expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Sabtu, 27 Juli 2013

Please, Don't Forget Me! ( Part 26 )

Part 26

.

.

.

Ya, ia telah menemukan sebuah keputusan. Keputusan yang ia rasa adalah keputusan finalnya. Ify meyakinkan diri supaya tidak menyesal mengambil keputusan ini.

Tok..Tok..Tok..

“Cari siapa?” Tanya seseorang.

“Gabrielnya ada?”

“Oh, anda Ify ya? Calon istri tuan Gabriel? Ayo masuk. Tuan ada di dalam.”

Ify menghela nafas panjang. Tuhan.. Kuatkanlah hamba-Mu yang lemah ini. Mantapkanlah hati hamba.. Tuhan.. Jika jodohku adalah Gabriel, aku ikhlas kok. Jika Rio bukan jodohku, aku rela. Aku yakin Rio bahagia bersama Dea.

“Ify!” Seru Gabriel senang. Ify tersenyum menanggapi seruan Gabriel. Tentu dengan senyuman yang sedikit dipaksakan.

“Nunggu lama?” Tanya Gabriel. Ify menggeleng.

“Kamu itu, jangan sedihlah. Tersenyumlah! Pesta pernikahan kita akan segera dilaksanakan. Dan itu semua kan kemauanmu. Aku tidak bisa menolak atau apa.” Gabriel memberhentikan perkataannya. “Fy, apa kamu masih mencintai Rio?” Lanjutnya.

Tentu Ify kaget mendengar pertanyaan Gabriel yang sangat ia hindari. “Ti..Tidak Yel. Ify kan sekarang cinta sama kamu.” Jawab Ify tak rela.

“Ya udah. Gabriel percaya ama omonganmu.”

Tuhan.. Semua ini memang benar terjadi. Ia akan menjadi istri Gabriel, bukan istri seseorang yang sangat dicintainya. Rio... Ingat aku Yo.. Tolong ingat aku.. Ah, ayolah Fy! Jangan sedih lagi. Kamu harus bahagia. Ingat, pernikahan itu segera dilaksanakan, dan ia tidak boleh menangis lagi.

“Ohya Fy, kalo kamu nggak keberatan, kamu mau kan ikut aku tinggal di Makassar? Aku ditugaskan kerja disana. Kamu mau kan?” Tanya Gabriel.

Ke Makassar? Dan ia tak akan pernah lagi melihat wajah manis Rio? Oh.. Tapi bukankah itu hal baik? Di Makassar nantinya tentu ia dapat melupakan Rio.

“Baiklah. Ify kan istri Gabriel. Ify setia nemanin Gabriel kemanapun Gabriel pergi.” Jawab Ify mencoba tersenyum.

Gabriel tertawa mendengar jawaban Ify. Lalu ia mencium rambut Ify dan memeluknya. “Fy, aku cinta kamu, aku sayang kamu, aku janji akan membahagiakan kamu..”

***

Dea begitu kaget melihat siapa yang datang menemuinya. Bahkan ia tau telah mendengar semua perkataannya tadi. Dea mencoba kembali tenang dan terus menatap Alvin yang sejak kemarin belum sadar.

“Katamu, kamu nggak kenal Ify. Kok kamu tadi ngomongin Ify sih?”

Apa ia harus menjelaskan yang sebenarnya? Tidak! Tidak boleh! Dea tidak mau kehilangan Rio, ia tidak mau.

“Siapa yang omongin Ify?” Tanya Dea.

“Tadi itu. Aku jadi bingung. Tadi kamu bilang Rio hanya untuk Ify dan Ify hanya untuk Rio? Maksudnya apa?”

Sial! Rio tidak berhenti bertanya mengenai masalah itu. Sekarang, apa yang harus ia jelaskan? Dea tidak mungkin menjelaskan yang sebenarnya.

“Mungkin Rio salah dengar. Sebaiknya Rio pergi. Dea pengin sendiri.” Kata Dea seperti nada mengusir.

“Baiklah. Tapi kalo ada apa-apa kasih tau Rio ya?” Kata Rio seraya pergi meninggalkan Dea. Dea menatap punggung Rio yang semakin menghilang dari penglihatannya.

‘Maafin aku Yo.. Maafin aku..’

***

Jadi, apakah ia benar-benar merasakan jatuh cinta? Pada gadis yang bernama Shilla itu? Sungguh, ia tidak yakin. Hampir dua jamman ia smsan sama Shilla, dan selama dua jam itu ia merasakan sebuah kebahagiaan. Jadi, apakah ia benar-benar jatuh cinta?

Harus Kka, harus! Kamu harus menikah. Lihat, umurmu berapa? Apa kamu tidak ingin menjadi seorang Ayah? Tentu Cakka menginginkan hal itu, ia ingin sekali. Jadi, apa ia akan melamar Shilla? Sebegitu cepatkah ia melakukannya? Cakka jadi tersenyum sendiri.

Drtdrtrdrt...

Message From : Anne

Cieee, yg lg jatuh cinta :D

Dasar Zevana! Cakka masih bingung sama anak buahnya itu. Sebenarnya, nama aslinya siapa sih? Anne atau Zevana?

Message To : Anne

Sbnrnya nmmu siapa sih? Anne ato Zevana?

Di sebrang sana, Zevana tertawa ngakak. Ahahaha.. Masalah kecil itu ditanyakan? Anne itu salah satu dari nama panjangnya. Zevana Arga Anne Angesti.

Message From : Anne

Dua2nya J ohya, gmn nih? Apa pak Cakka mw melamar sepupu sy?

Cakka tidak membalas pesan Zevana. Ia masih memikirkan perasaannya yang sebenarnya. Apakah ia memang menyukai Shilla atau tidak? Pertanyaan ini harus ia selesaikan. Sebelum semuanya terlambat. Cakka tidak mau hal itu terulang lagi. Setelah Agni meninggalkannya.

***

Mungkin... Mungkin ini terkahir kalinya ia mengunjungi tempat ini. Danau.. Ify mencoba tersenyum, menatap danau itu tanpa air mata. Namun, air mata itu tetap tak bisa dikalahkan. Walau ia menahannya dengan susah payah, air mata itu tidak mau berhenti mengalir. Tak apa, Ify yakin air mata ini adalah air matanya yang terakhir. Setelah itu tidak ada air mata lagi. Ify cukup bahagia bersama Gabriel, calon suaminya.

Dilihatnya tempat itu. Tempat yang paling romantis yang pernah ditemuinya. Di tempat itu, Rio menembaknya. Di tempat itulah ia menjadi kekasih Rio. Sekarang, tempat itu sudah tidak berguna. Tempat itu adalah masa lalunya. Masa depannya berada di Makassar bersama Gabriel. Danau... Apa aku harus meninggalkanmu? Aku tau kamu tidak salah, tapi aku harus meninggalkanmu.

Menangis lagi. Ify berjanji ini tangisannya yang terakhir. Biarlah sore ini ia menangis sendiri bersama danau. Tiba-tiba, rintik-rintik air hujan menetes membahasi tempat ini. Langit sedang simpati padanya. Ya, Ify ingin menghabiskan sore ini dengan tangisan terakhirnya. Meskipun bajunya basah. Ify tidak peduli.

“Menangis lagi?” Kata seseorang yang sedang menutupinya dengan jaket hitam.

***

Ya! Cakka sudah menemukan jawabannya. Cakka yakin dengan jawaban ini. Dan jawaban ini tidak akan ia ubah. Cepat-cepat ia menelpon seseorang.

Tut...Tut...Tut...

Disebrang sana, seorang cewek mengangkat telepon dengan malas. Tetapi, melihat siapa yang menelponnya, cewek itu tersenyum.

“Ya? Oo, saya bisa kok.” Kata cewek itu.

Entah mengapa hatinya berbunga-bunga. Cewek itu terus saja tersenyum. Namun, ia ingat dengan sahabatnya. Ify.. Apa aku jahat kalo aku bahagia dan kamu tidak? Tapi ia yakin. Ify tidak sedih lagi. Ia dapat info dari Sivia bahwa kakaknya akan melamar Ify, dan katanya, Ify menerimanya. Hmmm, apa.. apa Gabriel hanya dijadikan pelampiasan? Entahlah, ia tak ambil pusing.

“Kemana?” Tanya Mama.

“Ketemu someone.” Jawabnya.

“Ehem, cepat kenalin Mama ama dia ya.. Mama pengin cepat-cepat punya cucu.” Goda Mama.

“Ih Mama..”

“Terus, kamu udah putus ama Alvin?”

Ctar! Baru saja ia dapat melupakan Alvin, dan ia kembali mengingat mantannya itu. Mantan yang masih dicintainya, walau sangat dibencinya. Shilla ragu meneruskan langkahnya bertemu Cakka.

“Kenapa?” Tanya Mama.

“Mmmm, nggak papa kok.” Jawab Shilla.

Benar kan, ia jadi malas bertemu Cakka. Ia takut, Cakka memutusinya, sama seperti Alvin. Ah Shilla, kamu sama saja seperti Ify. Tapi kan, ia dan Cakka sudah besar. Ia yakin Cakka langsung menikahinya. Shilla tau keadaan Cakka yang sebenarnya. Ia tau semuanya dari Zevana.

‘Oh, apa aku harus bertemu Cakka?’

***

Sekarang, yang ia rasakan adalah kehangatan dari jaket itu. Ify melihat siapa gerangan yang memasangakan jaket ke tubuhnya. Hah? Ri..Rio? Mau apa dia kemari? Dan, mengapa Rio tersenyum gitu? Ia ingat pesta pernikahannya dengan Gabriel yang segera dilaksanakan.

“Menangis lagi?” Tanya Rio.

Tuhan... Mengapa Kau kirim dia kesini? Ke tempat ini? Mengapa Tuhan, mengapa? Ify ingin saja protes. Rio.. dia selalu datang tiba-tiba dan selalu membuat air matanya mengalir.

“Pergi sana!” Bentak Ify. Ia melepas jaket hitam yang membaluti tubuhnya.

“Salah ya aku disini?” Tanya Rio polos. Ia mengambil jaket malang itu.

“Ya. Kamu udah lupa ma aku Yo.. Kamu jahat.. Kamu jahat..”

Tangisan itu terdengar semakin keras. Rio bingung mendapati Ify yang menangis tiba-tiba. Gadis aneh! Batinnya. Tapi tak tau kenapa, ia begitu nyaman berada di samping Ify. Dan tempat ini, ia merasa tak asing lagi dengan tempat ini.

“Kamu... Aku jadi bingung.” Kata Rio.

“Bingung? Kamu udah lupain aku Yo.. Tau tidak, sebentar lagi aku mau nikah. Dan ini semua salah kamu!”

Baru kali ini ia dibentaki oleh seorang gadis. Rio sedikit menjauhi Ify. Ia mencoba mencerna kalimat yang diucapkan Ify tadi. Kamu udah lupain aku Yo... Memangnya, apa ia telah melupakan Ify? Bukannya ia tidak pernah mengenali Ify?

“Pergi Yo.. Pergi..” Kata Ify mulai melunak.

Rio teringat sesuatu. “Fy, apa benar Rio hanya untuk Ify dan Ify hanya untuk Rio?”

Mendengar kalimat itu, jantungnya serasa berhenti berdetak. Apa.. Apa Rio sudah mengingatnya? Apa Rio sudah mengingatnya lagi? Tapi, Ify teringat pernikahan itu yang tidak mungkin ia batalkan. Tidak, Rio tidak mungkin mengingatnya lagi.

“Ya. Tapi itu dulu. Sekarang Rio menjadi kekasih Dea, bukan Ify.” Jawab Ify.

“Ooo, apa Rio pernah pacaran sama Ify?” Tanya Rio lagi.

Sebentar, yang Rio maksudkan adalah Rio siapa? Rio dirinya atau Rio orang lain? Ify jadi bingung sendiri.

“Rio siapa maksud kamu?” Tanya Ify.

“Rio.. Sebentar, nama aku bukannya Rio? Apa aku.. Ah.. Pusing! Aku nggak bisa mengingat masa laluku. Kata orang sih aku amnesia, benar nggak aku amnesia?”

Rio terlihat seperti orang kebingungan yang sedang tersesat di tengah hutan. Fy, sadarlah Fy. Ini bukan salah Rio, wajarlah Rio lupa. Terus, siapa yang telah membuat Rio selupa ini? Siapa yang menghajar Rio waktu itu? Dan kenapa ada Dea waktu itu? Ify yakin, Rio juga tidak mengingat kejadian itu.

“Kamu Rio.. Namamu Mario Stevano.. Coba diingat-ingat. Kenapa kamu bisa selupa ini? Apa yang terjadi padamu? Lalu, kejadian apa saja yang kamu ingat?”

Kejadian.. Hmmm.. Rio cuman ingat Dea saja. Ia menganggap Dea adalah kekasih yang sangat dicintainya. Apa hanya itu saja? Rio memutar pikirannya. Tiba-tiba, kepalanya menjadi sakit. Ia ingat nasehat dokter,

“Jangan memaksakan dirimu untuk mengingat apapun.”

Tapi, jujur saja, ia ingin mengingat masa lalunya. Apa.. Apakah Ify ada kaitannya dengan masa lalunya itu? Apa iya?

“Yo...” Kata Ify menyadarkan Rio.

“Oh, aku nggak ingat apa-apa lagi. Kata dokter, aku nggak boleh memaksakan diri untuk mengingat masa laluku. Yang ku ingat ya cuman Dea aja. Dea itu pacarku.” Kata Rio.

“Pacar? Kenapa kamu bisa menyimpulkan Dea itu pacarmu?”

Benar juga sih, Rio tidak tau mengapa ia yakin bahwa Dea itu adalah kekasihnya. Tapi kata Dea, memang benar. Ia adalah kekasih Dea.

“Ya memang begitulah kenyataannya. Dea juga bilang kalo dia adalah pacarku. Gitu Fy, terus, kamu siapa?”

Ify memukul jidatnya. Apa ini kerjaan Dea? Apa semua ini adalah rencana Dea? Apa ini bentuk pembalasan Dea padanya? Jawabannya adalah ‘iya’. Siapa lagi kalo bukan Dea? Alvin? Bukannya Alvin.. Eh, mereka kan sudah putus. Jadi, pemutusan itu bentuk pembalasan Alvin pada Shilla? Argh! Bingung...

“Aku Ify Alyssa Mariooo... Percaya deh ama aku, kamu itu dulu adalah pacar aku. Tapi, Dea nggak suka kita bahagia. Akhirnya, Dea yang membuatmu seperti ini. Dea yang sudah membuatmu lupa seperti ini..”

“Dea? Aku tidak percaya. Dan kamu bukan pacar aku, bukan! Aku hanya percaya sama satu orang. Orang yang sangat aku percayai perkataannya.”

“Siapa?” Tanya Ify penasaran.

***

@restoran saji

Kemana ya cewek itu? Kemana dia? Apa cewek itu tidak datang? Tapi, katanya tadi cewek itu janji untuk datang kemari. Cakka menyesap kopi panasnya yang ia pesan tadi. Sudah tiga kopi yang ia habiskan. Shilla.. Kemana kamu? Cakka takut, kejadian dulu terulang lagi.

“Maaf ya telat.” Kata sebuah suara.

“Shilla?” Tanya Cakka.

“Iya, kalo bukan Shilla siapa lagi?” Jawab Shilla sambil tersenyum. Cakka mempersilahkan Shilla duduk. Lalu ia memanggil pelayan.

“Mau pesan apa? Biar aku yang bayarin.” Kata Cakka.

“Mmm, sama kayak kamu saja.” Jawab Shilla.

Cakka menangguk lalu menyebutkan makanan yang ia pesan. Setelah itu, Cakka menyesap kopinya lagi dan menghabiskannya. Shilla memerhatikannya tanpa berkedip.

“Kenapa? Ada yang aneh dengan aku?” Tanya Cakka.

Shilla tersadar. “Oh, tidak. Ayo lanjutkan.” Jawab Shilla. Pipinya sudah memerah. Ah, benar kata Zevana. Cakka sangat tampan. Shilla berani bertaruh ntar malam ia mimpiin Cakka.

Pesanan datang. Cakka memakan makanan itu dengan lahap. Sementara Shilla masih ragu melihat makanan lezat yang ada di piringnya.

“Kenapa nggak dimakan? Halal kok makanan itu.” Kata Cakka.

“Oh.. Ya..” Kata Shilla cepat-cepat memakan makanan itu. Lagi-lagi, Cakka tertawa melihat tingkah gadis itu. Shilla.. Hanya kamu yang bisa buat aku sebahagia ini..

Setelah makanan habis, Cakka memulai pembicaraannya dengan raut muka serius. Shilla mendengarkannya ditemani jantung yang berdetak tak karuan.

“Shilla..” Kata Cakka.

“Ya?”

“Mmm...”

“Kenapa sih?” Tanya Shilla. Ia tau kalo Cakka sedang gugup.

“Aku... Aku..”

“Aku apa?” Tanya Shilla tak mengerti.

“Aku...”

***
TBC.....

Kalo ada yang aneh ato nggak nyambung komen ajj J
@uny_Fahda19      ( http://risedirectioners.blogspot.com )

Please, Don't Forget Me! ( Part 25 )

Part 25

.

.

.

“Gabriel?” Tanya Ify tak percaya.

“Ya, aku Gabriel. Aku boleh kan duduk disini?”

Ify mengangguk. Ia mempersilahkan Gabriel duduk dihadapannya.

“Kamu nggak papa?” Tanya Gabriel.

“Nggak. Rio Yel, Rio. Dia udah lupain aku.” Jawab Ify sedih.

Gabriel tersenyum seraya membelai lembut Ify. “Kamu harus merelakannya Fy, ingat kata Shilla juga. Jangan terus bersedih, aku nggak tega lihat kamu sedih.”

Ingat kata Shilla, ingat pesan Shilla. Mudah saja Shilla melupakan Alvin walau masih ada rasa ketidak relaan. Sedangkan ia, Ify ingin sekali bisa melupakan Rio, tapi bagaimana caranya? Apa ia amnesia saja seperti Rio?

“Fy..” Gabriel meraih tangan Ify lalu menggenggamnya. “Aku.. Aku cinta kamu Fy. Aku bisa kok membahagiakan kamu.” Kata Gabriel.

Ify menatap Gabriel ragu. Cowok didepannya ini adalah cinta pertamanya, namun bukan cinta terakhirnya. Tuhan.. Apa aku move on dan menjadi kekasih Gabriel? Apa aku sanggup?

“Aku.. Aku nggak tau Yel..” Kata Ify.

“Tak apa. Kalo kamu butuh aku, kamu boleh panggil aku. Aku siap untukmu Fy, kapan dan dimanapun kamu berada. Sekali lagi, aku cinta kamu Fy, aku ingin membahagiakan kamu.”

Sadar Fy, Gabriel menembakmu. Apa kamu menerima cinta Gabriel? Apa kamu masih mencintai Gabriel? Jawabannya adalah tidak. Karena ia hanya mencintai dan menginginkan satu cowok. Yaitu Mario Stevano. Lelaki yang telah melupakannya.

***

Teleponnya berdering. Zevana mengangkat telepon itu. Oh, dari Pak Cakka. Hmmm, orang satu itu jahat banget. Teganya dia tidak menghadiri acara pernikahannya dengan Irsyad.

“Ohya Anne, sekarang juga kamu ke ruangan saya. Ada hal penting yang harus saya bicarakan.” Kata suara disebrang sana.

Zevana menutup teleponnya. Ada hal penting katanya, mungkin saja... mungkin saja masalah cewek yang sering ia ceritakan ke Cakka. Ya, siapa lagi kalo bukan Shilla?

@Cakka’s room

Tok..Tok..Tok...

“Masuk.” Kata Cakka. Zevana pun membuka pintu itu.

“Duduk.” Kata Cakka. Zevana nurut aja.

“Saya menyuruh kamu kesini karena saya ingin menanyakan suatu hal padamu, dan kamu harus menjawabnya dengan jujur.”

“Baik Pak.” Kata Zevana sopan.

Setiap anggota di perusahaan ini tidak dibenarkan membangkang atau membentak perkataan Cakka. ini berlaku juga bagi Zevana meskipun ia akrab dengan Cakka.

“Hmmm, siapa nama cewek yang sering kamu ceritain itu?” Tanya Cakka mengawali pembicaraan.

Ooo, jadi ini tujuan Cakka menyuruhnya kemari? Untuk menanyakan soal Shilla? Hahaha.. Zevana berharap Cakka menyukai Shilla dan sebaliknya. Wah, kalo benar ini terjadi berarti ia jadi makcomblang dong..

“Namanya Shilla, dia seorang designer.” Jawab Zevana.

“Oh.” Jawab Cakka.

“Ada apa memangnya?” Tanya Zevana.

Cakka menghela nafas panjang. Baginya, hidup ini sangatlah sepi jika tak ada seseorang yang menemaninya. Ayah menyuruh supaya ia segera menikah. Umurnya saja hampir mencapai kepala tiga. Tapi, ia trauma dengan cinta. Cakka takut menghadapi cinta.

“Oh, tidak ada.” Jawab Cakka.

“Hmmm, apa anda suka sama Shilla?” Tanya Zevana tiba-tiba. Hei! Berani-beraninya ia berkata blak-blakan. Tentu Cakka pasti marah.

“Saya tidak tau. Tapi saya ingin bertemu dengannya. Bisa tidak?” Kata Cakka.

Yes! Horee! Zevana girang sendiri. Semoga saja Cakka jatuh cinta sama Shilla, semoga. Zevana bosan melihat bosnya itu dikejar-kejar cewek.

“Bisa-bisa. Ntar sore gimana?”

***

Danau...

Tempat yang paling menyedihkan. Ify duduk sendiri di tepi danau itu. Berharap keajaiban datang di tempat ini. Sekarang, ia merasakan sebuah dilema besar. Tadi, orangtua Gabriel datang ke rumahnya. Dapat ia tebak. Orangtua Gabriel ingin melamarnya. Ya, tentu kedua orangtua Ify tidak bisa menolak. Siapa sih yang nggak ingin jadi istri Gabriel Damanik?

Dan ia... Ify bingung. Gabriel sangatlah baik. Gabriel selalu ada untuknya. Gabriel selalu menemaninya di kala ia sendiri. Tapi, Ify tidak rela. Sangat tidak rela melepas Rio. Tuhan.. Ingatkan Rio kembali.. Ingatkan Rio kembali.. Aku memohon pada-Mu.. Dengarkan keinginanku Tuhan...

Air matanya kembali menetes. Ify tidak bisa menahan air matanya. Ia pun menangis. Menangis karena tidak sanggup lagi menjalani hidup. Ify sudah tidak sanggup lagi.

“Hei! Kenapa kamu nangis? Dari kemarin ku perhatikan, kamu menangis saja. Ada apa?”

***

Tuhan.. aku tidak sanggup lagi.. Perlahan, dengan seluruh tenaga yang ia punya, Alvin menggerakkan tangannya, demi menulis surat singkat untuk orang-orang yang disayanginya. Termasuk Shilla. Setelah surat terakhir ia selesaikan, Alvin terjatuh. Tidak ada siapa-siapa di rumah ini. Biarlah.. Alvin bahagia melihat keadaan sepi ini.

“Haloo kak..” Kata Dea.

Tidak ada jawaban dari dalam sana.

“Haloo kak..” Ulang Dea.

Uh, kemana sih Alvin itu? Dea khawatir sekali dengan keadaan sang kakak. Maka, ia berusaha membuka pintu kamar itu. Yes! Terbuka. Dea berjalan memasuki kamar itu.

“Kak Alvin..” Lirih Dea. Ia melihat seorang lelaki berwajah pucat yang terbaring di atas lantai. “Oh tidak! MAMA... PAPA...” Teriak Dea. Air matanya pun menetes. Ya, baru kali ini ia merasakan kesedihan yang luar biasa. Karena tidak ada siapa-siapa di rumah ini, Dea menelpon seseorang.

***

“Hei! Kenapa kamu nangis? Dari kemarin ku perhatikan, kamu menangis saja. Ada apa?”

Suara itu.. Apa ia salah dengar? Ify mengusap matanya dan mendapati seorang cowok yang sudah ada di sampingnya. Hah? Rio? Apakah.. Apakah keajaiban itu datang? Secepat ini?

“Kenapa?” Tanya Rio tak mengerti.

“Ri..Rio..”

Entah dapat kekuatan darimana, Ify langsung memeluk Rio. Berharap agar Rio memeluknya kembali. Tapi, yang ia rasakan adalah Rio melepas tangannya dari tubuhnya. Artinya, Rio menolak pelukan itu. Rio tidak suka pelukan itu. Jadi, bukan keajaiban yang datang.

“Kamu siapa sih? Dari kemarin aku penasaran.” Kata Rio.

“Ri..Rio.. Aku Ify Yo.. Kekasihmu.. Dulu kita adalah sepasang kekasih. Ingat nggak danau ini? Danau ini menjadi tempat saksi cinta kita. Apa kamu lupa Yo?”

“Tidak! Kamu bukan kekasihku!” Bantah Rio. Ify terdiam beberapa saat. “Dea adalah kekasihku, bukan kamu. Kamu mungkin salah orang. Jadi, jangan nangis lagi.” Lanjut Rio.

“Nggak Yo.. Enggak.. Kamu Mario Stevano, kekasih Ify Alyssa. Bukan Dea..”

“Udah ah, jangan bahas itu lagi. Aku jadi pusing.”

Keduanya terdiam. Sama-sama memikirkan pikiran masing-masing. Rio menatap danau luas itu. Danau.. Sepertinya ia tidak asing lagi dengan tempat ini.

“Rio... Pleaseee.. Jangan lupain aku..” Isak Ify. Ia kembali memeluk Rio. Tuhan... Ingatkan Rio kembali, ingatkan! Aku mohon pada-Mu Tuhan, ingatkan Rio kembali!

‘I’m broken do you hear me i’m blinded..’

Dering HP Rio berbunyi. Cepat-cepat ia mengangkat telpon itu.

“Ya.. Apa? Oke, aku akan segera kesana.”

Rio menyimpan HPnya di kantung celana. Ia pun bangkit. “Maaf Fy, aku harus pergi. Intinya, kamu jangan sedih lagi, ya..” Setelah mengucapkan kalimat itu, Rio pergi, meninggalkan ia seorang diri. Di danau ini.

“RIIIOOOOO !!!!!”

***

Di rumah, Shilla sedang tidak ada kerjaan. Pokoknya, sore ini dia boring amat. Mau ajak Ify jalan-jalan tapi takutnya Ify tidak mau. Mau ajak Zevana tapi Zevana kan udah nikah. Malu dong ajak istri orang, hahaha...

“Shilla.. Halooo...”

Lha, itu kan Zevana. Panjang umur. Cepat-cepat Shilla membukakan pintu rumah. Ia melihat wajah Zevana yang ceria. Ada apa ya dengan Zevana? Apa Zevana sudah hamil?

“Ada apa?” Tanya Shilla.

“Ikut aku.” Jawab Zevana.

***

@rumah sakit Rise Sentausa

Dea mondar-mandir di luar ruangan. Sementara Rio duduk tak tenang di bangku yang sudah disediakan. Karena bosan melihat Dea mondar-mandir nggak jelas, Rio menyuruh Dea duduk disampingnya.

“Tenang aja De, Alvin baik-baik aja.” Kata Rio.

“Iya, tapi Dea nggak yakin.” Kata Dea.

Uh, sulit bicara sama cewek ini. Rio memilih membuka topik mengenai Ify, cewek yang membuatnya penasaran. Cewek yang mengaku sebagai kekasihnya.

“Kamu kenal Ify?” Tanya Rio.

Aduh.. Bukan waktu yang tepat untuk membicarakan Ify. Akhirnya Dea mengangkat bahu. Ia capek ditanya terus sama Rio tentang Ify. Lalu, seorang dokter keluar dari ruangan itu.

“Gimana dok? Bagaimana dengan keadaan kakak saya?” Tanya Dea.

“Maaf. Penyakit kakak anda sudah parah. Kanker paru-parunya sudah tidak dapat disembuhkan lagi. Seandainya kakakmu dulu berobat, saya yakin kakakmu pasti sembuh.” Jelas dokter itu.

Apa? Alvin... Alvin terkena kanker paru-paru? Tuhan.. Cobaan apa ini? Rio pun tak kalah kagetnya. Lalu, Rio memeluk Dea. Mencoba menenangkan ceweknya itu.

“Nggak, nggak mungkin.” Kata Dea. Air matanya mengalir deras. Baru kali ini ia menangis sesedih ini. Tuhan.. Apa... Apa ini adalah hukuman dari-Mu?

Apa benar Tuhan ini adalah hukuman dari-Mu?

***

@restoran saji

Tempat inilah yang dimaksudkan bosnya. Zevana mencari-cari sosok Cakka. Ah, kemana dia? Sementara Shilla sedaritadi bingung karena Zevana tidak menjelaskan tujuan datang ke tempat ini.

“Kita ngapain disini?” Tanya Shilla.

“Nah, itu bosku!” Kata Zevana.

Bosku? Jadi, jadi tujuannya kesini yaitu... Bertemu bos Zevana? Sial! Seharusnya ia tidak ikut kesini. Shilla lagi malas ketemu orang yang sama sekali tidak dikenalnya, terutama cowok.

“Apa kabar Pak?” Sapa Zevana. Yang disapa menoleh lalu mengangguk. Ia melihat seorang cewek asing disamping Zevana. Jadi, ini yang namanya Shilla? Sepupu Zevana yang sering Zevana ceritakan padanya? Tapi eh, sepertinya Cakka tak asing lagi dengan wajah ini. Shilla... Dimana ia pernah melihat wajah itu?

“Shill, ini bosku. Namanya Cakka.” Kata Zevana. Shilla terhenyak melihat wajah familiar itu. Diakah Cakka? Mantan personil blackboy itu? Shilla tidak menyangka Cakka sukses seperti ini.

“Oh, ayo duduk.” Kata Cakka.

Seorang pelayang datang hendak mencatat pesanan. Shilla memerhatikan Cakka dengan seksama. Wajah itu sama seperti dulu. Hanya saja sedikit lelah dan banyak masalah. Shilla tidak yakin Cakka baik-baik saja.

“Jadi, kamu ya yang bernama Shilla?” Tanya Cakka memulai pembicaraan. Yang ditanya mengangguk.

“Eh, aku pergi dulu ya. Shill, ntar kamu pulang sama Cakka aja ya.” Kata Zevana seraya meninggalkan Shilla dan Cakka sebelum Shilla menarik tangan Zevana.

“Emm..” Entah mengapa Shilla menjadi grogi. Cowok didepannya ini dulunya adalah tokoh idolanya. Shilla sangat mengagumi sosok Cakka.

“Shilla.. Sepertinya saya pernah melihat anda sebelumnya.” Kata Cakka.

Shilla ragu untuk menjawab. “Mmm, bukannya anda dulu pernah melihat saya waktu dibangku itu?”

Ingatannya pun kembali. Cakka berusaha mengingat segalanya. Masa lalunya yang sempat ia lupakan. Masa lalu yang begitu kelam. Oik.. Agni.. dan... Shilla? Tiga cewek yang pernah membuatnya jatuh cinta. Jadi.. Apakah ia masih merasakan cinta itu? Didepan Shilla?

“Oh, anda benar.” Kata Cakka.

Pandangan keduanya pun bertemu. Cakka tertawa kecil melihat Shilla yang salting. Ternyata, kamu lucu juga ya? Baru kali ini Cakka merasakan suatu kebahagiaan. Kebahagiaan yang sebenarnya. Dan, apa ia akan... Ah entahlah... Cakka masih trauma menghadapi cinta.

Dari jauh, Zevana cekikikan melihat dua manusia yang sama-sama gugup. Ahahaha.. Tembak aja tuh Shilla Kka.. Kalian pasangan yang cocok. Jadi, apa ia berhasil menjadi makcomblang?

“Mmm..” Cakka bingung bicara apa lagi. Pikirannya saat ini kosong. Cakka yang dikenal sebagai cowok cerewet tiba-tiba menjadi pendiam. “Boleh minta nomor ponsel anda?”

Hahaha... Zevana mendengar dengan jelas perkataan Cakka yang menurutnya lucu itu. Shilla.. Kamu cewek hebat! Kamu bisa membuat bosku grogi dan kehabisan kata.

“Mmm, iya..” Jawab Shilla. Ia menyebutkan nomor HPnya dan Cakka mencatatnya.

“Thanks ya.” Kata Cakka dan Shilla mengangguk. Cowok didepannya ini memang cakep. Kata Zevana, banyak yang naksir sama Cakka, tapi Cakka menolak dengan halus cewek-cewek itu.

“Mmm Kka..” Kata Shilla.

“Ya?”

“Apa kamu.. Apa kamu sama sekali tak pernah merasakan cinta?”

***

Terdengar isakan tangisnya yang tidak biasa. Di dalam ruang 4F, Dea menangis melihat keadaan Alvin yang semakin memburuk. Kak.. Kenapa kakak tega tidak memberitahu Dea soal penyakit kakak? Apa kakak benci Dea? Apa kakak tidak suka Dea balas dendam ke Ify? Lantas, mengapa kakak ikut balas dendam juga? Mengapa kakak putusin Shilla? Pasti ada alasan lain.

Dea meraih tangan Alvin lalu ia genggam tangan itu. Dea berharap, Alvin cepat sadar. Ia ingin melihat Alvin sehat seperti sedia kala. Ia ingin sekali melihat Alvin tertawa. Oh, memang benar. Semua ini salahnya. Inilah hukuman dari Tuhan. Lalu, apakah ia akan mengembalikan Rio ke Ify? Setelah rencana B nya berhasil, Dea tidak yakin Rio mengingat masa-masa lalunya bersama Ify. Tidak! Tidak mungkin Rio bisa mengingat lagi.

“Kak.. Maafin Dea.. Maafin Dea.. Ini semua salah Dea.. Maafin Dea..”

Seseorang melihatnya dengan prihatin. Kasian Dea, ia tidak sanggup menerima kenyataan ini. Tuhan, sembuhkanlah Alvin.

“Kak, Dea tau kalo Dea salah. Seharusnya Dea tidak melakukan balas dendam itu.”

Balas dendam? Maksudnya apa? Orang itu terus menguping perkataan Dea. Ia ingin sekali tau apa kelanjutannya.

“Dea tau, kakak nggak mau balas dendam. Kakak cinta sama Shilla. Maafin Dea kak, harusnya Dea mengikhlaskan Rio. Rio hanya untuk Ify dan Ify hanya untuk Rio.”

Semakin lama, ia semakin tidak paham. Apa maksudnya itu? Rio hanya untuk Ify dan Ify hanya untuk Rio? Maksudnya apa sih? Tapi, kalimat itu seperti pernah ia dengar sebelumnya Kalimat itu sepertinya tidak asing lagi baginya.

“Tapi kak, Dea nggak mau Ify sama Rio. Dea cinta sama Rio dan Dea nggak mau kehilangan Rio. Kak, apa Dea termasuk orang yang egois? Jawab kak!”

Egois? Dea egois? Jadi, Dea nggak mau Rio sama Ify. Tunggu! Apa artinya, apa artinya dulu Rio dan Ify adalah sepasang kekasih dan Dea cemburu melihat pasangan itu?

“Dea.. Coba jelaskan semua!” Kata orang itu.

***
TBC.........

Kalo ada yang aneh ato nggak nyambung komen ajj J
@fahdastevadit      ( http://risedirectioners.blogspot.com )

Please, Don't Forget Me! ( Part 24 )

Part 24

.

.

.

BRAK !!!

Shilla membating pintu kamar keras-keras. Suasana hatinya sedang kacau. Mama berusaha membukakan pintu kamar, tapi Shilla tak peduli. Ia ingin sendiri. Shilla nggak membutuhkan siapapun. Alvin, nama itu terus terngiang di otaknya. Alvin, cowok yang tega meninggalkannya. Seharusnya dari awal Shilla tak usah menerima cinta Alvin.

“Bukain pintunya dong Shill..”

Suara Zevana juga ada diluar sana. Tadi ia melihat Zevana duduk di sofa ruang tamu sambil tersenyum bahagia. Ohya, bukanny sebentar lagi Zevana mau menikah? Shilla melihat bingaki foto yang ia taruh di atas meja belajar. Foto itu adalah fotonya sama Alvin sewaktu liburan ke Bali, tepatnya di pantai Kuta.

Oh Alvin.. Teganya kamu... Ternyata kamu sama sekali tidak mencintaiku. Aku menyesal, sangat menyesal mencintaimu. Shilla teringat dengan sahabatnya, Ify. Kata Ify, ia sudah sampai di Jakarta. Shilla belum sempat pergi ke rumah Ify. Apalagi ditambah tampangnya yang kurang baik. Shilla ingin memasang tampang rindu dan bahagia ketika bertemu Ify.

“Shilla cantik.. Ayo bukain pintunya..” Kata Zevana lagi. Karena tidak tahan, Shilla pun membuka pintu kamarnya dan berusaha memasang wajah seperti biasa. Namun Zevana tau, ia sedang tidak baik.

“Aku masuk ya..” Kata Zevana. Shilla mengangguk. Ya, mungkin ia dapat menceritakan hal ini pada Zevana. Tentu Zevana dapat memberi masukan.

“Ooo, jadi kamu putus sama Alvin.. Dasar tuh cowok! Suka mempermainkan cewek.” Geram Zevana. Ia marah besar sepupu tersayangnya itu disakiti cowok.

“Iya mbak, Shilla benci sama Alvin.” Kata Shilla.

“Kamu memang harus benci sama dia. Jangan maafin dia.” Kata Zevana. Lalu, muncul ide cemerlangnya. “Eh Shill, ternyata ada hikmahnya lho dibalik musibah ini.” Lanjutnya.

Shilla menatap Zevana bingung. “Apa?” Tanyanya.

“Kamu masih ingat kan sama bosku yang jomblo itu?”

“Hmmm, iya. Ada apa?”

Zevana memukul dahinya. “Ya ampun Shill.. Pikir dong pikir! Bosku yang cakep itu jomblo. Dan kamu jomblo juga. Gimana kalo aku jodohin kamu sama dia?”

***

Ify emang sendiri. Tidak ada cowok yang selalu menjaganya. Tidak ada Rio lagi. Ify harus menerima kenyataan pahit itu. Rio telah melupakannya tanpa sebab. Tidak! Rio adalah kekasihnya, Rio adalah cintanya, dan Rio tidak boleh melupakannya. Tidak! Ify yakin Rio hanya berpura-pura. Semisal lupa ingatan untuk memberinya kejutan. Ya, siapa tau.

“Fy..” Lirih seseorang.

Suara itu... Bukan, bukan. Itu bukan suara Rio. Bukan. Tapi Ify hafal suara itu. Itu adalah suara seseorang yang menjadi cinta pertamanya, Gabriel... Lantas, sedang apa dia kemari?

“Rio.. Rio lupain kamu?” Tanya Gabriel seraya duduk disamping Ify.

“Iya.” Jawab Ify serak.

Sebenarnya Gabriel tau apa yang terjadi pada Rio. Dan ia dapat merasakan kesedihan yang dirasakan Ify, cewek yang sangat dicintainya. Gabriel ingin menghibur Ify.

“Rio amnesia Fy.” Kata Gabriel.

Ify menatap Gabriel tak percaya. “Yang benar? Darimana kamu tau?”

“Waktu itu, polisi menemukan Rio yang terbaring lemah di jalan sepi. Lalu, Rio dibawa ke rumah sakit. Kata dokter, kepala Rio bermasalah. Dan pada akhirnya, Rio dinyatakan amnesia. Tapi amesianya tidak semua. Rio masih ingat pekerjaannya. Tapi ia lupa beberapa teman atau orang yang dulu ia kenal. Dan ingatan itu mungkin nggak akan kembali. Rio sudah tidak bisa ingat apapun, termasuk kamu. Maaf ya Fy..” Jelas Gabriel.

Jadi.. Jadi Rio amnesia? Dan Rio tak akan pernah mengingatnya lagi? Oh Tuhan, cobaan apa ini? Mengapa Engkau memerikan cobaan berat ini? Tuhan, aku tidak sanggup. Aku tidak sanggup hidup tanpa Rio. Rio... Kenapa kamu harus lupain aku Yo?

Tapi perasaannya ada yang mengganjal. Rio kan lupa sama orang yang pernah dikenalnya, lalu, kenapa Rio bersama Dea tadi? Apa ini semua ulah Dea?

“Apa.. Apa karena Dea?” Tanya Ify.

“Itu dia yang aneh Fy. Pas Rio sadar, Rio menyebut nama Dea berkali-kali. Cuman Dea aja yang diingatnya. Rio lupa sama orangtuanya, namanya pun ia tidak ingat.” Jawab Gabriel.

Ya, bisa saja semua ini ulah Dea. Bukannya suatu hari nanti Dea akan membalasnya? Bukannya Dea bersumpah akan membuat hidupnya menderita? Oh... Ify sudah tidak bisa menangis lagi. Air matanya kering. Lalu, ada tangan yang merangkulnya dan memeluknya. Ify tau, Gabriel tengah memeluknya.

“Aku.. Aku bisa membahagiakan kamu Fy..” Lirih Gabriel.

“Aku nggak butuh kamu.” Kata Ify.

“Iya, aku tau. Dulu kamu membenciku. Tapi Fy, alasanku untuk mutusin kamu karena aku dijodohin sama Pricilla, cewek korea itu. Tapi syukurlah, perjodohan itu dibatalkan dan aku bisa memilih cewek mana aja yang aku suka untuk menjadi kekasihku.”

Percaya atau tidak, Ify tidak peduli. Pikirannya hanya satu. Yaitu pada Rio. Yo.. Kenapa kamu bisa lupa? Apa yang terjadi pada kamu Yo? Apa? Ah, aku emang terlalu berharap. Sudah takdirnya aku tidak bisa hidup bersamamu.

“I love you Fy.. Aku mau kok dijadikan pelampiasan. Asalkan kamu bahagia..” Kata Gabriel. Ia mengeratkan pelukannya.

“Maaf Yel..” Ify mencoba melepaskan diri dari pelukan itu. Tapi dilihat dari kedua mata Gabriel, Ify mendapat suatu jawaban.

Gabriel sangat mencintainya dan ingin bersamanya.

***

Kehidupannya mungkin tidak akan pernah bahagia lagi. Ify harus menerima kenyataan. Rio telah melupakannya dan ia harus menerima. Setiap malam, ia tidak bisa tidur karena memikirkan Rio. Oh Rio, kenapa harus kamu? Kenapa?

Drtrdrtrdrt...

Message From : 0878xxxxxxxx

Masi ingat aku?

Hah? Pagi yang lumayan cerah itu mengawali kekagetannya. Jangan-jangan, ini nomer Rio. Iya! Mungkin kemarin Rio bercanda aja. Ify mencoba tertawa. Ia harus meyakinkan diri bahwa Rio masih ingat padanya dan tidak akan pernah melupakannya.

Message To : 0878xxxxxxxx

Siapa yaa ???

HPnya berdering lagi. Sebelum Ify membuka pesan itu, ia berdoa dalam hati. Tuhan... Semoga itu nomor Rio. Semoga. Jika itu memang nomor Rio, tentu ia lompat-lompat nggak jelas di kasurnya.

Message From : 0878xxxxxxxx

Aiss, lupa dia. Gini aja, kita ktemuan di taman. Oke?

Taman? Bukannya danau saja? Perasaannya kembali menjadi sedih. Kalo nomor itu bilangnya di danau, tentu Rio yang mengsmsnya. Tapi dia bilang di taman, bisa jadi itu bukan nomor Rio.

@taman

Dimana ya? Ify melihat mengedarkan pandangannya di segala penjuru taman. Dimana orang itu? Taman itu agak ramai, tapi kebanyakan cewek. Ify tak yakin Rio yang mengsmsnya. Uh, jangan frustrasi Fy! Kamu harus yakin yang mengsmsmu tadi itu Rio. Harus yakin!

“Hai..” Kata suara seseorang.

***

Di ruang makan, Shilla menyantap sarapannya dengan malas. Nafsu makannya tidak baik. Shilla butuh seseorang yang dapat mengeluarkannya dari kesedihannya ini. Tapi siapa? Shilla teringat dengan Ify. Bukannya dari kemarin Ify sudah pulang ke Jakarta? Ya, Shilla hanya membutuhkan Ify.

Nafsu makan yang tadinya tak ada menjadi ada. Shilla menyantap nasi gorengnya dengan semangat. Mama, Papa, maupun Zevana tertawa kecil melihat tingkah Shilla.

“Shill, ingat, besok pernikahanku..” Kata Zevana bahagia.

“Iya.” Cuek Shilla.

“Eh, gimana sama bosku? Apa kamu mau sama bosku itu?”

Mendadak Shilla keselek. Cepat-cepat ia mengambil gelasnya. Glek.. Apa tadi Zevana bilang? Bosnya? Yang benar aja. Shilla tak mudah mencari pasangan. Karena itulah ia tidak mau diperkenalkan sama bos Zevana yang ia sendiri belum tau namanya.

“Shilla pergi dulu ya Ma, Pa..” Kata Shilla. Ia mengeluarkan HP dari kantong celananya seraya mengsms seseorang.

Message To : Ify

Ok! Aku akan segera kesana.

@taman

Ify.. Ify.. Dimana dia? Shilla penasaran sekali. Ia penasaran gimana wajah Ify sekarang. Apa masih sepolos dulu? Hahaha.. Shilla yakin Ify berubah menjadi seorang gadis cantik yang dewasa. Bukan anak-anak lagi.

Nah, itu Ify! Lho? Kok Ify kebingungan gitu ya? Kembali Shilla teringat kejadian itu. Rio.. Apa Ify tau semuanya? Apa Ify tau kalo Rio amnesia? Semoga saja tidak.

“Hai..” Sapa Shilla. Yang disapa terlonjak kaget. Ify membalikkan badannya. Dapat ia lihat wajah seseorang yang sudah lama dikenalnya.

“Shilla..” Kata Ify tak percaya.

“Yup! I’m Shilla. Do you still remember me?” Tanya Shilla.

Ify diam tanpa kata. Entah apa yang ia rasakan sekarang ini. Apakan senang, kaget, rindu, kesal, marah..

“Shilla.. Kamu Shilla?” Tanya Ify lagi.

Shilla jadi gemes. “Iya.. Aku Shilla.. Ashilla Zahrantiara. Kamu masih ingat sahabat lamamu ini kan? Kan?”

Sekarang baru ia sadar. Harapan itu tidaklah datang lagi. Kenyataannya Fy, kenyataannya! Rio sudah melupkanmu dan nggak akan pernah mengingatmu lagi Fy.

“Tidak! Tidak!”

Tiba-tiba Ify menangis. Ia menangis karena frustrasi. Tuhan... Aku nggak ingin Rio melupakanku.. Aku nggak ingin.. Aku ingin Rio kembali menjadi kekasihku.. Kabulkanlah keinginan besarku Tuhan...

“Fy, kamu kenapa?” Panik Shilla. Apa Ify sudah tau semua itu? Ya, mungkin saja. Shilla bisa menebak.

“Rio Shill! Rio!” Teriak Ify. Semua yang ada di taman itu menoleh heran.

“Iya Fy.. Tak apa.. Rio cuma..”

“Apa?” Bentak Ify. Air matanya kembali menetes. “Kamu nggak bisa bayangkan gimana rasanya jadi aku! Kamu enak Shill, kamu enak nggak pernah dilupain cowok..”

“Salah Fy, salah! Aku udah putus sama Alvin.” Tegas Shilla. Ify tak percaya.

“Aku udah putus sama Alvin. Alvin cowok brengsek Fy! Awalnya aku nggak rela, tapi mendengar nasehat kak Zevana, aku tidak sedih lagi. Ayolah Fy, kamu bisa seperti aku. Aku yakin suatu hari nanti ada pangeran tampan yang datang padamu, yang menyatakan cinta padamu..” Jelas Shilla.

Ya, Shilla benar. Ia tidak boleh menangis. Tapi, apa ia sanggup merelakan Rio? Lelaki yang dirindunya dan dicintainya?

“Fy, coba waktu itu Rio nggak dikeroyokin orang. Aku yakin Rio masih mengingatmu.” Kata Shilla.

“Maksudmu?”

“Aku dapat info dari Alvin sebelum kami putus. Kata Alvin, Rio melihat Dea yang sedang diganggu ma preman. Terus, Rio nyelamatin Dea. Tapi sayangnya, Rionya yang dikeroyokin sampai pingsan. Setelah di bawa ke rumah sakit, dokter menyatakan kalo Rio amnesia. Tapi amnesianya nggak semua. Rio masih ingat jati dirinya, ya kecuali orang-orang yang pernah dikenalinya. Rio tidak ingat.”

“Tapi kenapa Rio ingat Dea?”

“Aku nggak tau Fy..”

Jelas sudah, selama-lamanya Rio amnesia dan selama-lamanya Rio tidak ingat lagi padanya. Ia harus menerimanya. Ia harus tegar seperti Shilla. Ya, Ify harus menemukan lelaki lain. Lelaki pengganti Rio.

***

 ‘Whenever I'm weary from the battles that rage 
in my head 
You make sense of madness when my sanity 
hangs by a thread

Suara itu, Ify berusaha melupakan suara itu. Dan lagu itu, Ify mencoba amnesia dengan lagu itu. Lagu Rio untuknya. Tapi ia rasa, lagu itu bukan untuknya lagi. Lagu itu sekarang menjadi milik Rio dan Dea. Ify harus merelakan semua itu.

I lose my way but still you seam to understand 
Now and forever 
I will be your man

Dapat ia lihat dari tempatnya ini, Dea tersenyum bahagia mendengarkan lagu itu. Sementara itu Rio juga tersenyum bahagia melihat kekasihnya bahagia. Malam ini, tepatnya di restoran Adindha. Ify ingat, restoran ini langganannya bersama Rio. Setiap malam minggu mereka sempatkan makan disini.

Tiba-tiba, tanpa ia sadari, orang yang ia cintai meliriknya, lalu tersenyum padanya. Ify tidak tau apa arti dari senyuman itu. Tapi hatinya sedikit merasa bahagia. Ify bahagia melihat senyuman manis dari orang yang ia cintai.

“Yo, kamu emang romantis banget.” Kata Dea senang.

“Makasih Dea.. Ohya, bukannya itu cewek yang datang ke rumahku kemarin?” Tanya Rio. Dea beralih melihat seorang cewek yang duduk sedih tak jauh dari tempatnya. Oh, apa aku keterlaluan sekali ya?

“Ee, iya kalii..” Jawab Dea.

“Hmmm, tapi kayaknya ada yang aneh deh dari cewek itu.” Kata Rio.

“Ah, udah, mendingan kita habisin makanan kita.” Kata Dea. Ia menjadi bersalah jika Rio terus-terusan membicarakan tentang Ify.

Tidak, air mata itu tidak boleh ada. Walau hanya setetes pun, air mata itu tidak boleh keluar. Ify yakin dirinya bisa tegar. Ify yakin ia bisa melupakan Rio dan mencari lelaki lain.

“Aku harus tegar!” Tekad Ify.

“Bagus Fy, akhirnya kamu tegar juga. Aku yakin Fy, suatu hari nanti seorang pangeran  akan menyatakan cinta padamu. Aku yakin, kau tau Fy, seandainya pangeran itu adalah aku, maukah kamu menjadi kekasihku? Fy, aku mencintaimu sejak dulu.. Aku ingin bersamamu Fy, aku ingin membahagiakanmu..”

Ify menoleh tak percaya. “Gabriel?”

***
TBC.....

Kalo ada yang aneh ato nggak nyambung komen ajj J
@fahdastevadit      ( http://risedirectioners.blogspot.com )

Please, Don't Forget Me! ( Part 23 )

Part 23

.

.

.

Zevana membawa dua bungkus makanan. Ia berhenti tepat di tempat Shilla duduk. Ya, sepupunya itu kelaparan menunggunya. Zevana melihat layar laptop Shilla yang dipenuhi gaun-gaun yang indah. Hemmm... Dapat ia tebak rancangan itu buatan Shilla.

“Lama banget.” Kata Shilla. Zevana pun duduk disamping Shilla seraya menaruh makanan di samping laptop Shilla.

“Iya, sorry.. Abis tadi aku ketemuan dulu sama bosku.” Kata Zevana. Ia membuka bungkus makanan itu lalu memakannya.

“Bosmu? Siapa?” Tanya Shilla sedikit penasaran.

“Bosku mantan personil blackboy. Orangnya jenius lho walau kuliahnya cuman sebentar. Hebat bukan?”

Mantan personil blackboy? Shilla berpikir sejenak. Ah, lupain deh. Shilla sudah tidak peduli dengan hal seperti itu. Ia pun melanjutkan rancangan gaunnya.

“Umurnya hampir dua tujuh tapi dia masih jomblo. Sebenarnya aku mau sih sama dia, tapi aku kan udah punya Mas Irsyad..” Kata Zevana.

Shilla tidak menanggapi omongan Zevana. Ia menseriuskan diri dengan pekerjaannya, dan makanan yang dibawa Zevana tadi tidak disentuhnya. Dasar Shilla!

“Hei Shilla, gue mau ngomong sesuatu ma Lo.” Kata Alvin yang datang secara tiba-tiba. Shilla kaget melihat kedatangan Alvin. Sepertinya Alvin mau membicarakan hal serius. Apa tentang pernikahan itu? Hihihi... Shilla terlalu banyak berharap. Tetapi ia yakin Alvin pasti melamarnya.

“Bicaranya disana aja ya.” Kata Alvin terkesan dingin. Jarang lho Alvin bicaranya seperti ini. Shilla menjadi merasakan keanehan pada diri Alvin. Diperjalanan pula, Alvin sering batuk-batuk. Shilla juga baru sadar tubuh Alvin menjadi kurus? Ada apa dengan kekasihnya ini?

Keduanya berhenti di sebuah tempat yang cukup sepi. Yang hanya ada ia dan Alvin. Shilla menjadi takut. Alvin.. Lo mau apa sih? Kenapa bicaranya nggak ditempat ramai aja? Perlahan, Alvin mendekati Shilla. Dekat dan dekat.. Shilla memejamkan mata.

CUP.

Sebuah ciuman terindah yang pernah ia rasakan. Shilla jadi tertawa sendiri. Ahaha.. Jadi Alvin mau membicarakan hal tentang hubungan ini? Ayo Vin, gue pasti terima!

“Shilla, gue mau ngomong sesuatu.” Kata Alvin.

Alvin menarik nafas panjang. Ayolah Vin, Lo harus melakukannya. Lo harus melaksanakan keputusan Lo. Setelah itu, Lo dapat pergi dengan tenang. Ayolah Vin, meskipun hati Lo menolak, tapi Lo harus melakukannya. #Nyanyiin lagu ‘Sayang’ Ungu#

“Shill, mulai sekarang.. Kita putus!” Tegas Alvin.

***

Di depan televisi, Dea menontonnya dengan penuh tak minat. Ia sangat penasaran dengan Alvin. Alvin memang aneh, sangat aneh! Dea baru sadar sekarang. Di beberapa novel dan cerpen yang ia baca, seseorang dikatakan aneh atau dingin karena orang itu mengidap suatu penyakit berbahaya. Benarkah? Apa benar Alvin mengidap suatu penyakit berbahaya?

Tidak! Dea tidak ingin Alvin sakit. Dea tak mau kakaknya pergi meninggalkannya. Tapi, apa benar Alvin sakit? Jarang ia lihat Alvin mengunjungi rumah sakit. Tapi dilihat dari tingkah laku Alvin yang wajahnya sering pucat, batuk darah, badan lemas...

Jadi.. Jadi Alvin terkena penyakit?

Dea mengambil ponselnya lantas mencari kontak yang bertuliskan ‘My Brother’. Setelah dapat, Dea menekan tombol hijau.

Nomor yang Anda tuju sedang tidak aktif, cobalah beberapa saat lagi.

Ck, sial! Alvin.. Lo kenapa sih? Baru kali ini ia khawatir pada seseorang, dan baru kali ini ia merasa kasian. Selama ini, ia egois, cuek, dan nggak mau peduli dengan keadaan orang lain. Termasuk kakaknya.

“Permisi..” Kata suara dari luar sana.

Suara itu.. Dea hafal dengan suara itu. Suara itu ada sejak tadi. Dea tak mempedulikan suara itu karena pikirannya berada pada keadaan kakaknya. Dea pun bangkit lalu menuju pintu rumah dan membukanya.

Astaga! Ify! Sedang apa cewek itu kesini? Dea sadar. Tujuan Ify kesini demi bertemu Rio. Astaga Dea.. Rio kan.. Rio kan...

“Cari siapa mbak?” Tanya Dea kikuk. Jujur, hatinya merasakan sebuah dosa besar. Tidak tau mengapa ia begitu ciut berhadapan dengan Ify. Ify pun sama seperti dirinya.

“Dea..” Kata Ify tak percaya. Dea berusaha menjadi seperti dulu. Menjadi Dea yang kejam jika bertemu Ify.

“Mau apa Lo kesini?” Bentak Dea.

Deg! Jantung yang tadinya berdegup kencang seakan ingin berhenti. Ify merasakan tidak ada oksigen disekitarnya. Dadanya sesak, ini kan.. Ini kan rumah Rio? Kok Dea ada disini?

“Dea.. Ada siapa?” Kata sebuah suara. Ify tau suara itu. Suara itu suara orang yang sangat dirindunya. Rio...

Ia melihatnya. Ya, Ify melihat Rio. Rio tampak berbeda. Tapi, ada yang lain dari wajahnya. Tak ada senyum manis yang bisa ia lihat seperti dulu. Ify takut, Rio memang sudah melupakannya.

“Siapa?” Tanya Rio menunjuk ke arahnya. Ify serasa ditusuk belati tajam. Tuhan... Apa Rio sudah tak mengingatnya lagi... Rio.. Ini aku.. Ify kekasihmu...

“Orang gila Yo. Ayo ah masuk.” Kata Dea. Ia menarik tangan Rio dan Rio nurut saja.

“Rio, tunggu!” Teriak Ify. Dea dan Rio urung masuk ke dalam rumah.

Rio menatap Dea seakan ingin mendapatkan jawaban. “Siapa cewek itu?” Tanya Rio. Dea mengangakat bahu. Ternyata, Dea tidak kenal. Itu yang dirasakan Rio. Rio pun memilih melihat wajah cewek yang datang dirumahnya itu. Wajah cewek itu tampak pucat. Rio dapat menyimpulkan bahwa cewek itu sedih. Tapi, sedih karena apa? Rio sama sekali tak tau.

“Anda siapa?” Tanya Rio sopan. Dan saat itulah, Ify menangis. Ia tak sanggup membendung air matanya. Ify menangis dan Rio jadi bingung. Siapa cewek itu? Mengapa cewek itu menangis dengan alasan tak jelas?

“Rio.. Aku Ify Yo.. Ify.. Kekasihmu..” Kata Ify tersengal-sengal.

Kekasih? Rio menatap cewek yang mengaku sebagai Ify. Ify? Kekasihnya? Apa iya? Bukannya kekasihnya saat ini adalah Dea? Ya, Dea adalah kekasihnya, bukan Ify.

“Anda bukan pacar saya. Maaf, anda salah orang.” Kata Rio.

Di belakang, Dea tersenyum puas. Akhirnya ia dapat memecahkan RiFy. Tapi, sisi hatinya yang lain merasa perbuatan ini adalah salah. Ya, sejak ia khawatir pada Alvin, rasa salahnya pada Ify sudah ia rasakan.

“Tidak Yo! Kamu Rio, kamu kekasih Ify!” Kata Ify dengan nada sedikit membentak.

“Saya memang Rio, tapi saya bukan kekasih Ify!” Jawab Rio. Sama seperti Ify, nada bicaranya sedikit membentak.

Kembali Ify menangis. Rio.. Kamu udah lupain aku.. Kamu jahat Yo.. Jahat.. Ada apa dengan kamu Yo? Pasti ada alasan kuat kenapa kamu bisa lupain aku...

“Sebaiknya Anda pergi saja.” Kata Rio melunak.

Tangis Ify mulai reda. Ia mendongakkan kepalanya, melihat Rio. Rio yang bukan kekasihnya, Rio yang bukan lagi orang yang selalu menjaganya, menemaninya, menghiburnya.

“Baiklah. Saya pergi.” Kata Ify berat. Ia pun meninggalkan Rio. Masih dengan air mata yang tidak mau berhenti menetes.

Rio beralih melihat Dea. Kekasihnya itu diam saja. Seperti tidak menganggap kedatangan Ify. “Siapa cewek itu?” Tanya Rio sekali lagi.

“Dea nggak tau.” Jawab Dea.

Dea memilih masuk ke dalam. Sementara itu, Rio melihat punggung cewek tadi. Cewek itu masih berada di luar pintu gerbang. Rio ingin menemui cewek itu, tapi tidak berani. Rio pun memilih masuk ke dalam rumah.

***

Seperti bunyi kembang api yang sering ia dengar saat pergantian tahun. Perkataan Alvin tadi di luar perkiraannya. Apa tadi dia bilang? Alvin mau memutuskannya? Alvin pasti bercanda.

“Lo nggak serius kan?” Tanya Shilla.

“Gue serius. Karena dari dulu gue benci sama Lo.” Jawab Alvin.

Pukulan telak untuk Shilla. Ia tidak percaya. Jadi, selama ini Alvin tidak mencintainya, selama ini Alvin hanya mempermainkannya?

“Lo.. Lo serius?” Tanya Shilla. Setetes demi setetes air matanya turun membasahi pipinya.

“Yap. Gue nembak Lo dan jadi pacar Lo biar Lo cinta sama gue. Itulah rencana gue untuk balas dendam. Terus, gue mutusin Lo biar Lo sedih seumur hidup. Gue tau gue emang jahat, dan Lo juga jahat ma gue dulu.”

Tuhan.. Jadi semua ini adalah bentuk pembalas dendaman Alvin padanya? Argh! Alvin jahat! Coba sejak awal ia tau rencana Alvin, tentu Shilla tidak akan menerima Alvin. Sialan Lo Alvin!

“Oke, kalo itu mau Lo, fine. Gue nggak akan ganggu Lo lagi. Makasih karena Lo udah jadi pangeran gue, makasih karena udah mau temenin gue. Makasih atas segala kebohongan Lo!” Bentak Shilla lalu meninggalkan Alvin.

‘Jangan pergi..’ Batin Alvin. Sekarang, ia sendiri. Cewek yang ia sayangi dan cintai sepenuh hati telah meninggalkannya. Alvin tau, ini semua salahnya. Tapi ia lega sudah putusin Shilla. Alvin sangat lega. Ia dapat pergi dengan tenang, tanpa ada tangisan Shilla, karena tentunya Shilla pasti membencinya. Dan, Alvin mendapatkan suatu kesimpulan. Ia memutusi Shilla bukan karena ingin balas dendam.

Tapi Alvin tak ingin Shilla sedih saat ia meninggal.

***

Danau...

Danau yang menjadi kenangan pahitnya. Danau yang menjadi saksi cinta mereka. RiFy.. Sepertinya tak ada lagi RiFy di dunia ini. Ify yakin sekali. Dulu, ia berangan-angan. Jika ia resmi menjadi istri Rio, dan memiliki anak, Ify akan menamakan anaknya dengan nama Rify jika cewek, dan Fio jika cowok. Ya, namun semuanya hanyalah mimpi.

“SEMUANYA HANYALAH MIMPI !!!” Teriak Ify keras-keras. Tak ada siapapun yang mendengarkan. Danau pun seperti tak mau mendengarkan keluh kesalnya. Mungkin ia salah menumpahkan kesedihannya di tempat ini. Salah!

“Fy..” Lirih seseorang.

***
TBC.....

Kalo ada yang aneh ato nggak nyambung komen ajj J
@fahdastevadit      ( http://risedirectioners.blogspot.com )

Please, Don't Forget Me! ( Part 22 )

Part 22

.

.

.

“Gabriel...” Teriak Pricilla kegirangan. Gabriel yang sedang serius membaca koran mendadak kaget. Pricilla? Tunangannya itu selalu saja membuat hidupnya sengsara. Gabriel ingin bebas memilih cewek yang ia sukai.

“Ada apa?” Tanya Gabriel.

“Gue punya berita menggembirakan.” Jawab Pricilla senang.

“Berita apa?” Gabriel mulai serius.

“Kata Mama, perjodohan kita dibatalkan. Pertunangan kita dibatalkan. Mama tau hubungan kita nggak pernah serius.”

Apa gue salah dengar? Perjodohan itu dibatalkan dan ia dapat memilih cewek yang ia sukai? Oh God! Thanks! Inilah saat-saat yang paling ditunggunya. Pricilla juga tampak senang. Memang, hubungan keduanya nggak cocok. Pricilla bukan tipe cewek Gabriel.

Sekarang, imipiannya untuk memiliki cewek yang ia cintai mungkin saja berhasil. Gabriel mencoba meminta maaf pada Ify dan memperbaiki hubungan dulu yang sempat hancur. Ya, Ify tak bisa tergantikan dalam hidupnya. Hanya Ifylah cewek yang sangat ia cintai.

Masalahnya hanya ada satu. Mario Stevano, kekasih Ify. Hubungan mereka baik-baik aja. Gabriel tau Ify sangat mencintai Rio dan sebaliknya Rio sangat mencintai Ify dan nggak mau kehilangan Ify. Apalagi, lima tahun mereka telah berpisah. Ify kuliah di Bandung dan Rio sendiri kuliah di Jakarta. Gabriel tau info ini dari Sivia.

“Ify kangen sama Rio, udah lima tahun dia nggak ketemu Rio..” Jelas Sivia.

Tentu Gabriel nggak mau dikatakan sebagai cowok pengganggu hubungan orang. Seperti Dea. Setaunya, Dea itu sering ganggu hubungan RiFy. Dan ia nggak mau seperti Dea. Ia ikhlas Ify bersama Rio. Ia bahagia asalkan Ify bahagia. Gabriel juga tidak merasa menyesal, mengutuk perjodohan itu.

“Oh ya Yel, gue rencananya mau balik ke Korea. Disana ada cowok gue, hehe..” Kata Pricilla.

Gabriel tersenyum. “Iya, selamat deh. Kalo Lo nikah, jangan lupa undang gue ya. Awas kalo nggak.” Ancam Gabriel.

Giliran Pricilla yang tersenyum. “Masalah itu gampang, tapi Lonya yang harus ngeluarin uang untuk terbang ke Korea. Hehe.. Lo sendiri sama siapa?”

“Entahlah, gue masih bingung.” Jawab Gabriel. Ia beralih melihat langit biru cerah. Disana ada awan putih yang bentuknya berubah-ubah. Tiba-tiba bayangan Ify muncul dibenaknya. Ify memang bukan untuknya, Gabriel harus menerima kenyataan yang sebenarnya.

***
Enam tahun yang lalu...

Rio memandang lurus danau yang luas itu. Disampingnya ada Ify, cewek yang sebentar lagi akan meninggalkannya. Kata Ify, ia disuruh kuliah di Bandung sama orangtuanya. Soalnya, disana ada tantenya yang siap membiayainya. Kalo disini sih, mungkin orangtuanya nggak sanggup.

Angin sepoi-sepoi menerpa rambutnya. Ify, cewek itu terdiam, tak bisa berkata apa-apa. Sungguh, ia tak ingin meninggalkan kekasihnya, Rio.. Hampir tiga tahun ia bersama Rio, dan, apa ia tega meninggalkan Rio demi masa depannya?

“Fy, kamu lebih baik kuliah di Bandung. Kamu mau kan? Kalo tidak ya kamu nggak akan kuliah..” Jelas Mama.

Tuhan.. Aku harus bisa. Harus bisa! Ini kesempatanku. Perlahan, Ify melirik Rio yang sedang menatap lurus ke danau. Ify tau apa yang dipikirkan Rio. Rio tak ingin ia pergi, tak ingin!

“Rio..” Lirih Ify.

“Iya?” Jawab Rio. Ia beralih menatap wajah cantik Ify. Wajah yang selama ini menghiasi hari-harinya.

“Maafin Ify ya, Ify harus pergi meninggalkan Rio..”

Rio tersenyum seraya membelai lembut rambut Ify.

“Rio nggak bisa egois Fy, kalo Ify mau ke Bandung, Rio ikhlas.” Kata Rio.

“Iya Yo.. Tapi Ify takut. Ify takut disini Rio melupakan Ify.” Kata Ify takut. Entah firasatnya mengatakan jika ia kembali ke kota ini, Rio sudah melupakannya. Ify takut.

“Rio nggak akan lupain Ify. Ify adalah bidadari Rio. Rio sayang Ify, Rio cinta Ify, Rio bersabar menunggu Ify kembali ke Jakarta.” Kata Rio.

Titik-titik air matanya mulai turun saat mendengar ucapan itu. Rio.. Aku nggak rela tinggalin kamu.. Rio tau Ify menangis, Rio pun memeluk Ify.

“Rio janji Fy, Rio nggak akan lupain Ify. Ify adalah cinta pertama dan cinta terakhir Rio. Rio nggak akan ingkar janji Rio. Ify milik Rio selama-lamanya. Ify juga, jangan lupain Rio. Ini adalah sebuah cobaan Fy. Rio yakin, lima tahun kedepan kita mampu keluar dari cobaan ini. Saat Ify kembali kesini, Rio langsung lamar Ify. Kita akan menjadi sepasang kekasih yang halal. Hanya Ify calon Ibu dari anak-anak Rio. I Love you Fy.. Forever..”

Pelukan itu makin erat, dan tangisan Ify semakin keras. Rio benar, ia harus kuat menghadapi cobaan ini. Ify yakin, suatu saat nanti Rio datang padanya, mengucapkan janji untuk hidup bersama selamanya. I Love you Rio.. Jangan pernah lupain Ify...

***

Jakarta.. Tahun ini...

Cewek itu membuka kaca matanya. Dilihatnya pemandangan disekitarnya. Sebuah bangunan tua yang baginya adalah tempat tinggal yang paling nyaman. Cewek itu berjalan, mendekati bangunan tua itu. Bangunan itu tidak berubah. Hanya saja catnya yang berganti. Hari ini, ia ingin memberi kejutan pada pemilik rumah. Ya, orangtuanya.

Pintu itu ia ketuk. Sambil menunggu pintu terbuka, ia mengembangkan senyum manis yang ia miliki. Yang membuat siapa saja suka melihatnya. Beberapa menit kemudian, pintu terbuka. Seorang wanita kira-kira berumur hampir empat puluh delapan tahun tersenyum menyambut kedatangan putrinya.

“Ify! Kamu sudah pulang nak..”Kata wanita itu yang tak lain adalah ibunya. Ify, cewek itu bersimpuh di kaki ibunya. Ia rindu dengan ibunya ini.

“Ify sudah selesai kuliah Ma..”Kata Ify bangga. Perkiraan umurnya yaitu kurang lebih dua puluh empat tahun.

“Iya sayang, ayo masuk.” Kata Mama. Ify mengangguk.

Sementara Mama masuk ke dalam, Ify mencoba mengingat masa lalunya. Masa lalunya yang begitu indah. Masa lalunya bersama seorang kekasih bernama Mario Stevano. Ah ya, dimana sekarang lelaki itu? Apa lelaki itu masih mengingatnya? Masalahnya, Ify kehilagan kontaknya setahun terakhir ini. Ya semoga Rio masih mengingatnya.

“Papa..” Kata Ify. Ia melihat lelaki yang terlihat agak tua. Namun Ify menganggap Papa masih muda. Papa yang dulu, Papa yang selalu menjaganya.

“Gimana Fy kuliahmu?” Tanya Papa. Ify menceritakan pengalamannya ketika berada di Bandung. Disana, banyak teman-teman yang baik padanya. Ah, Ify jadi teringat sahabatnya, Shilla. Bagaimana kabarnya? Apa Shilla masih sama Alvin?

“Kamu sudah punya pacar Fy? Umur kamu udah cocok tau untuk menikah.” Goda Mama.

“Ah Ma, masih dua empat. Tunggu tiga atau empat tahunlah.” Cuek Ify.

“Hus! Menikah sekarang itu baik lho.” Kata Mama.

Ify tersenyum menanggapi perkataan Mama. Menikah? Hemmm.. Secepatnya Ify ingin menemui kekasihnya, Rio. Tapi, ia merasakan suatu keanehan. Seharusnya Rio pasti tau kalo ia udah pulang kesini. Ah, mungkin Rio sibuk. Ifylah yang harus menemui Rio. Sekarang juga.

“Ma, Ify keluar bentar ya.” Kata Ify.

Ify emang rindu setengah mati sama Rio. Ia rindu suara Rio, ia rindu tingkah Rio, ia rindu semua yang pernah dilakukan Rio padanya, ia rindu sama Rio. Ify berjalan pelan. Rumah Rio agak jauh dari rumahnya. Ify dapat menyetop bemo untuk dapat pergi ke rumah Rio.

***

Penyakit kanker paru-paru adalah penyakit paru-paru yang paling berbahaya. Alvin telat memeriksanya ke dokter. Ia ingat perkataan dokter tadi.

“Penyakitmu ini sudah parah. Kenapa kamu baru memeriksanya sekarang? Coba dulu kamu rutin ke dokter, saya yakin hari ini kamu sembuh. Tapi sekarang, saya tidak tau. Berdoalah pada Tuhan agar penyakitmu ini sembuh.”

Ya, ia akui dirinya emang bodoh. Alvin menertawai dirinya sendiri. Vin.. Alvin.. Apa Lo bosan berada di dunia ini?

“Hei mas!” Sapa Dea.

“Oh, hai juga.” Jawab Alvin. Dea mendekati Alvin lalu duduk disamping Alvin.

“Lo baru darimana? Kenapa wajah Lo pucat?” Tanya Dea.

“Gue nggak papa.” Jawab Alvin. Entah seribu kali ia berbohong pada Dea, dan Dea selalu mempercayai omongan dustanya.

“Ukh..Ukh..”

Tiba-tiba Alvin batuk. Parahnya, batuknya mengeluarkan darah, dan dadanya terasa sesak. Dea begitu kaget melihat kakaknya.

“Mas, Lo nggak papa?” Tanya Dea panik.

“Gue cuman lelah aja.” Jawab Alvin.

Hanya lelah saja ya? Alvin teringat Shilla. Kemarin, cewek itu memeluknya senang karena lulus dengan nilai yang memuaskan. Sekarang Shilla bekerja sebagai designer terkenal. Ya, Alvin bangga sama Shilla. Tapi, ada sebaris perkataan Shilla yang membuat hatinya perih.

“Vin, kapan nih kita nikah?”

Umurnya emang cukup buat menikah. Ya mungkin lagi setahunlah jika umurnya ini masih dianggap muda. Tapi Alvin takut, Shilla sedih saat ia meninggal. Oh, apa aku kembali pada rencana awalku? Balas dendam? Tapi, aku begitu sayang sama Shilla. Dia adalah bidadariku. Tidak mungkin aku berdusta padanya.

“De, gue akan mutusin Shilla.” Kata Alvin tiba-tiba. Entah darimana ia mendapatkan kekuatan untuk membicarakan hal menyakitkan itu.

“Yang bener?”

“Iya.” Jawab Alvin ragu.

Dea tersenyum senang. Akhirnya, Alvin mau juga putuisn Shilla. Hei! Dea baru menyadari, rencananya untuk membalas dendam berjalan lancar. Dea yakin Rio nggak akan mau sama Ify karena Rio sudah menjadi miliknya. Haha.. Dea tak mau tau gimana reaksi Ify saat bertemu Rio. Dea tak mau tau.

***

“Baiklah, mulai dari sekarang, perjodohan itu dibatalkan.” Kata Pak Jindo-Ayah Pricilla-tegas. Pricilla maupun Gabriel tersenyum lega. Akhirnya, bebas juga!

“Makasih Pa..” Kata Pricilla senang. Yeah! Besok ia siap terbang ke Korea demi bertemu sang pujaan hati.

“Eh, Lo enak udah punya pacar, lha gue?” Kata Gabriel bercada. Semua di ruangan itu tertawa mendengar ucapan Gabriel.

Setelah semua dirasa beres, keluarga Pricilla meninggalkan rumah Gabriel. Terakhir kali ia melihat Pricilla. Ya, ia yakin di Korea nanti Pricilla bahagia bersama pasangannya.

“Mas, udah dapat kabar kalo Rio sudah keluar dari rumah sakit?” Tanya Sivia.

Gabriel mengangguk.

“Tapi mas, yang gue rasa aneh, kenapa Rio jadiin Dea sebagai kekasihnya? Dan Ify dikemanain?”

Gabriel juga tak mengerti kronologi kejadian. Setaunya, polisi menemukan Rio yang terbaring lemah disuatu tempat sepi. Tubuh Rio dilmuri darah, terutama bagian kepalanya. Ah, entahlah. Gabriel yakin Rio menjadikan Dea sebagai kekasih hanyalah bohongan. Tidak mungkin Rio melupakan Ify.

Tidak mungkin!

***

Rumah yang ia lihat adalah rumah pemilik yang sangat ia rindukan. Ify ragu mengetuk pintu. Jantungnya saja udah dek-dekan. Jika pintu terbuka, dan ia melihat seseorang yang dirindunya tersenyum padanya, menyambutnya...

Tok..Tok..Tok...

Pintu belum terbuka. Ify menunggunya dengan sabar. Satu suara yang ia dengar, detak jantungnya yang berdegup kencang. Tuhan.. Normalkan jantungku... Ify tak yakin saat melihat Rio ia baik-baik saja.

Pintu tak kunjung terbuka. Pikiran negatifnya mucul diotaknya. Apa Rio sudah tak lagi tinggal disini? Atau mungkin... Apa Rio tidak mau bertemu dengannya? Apa mungkin Rio sudah memilik kekasih baru? Atau...

KREKK...

Pintu terbuka. Ify menjadi tenang. Pikiran negatifnya hilang entah kemana. Tapi, otaknya masih bisa digunakan untuk berpikir. Melihat orang yang membuka pintu itu, Ify dapat menyimpulkan suatu fakta.

“Cari siapa mbak?” Tanya orang itu.

***
TBC.....

Nah lho, apakah Rio masih mengingat Ify atauuu....

Kalo ada yang aneh ato nggak nyambung komen ajj J
@fahdastevadit      ( http://risedirectioners.blogspot.com )

Please, Don't Forget Me! ( Part 21 )

Part 21

.

.

.

Sekali lagi, Ify menatap foto itu tak percaya. Di edit atau bukan sih? Tapi menurutnya, foto ini nggak di edit. Tapi sungguhan! Ah, masa’ iya sih? Apa ini cuman akalan Dea aja? Ya, Ify yakin sekali.

“Lo jangan percaya foto itu Fy. Itu cuman akal-akalan Dea. Walau foto itu keliatannya nggak diedit, tapi foto itu diedit kok..” Kata suara Zevana. Mendadak Dea kaget.

Zevana mendekati Ify dan Dea lalu merobek foto itu. Ia tersenyum penuh kemenangan pada Dea. Lho? Jadi.. Jadi Zevana teman Ify? TEMAN IFY? Mati gue!

“Eh, kak Zevana.. Nga..ngapain disini?” Tanya Dea takut. Zevana mendekati Dea dan menatap Dea tajam. Sepertinya Dea harus diberi pelajaran.

“Gue nggak percaya ternyata Lo itu jahat De, teganya Lo ngerusak hubungan Ify dengan Rio. Lo harus kasian sama Ify De...” Kata Zevana. Dea terdiam. “Gue sekarang tau Lo itu anaknya sombong, egois, menang sendiri.. Makanya Lo mau ikut lomba cheers kan biar teman-teman Lo iri ma Lo? Ya kan?” Lanjut Zevana.

Sialan! Kalo gini caranya, reputasi gue hancur. Gue harus pindah dari sekolah ini. Gue nggak mau jadi bahan tertawaan anak-anak. Dan tentu saja, pasti si Zevana itu ngeluarin gue dari gengnya. Oke, gue mau-mau aja. Tapi ingat, masalah gue sama Ify belum berakhir.

“Sebaiknya Lo ubah diri Lo menjadi lebih baik. Lo jangan sekali-sekali ganggu hubungan Ify. Apa Lo nggak mau disebut orang sebagai cewek yang hobinya ganggu hubungan orang?”

Alah, kayak RiFy udah nikah aja. Palingan entar mereka bubar. Cinta SMA itu cuman cinta monyet. Nggak akan abadi. Lo juga Zeva, sok ceramahin orang.

“Mulai sekarang, Lo keluar dari geng gue. Gue enek liat wajah Lo. Ohya, satu lagi. Shilla itu sepupu gue.”

Ooo, Dea baru tau. Zevana tau tentang dirinya yang sebenarnya dari Shilla. Dasar Shilla! Tapi tenang aja, suatu hari Lo akan ngerasain akibatnya. Kakak gue...

“Oke, gue keluar. Dan bukan hanya itu, gue pindah dari sekolah ini. Puas?” Bentak Dea. Zevana dan Ify cuman diam. “Ohya, masalah gue sama Lo belum berakhir. Tenang aja, suatu hari Lo bakal menderita!” Lanjut Dea sambil menunjuki Ify.

“Tapi De, gue kan udah minta maaf..” Kata Ify.

“Oke, good bye!” Ketus Dea lalu meninggalkan Ify dan Zevana. Keduanya saling pandang memandang. Zevana mengangkat bahu lalu tersenyum.

“Jangan khawatir, Dea udah pergi. Lo aman.” Kata Zevana. Ify mengangguk.

Tapi, perasaannya tidak enak. Ada yang mengganjal dalam hatinya. Ify ingat tadi kalimat yang diucapkan Dea, ‘Ohya, masalah gue sama Lo belum berakhir. Tenang aja, suatu hari Lo bakal menderita!’. Tuhan.. Apakah itu benar?

***

Mulai hari ini, jam ini, menit ini, detik ini, Cakka memulai kehidupan barunya. Ia bisa melupakan Agni. Namun, masalah lain yaitu ia tak akan lagi pernah jatuh cinta. Cakka trauma memikirkan soal cinta. Tidak seperti Rio yang pasangannya sangat setia. Ya, Cakka ingin seperti Rio. Mendapatkan pasangan yang setia.

Drtrdrtrdrt..

Message From : 0819xxxxxxxx

Kmu Cakka yyaa ??? (:

Argh! Lagi-lagi nomor itu. Nomor yang dari kemarin meng-smsnya tanpa henti. Siapa sih yang punya nomor itu? Cakka malas membalas sms itu namun penasaran juga. Akhirnya Cakka membalasnya.

Message To : 0819xxxxxxxx

Iya, ini siapa?

Belum semenit smsnya langsung dibalas.

Message From : 0819xxxxxxxx

Adek kelas lo, maap. Adek kelas kakak.. Hehe.. (:

Adik kelas, hemmm, Cakka dapat menyimpulkan kalo yang mengerjainya ini cewek. Mana mungkin ada cowok iseng yang mengerjainya? Sudah banyak nomor-nomor asing yang masuk di HPnya dan sebagian besar cewek.

Message To : 0819xxxxxxxx

SMP ato SMA?

Message From : 0819xxxxxxxx

SD (: Nama gw anne..
Anne? Nama yang aneh. Lebih anehnya lagi, adik kelasnya waktu SD. Nggak mungkin sih, Cakka aja lupa nama-nama adik kelasnya waktu SMP. Apalagi SD? Dan nomor asing itu hafal banget namanya. Ya mungkin saja dia salah satu penggemar blackboy, mungkin saja.

Hampir sejaman mereka smsan. Cakka tau, cewek itu sangat mengidolakannya. Dan katanya cewek itu bersekolah di SMA Himalaya, tepatnya kelas tiga SMA. Hemm, Anne? Cakka mencoba mengingat beberapa nama adik kelas SD yang diingatnya. Tapi setaunya, ia hanya ingat tiga. Dan tiga orang itu dulu adalah tetangganya.

Ya, Cakka tak ambil pusing. Ia mematikan handphonenya lalu berbaring di atas kasur. Matanya pun terpejam. Cakka berlari menuju alam mimpinya yang indah.

***

Alvin berubah. Dilihat dari sikapnya, Alvin emang berubah. Dimulai dari sikap cueknya, pendiam, dan nggak banyak omong. Shilla merasa bersalah. Pecahan itu.. Tentu tak pernah ia lupakan. Dan Shilla nggak akan pernah melupakan orang yang memecahkan permata itu, Cakka.

Shilla ingat tadi pertemuannya dengan Alvin. Sore itu..

“Alvin, napa sih Lo berubah?” Tanya Shilla mendekati Alvin. Sebenarnya dia mau nanyain gimana kelanjutan hidup Dea setelah mengalami nasib yang malang.

“Berubah gimana? Gue masih mencintai Lo Shill..” Kata Alvin.

Memang sih, Alvin nggak pernah dekatin cewek. Shilla sering memata-matai Alvin. Pernah ada cewek yang gangguin Alvin dan Alvin langsung marah sama cewek itu. Meski wajah si cewek cantiknya melebihi apapun. Shilla tau, Alvin sangat mencintainya.

“Tapi Lo aneh.”

Alvin terdiam. Cowok itu seperti berikir. Shilla mencoba menebak apa isi dari pikiran cowok itu. Hasilnya, ia sama sekali tidak tau.

“Gue nggak aneh Shill, gue Alvin yang dulu, Alvin yang masih mencintai Lo.”

“Tapi bagaimana dengan permata itu?” Tanya Shilla.

Alvin terdiam lagi lalu tersenyum. “Permata itu nggak berarti apa-apa kok.”

Oh, syukurlah. Tuh kan, waktu di Dufan itu Alvin cuman bercanda aja. Jadinya Shilla merasa bodoh karena telah membentak Cakka, idolanya dulu.

“Terus, gimana soal Dea? Dia baik-baik aja kan?” Tanya Shilla. Alvin mengira Shilla sok simpati, tapi Alvin hanya mengangkat bahu.

“Lho? Lo kan adeknya Vin.”

“Jangan bicarain soal Dea. Gue males.” Jawab Alvin.

Bukannya Alvin nggak mau menjelaskan, tapi jujur aja, ia begitu benci sama Dea, sedikit. Awalnya Alvin siap membantu Dea untuk balas dendam. Tapi tidak lagi. Alvin berjanji nggak akan menyakiti cewek yang sangat dicintainya, Shilla.. Tapi, penyakitnya ini...

Mungkin suatu hari nanti ia dapat mengubah keputusannya.

***

Sekolah baru. Dea berusaha membahagiakan diri di sekolah barunya. SMA Harapan. Sekolahnya lumayan bagus, namun tak sebagus SMA Himalaya. Baginya, kepindahannya ini adalah bentuk rasa bencinya pada Ify. Ify, cewek itu merusak impiannya. Ify yang mendapatkan Rio, bukan dirinya.

Sepertinya Dea ingin cepat-cepat melaksanakan rencana B. Tapi waktunya bukan sekarang. Intinya, rencana B nya itu dapat membuat Ify menderita. Ya, Dea berharap Ify masih tetap menjadi kekasih Rio karena rencana B itu menyangkut soal Rio.

Kira-kira apa bentuk rencananya? Entahlah.. Dea belum memberitahukannya kepada siapapun. Apalagi sama Alvin. Kakaknya itu berubah. Berubah! Alvin tidak mau lagi melakukan pembalas dendaman itu. Katanya, Alvin sayang sama Shilla dan tidak mau meninggalkan Shilla.

Belakangan ini juga Alvin sering murung. Makannya sedikit, jarang bicara, dan jarang keluar rumah. Dea tau, Alvin sedang ada masalah. Wajah Alvin sering pucat dan mudah lelah. Oh God! Ada apa dengan Alvin? Apa dia sakit? Kemungkinan besar jawabannya adalah iya. Waktu kecil, Alvin sering terkena penyakit. Salah satunya yaitu penyakit flek paru. Tapi penyakitnya tidak berbahaya.

“Dea.. Kok melamun sih?” Tanya Alvin.

“Eh kak, baru dateng? Habis kemana?” Tanya Dea.

Alvin tak menjawab. Tiba-tiba ia merasakan tubuhnya menjadi lemah. Sekarang, dadanya menjadi sakit. Tuhan.. Penyakitku ini apa sih? Alvin tidak berani mendatangi rumah sakit. Tapi ia yakin, umurnya sudah tidak panjang lagi.

“Lo kenapa?” Tanya Dea. Ia memegang dahi Alvin.

“Gue nggak papa. Gue ke kamar dulu ya.” Kata Alvin.

“Eh kak, apa Lo yakin nggak akan balas dendam?” Teriak Dea.

Alvin membalikkan badannya seraya tersenyum. Dendam itu.. Alvin tak akan melakukannya. Ia tak akan memutuskan Shilla. Karena Shilla merupakan bagian dari hidupnya. Entah apakah ia terus selalu bersama Shilla, atau...

***

Enam tahun kemudian....

Seorang cowok kira-kira berumur dua puluh tujuh tahun sedang serius mengetik keyboard laptop. Wajah cowok itu tampak lelah, namun cowok itu nggak akan pernah menyerah. Semua ini demi perusahaannya.

“Permisi tuan, maaf menganggu..” Kata seorang cewek yang umurnya di bawah umur cowok itu. Kira-kira umurnya dua puluh lima tahun.

“Oh, tak apa. Anda siapa?” Tanya cowok itu.

“Saya Anne tuan..” Jawab cewek itu sambil tersenyum.

***
TBC...

Makin lama, makin aneh juga cerita ini .. Hehe ..

Kalo ada yang aneh ato nggak nyambung komen ajj (:
@fahdastevadit      ( http://risedirectioners.blogspot.com )

Sabtu, 06 Juli 2013

Please, Don't Forget Me! ( Part 20 )

Part 20

.

.

.

Dear Cakka

Maafin Agni ya kalo Agni punya banyak salah sama Cakka. Dan maafin Agni nggak sempat pamit ma Cakka. Setelah Cakka menerima surat ini, Cakka nggak akan bisa lagi melihat Agni.

Agni baik-baik aja kok, sekarang Agni tinggal di Yogyakarta. Disana, Agni udah punya keluarga. Maksudnya Agni tinggal disana bersama calon suami Agni, yah meskipun Agni masih lama nikahnya.

Maafin Agni ya Kka, Agni harus tinggalkan Cakka. Karena apa? Agni bingung sama Cakka yang nggak mau menjelaskan Agni. Agni bingung sama hubungan kita, dan, Agni yang mengakhiri semuanya. Kita sudah putus Kka, Agni yakin suatu hari Cakka pasti mendapatkan cewek yang lebih baik dari Agni.

Sebenarnya, Agni masih mencintai Cakka. Cakka cinta pertama Agni. Tapi maaf, Agni nggak tahan sama Cakka. Cakka sedikit aneh. Masa’ karena pecahan itu tiba-tiba Cakka marah ma Agni? Padahal Agni nggak tau sama sekali tentang pecahan itu.

Makasih ya Kka karena udah jadi pacar Agni walau sebentar. Agni senang kok. Ya udah, doakan Agni ya Kka semoga Agni tak mengubah pilihan. Semoga Agni bahagia sama Sion-calon suami Agni-.

Itu aja dari Agni.

***

Terlambat. Kata itulah yang ia rasakan. Cakka terlambat menjelaskan pada Agni. Sebenarnya, Cakka datang ke rumah Agni untuk memberitahu kalo ia masih mencintai Agni dan tentunya melanjutkan hubungan yang renggang. Tapi semua terlambat. Agni pergi dan ia menyesal. Sangat menyesal.

Cakka meremas-remas surat itu. Ia buang surat itu di tong sampah. Pikirannya sedang kacau. Argh! Dua seseorang yang sangat ia cintai telah meninggalkannya. Pertama Oik, dan kedua Agni. Cakka sangat menyesal. Tuhan begitu jahat padanya. Cakka tidak akan pernah bisa mendapatkan cinta sejati. Tak akan.

Drtdrtdrtrdrt...

Message From : 0819xxxxxxxx

J 

Siapa lagi yang meng-smsnya? Pasti orang iseng. Cakka mematikan HPnya lalu naik ke atas kasurnya. Pandangannya kini menatap langit kamarnya.

Ag.. Gue emang nggak pantas dicintai cewek, ya.. Itulah takdir gue.

***

“Lo yakin ini berhasil?” Tanya Rio tak yakin. Ide Shilla sama saja saat ia nembak Ify. Shilla mengangguk yakin.

“Dan, gue nyanyi lagi buat Ify?”

Shilla mengangguk.

“Dan Ify bakal nerima gue lagi? Bukannya dia nggak mau balik ma gue?”

Shilla memegang bahu Rio lantas memberi Rio semangat tinggi. Cowok didepannya ini harus bisa kembali dengan Ify. Shilla yakin, Ify masih mencintai Rio.

“Lo harus bisa Yo! Bisa! Coba gue jadi elo, gue bakal lakuin apapun demi kembalinya Ify ke gue. Ayolah.. Lo pasti bisa!”

Sejenak Rio berpikir. Apa salahnya juga ya mencoba? Ide Shilla bagus juga, walau peluang kembalinya Ify padanya sedikit. Manusia kan berusaha dan Tuhan yang menentukan. Akhirnya Rio mengangguk.

***

Baru saja Ify keluar dari kamar mandi. Rambutnya yang basah dibungkus handuk kecil. Sore ini terasa sepi. Shilla yang biasanya main-main kesini sekarang pergi entah kemana. Biasanya, Rio menjemputnya untuk jalan-jalan. Tapi sekarang tidak. Hubungannya dengan Rio sudah end.

“Ify!!!” Teriak seseorang.

Ify mengintip lewat jendela. Ternyata itu Shilla. Hemm, sepertinya Shilla lagi bawa berita penting. Cepat-cepat Ify berlari menemui Shilla. Di depan pintu, Shilla tersenyum manis padanya.

“Ada apa sih?” Tanya Ify heran. Jarang-jarang lho Shilla senyum nggak jelas kayak gini. Apa Shilla beneran selingkuh biar Alvin menderita seperti dirinya?

Shilla tidak menjawab pertanyaan Ify. Ia malah menarik tangan Ify. Shilla emang aneh! Batin Ify. Sekarang, dia mau bawa gue kemana?

@Lake

Tempat ini adalah tempat yang paling ia sukai. Ya, danau tempat ia menembak Ify. Dimana wajahnya yang ragu, pucat, malu, dek-dekan duduk disamping Ify. Rio sudah menyiapkan lagu yang ia nyanyikan buat Ify. Harapannya, semoga lagu ini yang menjadi alat kembalinya hubungan mereka.

Tak jauh dari tempatnya, Shilla menarik paksa tangan Ify. Ooo, Ify jadi tau. Pasti Shilla mengajaknya kesini karena RIO. Uh, nama itu lagi. Ify sudah bisa melupakan nama itu meski hatinya tak mampu melupakan.

“Gue balik aja.” Kata Ify mencoba kabur dari cengkraman Shilla.

“Eh, jangan kabur! Sana gih pergi ke pinggir danau.” Suruh Shilla.

“Gue tau, pasti disana ada Rio kan? Kan?” Kata Ify.

Shilla mengangkat bahu.

“Gue bunuh tuh cowok kalo ada disana.” Kata Ify garang. Ia pun terpaksa pergi ke pinggir danau. Sudah dapat ia lihat seorang cowok yang sedang memainkan gitar.

“Ify..” Lirih Rio.

“Mau apa Lo?” Ketus Ify.

Rio mencoba tersenyum sabar. Lalu, hanya suara gitarnya yang memenuhi tempat itu. Ify mendengar dengan tak minat.

Suara Rio dibuka.

I will always love you kekasihku

Dalam hidupku hanya dirimu satu

Seperti setahun yang lalu. Rio melakukan ini supaya Ify mau menerimanya. Dasar cowok! Senjata ampuh Rio itu adalah menyanyi. Mentang-mentang suaranya bagus.

I will always need you cintaku

Selamanya takkan pernah terganti

Tuhan.. Lama-lama gue kasian juga ma ya tu cowok. Sungguh, gue pengin peluk cowok itu. Pengin banget. Rio... Lo emang spesial dalam hidup gue. Apa karena akal-akalan Dea gue nyerah gitu aja? Nggak kan. Cinta kita nggak pernah musnah.

Ku mau menjadi yang terakhir untukmu

Ku mau menjadi mimpi indahmu...

Ya Yo. Lo cinta terakhir gue. Gue nggak bisa hidup tanpa Lo. Lo berbeda dari lainnya. Lo itu spesial. Yang paling spesial. Apa gue nerima Lo lagi? Dan apa Lo nggak nyakitin gue lagi walau Lo merasa nggak pernah nyakitin gue?

Cintai aku dengan hatimu seperti aku mencintaimu

Sayangi aku dengan kasihmu seperi aku menyayangimu

I will be the last for you

And you will be the last for mee...

Lagu itu belum berakhir. Namun Ify sudah memeluk Rio. Rio balas memeluk Ify. Ya, ide Shilla berhasil. Tak henti-hentinya Rio tersenyum.

“Maafin gue Yo.. Gue tau Lo nggak salah. Dea lakuin itu agar hati gue sakit. Maklum, Dea benci setengah mati ma gue..” Kata Ify.

“Iya sayang.. Maafin Rio juga. Rio janji nggak akan terpengaruh permintaan aneh Dea. Karena Ify adalah cinta pertama dan cinta terakhir Rio. Ify mau kan jadi pacar Rio lagi?” Kata Rio.

Ify tak menjawab. Tetapi Rio telah mendapatkan jawabannya. Ify kembali padanya dan melanjutkan kisah mereka yang berhenti. Rio senang hari ini. Ia senang memiliki Ify. Begitu pula Ify. Ia ingin terus bersama Rio.

Selamanya.

***

Pagi yang indah. Ify menutup pintu rumanhya. Di teras, sudah ada yang menjemputnya. Siapa lagi kalo bukan pangerannya?

“Udah lama gue nggak ngantar Lo sekolah.” Kata Rio.

“Sudah lama juga gue nggak nebeng bareng Lo. Tau tidak?”

“Apa?”

“Uang jajan gue cepet habis gara-gara naik angkutan umum. Kalo gue bareng elo, uang gue nggak cepet habis.”

“Hahaha, lucu juga Lo..” Tawa Rio lantas mengacak-acak rambut Ify.

“Berangkat yuk!” Kata Ify.

“Yuk!”

@SMA Himalaya

Berkali-kali Dea memohon pada Zevana, ketua ekskull cheers agar ia gabung dalam tim inti. Tetapi Zevana menolak. Masalahnya, Dea masih kelas satu. Dan tentu Dea tidak ikut dalam kompetisi cheers tahun ini.

“Ayolah kak..” Mohon Dea.

“Nggak bisa De.. Ntar tahun depan aja.” Kata Zevana.

Walau begitu, Dea tak berani membantah Zevana. Zevana adalah kakak kelas yang paling ia takuti. Syukur-syukur ia bisa menjadi anak buah Zevana. Jika ada hal yang membuat Zevana sakit hati karena ulahnya, tak segan-segan Zevana mengeluarkan Dea dan Dea menyesal selama-lamanya.

Ah ya, bukannya RiFy kembali lagi? Argh! Dea benci hari ini. Pertama, ia tidak ikut dalam kompetisi cheers antar SMA. Kedua, RiFy kembali. Ketiga, idenya untuk merusak hubungan RiFy sudah hancur. Artinya, tak ada ide lain. Ya, Dea menyerah.

Tapi tunggu dulu, suatu hari ia pasti menang. Dea yakin Ify tak akan pernah bahagia.

@Canteen

“Ide.. Hmmm, gini aja. Lo buat Rio cemburu, gimana? Lo suruh Ify deket ma cowok.” Kata Keke.

Dea tak menjawab. Ia sibuk mengaduk-aduk cappucinonya dengan sedotan. Ide Keke bagus, tapi ia malas. Dea capek melakukan semua. Tapi, ia tak ingin Ify bahagia. Dan ia ingin sekali memiliki Rio.

“Kak Zeva marah ma Lo?” Tanya Keke mengubah topik.

“Gue nggak tau, tapi tadi dia cuekin gue terus. Kayaknya bukan masalah cheers deh.”

“Terus, masalah apa?”

***

Kelas 2D riuh karena kedatangan kakak kelas cantik yang bernama Zevana. Entah mau apa Zevana kesini. Hal itu mengundang banyak pertanyaan. Zevana berjalan santai menuju bangku nomor dua.

“Shilla.. Sorry ya nggak bales sms Lo..” Kata Zevana.

“Iya Kak.. Nggak papa.” Jawab Shilla.

Shilla membisiki telinga Zevana. Semua murid melihat itu dengan heran, kecuali Ify. Shilla dan Zevana itu kan saudara sepupu.

“Ooo, gue baru tau satu anggota gue ternyata sering menyakiti teman Lo. Oke, gue akan beri pelajaran buat dia.” Kata Zevana mengedipkan mata kanannya.

“Thanks kak..” Kata Shilla senang. Kok baru sekarang ya ia kasih tau ke Zevana?

“Ntar deh pas pulang sekolah gue pergokin dia.”

***

@Canteen

“Ide Lo bagus Ke, bagus!” Kata Dea. Ya, dengan ide ini, Dea yakin hubungan RiFy akan hancur selama-lamanya. Dan Dea bersumpah, kalo ide ini gagal, ia nggak akan ganggu RiFy lagi. Kecuali pada waktunya nanti.

“Ya, masalahnya foto..”

“Diem. Gue selesaiin nanti di jam pelajaran Pak Haris. Tenang, gue bawa laptop kok. Ntar pas pulang sekolah kita temuin tuh RiFy..” Kata Dea tersenyum licik.

***

Bel pulang berbunyi. Seluruh murid berhamburan keluar dari ‘tahanan’ masing-masing. Begitupun Dea dan Keke. Sejak tugasnya selesai, Dea tak henti-hentinya tersenyum. Dea berjalan menuju pintu gerbang. Disana ada Shilla dan Ify.

“Hei!” Sapa Dea ramah.

“Mau apa Lo?” Bentak Shilla. Eh, kebetulan nih Dea ada disini.

“Gue ada urusan sama Ify. Fy, kita ke taman belakang sekarang.”

Belum sempat Ify menjawab, Dea menarik tangan Ify menuju taman belakang. Shilla melihatnya sambil tersenyum. Gue tau De ide Lo....

@Taman belakang

“Lepasin!” Kata Ify.

“Tenang-tenang, gue mo ngasih ini ke elo.”

Dea mengeluarkan sesuatu dari dalam dompetnya. Ify memerhatikan dengan penasaran. Tiga lembar foto yang ia yakini tidak diedit. Astaga! Ini kan.. Ini kan...

“Lo jangan percaya foto itu Fy. Itu cuman akal-akalan Dea. Walau foto itu keliatannya nggak diedit, tapi foto itu diedit kok..” Kata suara seseorang.

***
TBC.....
Kalo ada yang aneh ato nggak nyambung komen ajj J

@fahdastevadit      ( http://risedirectioners.blogspot.com )

Senin, 01 Juli 2013

Please, Don't Forget Me! ( Part 19 )

Part 19


.


.


.


Hatinya bertambah menjadi lebih sakit saat melihat mantannya. Gabriel. Cowok itu tiba-tiba menampakkan diri, di kala hatinya sedang sakit. Lalu, apakah Gabriel akan mentertawakannya agar penderitannya komplit?


Namun dugannya salah. Gabriel kesini untuk menemaninya. Tidak ada tawa atau senyum kelicikan. Yang ada hanya senyuman manis Gabriel yang dulu sangat disukainya.


"Ada apa Fy?" Tanya Gabriel. Ify ragu untuk menjelaskannya.


"Nggak ada kok." Jawab Ify.


"Okelah. Ohya, mana Rio?"


Mendadak Ify menangis. Gabriel yang tidak tau menahu langsung memeluk cewek itu. Cewek yang masih dicintainya.


"Gue nggak ikut campur urusan Lo. Apapun masalah Lo, hadapi dengan penuh ketegaran. Lo jangan nangis kayak gini."


Ify merasa nyaman berada dalam pelukan Gabriel. Pelukan yang sudah lama tidak dirasakannya. Pelukan yang telah tergantikan oleh pelukan seorang Mario Stevano.


"Iya Yel, gue janji nggak akan nangis lagi. Makasih ya."


Pertama kali ia tersenyum pada Gabriel sejak ia putus dengan cowok itu. Gabriel membalas senyum Ify. Oh Fy, gue yakin suatu hari nanti gue bisa bersama Lo. Hidup dan tinggal bersama Lo. Akan gue usahaiin membatalkan perjodohan itu.


"Iya, sama-sama Fy." Jawab Gabriel lalu melepas pelukannya. Ify menyeka mata dan tersenyum lagi. Tapi, di bayangan matanya terlintas wajah cewek korea itu. Ify salah jika ia menangis dalam pelukan seseorang yang bukan menjadi haknya. Salah.


"Pacar Lo mana?" Tanya Ify.


"Dia di Korea." Jawab Gabriel berbohong. Yang benar aja, Pricilla dilarang keras pergi ke Korea. Ia harus tinggal di Indonesia sampai tiba waktunya ia dan Gabriel berhak untuk tinggal bersama.


"Ooo.." Kata Ify. Ia tak tau apakah ia sedang bahagia atau tidak. Tapi ia merasakan pelukan itu lagi. Ya, Gabriel memeluknya lagi. Bahkan pelukan itu lebih hangat dari pelukan pertama.


***


Malam itu, di kamar Dea, Dea sedang membaca status facebook Rio. Hahaha.. Kasian banget. Dea sempat ketawa ngakak. Tapi, kasian juga ya Rio. Bukan Ify aja yang sakit, Rio ikutan juga. Padahal kan Rio nggak bersalah apapun.


"Gue berhasil kan kak?" Kata Dea bangga ketika Alvin masuk ke dalam kamarnya.


"Ya. Tapi apa Lo nggak takut mereka balikan? Lalu, jika mereka balikan apa Lo akan gangguni hubungan mereka?"


Dea terdiam.


"Gue saranin, sebaiknya Lo jangan ganggu mereka lagi. Biarkan mereka bahagia."


Wah-wah, kok Alvin nggak mendukungnya lagi ya? Apa Alvin udah putus sama Shilla? Tapi, Dea nggak akan membiarkan Ify bahagia. Jika mereka balik lagi, dan jika ia putus asa, ia akan menggunakan rencana B. Rencana yang ia ketahui seorang. Keke pun tak mengetahuinya.


"Rencana B? Rencana apa sih itu?" Tanya Alvin penasaran.


"Ya.. Rencana gitu."


"Apa nggak berbahaya?"


"Ya enggak lah kak, tapi sih awalnya berbahaya. Namun selanjutnya tidak. Dan rencana ini Dea minta bantuan ma teman-teman Dea yang disana."


"Siapa?"


"Entar Lo tau." Jawab Dea tersenyum misterius.


***


Tok..Tok..Tok...


Seseorang mengetuk pintu kamarnya. Namun sang pemilik kamar tidak menyahut. Sejak siang tadi pintu itu tidak terbuka. Sekarang sudah sore. Seseorang itu sangat khawatir pada pemilik kamar.


"Gimana? Masih belum terbuka?" Tanya Shilla. Rio menggangguk pasrah.


"Oh ayo ayo ayo.. Buka pintunya Fy.. Ini Shilla Fy, sahabat Lo.." Kata Shilla.


Tidak ada suara dari dalam sana. Apa Ify pingsan? Ify kan belum makan siang. Wajah Shilla menjadi pucat. Awas, Shilla bakal buat perhitungan sama Dea. Tapi yah, apa ia berani? Dea kan adik dari pacarnya sendiri. Uh, pasti Dea itu anak adopsi. Nggak mungkin adeknya Alvin.


"Ify.. Ini Shilla.. Lo jangan sedih.. Ayo keluar.." Mohon Shilla. Suaranya sudah mau habis. Hampir dua jamman ia memohon di luar pintu kamar Ify. Begitupun Rio yang mulai frustrasi.


Krek! Pintu terbuka. Shilla tersenyum senang. Ternyata Ify baik-baik aja. Bahkan Ify sempat tersenyum padanya. Ya, apa gunanya menangisi seseorang yang udah menghianati kita? Ify mencoba menganggap Rio tak ada di depannya.


"Mmm.. Fy.. Maafin gue." Kata Rio serak.


"Shill, cari makan di luar yuk! Ohya, tadi gue ketemu Gabriel lho. Dia makin cakep aja. Tadi tuh dia nenangin gue sampai gue tersenyum kayak gini. Yuk!" Kata Ify menarik tangan Shilla dan meninggalkan Rio.


Bukannya Ify senang atau apa ketemu Gabriel, tapi cuman buat Rio cemburu aja. Dan benar, Rio menatap punggungnya yang semakin hilang dengan air mata yang ingin saja menetes. Oh Yo, ngapain Lo nangis? Gila Lo!


"Lo nggak papa Fy?" Tanya Shilla. Ia takut Ify menjadi gila.


"I'm fine Shilla. Yuk kita keluar!"


Sebelumnya, Rio memberi pesan pada Shilla. "Shill, bilang Ify kalo gue masih mencintainya. Bilang kemarin itu cuman akal-akalan Dea aja. Terserah Ify mau berkata apa. Yang penting dia harus maafin gue agar gue tenang. Kalaupun dia nggak mau gue lagi, gue rela kok."


Shilla tersenyum menanggapi pesan Rio.


***


Di pinggir kolam di belakang rumahnya, Cakka memainkan gitarnya. Ia memetik senar gitar tak karuan. Berharap rasa-rasa aneh ini hilang begitu saja. Hubungannya dengan Agni masih gantung. Cakka belum memutuskan Agni dan Agni mungkin tak pernah tau apakah ia masih mencintai Agni atau tidak.


Ah, andaikan ia tak bertemu cewek itu.. Cewek yang menurutnya berbeda dari cewek lain. Cewek yang memiliki aura tersendiri. Sekarang, ia hanya tinggal bersama Ayah dan Rio. Angel udah menikah beberapa hari yang lalu. Angel begitu bahagia, dan ia? Rio pun ia tau sedang ada masalah. Sama seperti dirinya. Tapi Cakka harus bersikap dewasa dibanding Rio.


Ponselnya berbunyi. Dari Agni. Tapi Cakka tak mempedulikan. Sepuluh kali Agni memiscallnya. Tapi Cakka sama sekali tidak mengangkat. Ag.. Gue bingung Ag.. Sungguh, gue bingung dengan perasaan gue.


Di sebrang sana, seorang cewek frustrasi karena telponnya tidak diangkat. Ayolah Kka, angkat..angkat.. Agni menelpon Cakka lagi. Jika Cakka tak menjawab, artinya..artinya ia akan kembali pada perjodohan itu. Sion.


Argh, sial! Cakka tidak mau mengangkat. Jadi, apa keputusannya adalah pilihan terbaik? Tadi, Mama mengatakan kalo ia mau sama Sion, tentu Mama senang. Sion itu anak orang kaya dan pintar. Anaknya cakep lagi. Kata keluarga Sion, perjodohan itu masih ada kok.


Kka.. Apa gue harus ninggalin Lo? Cinta pertama gue? Apa gue nggak berhak bersama Lo? Ya, Cakka bukan jodohnya. Agni harus mengerti. Baiklah Kka, gue nggak akan rubah keputusan. Agni menaruh ponselnya di atas meja lalu berlari menemui Mama yang sedang membaca koran.


"Ma, Agni mau kok tunangan ma Sion." Kata Agni mantap.


***


@Caffe Blovers


Ify begitu malas mendengar cerita Shilla tentang Rio. Ia bosan mendengar Shilla berkata, 'Fy.. Rio minta maaf ma Lo. Jadi Lo maafin dia ya.' Enak banget cowok itu minta maaf. Ntar, palingan dia minta maaf lagi. Dasar cowok!


"Lo harus maafin Rio Fy, sebenarnya Rio nggak salah. Dea yang gila Fy, Dea mau balas dendam ma Lo. Masa' gitu aja Lo harus tinggalin Rio sih?" Kata Shilla.


"Kenapa harus gue Shill? Bukannya Lo juga apa yang salah ma Dea? Bahkan Lo lebih parah." Kata Ify dengan nada sedikit membentak.


"Gue nggak tau juga Fy.. Kalo gini caranya, lebih baik Dea gangguin hubungan gue ma Alvin. Gue ikhlas kok."


Ify memelototi Shilla. "Mikir dong Shill, masa' Dea cemburu ma Lo? Alvin itu kakaknya Dea Shill.. Kakaknya!"


"Iya...Iya.. Kalo gitu kita tuker pasangan aja. Lo sama Alvin dan gue sama Rio, gimana?"


Omongan Shilla makin ngawur aja. Tapi Ify tau, Shilla berusaha sekuat tenaga disini karena demi Rio. Ya, demi Rio yang mengharapkan perminta maafannya.


"Okelah, gue akan maafin Rio. Tapi soal tukeran pasangan, lebih baik Lo selingkuh ma Rio biar kakaknya Dea tau rasa."


"Hahaha.. Nggak mungkin lah Fy gue selingkuh.. Alvin itu cinta terakhir gue. Gue bakal gila kalo Alvin tinggalin gue." Tawa Shilla.


"Hmm, ya udah, terserah Lo. Tapi bilang ke Rio kalo gue nggak mau balik lagi ma dia, oke?"


Sepertinya Shilla mendapatkan sebuah ide cemerlang.


***


Mungkin untuk terakhir kalinya ia melihat rumah itu. Orangtuanya menyuruhnya tinggal di Yogyakarta bersama keluarga Sion. Tentu Agni nggak bisa menolak. Selain untuk lebih akrab dengan calon suami dan mertuanya, Agni pun dapat dengan mudah melupakan Cakka.


Urusan kuliahnya, Agni tak ambil pusing. Ia melanjutkan sekolahnya di yogya nanti. Katanya juga tanggungan hidupnya dibiayai oleh keluarga Sion. Bukannya artinya mereka sangat baik? Dulu, keluarganya sering dibantu oleh Sion. Mungkin karena itu Mama menyuruhnya nikah sama Sion sebagai tanda terimakasih karena dulu sudah banyak menolong. Sion pun sangat mencintai Agni, dan Agni baru menyadarinya sekarang.


"Jaga dirimu baik-baik ya.." Pesan Mama Agni sambil membelai rambutnya.


"Ya Ma. Semoga Agni bahagia disana. Ohya, jangan beritahu siapa-siapa kalo Agni dijodohin ma orang. Ya?"


Mama mengangguk. Agni tersenyum melihat Mama. Lalu, ia memberi Mama sebuah surat. Mama mengambil surat itu. Awalnya ia bingung, tapi melihat nama penerimanya, ia jadi mengerti.


'Good bye Jakarta..' Batin Agni. 'And good bye Cakka, maaf pergi secara tiba-tiba.'


***


"Gue harus bicara ma Agni yang sebenarnya. Harus! Karena gue udah mendapatkan suatu keputusan!" Kata Cakka. Ya, keputusannya sudah ia pikir matang-matang. Rio yang daritadi memerhatikan Cakka angkat bicara.


"Kenapa?"


"Ada deh.." Jawab Cakka penuh misteri. Cepat-cepat Cakka menstarter motornya menuju rumah Agni.


@Agni's home


Tarik nafas.. Buang.. Tarik lagi.. Buang.. Inget Kka, Lo harus melakukannya. Lupakan kejadian kemarin-kemarin. Pikirkanlah apa yang akan terjadi beberapa detik ke depan. Oke!


Rumah Agni terasa sepi. Mungkin si pemilik rumah sedang pergi. Lho? Bukannya itu Bu Rika, Mama Agni?


"Cari siapa?" Tanyanya.


"Agni ada?"


"Agni.. Dia nggak ada. Ohya, kamu Cakka ya?"


"Iya tante. Agninya kemana?"


Bu Rika tak menjawab melainkan memberi Cakka sebuah surat. Cakka menerima surat itu. Ia buka surat itu dan membacanya dengan seksama.


Entah bagaimana reaksi wajahnya saat selesai membaca surat itu. Apakah senang atau... Menyesal?


***
TBC....



Kalo ada yang aneh ato nggak nyambung komen ajj :@fahdastevadit      ( http://risedirectioners.blogspot.com )