expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Sabtu, 27 Juli 2013

Please, Don't Forget Me! ( Part 25 )

Part 25

.

.

.

“Gabriel?” Tanya Ify tak percaya.

“Ya, aku Gabriel. Aku boleh kan duduk disini?”

Ify mengangguk. Ia mempersilahkan Gabriel duduk dihadapannya.

“Kamu nggak papa?” Tanya Gabriel.

“Nggak. Rio Yel, Rio. Dia udah lupain aku.” Jawab Ify sedih.

Gabriel tersenyum seraya membelai lembut Ify. “Kamu harus merelakannya Fy, ingat kata Shilla juga. Jangan terus bersedih, aku nggak tega lihat kamu sedih.”

Ingat kata Shilla, ingat pesan Shilla. Mudah saja Shilla melupakan Alvin walau masih ada rasa ketidak relaan. Sedangkan ia, Ify ingin sekali bisa melupakan Rio, tapi bagaimana caranya? Apa ia amnesia saja seperti Rio?

“Fy..” Gabriel meraih tangan Ify lalu menggenggamnya. “Aku.. Aku cinta kamu Fy. Aku bisa kok membahagiakan kamu.” Kata Gabriel.

Ify menatap Gabriel ragu. Cowok didepannya ini adalah cinta pertamanya, namun bukan cinta terakhirnya. Tuhan.. Apa aku move on dan menjadi kekasih Gabriel? Apa aku sanggup?

“Aku.. Aku nggak tau Yel..” Kata Ify.

“Tak apa. Kalo kamu butuh aku, kamu boleh panggil aku. Aku siap untukmu Fy, kapan dan dimanapun kamu berada. Sekali lagi, aku cinta kamu Fy, aku ingin membahagiakan kamu.”

Sadar Fy, Gabriel menembakmu. Apa kamu menerima cinta Gabriel? Apa kamu masih mencintai Gabriel? Jawabannya adalah tidak. Karena ia hanya mencintai dan menginginkan satu cowok. Yaitu Mario Stevano. Lelaki yang telah melupakannya.

***

Teleponnya berdering. Zevana mengangkat telepon itu. Oh, dari Pak Cakka. Hmmm, orang satu itu jahat banget. Teganya dia tidak menghadiri acara pernikahannya dengan Irsyad.

“Ohya Anne, sekarang juga kamu ke ruangan saya. Ada hal penting yang harus saya bicarakan.” Kata suara disebrang sana.

Zevana menutup teleponnya. Ada hal penting katanya, mungkin saja... mungkin saja masalah cewek yang sering ia ceritakan ke Cakka. Ya, siapa lagi kalo bukan Shilla?

@Cakka’s room

Tok..Tok..Tok...

“Masuk.” Kata Cakka. Zevana pun membuka pintu itu.

“Duduk.” Kata Cakka. Zevana nurut aja.

“Saya menyuruh kamu kesini karena saya ingin menanyakan suatu hal padamu, dan kamu harus menjawabnya dengan jujur.”

“Baik Pak.” Kata Zevana sopan.

Setiap anggota di perusahaan ini tidak dibenarkan membangkang atau membentak perkataan Cakka. ini berlaku juga bagi Zevana meskipun ia akrab dengan Cakka.

“Hmmm, siapa nama cewek yang sering kamu ceritain itu?” Tanya Cakka mengawali pembicaraan.

Ooo, jadi ini tujuan Cakka menyuruhnya kemari? Untuk menanyakan soal Shilla? Hahaha.. Zevana berharap Cakka menyukai Shilla dan sebaliknya. Wah, kalo benar ini terjadi berarti ia jadi makcomblang dong..

“Namanya Shilla, dia seorang designer.” Jawab Zevana.

“Oh.” Jawab Cakka.

“Ada apa memangnya?” Tanya Zevana.

Cakka menghela nafas panjang. Baginya, hidup ini sangatlah sepi jika tak ada seseorang yang menemaninya. Ayah menyuruh supaya ia segera menikah. Umurnya saja hampir mencapai kepala tiga. Tapi, ia trauma dengan cinta. Cakka takut menghadapi cinta.

“Oh, tidak ada.” Jawab Cakka.

“Hmmm, apa anda suka sama Shilla?” Tanya Zevana tiba-tiba. Hei! Berani-beraninya ia berkata blak-blakan. Tentu Cakka pasti marah.

“Saya tidak tau. Tapi saya ingin bertemu dengannya. Bisa tidak?” Kata Cakka.

Yes! Horee! Zevana girang sendiri. Semoga saja Cakka jatuh cinta sama Shilla, semoga. Zevana bosan melihat bosnya itu dikejar-kejar cewek.

“Bisa-bisa. Ntar sore gimana?”

***

Danau...

Tempat yang paling menyedihkan. Ify duduk sendiri di tepi danau itu. Berharap keajaiban datang di tempat ini. Sekarang, ia merasakan sebuah dilema besar. Tadi, orangtua Gabriel datang ke rumahnya. Dapat ia tebak. Orangtua Gabriel ingin melamarnya. Ya, tentu kedua orangtua Ify tidak bisa menolak. Siapa sih yang nggak ingin jadi istri Gabriel Damanik?

Dan ia... Ify bingung. Gabriel sangatlah baik. Gabriel selalu ada untuknya. Gabriel selalu menemaninya di kala ia sendiri. Tapi, Ify tidak rela. Sangat tidak rela melepas Rio. Tuhan.. Ingatkan Rio kembali.. Ingatkan Rio kembali.. Aku memohon pada-Mu.. Dengarkan keinginanku Tuhan...

Air matanya kembali menetes. Ify tidak bisa menahan air matanya. Ia pun menangis. Menangis karena tidak sanggup lagi menjalani hidup. Ify sudah tidak sanggup lagi.

“Hei! Kenapa kamu nangis? Dari kemarin ku perhatikan, kamu menangis saja. Ada apa?”

***

Tuhan.. aku tidak sanggup lagi.. Perlahan, dengan seluruh tenaga yang ia punya, Alvin menggerakkan tangannya, demi menulis surat singkat untuk orang-orang yang disayanginya. Termasuk Shilla. Setelah surat terakhir ia selesaikan, Alvin terjatuh. Tidak ada siapa-siapa di rumah ini. Biarlah.. Alvin bahagia melihat keadaan sepi ini.

“Haloo kak..” Kata Dea.

Tidak ada jawaban dari dalam sana.

“Haloo kak..” Ulang Dea.

Uh, kemana sih Alvin itu? Dea khawatir sekali dengan keadaan sang kakak. Maka, ia berusaha membuka pintu kamar itu. Yes! Terbuka. Dea berjalan memasuki kamar itu.

“Kak Alvin..” Lirih Dea. Ia melihat seorang lelaki berwajah pucat yang terbaring di atas lantai. “Oh tidak! MAMA... PAPA...” Teriak Dea. Air matanya pun menetes. Ya, baru kali ini ia merasakan kesedihan yang luar biasa. Karena tidak ada siapa-siapa di rumah ini, Dea menelpon seseorang.

***

“Hei! Kenapa kamu nangis? Dari kemarin ku perhatikan, kamu menangis saja. Ada apa?”

Suara itu.. Apa ia salah dengar? Ify mengusap matanya dan mendapati seorang cowok yang sudah ada di sampingnya. Hah? Rio? Apakah.. Apakah keajaiban itu datang? Secepat ini?

“Kenapa?” Tanya Rio tak mengerti.

“Ri..Rio..”

Entah dapat kekuatan darimana, Ify langsung memeluk Rio. Berharap agar Rio memeluknya kembali. Tapi, yang ia rasakan adalah Rio melepas tangannya dari tubuhnya. Artinya, Rio menolak pelukan itu. Rio tidak suka pelukan itu. Jadi, bukan keajaiban yang datang.

“Kamu siapa sih? Dari kemarin aku penasaran.” Kata Rio.

“Ri..Rio.. Aku Ify Yo.. Kekasihmu.. Dulu kita adalah sepasang kekasih. Ingat nggak danau ini? Danau ini menjadi tempat saksi cinta kita. Apa kamu lupa Yo?”

“Tidak! Kamu bukan kekasihku!” Bantah Rio. Ify terdiam beberapa saat. “Dea adalah kekasihku, bukan kamu. Kamu mungkin salah orang. Jadi, jangan nangis lagi.” Lanjut Rio.

“Nggak Yo.. Enggak.. Kamu Mario Stevano, kekasih Ify Alyssa. Bukan Dea..”

“Udah ah, jangan bahas itu lagi. Aku jadi pusing.”

Keduanya terdiam. Sama-sama memikirkan pikiran masing-masing. Rio menatap danau luas itu. Danau.. Sepertinya ia tidak asing lagi dengan tempat ini.

“Rio... Pleaseee.. Jangan lupain aku..” Isak Ify. Ia kembali memeluk Rio. Tuhan... Ingatkan Rio kembali, ingatkan! Aku mohon pada-Mu Tuhan, ingatkan Rio kembali!

‘I’m broken do you hear me i’m blinded..’

Dering HP Rio berbunyi. Cepat-cepat ia mengangkat telpon itu.

“Ya.. Apa? Oke, aku akan segera kesana.”

Rio menyimpan HPnya di kantung celana. Ia pun bangkit. “Maaf Fy, aku harus pergi. Intinya, kamu jangan sedih lagi, ya..” Setelah mengucapkan kalimat itu, Rio pergi, meninggalkan ia seorang diri. Di danau ini.

“RIIIOOOOO !!!!!”

***

Di rumah, Shilla sedang tidak ada kerjaan. Pokoknya, sore ini dia boring amat. Mau ajak Ify jalan-jalan tapi takutnya Ify tidak mau. Mau ajak Zevana tapi Zevana kan udah nikah. Malu dong ajak istri orang, hahaha...

“Shilla.. Halooo...”

Lha, itu kan Zevana. Panjang umur. Cepat-cepat Shilla membukakan pintu rumah. Ia melihat wajah Zevana yang ceria. Ada apa ya dengan Zevana? Apa Zevana sudah hamil?

“Ada apa?” Tanya Shilla.

“Ikut aku.” Jawab Zevana.

***

@rumah sakit Rise Sentausa

Dea mondar-mandir di luar ruangan. Sementara Rio duduk tak tenang di bangku yang sudah disediakan. Karena bosan melihat Dea mondar-mandir nggak jelas, Rio menyuruh Dea duduk disampingnya.

“Tenang aja De, Alvin baik-baik aja.” Kata Rio.

“Iya, tapi Dea nggak yakin.” Kata Dea.

Uh, sulit bicara sama cewek ini. Rio memilih membuka topik mengenai Ify, cewek yang membuatnya penasaran. Cewek yang mengaku sebagai kekasihnya.

“Kamu kenal Ify?” Tanya Rio.

Aduh.. Bukan waktu yang tepat untuk membicarakan Ify. Akhirnya Dea mengangkat bahu. Ia capek ditanya terus sama Rio tentang Ify. Lalu, seorang dokter keluar dari ruangan itu.

“Gimana dok? Bagaimana dengan keadaan kakak saya?” Tanya Dea.

“Maaf. Penyakit kakak anda sudah parah. Kanker paru-parunya sudah tidak dapat disembuhkan lagi. Seandainya kakakmu dulu berobat, saya yakin kakakmu pasti sembuh.” Jelas dokter itu.

Apa? Alvin... Alvin terkena kanker paru-paru? Tuhan.. Cobaan apa ini? Rio pun tak kalah kagetnya. Lalu, Rio memeluk Dea. Mencoba menenangkan ceweknya itu.

“Nggak, nggak mungkin.” Kata Dea. Air matanya mengalir deras. Baru kali ini ia menangis sesedih ini. Tuhan.. Apa... Apa ini adalah hukuman dari-Mu?

Apa benar Tuhan ini adalah hukuman dari-Mu?

***

@restoran saji

Tempat inilah yang dimaksudkan bosnya. Zevana mencari-cari sosok Cakka. Ah, kemana dia? Sementara Shilla sedaritadi bingung karena Zevana tidak menjelaskan tujuan datang ke tempat ini.

“Kita ngapain disini?” Tanya Shilla.

“Nah, itu bosku!” Kata Zevana.

Bosku? Jadi, jadi tujuannya kesini yaitu... Bertemu bos Zevana? Sial! Seharusnya ia tidak ikut kesini. Shilla lagi malas ketemu orang yang sama sekali tidak dikenalnya, terutama cowok.

“Apa kabar Pak?” Sapa Zevana. Yang disapa menoleh lalu mengangguk. Ia melihat seorang cewek asing disamping Zevana. Jadi, ini yang namanya Shilla? Sepupu Zevana yang sering Zevana ceritakan padanya? Tapi eh, sepertinya Cakka tak asing lagi dengan wajah ini. Shilla... Dimana ia pernah melihat wajah itu?

“Shill, ini bosku. Namanya Cakka.” Kata Zevana. Shilla terhenyak melihat wajah familiar itu. Diakah Cakka? Mantan personil blackboy itu? Shilla tidak menyangka Cakka sukses seperti ini.

“Oh, ayo duduk.” Kata Cakka.

Seorang pelayang datang hendak mencatat pesanan. Shilla memerhatikan Cakka dengan seksama. Wajah itu sama seperti dulu. Hanya saja sedikit lelah dan banyak masalah. Shilla tidak yakin Cakka baik-baik saja.

“Jadi, kamu ya yang bernama Shilla?” Tanya Cakka memulai pembicaraan. Yang ditanya mengangguk.

“Eh, aku pergi dulu ya. Shill, ntar kamu pulang sama Cakka aja ya.” Kata Zevana seraya meninggalkan Shilla dan Cakka sebelum Shilla menarik tangan Zevana.

“Emm..” Entah mengapa Shilla menjadi grogi. Cowok didepannya ini dulunya adalah tokoh idolanya. Shilla sangat mengagumi sosok Cakka.

“Shilla.. Sepertinya saya pernah melihat anda sebelumnya.” Kata Cakka.

Shilla ragu untuk menjawab. “Mmm, bukannya anda dulu pernah melihat saya waktu dibangku itu?”

Ingatannya pun kembali. Cakka berusaha mengingat segalanya. Masa lalunya yang sempat ia lupakan. Masa lalu yang begitu kelam. Oik.. Agni.. dan... Shilla? Tiga cewek yang pernah membuatnya jatuh cinta. Jadi.. Apakah ia masih merasakan cinta itu? Didepan Shilla?

“Oh, anda benar.” Kata Cakka.

Pandangan keduanya pun bertemu. Cakka tertawa kecil melihat Shilla yang salting. Ternyata, kamu lucu juga ya? Baru kali ini Cakka merasakan suatu kebahagiaan. Kebahagiaan yang sebenarnya. Dan, apa ia akan... Ah entahlah... Cakka masih trauma menghadapi cinta.

Dari jauh, Zevana cekikikan melihat dua manusia yang sama-sama gugup. Ahahaha.. Tembak aja tuh Shilla Kka.. Kalian pasangan yang cocok. Jadi, apa ia berhasil menjadi makcomblang?

“Mmm..” Cakka bingung bicara apa lagi. Pikirannya saat ini kosong. Cakka yang dikenal sebagai cowok cerewet tiba-tiba menjadi pendiam. “Boleh minta nomor ponsel anda?”

Hahaha... Zevana mendengar dengan jelas perkataan Cakka yang menurutnya lucu itu. Shilla.. Kamu cewek hebat! Kamu bisa membuat bosku grogi dan kehabisan kata.

“Mmm, iya..” Jawab Shilla. Ia menyebutkan nomor HPnya dan Cakka mencatatnya.

“Thanks ya.” Kata Cakka dan Shilla mengangguk. Cowok didepannya ini memang cakep. Kata Zevana, banyak yang naksir sama Cakka, tapi Cakka menolak dengan halus cewek-cewek itu.

“Mmm Kka..” Kata Shilla.

“Ya?”

“Apa kamu.. Apa kamu sama sekali tak pernah merasakan cinta?”

***

Terdengar isakan tangisnya yang tidak biasa. Di dalam ruang 4F, Dea menangis melihat keadaan Alvin yang semakin memburuk. Kak.. Kenapa kakak tega tidak memberitahu Dea soal penyakit kakak? Apa kakak benci Dea? Apa kakak tidak suka Dea balas dendam ke Ify? Lantas, mengapa kakak ikut balas dendam juga? Mengapa kakak putusin Shilla? Pasti ada alasan lain.

Dea meraih tangan Alvin lalu ia genggam tangan itu. Dea berharap, Alvin cepat sadar. Ia ingin melihat Alvin sehat seperti sedia kala. Ia ingin sekali melihat Alvin tertawa. Oh, memang benar. Semua ini salahnya. Inilah hukuman dari Tuhan. Lalu, apakah ia akan mengembalikan Rio ke Ify? Setelah rencana B nya berhasil, Dea tidak yakin Rio mengingat masa-masa lalunya bersama Ify. Tidak! Tidak mungkin Rio bisa mengingat lagi.

“Kak.. Maafin Dea.. Maafin Dea.. Ini semua salah Dea.. Maafin Dea..”

Seseorang melihatnya dengan prihatin. Kasian Dea, ia tidak sanggup menerima kenyataan ini. Tuhan, sembuhkanlah Alvin.

“Kak, Dea tau kalo Dea salah. Seharusnya Dea tidak melakukan balas dendam itu.”

Balas dendam? Maksudnya apa? Orang itu terus menguping perkataan Dea. Ia ingin sekali tau apa kelanjutannya.

“Dea tau, kakak nggak mau balas dendam. Kakak cinta sama Shilla. Maafin Dea kak, harusnya Dea mengikhlaskan Rio. Rio hanya untuk Ify dan Ify hanya untuk Rio.”

Semakin lama, ia semakin tidak paham. Apa maksudnya itu? Rio hanya untuk Ify dan Ify hanya untuk Rio? Maksudnya apa sih? Tapi, kalimat itu seperti pernah ia dengar sebelumnya Kalimat itu sepertinya tidak asing lagi baginya.

“Tapi kak, Dea nggak mau Ify sama Rio. Dea cinta sama Rio dan Dea nggak mau kehilangan Rio. Kak, apa Dea termasuk orang yang egois? Jawab kak!”

Egois? Dea egois? Jadi, Dea nggak mau Rio sama Ify. Tunggu! Apa artinya, apa artinya dulu Rio dan Ify adalah sepasang kekasih dan Dea cemburu melihat pasangan itu?

“Dea.. Coba jelaskan semua!” Kata orang itu.

***
TBC.........

Kalo ada yang aneh ato nggak nyambung komen ajj J
@fahdastevadit      ( http://risedirectioners.blogspot.com )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar