“When
I see your smile tears run down my face I can't replace
And now that I'm strong I have
figured out
How this world turns cold and it
breaks through my soul
And I know I'll find deep inside me I
can be the one
I will never let you fall I'll stand up with you forever
I'll be there for you through it all
(through it all)
Even if saving you sends me to heaven
It's okay. It's okay. It's okay
Seasons are changing and waves are
crashing
And stars are falling all for us days
grow longer and nights grow shorter
I can show you I'll be the one..”
***
Tell me this is just a dream! Aku benar-benar tak percaya dengan
apa yang aku lihat. Aku sedang berimpi, aku sedang bermimpi! Jadi Luke akan
merelakan nyawanya demi aku dan Michael? Jangan bercanda! Aku yakin sekali Ary
hanya bercanda. Aku yakin sekali gadis itu masih memiliki hati. Setidaknya Ary
bisa melepas kami bertiga tanpa harus melakukan hal yang buruk pada kami. Aku
tidak mau melihat Luke mati di tangannya. Kalau begitu caranya, aku juga ingin
mati tepat di samping Luke karena aku tidak akan bisa hidup tanpanya, sungguh.
Sebelum melirik ke Luke, aku menyempatkan menatap Michael yang matanya
berkaca-kaca. Entahlah apa yang dipikirkan Michael tapi aku tau kalau Michael
sangat tidak menyukai keputusan Luke. Luke adalah sahabatnya. Sebenci apapun
Michael pada Luke, aku yakin masih ada sedikit nama Luke di hati Michael. Luke
tetaplah sahabat Michael dan akan menjadi seperti itu selamanya. Kemudian, aku
menatap Luke tapi bayangan Luke tak sepenuhnya terlihat karena air mataku. Tapi
aku tau kalau Luke juga menatapku. Matanya tetaplah mata terindah yang pernah
aku lihat.
“Farah..” Ucap Luke pelan.
Tidak Luk, tidak. Aku tidak ingin kau mati. Adakah pilihan lain tanpa
harus berhubungan dengan nyawa? Ary, betapa liciknya dia. Aku harap semua ini
cepat berakhir dan aku bisa tersenyum melihat Luke, walau itu.. walau itu tidak
selamanya, walau Luke tidak bisa mencintaiku, dan sebentar lagi kami akan
berpisah menjalani hidup kami masing-masing. Tapi sekali ini saja aku sangat
berharap supaya Tuhan mau menyelamatkan kami bertiga, aku sungguh tidak ingin
kehilangan Luke.
Luke menatapku dan air mataku semakin banyak menetes. “Maafkan aku,
Farah. Semua ini salahku. Jika saja sejak awal aku mengabaikanmu, semuanya tak
akan seperti ini. Aku tau kau sangat membenciku dan mengatakan kalau aku aneh.
Ya. Aku memang aneh. Tapi karena kehadiranmu, kau merubah segalanya. Maafkan
aku. Aku sudah berjanji akan melakukan apapun dan inilah pilihanku. Aku yang
salah dan aku-lah yang harus bertanggung jawab.” Kemudian Luke menatap Michael.
“Mike, maafkan aku. Tolong jangan benci aku. Kau tetap sahabat terbaikku.
Kuharap dengan cara ini semua kesalahan-ku akan terhapus walau aku tidak yakin.
Jaga Farah baik-baik..” Luke kembali menatapku. “Farah, kau sangat beruntung
memiliki seorang kekasih seperti Michael. Michael adalah cintamu dan jangan
ragu dengan perasaanmu. Aku benar-benar merasa bodoh dan merasa sakit. Tapi
inilah kenyataannya. Kenyataan pahit yang harus aku terima.” Luke menyetop
pembicarannya dan aku sama sekali tidak bisa berkomentar apapun. Tubuhku
gemetaran dan jantungku berdetak dengan sangat cepat. “Farah, aku.. aku
mencintaimu..” Ucap Luke.
Aku memejamkan mataku dan berharap aku tidak salah dengar. Farah, aku.. aku mencintaimu.. Kali ini
aku meminta kalau aku tidak sedang bermimpi. Aku ingin mendengar kalimat itu
dalam dunia nyata, bukan mimpi. Aku tidak tau yang jelas aku tengah berada di
masa-masa yang sulit. Antara berharap ini semua hanya mimpi, dan kenyataan.
Tapi rasanya.. rasanya seperti aku sudah kehilangan Luke untuk selama-lamanya.
Aku masih memejamkan mataku dan berharap Tuhan mencabut nyawaku saat itu juga
karena aku sudah tidak tahan lagi.
“Berhenti! Angkat tangan kalian!”
Baru aku membuka mataku dan melihat siapa yang datang. Marie? Lily?
Corine? Chloe? Calum? Ashton? Marie tampak menangis disana. Kemudian beberapa
polisi datang dan langsung menangkap Ary dan dua lelaki itu. Tentu saja mereka
tidak bisa berkutik apapun. Aku menatap Luke. Tuhan terimakasih! Luke baik-baik
saja dan aku bisa tersenyum. Lily dan Corine datang dan melepaskan ikatan di
tanganku sedangkan Calum dan Ashton membantu Michael. Kulihat Michael langsung
memeluk keduanya. Aku pun langsung memeluk Lily dan Corine sambil menangis.
“Demi Tuhan aku sangat takut! Untung kalian datang!” Tangisku.
“Luke yang mengirim pesan ke kami semua dan kami mencium bau-bau tidak
enak. Dan benar saja. Kami memanggil polisi dan menemukan kalian di tempat
ini.” Ucap Chloe.
Aku melepaskan pelukanku dan baru sadar kalau aku tidak memakai baju. Aku
tersenyum malu. Marie melemparkan baju padaku dan aku memakainya dengan cepat.
Kemudian aku melihat Luke. Langsung saja aku menghambur ke pelukannya yang
sanga hangat. Luke memelukku dan itu adalah pelukan terbaik yang pernah aku
rasakan. Aku menangis di pelukan Luke dan tidak peduli dengan kaus-nya yang
basah.
“Luke, aku sangat ketakutan. Syukurlah polisi datang. Aku..” Ucapku lalu
dipotong oleh Luke.
“Tenanglah. Aku ada disini. Semuanya baik-baik saja.” Ucap Luke dengan
lembut.
Pelukan kami akhirnya lepas dan aku menatap Luke. “Luke.. aku..” Ucapku.
Belum saja aku selesai mengucapkan kalimatku, tiba-tiba saja Luke
pingsan. Aku kaget bukan main. Michael, Calum dan Ashton berlari sambil
membantu Luke. Astaga aku baru sadar kalau demam Luke sudah sangat parah. Ku
harap setelah ini Luke baik-baik saja.
***
Ini tidak baik. Sudah tiga hari Luke tak sadarkan diri dan selama itulah
tidur-ku tidak nyenyak. Tapi ada berita bagus. Aku sudah mengatakan yang sejujur-jujurnya
pada Michael kalau aku tidak bisa melupakan Luke dan masih mencintai Luke.
Michael mengerti dan dia melepaskan-ku demi kebahagiaanku. Katanya, Luke juga
mencintaiku tapi aku masih tidak yakin. Aku tidak peduli bagaimana perasaan
Luke padaku asalkan Luke baik-baik saja dan terbangun dari tidurnya.
Hari keempat. Setelah pulang sekolah, aku menyempatkan diri menjenguk
Luke. Ternyata disana sudah ada Calum yang menemani Luke. Aku tersenyum menyapa
Calum. Ya. Kami mendapat jatah giliran untuk menjaga Luke. Sekarang giliranku
untuk menjaga Luke dan berharap Luke terbangun. Aku sangat merindukan mata
indahnya dan senyumannya. Calum meminta izin untuk keluar. Kini hanya aku dan
Luke disini. Aku menatap wajah pucat Luke dan mencoba untuk tidak menangis.
Tangan Luke cukup dingin dan tampak kurus. Tuhan.. Aku tidak sanggup melihat
Luke dalam keadaan seperti ini. Tolong bangun Luk, demi aku, Michael, Calum,
Ashton dan orang-orang yang kau sayangi.
Sepertinya harapanku terkabul. Jantungku berdebar-debar mlihat gerakan
kelopak matanya dilanjutkan dengan gerakan tangannya. Luke tersadar dari
pingsannya. Cowok itu menatapku dan aku menatapnya. Kemudian Luke tersenyum.
Ya, hanya dengan senyuman itu saja Luke sudah membuatku bahagia. Tak apa tidak
bisa menjadi milikmu asalkan aku bisa melihat senyum itu.
“Farah..” Ucap Luke pelan.
“Hei kau sudah bangun. Kau sangat membuatku khawatir.” Ucapku.
Luke tertawa. “Aku sangat lelah. Aku ingin istirahat dalam beberapa hari.
Tapi karena aku tidak tega melihatmu menangis, maka aku memilih untuk bangun.”
Ucapnya.
Aku memukul pelan bahu Luke. Ya. Semuanya tampak baik-baik saja dan aku
berharap akan selalu menjadi seperti itu. Hubungan Luke dengan tiga sahabatnya
tentu akan kembali membaik dan mereka kembali bersama. Tidak perlu memikirkan
soal Ary karena gadis itu sudah ditangani oleh polisi. Tiba-tiba Luke menyentuh
tanganku. Tatapannya terlihat sangat berbeda dari biasanya.
“Aku senang kau berada disisiku. Rasanya seperti berada di surga.” Ucap
Luke.
Pipiku memerah mendengar suaranya. Lalu hatiku memberontak untuk
mengucapkan tiga kata yang sejak tadi aku tahan. Tidak apa-apa. Biarlah aku
memulai duluan. Aku tidak peduli bagaimana respon Luke asalkan aku sudah
mengatakannya.
“Luke.. Aku..” Kutatap matanya yang indah. Hatiku merasa nyaman. Tak
perlu ragu, ujar hatiku. “Aku.. Aku mencintaimu Luke..” Ucapku.
Lega rasanya mengucapkan kalimat itu. Luke telah mendengarnya dan aku
berharap Luke tidak marah. Inilah kata hatiku, Luk. Aku mencintaimu dan aku
tidak bisa melupakanmu. Kau terlalu istimewa dan sulit tergantikan oleh
siapapun. Tapi Luke terlihat biasa saja, malah cowok itu tersenyum.
“Katakan sekali lagi.” Ucap Luke.
Astaga mau Luke apa sih? Aku malu dibuatnya. Pipiku sudah sangat merah.
“Aku mencintaimu Luke..” Ucapku.
Langsung saja aku menjatuhkan kepalaku di dadanya dan aku mendapatkan
sentuhan lembut di rambutku. Aku sangat bahagia. Sangat bahagia. Meski Luke
tidak mau membalas perasaanku, tidak apa-apa. Aku sudah sangat bahagia saat
ini.
“Farah..” Ucap Luke.
Mata kami bertemu. Tatapan Luke sangat membunuhku dan mampu membuatku
meleleh tetapi aku memberanikan diri menatapnya. “Farah, aku juga mencintaimu.”
Ucap Luke.
***
Musim panas. Aku baru bisa menikmati keindahan musim panas yang sebentar
lagi akan berakhir. God! Itulah yang
menjadi bahan pikiranku belakang-belakangan ini. Tapi siapa sangka, setelah
Luke sembuh, cowok itu langsung menjadikanku sebagai kekasihnya dan tentu saja
aku terima. Akhirnya impian yang selama ini aku impikan terwujud juga. Tapi aku
masih tidak enak dengan Michael. Michael memang sudah merelakan-ku bersama Luke
tapi rasanya Michael belum sepenuhnya bisa melupakanku. Tapi demi persahabatan,
Michael berjanji tidak akan membenci Luke hanya karena hubungan kami.
Tinggal dua minggu lagi. Aku menghitung kalender-ku dan dada-ku terasa
sesak. Aku memang sudah pacaran dengan Luke, tapi saat musim panas berakhir,
kami berpisah dan memulai hidup kami masing-masing dan aku tidak mau hal itu
terjadi. Aku ragu mengatakan hal ini pada Luke karena tentunya Luke juga sakit
mendengarnya. Luke sudah ditinggal oleh Aleisha dan aku tidak ingin
meninggalkannya. Aku tidak ingin melihat sikap gila Luke dan kerjaan Luke yang
kebanyakan negatif-nya. Aku sangat mencintai Luke. Jika boleh, aku siap pindah
negara dan tinggal bersama Luke, dimanapun Luke berada.
Malam harinya, aku memutuskan untuk menemani Luke di apartemen-nya. Luke
masih tetap tinggal di apartemennya karena sudah menyewa sampai akhir
September. Rugi jika Luke kembali ke asrama dan teman-temannya pun mengerti.
Satu hal yang sangat aku sukai dari Luke. Cowok itu bisa memasak walau masakannya
tidak seenak masakan Ibuku. Tapi aku merasa malu padanya karena aku tidak bisa
memasak. Menggoreng saja sih bisa tapi aku tidak bisa membuat masakan yang
benar-benar masakan.
Apartemen Luke cukup luas dan nyaman. Aku membantu Luke membuat pasta. Tampaknya
pasta buatan Luke sangat lezat. Luke memintaku untuk bermalam di apartemennya
dan aku menurut saja. Tiba-tiba aku teringat dengan adegan dimana aku tidur
bersama Luke dalam kondisi yang mengenaskan. Aku tersenyum malu mengingat semua
itu. Sekarang aku malah ingin terus tidur bersama Luke dan tidak peduli dengan
yang Luke lakukan. Aku tau ini gila dan dosa, tapi sungguh aku tidak bisa
menahan semuanya. Tapi aku bersumpah hanya tidur saja dengan berpakaian lengkap
tanpa melakukan hal yang tidak wajar.
Makanan sudah siap. Aku yang menyediakan minuman berupa jus tomat. Kami
makan dengan lahapnya sesekali bercanda. Terkadang jika aku bahagia, aku bisa
melupakan masalah yang aku alami sekalipun itu besar, contohnya tentang musim
panas yang sebentar lagi akan berakhir dan aku kembali ke Indonesia. Pasta-ku
sudah habis karena aku kelaparan sedangkan Luke masih memakan pasta-nya itu.
Aku memperhatikan gaya makan Luke dan aku sangat menyukainya. Tuhan..
Terimakasih karena sudah mengirim Luke dalam kehidupanku. Aku sangat bahagia.
Ingin sekali aku memeluk Luke dan tidak akan membiarkan Luke pergi.
“Hei.” Ucap Luke menyadarkanku.
Aku terkaget. “Kau mengagetkanku saja.” Ucapku.
Luke tertawa kemudian kami merapikan makanan kami. Kulihat sudah jam
sembilan malam namun aku masih belum mengantuk. Aku ingin menghabiskan malamku
bersama Luke. Kami pun duduk di dekat jendela apartemen Luke dan disana aku
bisa melihat pemandangan malam yang indah. Aku duduk sambil bersandar di dada
Luke sedangkan Luke menaruh dagu-nya di atas kepalaku. Benar-benar romantis dan
aku sangat nyaman dengan posisi ini.
“Aku ingin bertanya padamu. Sejak kapan kau mulai menyukaiku?” Tanya
Luke.
Masa lalu itu hadir di kepalaku. Saat pertama kali aku tiba di London,
bertemu Lily dan lainnya, bertemu Alex, sekolah pertama lalu bertemu dengan
cowok tampan namun aneh bernama Luke Hemmings. Kenangan-kenangan yang indah.
Tapi aku tidak tau sejak kapan aku menyukai Luke. Aku benar-benar tidak tau.
“Mungkin saat pertama kali aku melihatmu. Kau benar-benar memukau-ku.
Apalagi saat kau membantuku memasukkan barang-barangku yang jatuh ke dalam
tas-ku.” Jawabku.
Luke mengacak-ngacak pelan puncak rambutku. “Sejak pertama aku melihatmu,
kau tampak berbeda dari gadis lainnya. Dan sejak itulah aku berhenti memikirkan
Aleisha, tentunya karena kau.” Ucapnya.
Aleisha? Entah mengapa hatiku menjadi sakit mendengarnya. Bagaimana jika
Aleisha kembali menyukai Luke? Aku takut jika hal itu terjadi, Luke kembali
menyukai Aleisha dan melupakanku. Ah, pasti Aleisha tinggal satu negara bersama
Luke.
“Tenang saja. Aku sudah melupakan Aleisha. Di hatiku hanyalah kamu.
Percayalah.” Ucap Luke.
Luke memelukku dengan erat dan aku benar-benar merasa bahagia dan nyaman.
Aku bisa mendengar detakan jantung Luke yang terdengar sedikit cepat. Terkadang
aku dan dia masih bersikap canggung dan malu.
“Luke, aku takut.” Ucapku.
“Apa yang kau takutkan?” Tanyaku.
Aku menghela nafas panjang sebelum menjawab. Musim panas, Luk. Apa kau
tak pernah berpikir sedikitpun tentang musim panas yang sebentar lagi akan
berakhir? Aku takut Luk. Aku takut kehilanganmu. Apalagi aku takut jika sampai
Mom tau kalau aku berhubungan dengan cowok asing dan sudah tidak suci lagi.
Kenapa sih harus ada rasa takut di dunia ini? Kenapa tidak bahagia saja?
“Aku takut kehilanganmu. Sebentar lagi musim panas akan..” Jawabku lalu
dengan gerakan cepat Luke mengangkat wajahku dan menundukkan kepalanya lalu
menciumku. Ciuman yang sangat indah. Aku tak ingat berapa kali berciuman dengan
Luke tapi kurasa kami sudah sering berciuman. Kemudian Luke melepaskan
ciumannya padaku dan mata birunya yang indah menatapku.
“No matter what happens I’ll always
by your side wherever you are. I know we can through it all.” Ucap Luke.
Senyum dan wajah Luke amat menggodaku. Aku selalu ingin mencubit pipi
Luke dan menekan-nekan lesung pipi-nya yang menggemaskan itu. Tiba-tiba aku
mendapatkan suatu ide. Ya. Aku ingin mendengar suara Luke, maksudnya aku ingin
mendengar Luke menyanyi. Kata Michael, Luke memiliki suara yang sangat bagus
dan saat kau mendengarnya, kau akan dibuat meleleh oleh suaranya.
“Nyanyikan aku sebuah lagu.” Pintaku.
Langsung saja Luke bangkit dan mengambil gitar-nya lalu duduk di
sampingku. Aku ingat saat aku melihat Luke bermain gitar dan aku benar-benar
terpesona dengannya. Luke benar-benar sempurna dan aku beruntung memilikinya.
Suara petikan gitar Luke mulai terdengar dan aku bisa menebak lagu apa yang
dinyanyikan Luke.
“When I see your smile tears run
down my face I can't replace, and now that I'm strong I have figured out. How
this world turns cold and it breaks through my soul. And I know I'll find deep
inside me I can be the one. I will never let you fall I'll stand up with you forever I'll be there
for you through it all .Even if saving you sends me to heaven. It's okay. It's
okay. It's okay..”
Salah satu lagu favoritku dan aku hampir menangis mendengarnya. Suara
Luke benar-benar indah dan Luke cocok jadi penyanyi. Malam ini terasa sempurna
dan aku ingin selama-lamanya seperti ini. Aku tetap memperhatikan Luke dan
menahan air mataku agar tidak menetes.
“Seasons are changing and waves are
crashing and stars are falling all for us. Days grow longer and nights grow
shorter. I can show you I'll be the one. I will never let you fall. I'll stand
up with you forever. I'll be there for you through it all even if saving you
sends me to heaven. 'Cause you're my, you're my, my, my true love, my whole
heart please don't throw that away 'Cause I'm here for you please don't walk
away and please tell me you'll stay..”
Luke menutup lagunya dengan satu kecupan di keningku. Aku meneteskan air
mataku. Luke, aku tidak ingin kau meninggalkanku dan aku tidak ingin
meninggalkanku. Tapi kau sudah berjanji untuk tak akan meninggalkanku dan
melauinya bersama-sama. Aku mencintaimu, Luke lebih dari yang kau tau. Rasa kantuk mulai menyerangku. Aku meminta
Luke agar aku tertidur di pelukannya. Luke mengangguk. Dia membuat posisi
senyaman mungkin dan memelukku dengan hangat. Entahlah apa yang ada
dipikirannya, tapi aku tau kalau dia mencintaiku. Luke mencintaiku dan dia
tidak akan meninggalkanku apapun yang terjadi.
Apapun yang terjadi karena aku sudah masuk ke dalam kisahnya sekarang,
kisah hidupnya.
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar