wajar.

Makanan sudah siap. Aku yang menyediakan minuman berupa jus tomat. Kami makan dengan lahapnya sesekali bercanda. Terkadang jika aku bahagia, aku bisa melupakan masalah yang aku alami sekalipun itu besar, contohnya tentang musim panas yang sebentar lagi akan berakhir dan aku kembali ke Indonesia. Pasta-ku sudah habis karena aku kelaparan sedangkan Luke masih memakan pasta-nya itu. Aku memperhatikan gaya makan Luke dan aku sangat menyukainya. Tuhan.. Terimakasih karena sudah mengirim Luke dalam kehidupanku. Aku sangat bahagia. Ingin sekali aku memeluk Luke dan tidak akan membiarkan Luke pergi.

“Hei.” Ucap Luke menyadarkanku.

Aku terkaget. “Kau mengagetkanku saja.” Ucapku.

Luke tertawa kemudian kami merapikan makanan kami. Kulihat sudah jam sembilan malam namun aku masih belum mengantuk. Aku ingin menghabiskan malamku bersama Luke. Kami pun duduk di dekat jendela apartemen Luke dan disana aku bisa melihat pemandangan malam yang indah. Aku duduk sambil bersandar di dada Luke sedangkan Luke menaruh dagu-nya di atas kepalaku. Benar-benar romantis dan aku sangat nyaman dengan posisi ini.

“Aku ingin bertanya padamu. Sejak kapan kau mulai menyukaiku?” Tanya Luke.

Masa lalu itu hadir di kepalaku. Saat pertama kali aku tiba di London, bertemu Lily dan lainnya, bertemu Alex, sekolah pertama lalu bertemu dengan cowok tampan namun aneh bernama Luke Hemmings. Kenangan-kenangan yang indah. Tapi aku tidak tau sejak kapan aku menyukai Luke. Aku benar-benar tidak tau.

“Mungkin saat pertama kali aku melihatmu. Kau benar-benar memukau-ku. Apalagi saat kau membantuku memasukkan barang-barangku yang jatuh ke dalam tas-ku.” Jawabku.

Luke mengacak-ngacak pelan puncak rambutku. “Sejak pertama aku melihatmu, kau tampak berbeda dari gadis lainnya. Dan sejak itulah aku berhenti memikirkan Aleisha, tentunya karena kau.” Ucapnya.

Aleisha? Entah mengapa hatiku menjadi sakit mendengarnya. Bagaimana jika Aleisha kembali menyukai Luke? Aku takut jika hal itu terjadi, Luke kembali menyukai Aleisha dan melupakanku. Ah, pasti Aleisha tinggal satu negara bersama Luke.

“Tenang saja. Aku sudah melupakan Aleisha. Di hatiku hanyalah kamu. Percayalah.” Ucap Luke.

Luke memelukku dengan erat dan aku benar-benar merasa bahagia dan nyaman. Aku bisa mendengar detakan jantung Luke yang terdengar sedikit cepat. Terkadang aku dan dia masih bersikap canggung dan malu.

“Luke, aku takut.” Ucapku.

“Apa yang kau takutkan?” Tanyaku.

Aku menghela nafas panjang sebelum menjawab. Musim panas, Luk. Apa kau tak pernah berpikir sedikitpun tentang musim panas yang sebentar lagi akan berakhir? Aku takut Luk. Aku takut kehilanganmu. Apalagi aku takut jika sampai Mom tau kalau aku berhubungan dengan cowok asing dan sudah tidak suci lagi. Kenapa sih harus ada rasa takut di dunia ini? Kenapa tidak bahagia saja?

“Aku takut kehilanganmu. Sebentar lagi musim panas akan..” Jawabku lalu dengan gerakan cepat Luke mengangkat wajahku dan menundukkan kepalanya lalu menciumku. Ciuman yang sangat indah. Aku tak ingat berapa kali berciuman dengan Luke tapi kurasa kami sudah sering berciuman. Kemudian Luke melepaskan ciumannya padaku dan mata birunya yang indah menatapku.

No matter what happens I’ll always by your side wherever you are. I know we can through it all.” Ucap Luke.

Senyum dan wajah Luke amat menggodaku. Aku selalu ingin mencubit pipi Luke dan menekan-nekan lesung pipi-nya yang menggemaskan itu. Tiba-tiba aku mendapatkan suatu ide. Ya. Aku ingin mendengar suara Luke, maksudnya aku ingin mendengar Luke menyanyi. Kata Michael, Luke memiliki suara yang sangat bagus dan saat kau mendengarnya, kau akan dibuat meleleh oleh suaranya.

“Nyanyikan aku sebuah lagu.” Pintaku.

Langsung saja Luke bangkit dan mengambil gitar-nya lalu duduk di sampingku. Aku ingat saat aku melihat Luke bermain gitar dan aku benar-benar terpesona dengannya. Luke benar-benar sempurna dan aku beruntung memilikinya. Suara petikan gitar Luke mulai terdengar dan aku bisa menebak lagu apa yang dinyanyikan Luke.

When I see your smile tears run down my face I can't replace, and now that I'm strong I have figured out. How this world turns cold and it breaks through my soul. And I know I'll find deep inside me I can be the one. I will never let you fall  I'll stand up with you forever I'll be there for you through it all .Even if saving you sends me to heaven. It's okay. It's okay. It's okay..”

Salah satu lagu favoritku dan aku hampir menangis mendengarnya. Suara Luke benar-benar indah dan Luke cocok jadi penyanyi. Malam ini terasa sempurna dan aku ingin selama-lamanya seperti ini. Aku tetap memperhatikan Luke dan menahan air mataku agar tidak menetes.

Seasons are changing and waves are crashing and stars are falling all for us. Days grow longer and nights grow shorter. I can show you I'll be the one. I will never let you fall. I'll stand up with you forever. I'll be there for you through it all even if saving you sends me to heaven. 'Cause you're my, you're my, my, my true love, my whole heart please don't throw that away 'Cause I'm here for you please don't walk away and please tell me you'll stay..”

Luke menutup lagunya dengan satu kecupan di keningku. Aku meneteskan air mataku. Luke, aku tidak ingin kau meninggalkanku dan aku tidak ingin meninggalkanku. Tapi kau sudah berjanji untuk tak akan meninggalkanku dan melauinya bersama-sama. Aku mencintaimu, Luke lebih dari yang kau tau.  Rasa kantuk mulai menyerangku. Aku meminta Luke agar aku tertidur di pelukannya. Luke mengangguk. Dia membuat posisi senyaman mungkin dan memelukku dengan hangat. Entahlah apa yang ada dipikirannya, tapi aku tau kalau dia mencintaiku. Luke mencintaiku dan dia tidak akan meninggalkanku apapun yang terjadi.

Apapun yang terjadi karena aku sudah masuk ke dalam kisahnya sekarang, kisah hidupnya.

***