“Take
a breath I pull myself together
Just another step till I reach the
door
You'll never know the way it tears me
up inside to see you
I wish that I could tell you
something
To take it all away
Sometimes I wish I could save you
And there're so many things that I
want you to know
I won't give up till it's over
If it takes you forever I want you to
know..”
***
Michael’s POV
Aku pulang dan sudah aku duga Luke
sedang asyik bermain game. Setiba di London, Luke sama sekali tidak pernah
membuka buku. Entahlah bagaimana keadaannya di kelas. Jujur saja, aku sangat
merindukan sosok Luke yang dulu. Sekarang, Luke sama sekali tidak pernah
tersenyum dan tidak menganggapku sebagai temannya. Sudah satu bulan lebih kami
berada di Inggris dan aku satu kamar dengan Luke, juga temanku yang lain yaitu
Calum. Aku tidak tau dimana keberadaan Calum. Mungkin sebentar lagi dia akan
pulang.
Jam menunjukkan pukul tiga. Sebentar
lagi sore. Aku duduk perlahan di kasurku dan membayangkan peristiwa yang baru
saja terjadi. Tadi aku bertemu Farah dan aku sangat senang. I really don’t know why suddenly I like her.
Maksudnya aku kagum lho dengan Farah. Dia sangat cantik dan lembut. Aku tidak
tau darimana asal negaranya tapi dia sudah membuatku jatuh cinta saat pertama
kali aku melihatnya. Sayangnya Farah tidak melihatku.
Ku lihat Luke yang masih asyik
bermain game tanpa mempedulikanku. Aku menghela nafas panjang. Tidak asyik jika
tidak ada Calum disini karena tentunya Luke tidak mau diajak bicara padahal aku
adalah teman dekatnya. Sejak SMP kita mulai bersahabat. Aku tau apa penyebabnya
dan kurasa itu hanya masalah sepele walau memang terasa sakit. Yang aku
kagetkan, baru saja kami tiba di London, Luke sudah mendapatkan pacar seorang
cewek seksi bernama Ary. Entahlah bagaimana caranya mendapatkan gadis itu tapi
menurutku Ary bukanlah gadis yang baik walau pesona dan lekuk tubuhnya tidak
jauh dengan Kendall Jenner. Dan Luke sering pulang malam dengan wajah yang
berantakan. Aku bisa menebak kalau Luke habis mabuk dengan Ary. Aku tidak
peduli. Umurnya sudah delapan belas dan Luke bisa menjaga dirinya sendiri.
Yang paling aku sedihkan, Luke
ditempatkan satu kelas dengan Farah dan menjadi pasangan Farah. What the hell is it? Bahkan sudah
kutebak Farah langsung suka dengan Luke. Apalagi saat pentas kemarin Farah
terlihat sangat bahagia. Aku takut jika dugaanku benar, tentunya Farah akan
tersakiti. Aku tidak tau mengapa aku bisa jatuh cinta dengan Farah dengan cepat
padahal aku tipe orang yang susah jatuh cinta. Luke memang anak yang beruntung.
Dia kaya, orangtuanya sangat menyayanginya, punya dua kakak cowok yang
pintar-pintar, wajahnya manis dan Luke banyak sekali memiliki bakat.
Aku lupa menjelaskan sejak awal
kalau aku dan Luke satu band, juga Calum. Nah satu lagi temanku yang bernama Ashton, dia juga
bagian dari band kami, mungkin saat ini Ashton sedang pergi bersama Calum.
“Aku peringatkan padamu, jangan
sekali-kali mendekati Farah!” Bentak Luke.
What
the hell Luke? Dia adalah anak yang sangat cuek dan Luke mengucapkan
kalimat itu dari mulutnya sendiri? Apa jangan-jangan Luke menyukai Farah? Tidak
mungkin! Farah bilang mereka seperti tidak saling kenal mengenal. Juga Luke
sudah punya pacar, apa Ary hanya sebagai pelampiasannya saja? Aku tau tipe
cewek Luke bagaimana. Luke menyukai cewek yang cerdas, berpakaian sopan, dan
dewasa. Sedangkan Ary?
“What
do you mean? Mengapa kau tidak melarang Ary agar tidak selingkuh ke cowok
lain?” Tanyaku.
Luke menatapku dengan tajam tapi aku
tidak peduli. Aku hanya ingin tau bagaimana reaksinya. Walau Luke suka kesal
dan marah padaku, Luke tidak sampai menghajarku karena aku tau Luke sangat
menjaga persahabatan walau dia tidak menyukai sahabatnya. Aku bisa memahami
Luke dan aku berjanji untuk mengembalikan Luke yang dulu.
“Jangan sebut nama itu lagi!” Bentak
Luke.
Aku pun mendekati Luke dan merebut
Iphone-nya. “Kau belum menjawab pertanyaanku. Asal kau tau Luk, sejak pertama
kali aku melihat Farah, aku jatuh cinta padanya. Farah adalah gadis yang baik
dan pengertian.” Ucapku jujur.
Entahlah bagaimana ekspresi Luke
mendengar pengakuanku. Kemudian dia bangkit dan mengambil jaketnya lalu pergi
meninggalkanku. Saat Luke membuka pintu, ternyata diluar sana sudah ada Ashton
dan Calum yang tampak kaget. Luke melewati keduanya tanpa harus melihat wajah
keduanya. Calum dan Ashton datang mendekatiku.
“Luke kenapa lagi?” Tanya Calum
Aku mengangkat bahuku. Sudah bisa kutebak
Luke akan pergi ke pelariannya: Ary.
***
Sedang apa Farah sekarang? Sore hari
yang cerah ini aku bingung mau kemana. Aku menyesal karena lupa meminta nomor
telpon Farah atau apalah yang bisa membuatku menghubungi Farah. Sejak bertemu
dengan Farah dan berbicara langsung dengan gadis itu, bayangan Farah tidak bisa
hilang dari pikiranku. Jadi apa sebaiknya aku ungkapkan perasaanku padanya?
Tapi bagaimana jika Farah beneran menyukai Luke? Tentu aku tidak bisa
menyalahkan Luke. Luke adalah sahabat baikku dan aku tidak ingin kehilangan
sahabatku hanya karena Farah.
“Mike, kau sedang memikirkan Farah
ya?” Tanya Calum.
Dengan Calum-lah aku bercerita
mengenai perasaanku pada Farah dan Calum memahaminya. Calum enak diajak bicara
dan dia adalah pendengar yang baik. Biasanya Luke ikutan nimbrung dan memberi
masukan yang luar biasa. Diantara kami berempat memang Luke yang paling pintar
dan bijaksana. Namun sekarang? Aku jadi kehilangan sebagian diriku yang lain.
Entah bagaimana caranya agar aku bisa menyelamatkan Luke dari semua ini. Aku
ingin cepat-cepat kembali ke rumahku, tapi Farah?
“Aku akan menemuinya.” Ucapku walau
tidak yakin dengan apa yang aku katakan.
Tentu saja aku tau dimana letak
asrama Farah. Tapi aku tidak berani pergi kesana karena tentu tidak diizinkan
kecuali pergi secara diam-diam. Jadi dimana aku akan menemui Farah? Aku begitu
merindukannya. Oh shit! Jika Farah
menolak perasaanku, maka hancurlah aku. Tapi aku berjanji untuk tetap tersenyum
dalam kondisi apapun.
Aku tiba di sebuah taman yang cukup
ramai. Musim panas sangatlah indah. Musim panas adalah musim favoritku. Aku
terdiam melihat para pedagang menjual berbagai makanan yang lezat. Tiba-tiba
mataku mengarah pada sesosok gadis yang menggunakan kaus putih dan rok hitam
ketat. Farah?
“Mike!”
Astaga gadis itu adalah Farah dan
Farah memanggil namakuku sambil melambaikan tangannya. Langsung saja aku
berlari menuju Farah. Gadis itu sendirian dan astaga Farah sangatlah cantik
walau tidak menggunakan make-up. Gadis sederhana yang cantik. Tiba-tiba saja
jantungku berdebar-debar apalagi saat melihat senyumannya yang sangat menawan.
Seandainya aku berada di posisi Luke, seandainya aku yang menjadi pangeran di
drama Snow White. Pastinya aku akan mencium Farah dan itulah hal yang sejak
tadi aku tahan.
“Aku tidak menyangka bisa
menemukanmu disini.” Ucapku.
Lagi-lagi Farah tersenyum sambil
mengatur poni miringnya yang jatuh di dahinya. Cantik. “Me too. Aku bosan di rumah dan akhirnya aku memutuskan untuk pergi
ke tempat ini.” Ucap Farah.
Farah terus menatapku dan itu
membuat perasaanku semakin kuat. Tapi sungguh aku tidak berani mengatakan
tentang perasaanku padanya. Kami baru saja bertemu dan pastinya Farah akan
kaget dengan pengakuanku dan hubungan kami selanjutnya pasti tidak akan baik.
Setidaknya aku bisa menjadi teman dekatnya selama musim panas ini. Aku
memutuskan mengajaknya berkeliling di taman ini dan Farah mengangguk setuju. Ku
raih tangannya dan dia tampak senang-senang saja.
“Aku suka musim panas. Tapi you know-lah. Aku cepat merasa bosan dan
musim panas sudah tidak berarti lagi bagiku.” Ucap Farah.
“Iya. Aku sangat merindukan rumah.
Waktu kita tinggal tiga bulan kurang. Masih lama dan masih banyak waktu kita
untuk menikmati hari-hari di London.” Ucapku.
Kami berhenti di sebuah jembatan
yang di bawahnya ada sungai yang sangat luas. Mungkin sungai itu adalah sungai
Thames. Ah aku kurang mengerti soal London dan masih awam dengan Inggris.
Bahkan negaraku sendiri aku tidak tau. Kulihat Farah terdiam sambil menatap
sungai itu. Entah apa yang ada dipikirannya. Aku tidak bisa membaca pikiran
Farah. Tapi semoga Farah tidak memikirkan Luke karena tentunya itu akan
menyakitkan.
“Jadi kau sudah lama berteman dengan
Luke?” Tanya Farah.
Sial. Jadi Farah sedang memikirkan
Luke? Untuk apa dia memikirkan Luke? Entah mengapa aku jadi kesal. Selalu saja
Luke. Aku ingin sekali mengeluarkan segala emosiku tentang Luke, tapi sebisa
mungkin aku tahan. Sekali lagi aku tidak ingin persahabatan kami terputus hanya
karena kecemburuan yang tidak berarti.
“Iya. Kami bersahabat sejak SMP.
Selain Luke, aku juga punya dua sahabat yaitu Calum dan Ashton dan kami
ditempatkan di satu kamar.” Jawabku.
Mata cokelatnya menatap lebar ke
arahku. “Jadi kalian berempat mendapatkan pendidikan gratis di Inggris?”
Tanyanya.
Aku tersenyum. “Sebenarnya tidak.
Hanya Luke saja yang akan dikirim tetapi kami ikut-ikutan. Mama Luke adalah
pemilik sekolah SMA kami dan dia banyak memiliki teman di London. Jadi intinya
mudah bagi kami untuk ikut dalam sekolah selama musim panas.” Jawabku.
Farah mengangguk-angguk lalu kembali
menatap sungai itu. Dilihat dari wajahnya, gadis itu sepertinya sedang sedih.
Ayolah mengapa kau memikirkan Luke? Aku bersumpah jika Luke tetap menjadi Luke
yang dulu dan ramah kepada siapapun, aku mengikhlaskan Farah bahagia bersama
Luke. Tapi ceritanya berbeda. Luke bukanlah Luke yang aku kenal. Saat ini Luke
sedang bermesraan dengan Ary dan aku ragu jika Luke pernah tidur dengan gadis
itu karena sudah lima kali ku hitung Luke tidak pulang ke asrama dan ketika
pagi harinya kondisi Luke sangat tidak baik.
“Mike, pernah tidak kau mengagumi
seseorang tetapi orang itu sama sekali tidak melihatmu? Atau orang itu sudah
punya kekasih?” Tanya Farah.
Hell!
Actually I really wanna cry hearing her voice. Farah is talking about Luke! Aku harus kuat, aku harus kuat. Dari
ucapannya saja mampu membuat hatiku teriris oleh pisau yang tajam. Andaikan aku
bisa membuat Farah tersenyum. Andaikan aku adalah Luke. Dalam hidup ini, tidak
selamanya kita mendapatkan apa yang kita inginkan dan terkadang kita harus
merasakan kekecewaan dan kesakitan.
“I
think… No.” Jawabku entah jujur atau tidak. Tapi kurasa aku berbohong
karena aku menyukai Farah dan kusimpulkan kalau Farah tidak menyukaiku. “Apakah
kau sedang memikirkan… Luke?” Tanyaku hati-hati.
Damn!
She’s crying! Hatiku semakin sakit melihat Farah menangis. Tapi gadis itu
berusaha menutupi tangisnya dan mencoba untuk tegar. Sial. Farah memang
menyukai Luke bahkan mengangumi Luke berlebihan. Apakah aku harus memberitahu
soal ini pada Luke? Apakah setelah ini aku akan menjadi kuat?
“Mike, aku tidak tau kenapa aku bisa
jatuh cinta pada Luke. Padahal aku sudah memiliki pacar dan aku sangat
mencintai pacarku. Tapi sayangnya pacarku yang bernama Alex selingkuh dengan
gadis lain. Bukankah itu membuatku semakin menyukai Luke? Mungkin jika aku
masih pacaran dengan Alex, mungkin Alex bisa menyelamatkanku dari perasaan
ini.” Ucap Farah.
Jadi saat tiba di London Farah sudah
memiliki pacar? Aku tidak menyangka. Tapi berpikirlah Mike, Farah sangat cantik
pastinya tidak ada cowok yang tidak tertartik padanya. Oke lupakan soal itu.
Artinya Alex sudah menjadi mantan Farah dan Farah tidak ingin mengungkitnya
lagi. Kembali ke Luke. Sudah sangat jelas dari ucapannya kalau Farah jatuh
cinta pada Luke. Oke. I’ll study to
respect it. Bahkan jika boleh aku akan membantu Farah agar Luke mau
melihatnya. Oh really? :’(
Farah menatapku dan bisa kulihat air
matanya yang sebentar lagi akan tumpah. “Apakah benar Ary adalah kekasih Luke?
Jadi begitu ya tipe cewek Luke.” Tanyanya.
Aku menelan ludahku. “Ya. Ary is Luke’s girlfriend and Luke very loves
her. Tapi jika kau mau aku akan membantumu agar Luke mau melihatmu. Siapa
tau kan hubungan mereka putus dan Luke akan tertartik padamu?” Ucapku. You’re stupid Mike!
Entahlah bagaimana ekspresi Farah
saat mendengar ucapanku. Tapi dia langsung memelukku dan aku membalas
pelukannya dengan erat. Oh God! So this
is feeling where you feel so sad to thinking about somenone that you love but
they don’t care about you because they’re thinking about someone that they
love. So fuckin’ confused! Tapi aku begitu nyaman dengan pelukan ini dan
aku ingin terus memeluk Farah.
“Mike, I don’t know what should I say to you. But you’re the first person who
makes me smile between my sadness. You can save me.” Ucap Farah.
Ku harap aku tidak berbohong
padanya, batinku miris.
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar