Part 25
.
.
.
“Gabriel?” Tanya Ify tak percaya.
“Ya, aku Gabriel. Aku boleh kan duduk disini?”
Ify mengangguk. Ia mempersilahkan Gabriel duduk dihadapannya.
“Kamu nggak papa?” Tanya Gabriel.
“Nggak. Rio Yel, Rio. Dia udah lupain aku.” Jawab Ify sedih.
Gabriel
tersenyum seraya membelai lembut Ify. “Kamu harus merelakannya Fy,
ingat kata Shilla juga. Jangan terus bersedih, aku nggak tega lihat kamu
sedih.”
Ingat kata Shilla,
ingat pesan Shilla. Mudah saja Shilla melupakan Alvin walau masih ada
rasa ketidak relaan. Sedangkan ia, Ify ingin sekali bisa melupakan Rio,
tapi bagaimana caranya? Apa ia amnesia saja seperti Rio?
“Fy..” Gabriel meraih tangan Ify lalu menggenggamnya. “Aku.. Aku cinta kamu Fy. Aku bisa kok membahagiakan kamu.” Kata Gabriel.
Ify
menatap Gabriel ragu. Cowok didepannya ini adalah cinta pertamanya,
namun bukan cinta terakhirnya. Tuhan.. Apa aku move on dan menjadi
kekasih Gabriel? Apa aku sanggup?
“Aku.. Aku nggak tau Yel..” Kata Ify.
“Tak
apa. Kalo kamu butuh aku, kamu boleh panggil aku. Aku siap untukmu Fy,
kapan dan dimanapun kamu berada. Sekali lagi, aku cinta kamu Fy, aku
ingin membahagiakan kamu.”
Sadar
Fy, Gabriel menembakmu. Apa kamu menerima cinta Gabriel? Apa kamu masih
mencintai Gabriel? Jawabannya adalah tidak. Karena ia hanya mencintai
dan menginginkan satu cowok. Yaitu Mario Stevano. Lelaki yang telah
melupakannya.
***
Teleponnya
berdering. Zevana mengangkat telepon itu. Oh, dari Pak Cakka. Hmmm,
orang satu itu jahat banget. Teganya dia tidak menghadiri acara
pernikahannya dengan Irsyad.
“Ohya Anne, sekarang juga kamu ke ruangan saya. Ada hal penting yang harus saya bicarakan.” Kata suara disebrang sana.
Zevana
menutup teleponnya. Ada hal penting katanya, mungkin saja... mungkin
saja masalah cewek yang sering ia ceritakan ke Cakka. Ya, siapa lagi
kalo bukan Shilla?
@Cakka’s room
Tok..Tok..Tok...
“Masuk.” Kata Cakka. Zevana pun membuka pintu itu.
“Duduk.” Kata Cakka. Zevana nurut aja.
“Saya menyuruh kamu kesini karena saya ingin menanyakan suatu hal padamu, dan kamu harus menjawabnya dengan jujur.”
“Baik Pak.” Kata Zevana sopan.
Setiap
anggota di perusahaan ini tidak dibenarkan membangkang atau membentak
perkataan Cakka. ini berlaku juga bagi Zevana meskipun ia akrab dengan
Cakka.
“Hmmm, siapa nama cewek yang sering kamu ceritain itu?” Tanya Cakka mengawali pembicaraan.
Ooo,
jadi ini tujuan Cakka menyuruhnya kemari? Untuk menanyakan soal Shilla?
Hahaha.. Zevana berharap Cakka menyukai Shilla dan sebaliknya. Wah,
kalo benar ini terjadi berarti ia jadi makcomblang dong..
“Namanya Shilla, dia seorang designer.” Jawab Zevana.
“Oh.” Jawab Cakka.
“Ada apa memangnya?” Tanya Zevana.
Cakka
menghela nafas panjang. Baginya, hidup ini sangatlah sepi jika tak ada
seseorang yang menemaninya. Ayah menyuruh supaya ia segera menikah.
Umurnya saja hampir mencapai kepala tiga. Tapi, ia trauma dengan cinta.
Cakka takut menghadapi cinta.
“Oh, tidak ada.” Jawab Cakka.
“Hmmm,
apa anda suka sama Shilla?” Tanya Zevana tiba-tiba. Hei!
Berani-beraninya ia berkata blak-blakan. Tentu Cakka pasti marah.
“Saya tidak tau. Tapi saya ingin bertemu dengannya. Bisa tidak?” Kata Cakka.
Yes!
Horee! Zevana girang sendiri. Semoga saja Cakka jatuh cinta sama
Shilla, semoga. Zevana bosan melihat bosnya itu dikejar-kejar cewek.
“Bisa-bisa. Ntar sore gimana?”
***
Danau...
Tempat
yang paling menyedihkan. Ify duduk sendiri di tepi danau itu. Berharap
keajaiban datang di tempat ini. Sekarang, ia merasakan sebuah dilema
besar. Tadi, orangtua Gabriel datang ke rumahnya. Dapat ia tebak.
Orangtua Gabriel ingin melamarnya. Ya, tentu kedua orangtua Ify tidak
bisa menolak. Siapa sih yang nggak ingin jadi istri Gabriel Damanik?
Dan
ia... Ify bingung. Gabriel sangatlah baik. Gabriel selalu ada untuknya.
Gabriel selalu menemaninya di kala ia sendiri. Tapi, Ify tidak rela.
Sangat tidak rela melepas Rio. Tuhan.. Ingatkan Rio kembali.. Ingatkan
Rio kembali.. Aku memohon pada-Mu.. Dengarkan keinginanku Tuhan...
Air
matanya kembali menetes. Ify tidak bisa menahan air matanya. Ia pun
menangis. Menangis karena tidak sanggup lagi menjalani hidup. Ify sudah
tidak sanggup lagi.
“Hei! Kenapa kamu nangis? Dari kemarin ku perhatikan, kamu menangis saja. Ada apa?”
***
Tuhan..
aku tidak sanggup lagi.. Perlahan, dengan seluruh tenaga yang ia punya,
Alvin menggerakkan tangannya, demi menulis surat singkat untuk
orang-orang yang disayanginya. Termasuk Shilla. Setelah surat terakhir
ia selesaikan, Alvin terjatuh. Tidak ada siapa-siapa di rumah ini.
Biarlah.. Alvin bahagia melihat keadaan sepi ini.
“Haloo kak..” Kata Dea.
Tidak ada jawaban dari dalam sana.
“Haloo kak..” Ulang Dea.
Uh,
kemana sih Alvin itu? Dea khawatir sekali dengan keadaan sang kakak.
Maka, ia berusaha membuka pintu kamar itu. Yes! Terbuka. Dea berjalan
memasuki kamar itu.
“Kak
Alvin..” Lirih Dea. Ia melihat seorang lelaki berwajah pucat yang
terbaring di atas lantai. “Oh tidak! MAMA... PAPA...” Teriak Dea. Air
matanya pun menetes. Ya, baru kali ini ia merasakan kesedihan yang luar
biasa. Karena tidak ada siapa-siapa di rumah ini, Dea menelpon
seseorang.
***
“Hei! Kenapa kamu nangis? Dari kemarin ku perhatikan, kamu menangis saja. Ada apa?”
Suara
itu.. Apa ia salah dengar? Ify mengusap matanya dan mendapati seorang
cowok yang sudah ada di sampingnya. Hah? Rio? Apakah.. Apakah keajaiban
itu datang? Secepat ini?
“Kenapa?” Tanya Rio tak mengerti.
“Ri..Rio..”
Entah
dapat kekuatan darimana, Ify langsung memeluk Rio. Berharap agar Rio
memeluknya kembali. Tapi, yang ia rasakan adalah Rio melepas tangannya
dari tubuhnya. Artinya, Rio menolak pelukan itu. Rio tidak suka pelukan
itu. Jadi, bukan keajaiban yang datang.
“Kamu siapa sih? Dari kemarin aku penasaran.” Kata Rio.
“Ri..Rio..
Aku Ify Yo.. Kekasihmu.. Dulu kita adalah sepasang kekasih. Ingat nggak
danau ini? Danau ini menjadi tempat saksi cinta kita. Apa kamu lupa
Yo?”
“Tidak! Kamu bukan
kekasihku!” Bantah Rio. Ify terdiam beberapa saat. “Dea adalah
kekasihku, bukan kamu. Kamu mungkin salah orang. Jadi, jangan nangis
lagi.” Lanjut Rio.
“Nggak Yo.. Enggak.. Kamu Mario Stevano, kekasih Ify Alyssa. Bukan Dea..”
“Udah ah, jangan bahas itu lagi. Aku jadi pusing.”
Keduanya
terdiam. Sama-sama memikirkan pikiran masing-masing. Rio menatap danau
luas itu. Danau.. Sepertinya ia tidak asing lagi dengan tempat ini.
“Rio...
Pleaseee.. Jangan lupain aku..” Isak Ify. Ia kembali memeluk Rio.
Tuhan... Ingatkan Rio kembali, ingatkan! Aku mohon pada-Mu Tuhan,
ingatkan Rio kembali!
‘I’m broken do you hear me i’m blinded..’
Dering HP Rio berbunyi. Cepat-cepat ia mengangkat telpon itu.
“Ya.. Apa? Oke, aku akan segera kesana.”
Rio
menyimpan HPnya di kantung celana. Ia pun bangkit. “Maaf Fy, aku harus
pergi. Intinya, kamu jangan sedih lagi, ya..” Setelah mengucapkan
kalimat itu, Rio pergi, meninggalkan ia seorang diri. Di danau ini.
“RIIIOOOOO !!!!!”
***
Di
rumah, Shilla sedang tidak ada kerjaan. Pokoknya, sore ini dia boring
amat. Mau ajak Ify jalan-jalan tapi takutnya Ify tidak mau. Mau ajak
Zevana tapi Zevana kan udah nikah. Malu dong ajak istri orang, hahaha...
“Shilla.. Halooo...”
Lha,
itu kan Zevana. Panjang umur. Cepat-cepat Shilla membukakan pintu
rumah. Ia melihat wajah Zevana yang ceria. Ada apa ya dengan Zevana? Apa
Zevana sudah hamil?
“Ada apa?” Tanya Shilla.
“Ikut aku.” Jawab Zevana.
***
@rumah sakit Rise Sentausa
Dea
mondar-mandir di luar ruangan. Sementara Rio duduk tak tenang di bangku
yang sudah disediakan. Karena bosan melihat Dea mondar-mandir nggak
jelas, Rio menyuruh Dea duduk disampingnya.
“Tenang aja De, Alvin baik-baik aja.” Kata Rio.
“Iya, tapi Dea nggak yakin.” Kata Dea.
Uh,
sulit bicara sama cewek ini. Rio memilih membuka topik mengenai Ify,
cewek yang membuatnya penasaran. Cewek yang mengaku sebagai kekasihnya.
“Kamu kenal Ify?” Tanya Rio.
Aduh..
Bukan waktu yang tepat untuk membicarakan Ify. Akhirnya Dea mengangkat
bahu. Ia capek ditanya terus sama Rio tentang Ify. Lalu, seorang dokter
keluar dari ruangan itu.
“Gimana dok? Bagaimana dengan keadaan kakak saya?” Tanya Dea.
“Maaf.
Penyakit kakak anda sudah parah. Kanker paru-parunya sudah tidak dapat
disembuhkan lagi. Seandainya kakakmu dulu berobat, saya yakin kakakmu
pasti sembuh.” Jelas dokter itu.
Apa?
Alvin... Alvin terkena kanker paru-paru? Tuhan.. Cobaan apa ini? Rio
pun tak kalah kagetnya. Lalu, Rio memeluk Dea. Mencoba menenangkan
ceweknya itu.
“Nggak, nggak
mungkin.” Kata Dea. Air matanya mengalir deras. Baru kali ini ia
menangis sesedih ini. Tuhan.. Apa... Apa ini adalah hukuman dari-Mu?
Apa benar Tuhan ini adalah hukuman dari-Mu?
***
@restoran saji
Tempat
inilah yang dimaksudkan bosnya. Zevana mencari-cari sosok Cakka. Ah,
kemana dia? Sementara Shilla sedaritadi bingung karena Zevana tidak
menjelaskan tujuan datang ke tempat ini.
“Kita ngapain disini?” Tanya Shilla.
“Nah, itu bosku!” Kata Zevana.
Bosku?
Jadi, jadi tujuannya kesini yaitu... Bertemu bos Zevana? Sial!
Seharusnya ia tidak ikut kesini. Shilla lagi malas ketemu orang yang
sama sekali tidak dikenalnya, terutama cowok.
“Apa
kabar Pak?” Sapa Zevana. Yang disapa menoleh lalu mengangguk. Ia
melihat seorang cewek asing disamping Zevana. Jadi, ini yang namanya
Shilla? Sepupu Zevana yang sering Zevana ceritakan padanya? Tapi eh,
sepertinya Cakka tak asing lagi dengan wajah ini. Shilla... Dimana ia
pernah melihat wajah itu?
“Shill,
ini bosku. Namanya Cakka.” Kata Zevana. Shilla terhenyak melihat wajah
familiar itu. Diakah Cakka? Mantan personil blackboy itu? Shilla tidak
menyangka Cakka sukses seperti ini.
“Oh, ayo duduk.” Kata Cakka.
Seorang
pelayang datang hendak mencatat pesanan. Shilla memerhatikan Cakka
dengan seksama. Wajah itu sama seperti dulu. Hanya saja sedikit lelah
dan banyak masalah. Shilla tidak yakin Cakka baik-baik saja.
“Jadi, kamu ya yang bernama Shilla?” Tanya Cakka memulai pembicaraan. Yang ditanya mengangguk.
“Eh,
aku pergi dulu ya. Shill, ntar kamu pulang sama Cakka aja ya.” Kata
Zevana seraya meninggalkan Shilla dan Cakka sebelum Shilla menarik
tangan Zevana.
“Emm..” Entah
mengapa Shilla menjadi grogi. Cowok didepannya ini dulunya adalah tokoh
idolanya. Shilla sangat mengagumi sosok Cakka.
“Shilla.. Sepertinya saya pernah melihat anda sebelumnya.” Kata Cakka.
Shilla ragu untuk menjawab. “Mmm, bukannya anda dulu pernah melihat saya waktu dibangku itu?”
Ingatannya
pun kembali. Cakka berusaha mengingat segalanya. Masa lalunya yang
sempat ia lupakan. Masa lalu yang begitu kelam. Oik.. Agni.. dan...
Shilla? Tiga cewek yang pernah membuatnya jatuh cinta. Jadi.. Apakah ia
masih merasakan cinta itu? Didepan Shilla?
“Oh, anda benar.” Kata Cakka.
Pandangan
keduanya pun bertemu. Cakka tertawa kecil melihat Shilla yang salting.
Ternyata, kamu lucu juga ya? Baru kali ini Cakka merasakan suatu
kebahagiaan. Kebahagiaan yang sebenarnya. Dan, apa ia akan... Ah
entahlah... Cakka masih trauma menghadapi cinta.
Dari
jauh, Zevana cekikikan melihat dua manusia yang sama-sama gugup.
Ahahaha.. Tembak aja tuh Shilla Kka.. Kalian pasangan yang cocok. Jadi,
apa ia berhasil menjadi makcomblang?
“Mmm..”
Cakka bingung bicara apa lagi. Pikirannya saat ini kosong. Cakka yang
dikenal sebagai cowok cerewet tiba-tiba menjadi pendiam. “Boleh minta
nomor ponsel anda?”
Hahaha...
Zevana mendengar dengan jelas perkataan Cakka yang menurutnya lucu itu.
Shilla.. Kamu cewek hebat! Kamu bisa membuat bosku grogi dan kehabisan
kata.
“Mmm, iya..” Jawab Shilla. Ia menyebutkan nomor HPnya dan Cakka mencatatnya.
“Thanks
ya.” Kata Cakka dan Shilla mengangguk. Cowok didepannya ini memang
cakep. Kata Zevana, banyak yang naksir sama Cakka, tapi Cakka menolak
dengan halus cewek-cewek itu.
“Mmm Kka..” Kata Shilla.
“Ya?”
“Apa kamu.. Apa kamu sama sekali tak pernah merasakan cinta?”
***
Terdengar
isakan tangisnya yang tidak biasa. Di dalam ruang 4F, Dea menangis
melihat keadaan Alvin yang semakin memburuk. Kak.. Kenapa kakak tega
tidak memberitahu Dea soal penyakit kakak? Apa kakak benci Dea? Apa
kakak tidak suka Dea balas dendam ke Ify? Lantas, mengapa kakak ikut
balas dendam juga? Mengapa kakak putusin Shilla? Pasti ada alasan lain.
Dea
meraih tangan Alvin lalu ia genggam tangan itu. Dea berharap, Alvin
cepat sadar. Ia ingin melihat Alvin sehat seperti sedia kala. Ia ingin
sekali melihat Alvin tertawa. Oh, memang benar. Semua ini salahnya.
Inilah hukuman dari Tuhan. Lalu, apakah ia akan mengembalikan Rio ke
Ify? Setelah rencana B nya berhasil, Dea tidak yakin Rio mengingat
masa-masa lalunya bersama Ify. Tidak! Tidak mungkin Rio bisa mengingat
lagi.
“Kak.. Maafin Dea.. Maafin Dea.. Ini semua salah Dea.. Maafin Dea..”
Seseorang melihatnya dengan prihatin. Kasian Dea, ia tidak sanggup menerima kenyataan ini. Tuhan, sembuhkanlah Alvin.
“Kak, Dea tau kalo Dea salah. Seharusnya Dea tidak melakukan balas dendam itu.”
Balas dendam? Maksudnya apa? Orang itu terus menguping perkataan Dea. Ia ingin sekali tau apa kelanjutannya.
“Dea
tau, kakak nggak mau balas dendam. Kakak cinta sama Shilla. Maafin Dea
kak, harusnya Dea mengikhlaskan Rio. Rio hanya untuk Ify dan Ify hanya
untuk Rio.”
Semakin lama, ia
semakin tidak paham. Apa maksudnya itu? Rio hanya untuk Ify dan Ify
hanya untuk Rio? Maksudnya apa sih? Tapi, kalimat itu seperti pernah ia
dengar sebelumnya Kalimat itu sepertinya tidak asing lagi baginya.
“Tapi
kak, Dea nggak mau Ify sama Rio. Dea cinta sama Rio dan Dea nggak mau
kehilangan Rio. Kak, apa Dea termasuk orang yang egois? Jawab kak!”
Egois?
Dea egois? Jadi, Dea nggak mau Rio sama Ify. Tunggu! Apa artinya, apa
artinya dulu Rio dan Ify adalah sepasang kekasih dan Dea cemburu melihat
pasangan itu?
“Dea.. Coba jelaskan semua!” Kata orang itu.
***
TBC.........
Kalo ada yang aneh ato nggak nyambung komen ajj J
@fahdastevadit ( http://risedirectioners.blogspot.com )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar