“Well, I know that it's early and
it's too hard to think
And the broken empty bottles are
reminder in the sink
But I thought that I should tell you
if it's not to late to say
I could put back all the pieces, they
just might not fit the same
Nothing's worth losing especially the
chance to make it right
And I know that we're gonna be fine
and the tattooed mistakes
Are gonna fade over time as long as
we live, time passes by
And we won't get it back when we die..”
***
Tinggal satu bulan lagi. Aku menatap
ke atas langit yang berbeda dari biasanya. Apakah musim salju sebentar lagi
akan turun? Sekarang sudah memasuki bulan September. Bau-bau musim panas
sedikit demi sedikit menghilang dan akan tergantikan oleh musim dingin walau
setauku musim dingin di London tidak sedingin dengan musim dingin di negara
lainnya. Aku seperti biasa bangun pagi lalu berangkat sekolah. Mencoba
baik-baik saja dan tak menganggap Luke ada karena Luke memang tidak mau
menganggapku ada walau aku sudah memintanya untuk tetap menyapaku. Tak apa.
Hatiku sudah sangat sedih sampai-sampai aku sudah tidak bisa menangis lagi.
Hubunganku dengan Michael semakin
membaik dan tidak ada kendala apapun. Tak pernah sedikitpun Michael marah
padaku atau membuatku marah. Aku selalu teringat dengan Alex karena kurasa
Michael mirip dengan Alex. Ah perasaan aku sudah menceritakan sebelumnya kalau
Michael mirip dengan Alex. Pagi-pagi sekali Michael menungguku di luar asrama
dan aku tersenyum padanya. Begitulah yang kami lakukan setiap hari dan entahlah
mengapa aku merasa bosan. Sial. Rasa cinta yang mati-matian aku kumpulan
sedikit demi sedikit mulai menghilang seperti musim panas yang sebentar lagi
akan menghilang. Apakah Michael tau kalau aku tidak bisa mencintainya? Pasti
akan terasa menyakitkan.
Aku tiba di kelas dan seperti biasa
aku bersikap tenang dan seperti tidak mengenal Luke. Luke pun sama. Sehari-hari
kerjaan Luke hanya diam sesekali mendengarkan lagu. Aku teringat dengan Ary dan
hubungan Luke dengan Ary. Jadi apakah mereka sudah putus atau tidak? Tapi kalau
Luke sudah berjanji untuk menjadi anak yang baik, tentu Luke sudah mengakhiri
hubungannya dengan Ary.
Kelas sejarah dimulai dan aku mulai
mengantuk. Kulirik Luke yang sepertinya juga mengantuk. Tapi wajah Luke sangat
pucat. Kasihan. Aku bisa menebak kalau Luke sedang sakit tapi Luke tetap
memaksakan diri untuk sekolah. Tiba-tiba saja Luke melihatku dan cepat-cepat
aku menoleh ke arah lain.
“Antar aku ke UKS.” Ucap Luke dengan
suara pelan.
Aku melirik Luke lagi. Wajah
tampannya itu benar-benar pucat. Ku pegang telapak tangannya yang cukup panas
namun Luke terlihat kedinginan. Baiklah. Aku pun mengangguk dan mengantar Luke
ke UKS. Hitung-hitung pahala dan bisa terbebas dari kelas sejarah yang
membosankan. Luke meminta obat penurun demam dan dia istirahat di ranjang UKS.
Aku mendekati ranjangnya dan duduk di kursi yang sengaja ditaruh di samping
ranjang itu.
Luke menatapku dan aku menjadi malu.
“Kenapa kau tidak balik ke kelas? Aku kan hanya menyuruhmu untuk mengantarku
bukan menyuruh untuk menemaniku.” Ucapnya.
Aku menatap mata birunya dan rasanya
begitu nyaman. “Aku malas balik ke kelas. Tidak ada salahnya kan aku menemanimu
disini? Kalau kau mengantuk, tidur saja.” Ucapku.
Kulihat Luke menghela nafas panjang
dan mengalihkan pandang ke arah lain. Dilihat dari samping saja Luke sudah
sangat tampan. Apalagi saat melihat wajahnya dari dekat dengan waktu yang lama
akan membunuhmu. Dan saat melihat senyum Luke berikut lesung pipi-nya yang
begitu manis, kau akan melemas dibuatnya. Bagiku, Luke benar-benar menarik dan
aku masih berharap untuk bisa menjadi seseorang yang istimewa baginya.
Tiba-tiba Luke kembali menatapku dan aku langsung menunduk.
“Bagaimana hubunganmu dengan
Michael?” Tanya Luke.
Aku mengangkat wajahku. Untuk apa
dia menanyakan hal itu? “Baik.” Jawabku singkat.
“Dengar. Michael sangat mencintaimu
dan kau tidak boleh berbohong padanya. Jika sedikit saja kau berbohong padanya
terutama mengenai perasaanmu padanya, dia akan marah karena Michael sangat
membenci dengan orang yang suka berbohong sekalipun yang berbohong adalah orang
yang dicintainya.” Ucap Luke.
Hatiku sedih mendengar ucapan Luke.
Jadi apakah selama ini aku berbohong pada Michael mengenai perasaanku padanya?
Tapi bukankah aku sedang berada di dalam proses untuk mencintainya? Jika aku
menyerah, berarti aku tidak berbohong. Tapi entahlah aku ingin hubunganku
dengan Michael berakhir karena aku tidak ingin membuat Michael semakin sakit,
lagipula sebentar lagi kami akan berpisah.
“Katakan kalau kau tidak mencintai
Michael.” Ucap Luke.
Tiba-tiba saja aku menangis. Iya
Luk, kau benar. Aku tidak bisa mencintai Michael sekalipun aku menyukai sikap
baik Michael. Aku hanya bisa mencintaimu Luk, hanya kamu. Tapi aku tidak ingin
perasaan ini hadir dan ingin membuangnya jauh-jauh. Kau.. Kau terlalu istimewa
dan terlalu manis untuk aku lupakan.
Luke meraih tanganku dan jantungku
mulai berdetak tak karuan. “Ikuti apa kata hatimu. Jangan pikirkan perasaan
Michael. Aku yakin kalau Michael benar-benar mencintaimu, dia pasti mau
mengerti perasaanmu. Pikirkanlah baik-baik dan putuskanlah suatu keputusan yang
tepat.” Ucap Luke.
Aku baru tau kalau Luke ternyata
cerdas dan pandai menyusun kata-kata. Ya. Luke memang cerdas. Nilainya selalu
A. Aku percaya Luke sudah kembali pada dirinya yang dulu, menjadi Luke yang
baik, ramah dan tidak berbuat kasar terhadap orang lain. Jadi Luke, apakah aku
harus mengakhiri hubunganku dengan Michael dan belajar lebih keras lagi untuk
melupakanmu? Tapi kau bilang ikuti apa kata hatimu. Hatiku berkata kalau aku
tidak bisa melupakanmu dan ingin sekali bersamamu. Apakah keinginan hatiku
salah?
***
Makan malam yang terasa berbeda. Aku
lebih banyak diam dan membiarkan Michael ngoceh terus. Malam malam kami selalu
sederhana, tidak semewah seperti saat makan malam bersama Luke. Kami pun hanya
berjalan kaki karena Michael tidak bisa menyetir mobil. Rasanya seperti saat
makan malam terakhir bersama Alex. Aku bersikap seperti sosok lain yang bukan
diriku sendiri hanya karena Luke, dan kini aku mengalaminya lagi.
“Apa yang sedang kau pikirkan? Kau
tampak berbeda dari lainnya.” Ucap Michael.
Aku teringat dengan perkataan Luke
tentang follow your heart. Apakah aku
harus mengatakan yang sejujur-jujurnya pada Michael kalau aku tidak bisa
mencintainya dan tidak bisa melupakan Luke? Tapi bagaimana jika Michael marah
atau lebih parahnya sakit? Pasti Michael amat sakit dan dia akan membenciku
padahal Michael begitu baik padaku. Aku tidak ingin menyakiti hatinya, tapi
Michael juga harus bisa mengerti perasaanku.
“Aku ingin pulang. Entah kenapa
kepalaku tiba-tiba menjadi pusing.” Dustaku.
Itulah alasan yang aku buat-buat dan
Michael mempercayaiku. Setelah membayar makanan, kami pergi ke jalan besar dan
berusaha menyetop taksi. Tapi anehnya tidak ada satupun taksi yang lewat.
Entahlah rasanya malam ini tidak seperti malam-malam sebelumnya. Rasanya aneh
sekali. Tiba-tiba sebuah mobil hitam berhenti dihadapan kami. Aku tau itu
pertanda tidak baik. Michael mengeratkan genggaman tangannya dan siap
melindungiku. Namun tiga lelaki bertubuh besar itu langsung menyerang kami dan
aku tidak sadarkan diri.
***
Luke’s POV
Suhu tubuhku semakin panas. Biasanya
Mom suka menemaniku dan membuatkanku sup hangat. Aku memang mudah terkena demam
dan demam kali ini bukanlah demam biasa. Aku tidak memilikis siapa-siapa
disini. Aku sudah tidak mau berhubungan dengan Calum, Ashton dan Michael.
Tampaknya mereka sudah tidak mau mempedulikanku lagi. Oke. Aku tak akan
menyesali keputusanku. Rasanya amat sakit dan menggigil. Aku harus pergi ke
dokter tapi aku tidak kuat. Bisa saja aku menyuruh seseorang untuk mengantarku
ke rumah sakit karena aku masih banyak memiliki uang. Begitulah aku. Hanya bisa
menggunakan harta orangtua dan suka menghambur-hamburkannya. Terlebih saat aku
masih pacaran dengan Ary. Ary suka memanfaatkan uangku dan dia sering memintaku
untuk membeli barang-barang keluaran terbaru seperti tas, parfum, sepatu dan
lain-lain.
Astaga aku sudah tidak tahan lagi
dan rasanya seperti sekarat. Apakah ini balasan dari Tuhan atas segala
perbuatanku? Rasanya aku ingin meneteskan air mata. Aku tidak ingin mati
disini. Aku masih ingin melanjutkan hidupku dan memperbaiki semuanya. Aku yakin
sekali disana masih ada kesempatan untukku. Tapi mengingat kondisiku yang
seperti ini membuatku frustrasi. Tiba-tiba Iphone-ku berbunyi. Sebuah nomor
asing tertera disana dan aku menjawabnya dengan suara yang bergetar.
***
Farah’s POV
Dimana aku? Perlahan aku membuka
mataku dan alangkah kagetnya aku mendapati diriku yang hanya menggunakan
pakaian dalam saja. Mengerikan. Aku diikat di kursi dan tubuhku terasa sakit
sekali. Apakah aku telah diperkosa? Entahlah tapi jika iya, aku merasa tidak
takut karena aku sudah mengalaminya bersama Luke. Aku sudah tidak suci lagi dan
tidak peduli dengan siapapun yang telah membuatku menjadi seperti ini.
Tiba-tiba, muncul seorang gadis yang
sudah tidak asing lagi. What the..
Ary! Ary menatapku dengan penuh kebencian. Dia datang menghampiriku lalu
memegang kedua pipiku dengan kasar. Apa ini ada hubungannya dengan Luke? Lalu
dimana Michael? Aku tidak ingin hal buruk terjadi padanya karena semua ini
adalah salahku dan aku tidak ingin Michael ikut terseret ke dalam masalahku.
“Kau memang cantik. Tubuhmu sangat
indah. Pantas saja Luke mabuk melihatmu dan lebih memilihmu dibanding aku!”
Bentak Ary lalu melepaskan tangannya dari pipiku.
Aku sama sekali tidak mengerti
dengan apa yang dibicarakan Ary. Luke lebih memilihku dibanding Ary? Darimana
Ary bisa menyimpulkannya? Luke bahkan tidak menyukaiku. Jadi apakah hubungan
mereka sudah berakhir? Sialnya, pipiku terasa sakit akibat ulah kasar Ary. Tapi
aku tidak mau menangis dihadapan cewek setan itu. Aku berani melawannya,
sungguh. Dan tampaknya Ary setengah mabuk.
Kemudian, pintu terbuka dengan kasar
dan aku kaget melihat Michael yang berantakan. Tidak! Jangan sakiti Michael!
Demi Tuhan Michael tidak bersalah. Michael digeret oleh dua lelaki dan matanya
tampak sayu. Barulah aku menangis dan meronta-ronta. Dua lelaki itu mendorong
tubuh Michael yang lemah dan kulihat ada ikatan yang mengikat dua tangannya
sehingga Michael tidak bisa bergerak.
“Lepaskan dia! Dia tidak bersalah
apapun!” Tangisku.
“Tenang.. Tenang.. Aku tidak akan
menyakitimu dan cowok-mu itu asalkan..” Ucap Ary.
Atas perintah Ary, dua lelaki itu
menarik Michael dan aku bisa melihat wajahnya dengan jelas. Michael masih sadar
dan aku menangis menahan sakit yang aku rasa. Inilah ketakutan terbesar yang
pernah aku rasakan. Hanya karena berhubungan dengan Luke semuanya bisa menjadi
seburuk ini. Tapi aku masih tetap tidak bisa membenci Luke. Kulihat Ary membuka
ponselnya dan menelpon seseorang. Luke? Aku menelan ludahku dan berharap Luke
mau menolong kami. Tapi mengingat kondisi Luke yang buruk, aku jadi ragu.
“Aku Ary. Gadis-mu itu dalam bahaya.
Jika kau mencintainya, datanglah ke tempatku dan jika dalam tiga menit kau
tidak datang, aku akan membunuh gadis-mu itu, juga selingkuhan gadis itu.
Tenang. Semua itu salahmu kan yang berani memutusiku dan lebih memilih gadis
itu?” Ucap Ary.
Luke, hanya dia satu-satunya
harapanku. Ku harap Luke cepat datang dan bisa menyelamatkanku, dan Michael.
Tuhan.. Aku harap Luke baik-baik saja.. Ku mohon…
***
Luke’s POV
Aku membanting Iphone-ku dan
mengumpat. Sialan Ary! Ternyata ancamannya benar. Farah dan Michael dalam
bahaya. Mau tidak mau aku harus datang ke tempat Ary meski kondisiku buruk. Itu
semua salahku dan aku harus bertanggung jawab dengan apa yang telah aku
perbuat. Dengan sisa tenaga yang aku punya, aku mengambil jaket dan kunci
mobiku. Ku tahan segala kesakitanku. Aku benar-benar merasa khawatir dengan
Farah, juga Michael. Dan aku rela melakukan apapun asalkan mereka semangat.
Mengemudi mobil dengan keadaan
seperti ini sangat tidak baik. Aku ragu dan takut kalau-kalau aku bisa menabrak
kendaraan lain. Ditambah lagi waktu yang Ary berikan sangat sedikit. Tiga
menit. Apa Ary gila? Aku juga tidak tau mengapa Ary sampai bisa mendapatkan
Farah dan Michael. Apa Ary hanya menjebakku? Keringat dingin keluar membasahi
wajahku. Aku takut saat-saat ini adalah saat-saat terakhirku. Aku takut.
Hanya berbekal khawatir dan nekat,
aku berhasil tiba di tempat Ary yang dulu sering aku gunakan bersama Ary saat
malam hari. Kesalahan besar memang tapi aku tidak mau mengungkitnya lagi. Aku
berlari dan mendobrak pintu utama dan aku kaget dengan apa yang aku lihat.
Benar saja. Farah dan Michael sedang dalam bahaya! Ku lihat Farah diikat di
kursi dan aku amat marah karena mereka sudah menampakkan tubuh Farah. Sedangkan
Michael, astaga aku sangat merindukannya dan ingin menangis melihat keadaannya.
“Luke..”
Ku dengar lirihan Farah yang dapat
meyayat hatiku. Matanya berkaca-kaca dan rasanya aku ingin memeluknya dan
mengatakan bahwa semuanya akan baik-baik saja. Selanjutnya, aku menatap Ary dan
dia menatapku dengan penuh kemenangan.
“Apa yang telah kau lakukan
padanya?” Bentakku.
Ary tersenyum sinis. “Semua itu
salahmu. Kau berani menjalin hubungan denganku dan berani memutusiku hanya
karena gadis itu. Aku ingin gadis itu pergi dari dunia ini karena dia sudah
membuatku sakit karena kehilanganmu.” Ucapnya.
“Tidak! Kau sedang mabuk Ary. Aku
memutusimu bukan karena gadis itu. Kau yang tidak mengerti!” Ucapku.
“Aku memang tidak mengerti. Asal kau
tau, selain bernafsu dalam hubungan seks, aku juga bernafsu untuk membunuh
orang yang aku bencikan!” Ucap Ary.
Aku bergidik ngeri mendengar suara
Ary, Farah dan Michael pun sama. Kami sama-sama dalam bahaya. Rasa
penyesalan-lah yang saat ini aku rasakan. Bukan. Bukan menyesal karena telah
memutusi Ary, tapi menyesal karena sudah membuat Farah terseret dalam kisah
hidupku. Aku benar-benar menyesal. Sungguh, aku sangat menyayangi Farah dan aku
tidak ingin hal buruk terjadi pada Farah. Aku rela melakukan apapun asalkan
Farah selamat.
“Aku akan melakukan apapun asalkan
kau bebaskan Farah dan Michael.” Ucapku dengan suara yang bergetar.
Tiba-tiba Ary menghampiriku dan
nafsu-nya mulai bermain. Dia melingkarkan tangannya di leherku dan berniat
untuk menciumku. Aku mau saja dicium olehnya karena aku sudah tidak bisa
melakukan apa-apa lagi. Aku hanya ingin Farah dan Michael selamat, itu saja.
Setelah Ary melepaskan ciumannya, dia mengeluarkan sesuatu dan entah darimana
Ary bisa mendapatkan pistol! Wajahku menjadi pucat. Aku sempat melihat
kekagetan di wajah Farah dan Michael. Apa Ary akan membunuh kami bertiga? Tapi
aku masih punya satu harapan. Satu harapan walau sangat kecil.
“Kau sangat tampan, Luk. Karena
ketampananmu itu dapat membuatku gila. Tidak pernah aku merasa segila ini. Dan
saat berhubungan denganmu, aku sangat menikmatinya dan ingin terus melakukannya
tanpa henti. Sekarang, aku menawarkanmu dua pilihan yang sulit.” Ucap Ary.
“Apa itu?” Tanyaku.
Sebelum menjawab, Ary menatap Farah
seakan-akan ingin menerkamnya. “Aku akan membiarkanmu selamat dan bebas dari
segala apa yang berhubungan denganku asalkan dia dan dia mati dengan tanganku
sendiri. Atau.. Aku akan membiarkan gadis yang kau cintai dan selingkuhan-nya
tetap hidup asalkan kau mati di tanganku.” Jawabnya.
Pilihan yang sangat sulit. Kulihat
Farah menangis dan aku juga ingin menangis. Kulihat mata indahnya yang sudah
penuh dengan air mata. Aku tak pernah berhenti memikirkan mata itu. Mata yang
sudah menyelamatkanku. Sekarang, giliran aku yang menyelamatkannya. Aku.. Aku
mencintaimu Farah.. Terucap sudah kalimat itu walau hanya hatiku yang bicara.
Kemudian aku menatap Ary.
“Bunuh saja aku.” Ucapku.
“TIDAK !!”
Itu suara Farah. Hatiku semakin
terasa sakit mendengar teriakannya. Tidak Farah, tidak. Inilah jalan takdirku.
Biarkan aku mati asalkan kau dan Michael selamat. Aku lihat Ary tersenyum
senang dan sepertinya Ary bersiap untuk membunuhku. Ya. Aku akan menebus semua
kesalahanku dengan cara seperti ini. Aku tidak ingin mati sia-sia.
“Pilihan yang sangat tepat. Dengan
kepergianmu, aku jadi bisa melupakanmu dan mencari lelaki yang lebih bermutu
darimu.” Ucap Ary.
Aku memejamkan mataku, lalu
membukanya. “Tolong beri aku satu kesempatan untuk bicara dengan Farah. Setelah
itu kau boleh membunuhku.” Ucapku.
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar