expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Jumat, 28 Maret 2014

My Wish Is Can With You ( Part 3 )

-My Wish Is Can With You-

Author :: @uny_fahda1D


Part sebelumnya ::

https://www.facebook.com/notes/fahda-nuragastevadit/my-wish-is-can-with-you-part-2-/436347833178112




Part 3





.





.





.





“Moring Fy!” Sapa
Sivia.





Pagi-pagi sekali
Ify sudah ada di sekolah. Alasannya untuk datang pagi karena banyak PR yang
belum ia selesaikan. Matematika pun belum ia selesaikan karena kemarin ia
ngantuk sekali.





“Morning too..”
Jawab Ify tak minat.





Sivia duduk di
samping Ify. “Gue nyontek yah.” Pintanya dengan suara yang dimanjakan.





Ify hanya
mengangguk malas.





“Asyiikk!!! Thanks
ya beib!” Kata Sivia girang dan cukup membuat Ify ngeri dengan kata Sivia
barusan.





Seorang cowok
mendekati keduanya. Cowok itu memusatkan pandangannya pada keduanya. Terutama
pada Sivia. Sivia merasa risih dipandangin kayak gitu.





“Apaan sih lo?
Ngapain kesini?” Ketus Sivia.





Cowok yang tak lain
adalah Alvin itu menarik nafas dalam-dalam. Hubungannya dengan Sivia semakin
hari semakin buruk. Padahal, awal mereka jadian sangat indah. Sivia selalu
tersenyum padanya dan selalu bersender di bahunya. Tapi sekarang?





“Vi, kita harus
bicara. Ntar sore aku jemput kamu. Oke? Dan nggak ada alasan bagimu buat nolak
ajakanku.” Kata Alvin.





“Ntar sore?” Sivia
berpikir-pikir. “Gue nggak bisa. Gue lagi ada..”





“Kali ini saja.”
Kata Alvin dengan tatapan serius dan sungguh-sungguh.





Sivia menatap wajah
Alvin yang kata orang sangatlah cakep, keren dan manis. Bisa dikatakan juga
wajah Alvin seperti cowok korea. Alvin memiliki tubuh tinggi, kulit putih, dan
dua lesung pipi yang sangat manis. Belum lagi Alvin jago dalam berbagai bidang
olahraga, termasuk futsall.





“Baiklah. Jemput
gue jam empat. Jangan ngaret!” Kata Sivia akhirnya.





“Oke.” Kata Alvin
lalu pergi meninggalkan kelas Sivia karena bel udah berbunyi.





Salah satu teman
Sivia berbisik-bisik. “Tuh cewek nggak ada syukur-syukurnya di tembak kakak
kelas macam Alvin.”





Temannya yang lain
berkomentar. “Iya. Buta kali matanya. Makanya kegantengan Alvin nggak bisa ia
lihat(?).”





“Idih.. Nggak
nyambung woii..”





“Kalo nggak bisa
nyambung ya disambungin aja pake tali atau lem. Kan bisa nyambung?”





Serempak
teman-temannya pada gebukin dia karena kesal. Sivia yang sempat melihatnya pun
tertawa kecil melihat tingkah laku teman-temannya. Tapi, tawanya berakhir
ketika Pak Daus memasuki kelas sambil membawa buku Paket matematika. Gawat!
PRnya belum ia kerjakan. Gimana dong ini? Sivia melirik ke arah Ify yang juga
meliriknya dengan senyum puasnya.





“Rasain lo Vi! Lo
gagal nyontek ke gue.” Kata Ify tersenyum. Ngomong-ngomong, Debo mana ya?





***





“Eh Deb, lo kurang
tidur ya semalem?” Tanya Ify pada Debo yang terlihat ngantuk-ngantukan.





Seperti biasa. Ify,
Sivia ditambah Debo datang ke kantin di jam istirahat. Debo terkaget menyadari
Ify yang sedang menanyainya. Sebisa mungkin ia menghilangkan rasa kantuknya dan
mencoba untuk semangat.





“Iya. Semalam gue
begadang.”Jawab Debo tak jujur. Sebetulnya ia nggak bisa tidur karena
memikirkan cowok yang kemarin ia lihat. Cowok misterius.





Sivia yang tadi
diam langsung bicara. “Begadang apa? Nggak ada siaran bola di TV. Biasanya lo
begadang gara-gara ada pertandingan bola.” Ucapnya dengan nasi yang belepotan
di bibir.





“Guenya yang main
bola. Maksudnya, gue begadang main game bola di PS sampai larut malam.” Kata
Debo.





Ify memerhatikan
wajah Debo yang tak seperti biasa. Ia yakin, Debo bohong padanya. Pasti ada
masalah yang dialami Debo. Tapi Ify nggak mau bertanya lebih jauh. Takutnya
nanti Debo tersinggung.





“Ya udah deh, gue
balik ke kelas aja. Mau tidur.” Kata Debo tersenyum lalu meninggalkan Ify dan
Sivia.





“Ckck. Tuh anak
cinta banget ya sama yang namanya sepak bola ato futsall. Makanya sampai detik
ini dia nggak mau nyari cewek. Rasa cintanya udah dimatikan oleh futsall,
futsall dan futsall.” Kata Sivia.





Ify tertawa. “Debo
normal kok Vi. Mungkin dia sama kayak gue. Belum menemukan orang yang pantas
untuk dijadikan pasangan hidup.” Ucapnya.





“Iya! Dan lo cewek
yang diam-diam ditaksir Debo!”





Lagi-lagi Ify
tertawa. “Sok tau lo! Kita berdua cuma sahabatan doang. Nggak lebih.”





“Kalo ternyata dia
emang naksir lo gimana?” Pancing Sivia.





Ify hanya
mengangkat bahu dan melanjutkan kegiatan makannya. Nggak enak nanti kalo soto
panas yang lezat itu nggak dimakan cepat-cepat. Jadi dingin, rasanya bakal
berubah.





***





Sesuai kesepakatan.
Alvin menjemput Sivia tepat jam empat sore. Sivia yang lagi keenakan tidur
siang jadi geram sendiri. Enak banget tuh cowok bangunin gue! Tapi ada
hikmahnya juga. Kalo gue nggak bangun, ntar malem gue bakal insomnia.





Sivia sedikit
ngaret. Cepat-cepat ia mandi dan berdandan secukupnya. Ia tak enak karena Alvin
menungguinya dengan waktu yang lama.





“Sore Vin.” Kata
Sivia malas. Sivia terlihat cantik sore ini. Walau dandanannya sederhana dan
nggak ribet kayak dandanan cewek zaman sekarang.





Alvin tersenyum
melihat bidadarinya datang. Bidadari yang telah mengobati dirinya dan
menghilangkan cap playboy yang pernah disandangnya. Dulu, sewaktu SMP, Alvin
dikenal sebagai cowok playboy. Mantannya banyak banget. Untunglah ada Sivia
yang mampu menyadarkannya dari kesalahan. Dan Alvin janji nggak akan menyakiti
Sivia yang ia harapkan menjadi cinta terakhirnya.





Melihat Alvin yang
terus memandanginya, Sivia jadi risih. Maka ia memalingkan pandangannya ke arah
yang berlawanan.





“Ee, maaf ya ganggu
soremu yang damai.” Kata Alvin.





“Terserah. Jadi
nggak pergi? Waktu gue cuma sebentar!” Kata Sivia ketus.





Alvin menarik
nafas. Selalu ia sabar menghadapi ketusan Sivia. Sabar Vin.. Sabar.. Sivia
memang begitu anaknya. Jadi lo sabar saja...





“Oke. Yuk kita
pergi!” Kata Alvin merangkul Sivia.





***





Di rumah sepi.
Orangtuanya sedang pergi menghadiri acara pernikahan. Sedangkan kakaknya ada
kuliah sore. Ify jadi kesepian. Tapi ia senang. Ia jadi bebas melakukan apa
saja yang ia sukai semacam menyetel lagu keras-keras menggunakan salon, nonton
TV, habisin makanan di kulkas, dan lain sebagainya.





Awalnya Ify ingin
mengajak Sivia membuat pesta kecil-kecilan. Tapi sayangnya Sivia lagi ada
urusan dengan Alvin. Kalo Debo? Sebaiknya nggak usah deh. Ntar kalo Dayat sudah
pulang, terus lihat ia bersama Debo berdua di rumah, bakal curiga Dayat. Dikira
ia melakukan hal-hal negatif dengan Debo. Kalo ada Sivia sih nggak apa-apa.





Sayangnya, Debo
sudah hadiri di rumahnya bersama senyumannya yang khas. Ify jadi kaget. Wah,
bisa gawat ini! Kok Debo berani sekali ya datang ke rumahnya tanpa seizinnya.
Tapi Debo menganggap ini dengan biasa-biasa saja. Tanpa menyadari kalo dirinya
salah dimata Ify.





“Jangan kaget ya
Fy. Hehe..” Kata Debo.





“Lo sih, kok
tiba-tiba dateng ke rumah gue? Ada apa? Mau belajar kelompok?”


“Hehe.. Bukan kok
Fy. Gue hanya mau ngajak lo jalan-jalan. Terserah lo deh jalan-jalan kemana.”





Jalan-jalan? Kalo
sampai ada yang tau ia jalan berdua dengan Debo, jangan harap fotonya dan Debo
nggak ditempel di dinding pengumuman yang iseng dibuat murid-murid nggak jelas
yang hobbynya nyari berita yang nggak penting semacam ada cewek yang putus sama
cowoknya gara-gara cowoknya selingkuh, kepergok ciuman di belakang sekolah dan
lain-lain. Nggak penting amat yah?





“Gue nggak bisa.”
Kata Ify.





“Why? Oh c’mon Fy.
Lo tuh suka nolak ya kalo diajak pergi sama cowok.”





“Iya, benar. Itulah
gue. Beda dengan cewek lainnya.”





“Hmmm.. Jadi,
ceritanya gue diusir nih ya?”





Tapi, kasian juga
ya Debo. Cowok itu susah-susah datang ke rumahnya dan ujung-ujungnya Debo
diusir olehnya. Terus, bagaimana ini? Ify nggak berani jalan berdua sama cowok
walau Ify mengenal Debo dengan baik.





“Gini aja. Lo boleh
masuk ke rumah gue. Kita akan ngadain pesta kecil-kecilan. Tapi kalo Mas Dayat
dateng, bilang aja kita lagi kerjain tugas Fisika. Gimana?”





Tak butuh waktu
lama, Debo mengangguk mengiyakan. Akhirnya, hati Ify terbuka juga. Dan ia
termasuk salah satu cowok yang beruntung diantara cowok-cowok yang ingin sekali
mencoba pedekate dengan Ify.





Astaga! Apa yang ia
lakukan ini dalam rangka ia pedekate dengan Ify? Debo tersenyum. Bisa jadi
jawabannya adalah ‘iya’.





***





Sebuah tempat
dimana tempat itu adalah tempat yang digunakan Alvin untuk menyatakan cintanya
pada gadis yang sangat ia sayangi yaitu Sivia. Sivia dibuat kaget karena Alvin
mengajaknya ke tempat ini. Entah apa yang dirasakan Sivia. Hanya ia dan Tuhan
yang mengetahui.





Alvin menggandeng
tangan Sivia pada sebuah ayunan yang dulu sering mereka duduki. Sivia berusaha mengelak
karena ia nggak mau duduk diayunan itu. Tetapi Alvin memaksanya hingga ia tak
bisa berbuat apapun.





“Vin, maksud lo
ngajak gue kesini dalam rangka apa?” Tanya Sivia setengah sebal. Ia dan Alvin
udah duduk manis di ayunan itu.





Alvin tersenyum.
Lalu ia menggenggam erat tangan Sivia sambil memejamkan mata. Setelah cukup ia
pejamkan mata, Alvin membukanya.





“Gue.. Gue cuma mau
bilang kalo gue cinta sama elo, Vi..” Kata Alvin lembut.





Sebuah kalimat yang
membuat semua cewek nge-fly jika mendengarnya. Namun Sivia hanya menganggap itu
adalah hal biasa. Karena Alvin selalu mengucapkan kalimat itu setiap harinya.





“Ya.. Gue tau.”
Kata Sivia.





Alvin memejamkan
mata. Sangat sulit menjelaskan Sivia. Gadis itu memang berbeda dari gadis
lainnya. Apa ini adalah hukuman dari Tuhan atas keplayboy-annya? Dulu, Alvin
selalu menyakiti cewek dan dengan sekenanya putusin pacarnya yang benar-benar
cinta padanya. Dan sekarang, ia mendapat akibatnya.





Atau
jangan-jangan.... Sivia playgirl?





“Jangan bingung deh
Vin.” Kata Sivia melihat Alvin kebingungan.





“Gue nggak bingung
kok Vi. Hanya saja...” Alvin menggantungkan pembicaraannya. Namun Sivia
terlihat biasa-biasa aja dan nggak kepo. “Ah, sudahlah.” Lanjutnya.





Keduanya pun
terdiam. Alvin bingung mau bicara apa lagi. Sivia.. Sivia... Gadis itu memang
unik. Gadis itu beda dengan gadis lainnya. Sivia sama sekali nggak tergila-gila
dengannya. Mungkin hanya sekali Sivia loncat-loncat kegirangan karenanya. Dan
sekarang Sivia menganggap dia hanya manusia biasa dan nggak memiliki suatu
keistimewaan yang bisa membuat Sivia terus tergila-gila padanya.





“Vi..” Alvin mulai
bicara dengan ragu-ragu. Sementara Sivia hanya diam dan menatap pemandangan
lain. Maksudnya tidak dengan menatap Alvin.





“Ng.. Lo.. Lo cinta
nggak sama gue?” Tanya Alvin.





Dalam hati, Sivia
tertawa. Namun gadis itu mampu menyembunyikan ekspresi tawanya yang sekarang
sedang diam tanpa ekspresi apapun.





“Menurut lo?” Sivia
balik nanya.





“Ng.. Gue nggak
tau. Tapi awal gue nembak lo, lo senang dan benar-benar cinta sama gue. Tapi
sekarang...”





“Terserah elo deh
Vin. Emangnya yang lo harapkan dari gue apa? Bukannya lo nembak cewek hanya
untuk ngubah status lo yang tadinya jomblo jadi enggak? Ya kan?”





Mulut Alvin serasa
membisu mendengar perkataan Sivia yang baginya sangat menyakitkan hatinya. Ia
akui. Perkataan Sivia itu benar. Tapi tidak untuk sekarang. Karena hatinya
telah yakin bahwa Sivia adalah cinta sejatinya sekaligus cinta terakhirnya.





“Ada lagi yang mau
dibicarakan?” Tanya Sivia.





“Ng.. Gu.. Gue..”





“Tolong bicara yang
jelas!” Tegas Sivia.





Sejenak, Alvin ragu
untuk mengatakan. Namun ia harus mengatakannya. Sebelum semuanya menjadi lebih
buruk daripada ini. Alvin harus menghadapi kenyataan dan tidak boleh
menentangnya.





“Kalo begitu...
Kita.. Kita putus!” Kata Alvin ragu, namun cukup tegas.





Kali ini Sivia yang
tadinya cuek, dingin dan malas berubah menjadi orang yang penasaran sekaligus
takut. Takut dalam hal apa pun, ia tidak tau. Yang jelas, ia sangat takut.





***





“Thanks ya Fy
karena udah ijinin gue party di rumah lo.” Kata Debo senang. Ia memutuskan
untuk kembali ke rumah karena suasana sebentar lagi akan berubah menjadi gelap.





Ify tersenyum.
“Hati-hati. Kapan-kapan main ke rumah gue lagi ya.”





“Yoi! Itu sudah
pasti.” Jawab Debo senang. Serius ini? Ify menyuruh ia main ke rumahnya lagi?
Ify nggak bercanda kan?





Sebelum Debo
menyalakan mesin motornya, matanya menangkap sesosok cowok yang ia yakini
memerhatikannya sejak tadi. Debo terdiam. Bukannya... Bukannya cowok itu yang
pernah ditemuinya di sekolah beberapa hari yang lalu?





“Hei!” Debo
memberanikan diri untuk menyapa cowok itu.





Namun yang disapa
nggak menjawab. Yang disapa hanya memamerkan senyum yang penuh dengan misteri.
Lalu secara tiba-tiba cowok itu menghilang pada kegelapan yang seakan-akan memakannya.
Ingin sekali Debo mengejar cowok itu. Tapi ia merasakan ada sesuatu yang
menghalanginya. Debo pun meninggalkan rumah Ify menuju rumahnya dengan ditemani
rasa penasaran yang luar biasa.





***





Hari ini, SMA
Varius sedang kedatangan murid baru pindahan dari SMA swasta terkenal yang
berada di Bandung. Dan murid baru itu adalah seorang cowok yang wajahnya sangat
tampan, manis dan keren. Baru saja cowok itu memasuki kelas 11-IPA1, sudah
dihebohkan oleh jeritan murid-murid cewek.





Namun, cewek-cewek
yang tadinya heboh sendiri berubah menjadi diam karena merasakan suatu hal
berbeda yang dimiliki murid baru itu.





“Perkenalkan, nama
saya Rivano Gabril. Cukup panggil saya dengan nama Rio..”





***






TBC.....


Link notes ::

 http://m.facebook.com/notes/?id=100004086973604




Free Contact me :: 087864245325

Thankyou :)

My Wish Is Can With You ( Part 2 )

-My Wish Is Can With You-

Author :: @uny_fahda1D


"Jangan jadi pembaca gelap, susah gue bikin nih cerbung -_-"


Part sebelumnya ::
https://www.facebook.com/notes/fahda-nuragastevadit/my-wish-is-can-with-you-part-1-/435332929946269



Part 2

.

.

.

Maradiko JulianDebo memeriksa kelasnya. Sepi. Hanya ada lima orang yang masih bertahan disana.Ia yakini, Ify dan Sivia tidak ada di dalam kelas dan beralih ke kantin. Tadi,ia barusan di panggil oleh guru BK karena ia sering melanggar tata tertibsekolah. Untunglah, guru BK yang bernama Bu Astuti itu memberinya kesempatanuntuk merubah sikapnya menjadi lebih baik.

Apa gue perlu nyarimereka di kantin? Tanyanya dalam hati. Kebetulan, perutnya lagi dangdutan.Perlu diisi nih. Kalo tidak, bakal berubah jadi mengerikan(?). Satu jam lebihberada di ruang BK membuatnya suntuk. Ditambah lagi omelan dari Bu Astuti yangmirip sekali dengan omelan Ibunya di rumah.

Akhirnya, Debomemutuskan pergi ke kantin. Dengan langkah yang sedikit tergesa-gesa, iamenerobos murid-murid yang berlalu lalang. Tak heran, murid-murid yang hampirditabaraknya pun kesal padanya, dan Debo hanya tersenyum cuek saja.

Ketika ia berjalanmelewai kelas 12IPS-6 yang berada di dekat kantin, ia melihat seseorang.Seorang cowok yang juga melihatnya dengan tatapan yang sulit diartikan. Debomemberhentikan langkahnya. Matanya masih menatap kedua mata cowok yang baginyatak asing lagi. Mata itu....

Lo apaan sih Deb?Jangan pernah mengingat orang itu! Jangan pernah mengingat masa lalu yang menyedihkanitu dan harus lo lupakan! Tapi, mengapa cowok itu seperti...

“Sebaiknya guecepat-cepat pergi aja deh.” Katanya takut-takut lalu meninggalkan tempat itu.

Sementara, cowokyang tadi memerhatikannya itu tersenyum tipis. Wajahnya yang begitu tampanditambah senyuman yang begitu menawan dapat menyembunyikan ekspresisesungguhnya. Boleh dikatakan, ia ingin marah. Tapi, sebisa mungkin iamenyembunyikan kemarahannya itu.

“Lo semakin tampan.Hidup lo bahagia dan banyak yang menyayangi lo. Termasuk gadis yang denganmudahnya lo dapatkan. Tapi gue nggak ada maksud untuk balas dendam. Ada hallain yang harus gue kerjakan..” Kata cowok itu seraya meninggalkan tempatnya.

***

Dengan nafas yangsedikit terengah-engah, Debo sampai juga di kantin. Ia mengedarkanpandangannya. Berusaha mencari keberadaan Ify dan Sivia. Aha! Itu mereka.Tampaknya Ify dan Sivia sedang makan dengan lahapnya. Debo tersenyum. Senyummisterius yang ia khusukan untuk Ify.

“Hai girls!” SapaDebo ramah.

Yang di sapa cuekaja. Sapaan Debo tadi tidak mereka anggap sebagai hal penting. Ify dan Sivialebih mementingkan nasi gorengnya dibanding sapaan Debo tadi.

“Hallo! Lagi padaasyik makan ya? Gue dikacangin dong!” Kata Debo lagi.

Usaha Debo berakhirsia-sia. Ify dan Sivia apa sengaja ya cuekin gue? Atau memang beneran nggakdengar suara gue? Apa suara gue terlalu kecil? Perasaan enggak deh.

Habislah kesabaranDebo. Ia berteriak sekencang-kencangnya sehingga menundang banyak mata kearahnya.

“WOII!!! APA PERLUGUE BUANG TUH NASI ??”

Peka juga akhirnyaIfy dan Sivia. Sivia cukup menutup telinga dengan tangannya. Sedangkan Ifytersedak. Jus jeruk yang ia minum langsung muncrat keluar. Debo melihatnyadengan tawa yang khas dari mulutnya.

“Hahaha.. Salahsendiri lo nggak jawab sapaan gue, haha..” Tawa Debo.

Ify cemberut. “Losih, orang lagi makan gini lo gangguin. Lo ternyata seneng juga ya berada diatas penderitaan orang.” Ucapnya.

“Hehehe.. Peace Fy,peace..” Tawa Debo.

Begitulah Debo.Hobbynya suka godain Ify. Kadang Sivia juga sering ia godain. Tapi kalo ketahuanAlvin bakal gawat. Alvin itu terlalu sayang sama Sivia dan nggak akanmengizinkan siapapun yang menyakitinya. Termasuk Ify sekalipun.

“Eh Fy..” Kata Debomenatap Ify dengan tatapan serius. “Lo.. Lo ngerasa ada yang aneh nggak hariini?” Sambungnya.

Ify menaikkansebelah alisnya.

“Ma.. Maksud gue..Mmm..”

“Udah deh Deb, kalolo masih gantung gitu lebih baik jangan cerita deh.” Kata Sivia.

“Ya udah deh. Eh,balik yuk ke kelas. Ntar lagi mau masuk.” Kata Debo.

Mereka pun bergegasmeninggalkan kantin. Tak lupa membayar pesanan mereka pada Ibu kantin. Rasanya,jam istirahat ini cepet sekali berakhir. Padahal waktunya kurang lebih setengahjam. Sedangkan pelajaran yang kalo saja berdurasi lima belas menit pasti terasapanjang dan membosankan.

***

“Via!”

Jam pulang sekolahtelah tiba. Murid-murid pada lari ke luar sekolah. Akhirnya, hari yangmembosankan ini telah berakhir. Tapi hari yang membosankan itu akan merekahadapi pada hari esok, esok dan esok.

Sivia hafal dengansuara itu. Itu adalah suara Alvin. Tumben hari ini ia nggak ketemu Alvin. Alvinmendekatinya seraya tersenyum memamerkan gigi-giginya yang putih. Jujur, Sivialagi nggak mood ketemu Alvin.

“Pulang sama gueyuk!” Ajak Alvin menarik tangan Sivia.

Sivia berusahamelepaskan tangan Alvin yang memegang tangannya. “Gue lagi ada janji samatemen. Maaf. Sebaiknya lo pulang sendiri.” Jawabnya sedikit ketus lalu pergimeninggalkan Alvin.

Tinggallah Alvinsendiri. Ia mengamati punggung kekasihnya yang menghilang di kerumunanmurid-murid sana. Selalu saja alasan yang diucapkan Sivia itu-itu saja.Lama-lama Alvin jadi curiga.

“Vi, gue tau longgak benar-benar cinta ke gue. Tapi Vi, gue mohon. Cintailah gue dengan hatilo yang tulus. Cintai gue apa adanya. Tapi tak apa kalo lo nggak bisa melakukannya.Gue emang manusia yang nggak pantas untuk dicintai.” Ucapnya pelan.

Sementara Siviaberlari riang menuju Ify dan Debo yang sedang bercanda bersama. Benardugaannya! Pasti Ify dan Debo punya hubungan khusus yang belum ia tau. Awaskalo lo berdua sembunyiin dari gue.

“Ehem.. pajakjadiannya mana?” Tanya Sivia tiba-tiba.

Ify dan Debo yangkeasyikan bercanda mendadak kaget karena kedatangan Sivia. Sivia emang selalubegitu. Suka ngagetin Ify kalo Ify lagi bercanda sama Debo. Eh ngomong-ngomong,kok Ify jadi dekat ya dengan Debo? Padahal dulu mereka nggak dekat-dekat amat.

“Vi, pacar lomana?” Tanya Debo.

Sivia menatap Debosebal. “I don’t care.” Jawabnya cuek.

“Wah Fy, sadis amattemen lo ini. Pacarnya aja dicuekkin. Nggak kasian apa pacarnya dicuekkinterus?” Kata Debo.

“Menekutehek! Kanpacaran zaman anak sekarang.” Jawab Ify tak kalah cuek.

“Tapi menurut gue,Alvin itu cinta mati lho ke lo Vi. Lo nggak sadar apa kalo Alvin beneran cintama..”

“Good bye! Jemputangue udah dateng. See you.. Muach.. Muach.. Jangan galau pikirin gue yaa..” KataSivia meninggalkan Ify dan Debo. Debo jadi kesal sendiri karena perkataannyanggak didengar sama Sivia.

Debo menatap Ify.“Temen lo aneh. Dia sama sekali nggak ngerti arti cinta.” Ucapnya.

“Maklum, anakkecil. Eh, gue pulang dulu ya. Mas Dayat udah jemput gue. Bye!” Kata Ify.

Dayat Martadinataadalah kakak kandung Ify. Usia mereka selisih lima tahun. Kini, Dayat menempuhkuliahnya di UI dengan jurusan hukum. Tapi kalo diperhatikan, Dayat sama Ifyitu kayak bukan adik kakak deh. Melainkan sepasang kekasih. Belum lagi wajahDayat yang baby face dan banyak gadis yang menyukainya. Tapi Dayat telahmeyakinkan hatinya untuk memilih gadis yang ia cintai bernama Zahra Eurallia.

Karena Ify udahpergi, Debo memutuskan pergi ke parkiran untuk mengambil motornya. Nggak adagunanya juga diam di sekolah kalo lagi nggak ada kerjaan. Di parkiran, Debomelihat sosok Alvin yang sedang termenung di atas motornya. Pasti gara-garaSivia!

“Hallo kak Alvin!Lagi mikirin teman Ify yang super duper cuek itu?” Sapa Dayat.

Alvin tersadar darilamunannya. “Eh, elo Deb. Nggak-nggak. Gue nggak lagi melamun mikirin Via. Lho?Lo kok belum pulang juga?”

Antara Alvin danDebo sudah saling kenal mengenal. Karena mereka satu ekskull. Yaitu futsall.Kini Alvin yang menjabat sebagai kapten futsall baru menggantikan kapten lamayaitu Sion.

“Ntar latihannggak?” Tanya Debo.

“Tentu. VariusFutsall Champion akan segera diadakan. So, kita harus lebih giat berlatih.”Jawab Alvin.

Varius FutsallChampion diadakan oleh SMA Varius setiap bulan Agustus-September. Pertandinganini melibatkan tim-tim luar yang ikut bertanding dalam kegiatan ini. Kira-kiraada empat puluhan sekolah yang akan bertanding. Dan pada akhirnya, Debo danAlvin yang bisa dikatakan maniak bola pun bercerita panjang lebar mengenaiVarius Futsall Champion hingga saatnya matahari mulai beristirahat di ufukbarat sana.

***

Alunan musik TaylorSwift mengalun lembut di kamarnya. Ify bernyai sepuasnya sebagai pelampiasanatas hari ini. Pertama, kakinya keseleo gara-gara nggak hati-hati di tangga.Kedua, ia terlambat masuk kelas. Padahal ia termasuk murid terajin di sekolah.Dan yang terakhir, tugas buat besok banyak sekali. Karena itulah ia harusmenyelesaikan semua tugas-tugas agar tak dihukum besoknya.

“Shit! Soal apaanini? Nggak heran deh kebanyakan murid yang enek sama matematika ini.” Dumel Ifymelihat sejuta soal yang ada di buku tulisnya.

Sivia mah enaktinggal nyontek ke Ify. Kalo Ify nggak ngasih, Sivia bakal ngambek plusmenjauhi Ify dan Ify nggak mau hal itu terjadi. Ngenes sekali kan hidup gue,guys!

Tiba-tiba Ifyteringat dengan cowok tadi. Cowok misterius yang wajahnya baru ia lihat disekolah tadi. Siapa sih tuh cowok? Kalo murid baru, pasti sekolah bakal heboh!Kalo nggak dikatakan murid baru ya nggak masuk akal juga. Ify udah hafal kokwajah-wajah penghuni SMA Varius walau ia berada di sekolah ini nggak sampaisetahun. Apa jangan-jangan cowok itu operasi wajah? Bisa jadi!

Aduh... Jangandipikirkan deh! Lebih baik jawab tuh PR matematika. Argh! Belum lagi iangerjain PR Kimia yang ternyata sekongkol sama matematika. Benar-benar pusing!

Pintu kamarnyaterbuka. Dayat masuk ke kamarnya tanpa salam terlebih dahulu. Itu yang membuatIfy nggak suka sama kakaknya. Tapi, beruntung juga punya kakak ganteng kayakDayat. Banyak cewek lho yang berusaha memohon padanya agar salam dari cewek itubisa ia sampaikan ke Dayat. Bahkan Sivia pun pernah minta salam ke Dayat lewatdirinya.

“Lagi ngapain adikmanis?” Tanya Dayat seraya duduk di samping Ify.

Mulai deh Dayatmengganggu Ify. “Lagi kerjain PR.” Jawab Ify singkat.

Dayat tersenyumseraya mengacak-acak poni Ify yang dapat membuat Ify sebal bukan main. Ify yangsedang asli sebal bertambah sebal lagi. Kakaknya itu ternyata nggak ada bedanyadengan matematika. Sama-sama menyebalkan!

“Plis deh kak!Pergi sono! Gue bosen liat wajah lo.” Kata Ify.

“Hahaha.. Wajahganteng ini lo bosan. Makanya, cari pacar sana biar nggak jomblo.”

Dalam hati, Ifyberkata, ‘nggak nyambung! Kok malah lari ke pacar?’ Belakang-belakangan iniDayat sering menanyainya tentang apakah ia sudah dapet gebetan atau belum.Pasalnya, Ify sama sekali tidak pernah mengenalkan teman cowok yang lagi dekatdengannya ke Dayat ( Ngapain juga dikenalin? ). Makanya Dayat curiga.Jangan-jangan adiknya nggak normal lagi.

“Ya udah deh.Kerjakan tugas lo dengan baik. And remember, gue pengin sekali liat lo jalansama cowok. Masa’ adek gue yang cantik ini nggak laku? Kan jadinya malu gue.”

Ify cemberut.“Bukan nggak laku kak. Tapi tunggu waktunya saja.”

Siapa bilang Ifynggak laku? Banyak cowok yang naksir dengannya. Mulai dari teman MOSnya, temansekelasnya, teman lesnya, tetangganya, bahkan ada kakak kelas yang pernahnembak dia. Tapi Ify tolak dengan halus. Sok jual mahal menurut Sivia.

Tapi beneran deh.Kok sampai saat ini ia belum pernah merasakan jatuh cinta ya? Kagum sih pernah.Tapi nggak terlalu berlebihan. Ahh.. Sudah, sudah. Matematika Fy, matematika.Jangan pikirin yang lain selain matematika.

Tiba-tiba HPnyaberdering. Sivia menelponnya. Biasanya tuh cewek suka curhat di malam-malamseperti ini. Huh! Kalo begini ceritanya, kapan PRnya selesai?

***

Di malam yang sama.Debo sedang mengerjakan sesuatu yang mustahil ia kerjakan. Yaitu mengerjakantugas sekolah. Tumben ia rajin. Biasanya ia nyontek di teman. Tapi mungkin sajaDebo udah mengubah sikap dan perilakunya. Kan selagi masih ada kesempatan.

Tangannyamencoret-coret di atas kertas HVS. Nggak tau kenapa kertas itu bisa sampai ditangannya. Tugas matematika hampir selesai ia kerjakan. Jadi ia bisa istirahatsejenak sambil melakukan hobby yang paling langka yaitu mencoret-coret kertas.

Entah mengapa.Kertas HVS yang tadinya putih bersih kini membentuk sebuah lukisan. Lukisanyang termasuk bagus dari hasil coretan. Di lukisan itu terhambar seorang gadisyang sudah lama ia lupakan. Gadis yang pernah mengisi relung hatinya. Gadisyang sepantasnya ia lupakan dan berhasil ia lakukan.

Debo mengamatihasil karyanya dengan seksama.

“Hei! Apa kabar lo?Tau nggak, gue menyesal mencintai lo. Lo tau kan kesalahan lo? Karena itulahgue memutuskan meninggalkan lo. Eh nggak taunya, lo yang ngilang bak di telanbumi. Tapi tak apa. Lo telah tergantikan oleh sesosok gadis yang nggak taukenapa setiap harinya bikin gue tersenyum. Lo tau nggak, gadis itu sangat baik.Walau aslinya cerewet dan menyebalkan. Tapi gue suka!”

Dua tahun sudahkepergian cinta pertamanya. Ya, bisa dibilang gadis itu adalah cintapertamanya. Tapi bukan terakhir. Debo tersenyum seraya membelai lembut hasilkaryanya itu.

“Tapi, gue nggakyakin waktu itu lo salah. Mungkin saja gue yang salah paham atau.. Ah,sudahlah. Kenapa masa lalu itu kembali hadir lagi? Padahal gue udah menguburnyatanpa sisa.”

Matanya melirikpada bingkai foto yang terlihat kusam. Bingkai foto itu adalah rahasianya. Iaselalu menyembunyikan bingkai foto itu dari siapapun. Karena ada satu alasannyaia menyembunyikan bingkai foto itu.

“Dan buat lo, maafatas segala apapun yang pernah gue lakukan ke elo. Coba kalo lo nggak ada,mungkin gue udah nggak ada lagi di dunia ini.”

Dan... Ingatannyakembali pada sosok cowok yang tadi siang ia lihat. Seorang cowok yang menyimpansegudang misteri. Seorang cowok yang baginya tak asing lagi. Siapa dia?

***


TBC.....

Penasaran kan sama masa lalunya Debo??? Dan siapa cowok yang ada dibingkai itu????


Link notes ::

http://m.facebook.com/notes/?id=100004086973604

Free Contact me ::
087864245325

Thankyou :)

Kamis, 13 Maret 2014

My Wish Is Can With You ( Part 1 )



Part 1

.

.

.

Kriingg !!!!

Bunyi bel SMA Varius berdering dengan keras yang dapat merusak gendang telinga orang yang mendengarnya. Bel masuk itu sebagai tanda bahwa pelajaran pada hari ini akan  segera dimulai. Semua murid SMA Varius berlarian masuk ke dalam kelas masing-masing. Yang paling menyedihkan, bagi murid yang kelasnya ada di lantai tiga harus berlari-lari menaiki tangga hingga mereka merasakan kelelahan. Sebaliknya. Murid yang kelasnya ada di lantai bawah dengan santainya berjalan tanpa harus menaiki tangga.

Seorang gadis berlari-lari menaiki tangga. Langkahnya yang tidak cekatan itu berakibat mencederai dirinya sendiri. Alhasil, gadis itu terpeleset di tangga menuju kelasnya. Yaitu lantai tiga. Tepatnya di kelas X.3.

Sebisa mungkin gadis itu bangkit. Tapi entah mengapa, kakinya terasa sakit jika digerakkan. Sialnya, tangga ini sudah sepi. Ia terlambat menaiki tangga bersama teman-temannya yang lain gara-gara ia terlambat sekolah. Belum lagi perutnya yang sakit gara-gara olahraga kemarin. Menurutnya, olahraga itu bukan membuat badan menjadi sehat. Melainkan bertambah sakit!

Tak di duganya, seorang cowok tiba-tiba saja sudah berada di dekatnya. Cowok itu seperti ingin membantu seorang gadis yang duduk dengan malangnya. Cowok itu pun berusaha membantu gadis itu agar gadis itu bisa berdiri dengan baik.

Akhirnya, gadis itu bisa berdiri walau kondisi kakinya sakit. Mungkin sepulang sekolah ia akan mendatangi tukang urut agar kakinya sembuh seperti sedia kala.

“Te.. Terimakasih.” Ucap gadis itu pelan.

Si cowok hanya mengangguk lalu meninggalkan gadis itu. Langkah kakinya terkesan misterius dan baru kali ini gadis itu melihat wajah cowok yang barusan menolongnya. Siapa cowok itu? Tapi tampang cowok itu lumayan cakep dan manis. Ia yakin seandainya cowok itu tersenyum, maka dunia akan gempar dibuatnya.

Akhirnya gadis itu berjalan menuju kelasnya dengan langkah kaki terpincang-pincang. Namun ia bahagia ditolong oleh cowok cakep nan manis tadi.

***

Tok.. Tok.. Tok..

Dengan tangan yang gemetaran, gadis tadi yang kakinya sedikit pincang itu mengetuk pintu kelasnya. Argh! Ternyata pelajaran udah dimulai nih! Mati aku! Keringat dingin membasahi tubuh gadis itu. Wajahnya berubah menjadi pucat pasi. Apalagi guru yang sedang mengajar di kelasnya itu adalah guru tergalak di sekolah ini!

Benar-benar hari sial ia hari ini. Ia membayangkan akan dihukum oleh guru galak itu berikut dengan berbagai macam hukuman seperti keliling lapangan, bersihin WC, berdiri dengan satu kaki sambil memegang telinga dan sebagainya.

“Hei! Gak masuk?” Tanya Debo, teman sekelasnya.

Gadis manis yang bernama Ify itu lega karena ada temannya terlambat masuk kelas. Jadi ia tidak khawatir jika ia diomeli oleh guru galak itu. Ada Debo juga yang tentunya akan diomeli oleh guru itu.

“Aku..”

Pintu terbuka. Wajah khas Bu Rona yang tiba-tiba aja udah di luar kelas mengagetkan Ify dan Debo. Wajah Ify yang tadinya pucat bertambah pucat lagi. Sementara Debo yang udah terbiasa dengan kondisi ini fine-fine aja tuh. Yaiyalah, Debo kan sering terlambat masuk kelas. Maklum dia bisa sesantai ini.

“Ee, bu, maaf telat masuk.” Kata Ify gugup.

Bu Rona menatap Ify tajam. Lalu beralih menatap tajam Debo, salah satu muridnya yang paling bandel dan susah diatur. Tapi kalo nggak ada Debo di kelas, kelas nggak bakal seru. Artinya, Debo yang paling dibutuhkan di kelas.

“Mengapa kalian terlambat di jam saya? Kalian habis pacaran ya?” Tanya Bu Rona dengan suara yang dilembut-lembutkan.

Pipi Ify memerah mendengar ucapan Bu Rona. Sementara Debo salah tingkah

 “Siapa yang pacaran bu? Kami tadi telat karena disuruh pergi ke ruang Pak Zayn.” Kata Debo asal-asalan.

“Hmmm..” Bu Rona berpikir-pikir. “Karena hari ini Ibu lagi bahagia, kalian boleh masuk ke dalam. Tapi ingat, kalo sampai terlambat lagi...” Bu Rona menyetop pembicaraan. Ia menatap Ify dan Debo secara bergantian. “Kalian akan Ibu hukum dengan hukuman yang sangat berat. Mengerti?”

“Siap, bu!” Koor Ify dan Debo.

Ketiganya masuk ke dalam kelas. Ify yang kakinya pincang terlihat lucu ketika berlari menuju bangkunya. Disana ada teman sebangkunya sekaligus sahabatnya yang bernama Sivia. Tentu sejak melihat kedatangan Ify, Sivia tertawa.

“Kaki lo kenapa?” Tanya Sivia.

“Jangan ketawa! Sahabatnya yang lagi sakit kok malah diketawain sih?”

“Wkwkwkw.. Selaw Fy.. Selaw.. Eh, tadi lo ngapain aja sama Debo? Hayoo.. Jangan-jangan...”

Mulai deh Sivia. Tuh cewek hobinya gangguin Ify. Maklum, Ify kan lagi jomblo. Bahkan sama sekali belum pernah pacaran. Makanya Sivia suka sekali menjodohkan Ify dengan cowok-cowok. Kali ini Debo yang menjadi sasarannya.

“Lebih baik urusin noh Alpin lo! Kasih dia makan biar dia nggak ngelirik cewek sana-sini.”

“Ih, Ipy mah..”

Hampir dua bulan Alvin dan Sivia menjalin hubungan. Alvin adalah kakak kelasnya. Kelasnya di 11-IPA4. Nggak tau kenapa mereka bisa jadian. Padahal Sivia pernah ngaku kalo dia sama sekali nggak cinta sama Alvin. Dan dia juga nggak tau waktu itu nerima cinta Alvin. Ya beginilah pacaran zaman anak muda sekarang. Cinta nggak cinta, yang penting pacaran asalkan nggak jomblo. Hihi...

Tiba-tiba Ify teringat dengan cowok yang tadi menolongnya. Wajah cowok yang cakep itu membuatnya terus tersenyum. Sivia yang menangkap sesuatu yang aneh dari wajah Ify pun menjadi penasaran dan sedikit curiga. Jangan-jangan Ify beneran naksir sama Debo!

“Hayo.. Kenapa lo senyum gitu? Jangan-jangan..”

“Eh, nggak ada kok Vi! Sotoy banget lo!” Elak Ify.

“Idih anak ini.. Ngaku deh kalo lo lagi jatuh cinta! Biasanya orang lagi jatuh cinta itu kerjaannya senyam-senyum nggak jelas. Ya kayak lo ini!”

Sivia yang sudah tau dan mengerti apa itu cinta serta bagaimana reaksi seseorang ketika jatuh cinta dengan mudahnya menebak Ify kalo Ify lagi jatuh cinta. Nggak mungkin kan Ify seperti itu kalo bukan karena jatuh cinta atau menyukai cowok yang selalu hadir menghiasi pikirannya.

“Btw, kaki lo kenapa? Kok pincang gitu?” Sivia mengalih pembicaraan.

“Ng.. Tadi gue jatuh di tangga. Tapi sekarang udah nggak papa kok.” Jawab Ify sambil membayangkan kejadian tadi.

Sivia tersenyum. “Makanya, laen kali hati-hati. Kena deh akibatnya kalo lo nggak hati-hati.”

“Iya.. Iya ibu guru cantik.. Sekarang jangan bicara lagi deh. Ntar Bu Rona ngambek liat anak didiknya nggak perhatiin dia..”

“Ih, dasar lo!”

***

Jam istirahat telah tiba. Murid-murid pada nyerbu kantin. Akibatnya, kantin yang awalnya sepi berubah menjadi ramai. Jangan heran juga, buat nafas aja rasanya sesak. Tapi itu dulu. Sekarang, kantin SMA Varius udah di renovasi menjadi restoran berbintang lima. Tapi nggak mirip-mirip amatlah.

Seperti biasa. Sivia dan Ify selalu bersama. Kemanapun mereka selalu bersama. Tapi, ini hanya berlaku di sekolah aja lho. Nggak mungkin kan kalo mereka tinggal satu rumah dan sekamar. Kali ini mereka memutuskan pergi ke kantin karena perut mereka minta jatah makanan. Ditambah lagi tenggorokan mereka yang kering. Padahal, mereka hendak pergi ke perpustakaan demi meringkas sejarah.

“Lo pesan apa Fy?” Tanya Sivia.

Yang ditanya nggak jawab. Malah bengong. Kedua mata Ify tak berkedip. Artinya, pasti tuh cewek sedang melamun atau memikirkan sesuatu.

“Hello Fy.. Ada orang nggak disana?”

Sivia berusaha membangunkan Ify. Tangannya ia kibas-kibaskan di muka Ify. Syukurlah Ify terbangun dan kalo dilihat seperti orang yang lagi kebingungan nyari alamat rumah yang dituju.

“Heh! Tangan lo ada masalah?” Tanya Ify tidak suka dengan kelakuan Sivia barusan.

“Hemm.. Tauk ah! Lo mau pesen apa?” Tanya Sivia.

“Apa-apa deh. Yang penting kenyang.” Kata Ify sedikit sewot.

Sivia menatap Ify curiga. “Lo lagi datang bulan ya? Kok bawaannya marah melulu?” Tanyanya.

“Sok tau lo! Ya udah, cepet pesen sana! Gue udah laper!”

Karena nggak tega melihat sahabatnya yang sedang marah-marahan nggak tau penyebabnya apa, Sivia bergegas memesan dua nasi goreng berikut dua gelas jus jeruk favoritnya.

“Eh Vi, kira-kira, ada murid baru nggak disini?” Tanya Ify tiba-tiba.

Sivia menatap Ify heran. “Memangnya ada apa?” Tanyanya.

“Gue cuma mau nanya aja.”

“Emmm.. Nggak ada deh. Kalo ada mah gue udah tau. Apalagi kalo muridnya cakep.”

Huuu... Dasar Sivia! Sukanya sama cowok yang cakep-cakep aja. Terus, Alvin mau dikemanain? Dari pengamatannya, Sivia tidak benar-benar mencintai Alvin. Padahal, Alvin itu cinta banget lho sama Sivia. Kalo memang begitu, mengapa mereka pacaran? Ify tak habis pikir dengan gaya pacaran anak zaman sekarang.

Pesanan pun datang. Dengan lahapnya Sivia maupun Ify menyantap nasi goreng yang rasanya enak banget. Saking lahapnya makan, mereka nggak tau ada cowok yang memanggil mereka dengan kesal karena panggilannya tadi nggak di respon sama sekali oleh Sivia dan Ify.

“WOII!!! APA PERLU GUE BUANG TUH NASI ??” Teriaknya kesal.

***

My Wish Is Can With You ( Prolog )






Sebuah tempat yang sangat-sangat asing. Sebuah tempat yang sulit digapai oleh semua orang. Sebuah tempat dimana tempat itu merupakan suatu tempat kehidupan yang sesungguhnya. Tempat itu hanya bisa dihuni oleh orang-orang tertentu saja. Salah satunya adalah seorang lelaki berwajah tampan yang kira-kira berusia tujuh belas tahun.


Cowok itu seperti sedang memikirkan sesuatu. Dilihatnya tempat tinggalnya yang sekarang ini. Sungguh indah, dan tidak seperti tempat tinggal sebelumnya yang membuatnya tak sedikitpun bisa merasakan kebahagiaan. Dan disnilah ia. Di tempat ini. Tempat yang bisa membuatnya puas dan bahagia.

Akhirnya cowok itu berbicara. Tak tau dengan siapa cowok itu bicara. Hanya cowok itu saja yang tau dengan siapa ia bicara.

“Bolehkah aku meminta sebuah permintaan aneh padamu?” Tanyanya.

Yang ditanya menatap wajah cowok itu dengan tatapan serius. Ia menebak-nebak bahwa permintaan cowok itu di luar kendali, bisa jadi di luar dugaannya.

“Silahkan. Semua permintaanmu akan aku kabulkan. Disini, segala permintaan akan dikabulkan. Apapun permintaan itu.”

Cowok itu tersenyum puas. “Bolehkah aku memulai kehidupan baruku di tempat yang pernah mencekikku sehingga aku sampai berada di tempat ini?”

Lawan bicaranya sedikit kaget dengan keinginan cowok itu. Lalu, ia tersenyum. Baru kali ini ada orang yang meminta permintaan aneh dan sangat mustahil bila ia kabulkan. Tapi, bukannya memang cowok itu tadi menjelaskan bahwa permintaannya aneh?

“Permintaanmu sungguh aneh. Aku bisa saja tidak mengabulkan atau...”

“Ini permintaan terakhirku! Dan kau harus mengabulkannya!”

Cowok itu melihat lawan bicaranya sedang tersenyum. Padahal menurutnya lawan bicaranya itu sedang memikirkan sesuatu.

“Mengapa kau sampai bisa mengeluarkan keinginan anehmu itu?”

Giliran cowok itu berpikir. “Aku.. Aku ingin mencari seseorang yang mencintaiku apa adanya. Aku ingin ada orang yang menyayangiku tanpa memandang keburukanku. Jadi ku mohon, kabulkan permintaanku.”

Paham dengan penjelasan cowok itu, ia berkata. “Baiklah. Aku akan mengabulkannya. Tapi dengan beberapa syarat.”

“Syaratnya apa?” Tanya cowok itu.

“Syaratnya...”

***