expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Sabtu, 24 Mei 2014

My Wish Is Can With You ( Epilog )



Epilog

.

.

.

Surat Rio buat Ify:

Disini terungkap segala tangisan, kesedihan, kekesalan, emosi dan segala perasaan yang dirasakan Rio. Surat ini ditulis oleh Rio dengan segenap hati dan rasa cintanya yang sangat besar yang hanya ia peruntukan buat Ify, kekasih yang sangat dicintainya.

Gue...

Nama gue Adrian Henrick Kurniawan. Tapi gue lebih suka lo manggil gue dengan nama ‘Rio’. Gue terlahir dengan keadaan buruk. Mama gue kabur dari rumah karena sudah tau kalo bayi yang dikandungnya beda dengan bayi lainnya. Setelah Mama ngelahirin gue,

Mama membuang gue dan gue dirawat oleh seorang Nenek baik hati. Setelah itu, Mama memilih untuk bunuh diri.

Nenek gue sangat baik. Tapi sayang, ketika gue berumur lima tahun, nenek gue merasa jijik dengan gue. Baginya, gue sangat mengerikan. Kata nenek gue, wajah gue menyeramkan. Kulit gue bersisik kayak ular. Hahaha.. Gue menertawai diri gue sendiri yang buruk rupa ini. Setelah gue pisah dengan nenek gue, gue tinggal di sebuah panti asuhan. Lo ingat kan Fy waktu gue ngajak lo mengunjungi panti asuhan itu? Panti ashuan itulah rumah gue. Gue sangat menyayangi panti asuhan itu. Di panti itu gue dibesarkan walau tak ada satupun yang mau berteman dengan gue.

Gue pun berumur tiga belas tahun. Tiga belas tahun bukanlah waktu yang singkat. Selama menjalani hidup, gue selalu dihadapkan dengan rintangan yang membuat gue rapuh. Rintangan yang paling besar adalah saat gue dipertemukan dengan seorang gadis cantik bernama Shilla.

Ashilla Yanuar Destyka adalah cinta pertama gue. Shilla gadis yang cantik. Banyak cowok yang menyukainya, termasuk gue. Sayangnya, gue selalu dicemoh oleh Shilla dan ditertawakan Shilla. Jujur, hati gue sangat sakit melihat orang yang gue sukai mengejek gue seakan gue adalah sampah atau sumber penyakit yang harus dibuang. Gue ingat, waktu itu Shilla mengucapkan sebuah kalimat yang membuat hati gue sakit, “Hei bocah jelek! Pergi sana! Lo nggak pantas jadi pacar gue yang cantik ini. Ntar, penyakit lo nular lagi ke gue dan gue jadi jelek kayak lo!” Setelah kejadian itu, gue nggak lagi dekatin Shilla. Gue biarkan Shilla bahagia bersama cowok pilihannya.

Yaitu Maradiko Julian Debo. Debo adalah cowok beruntung yang telah berhasil mendapatkan Shilla. Jujur, hati gue ngilu. Debo sangatlah tampan. Sedangkan gue? Tapi gue berusaha sekuat mungkin agar gue ikhlas melihat Shilla bahagia, dan bukannya cinta tak harus memiliki?

Dan... Tibalah waktunya. Waktu dimana gue kehilangan seseorang yang sangat gue cintai. Shilla dituduh melakukan hal-hal negatif dengan lelaki lain. Debo pun marah besar dan langsung memutusi Shilla. Gue sedih lihat Shilla menangis. Sedihnya lagi ketika Shilla pindah ke Medan dan gue nggak akan bisa lagi melihat wajah manisnya yang selalu hadir di dalam mimpi gue.

Gue nggak tau apakah gue dendam atau marah ke Debo. Yang jelas, gue nggak bisa menyalahkannya. Gue perhatikan, dari wajahnya, Debo menyesal memutusi Shilla karena dia masih mencintai Shila.

Suatu hari, gue melihat Debo hendak menyebrangi jalan raya. Gue perhatikan, wajahnya sendu sekali. Perasaan gue menjadi nggak enak. Karena itulah gue berusaha menjaga Debo agar cowok itu dalam keadaan baik-baik saja. Tiba-tiba, sebuah mobil datang hendak menabraknya yang sedang berada di tengah jalan raya. Mendadak gue kaget! Debo dalam bahaya. Cepat-cepat gue dorong tubuh Debo agar cowok itu selamat. Namun, gue sendiri yang malang. Tubuh gue hancur di tabrak mobil oleng itu. Gue memejamkan mata. Lalu, tubuh gue terasa ringan. Gue merasa sedang terbang dan dibawa pergi oleh seseorang menuju sebuah tempat yang abadi. Tempat kembalinya orang-orang yang telah mati. Tapi syukurlah, Debo selamat. Hanya saja cowok itu mengalami koma.

Kini, kehidupan baru gue sangatlah bahagia. Gue puas dengan kehidupan baru gue yang memuaskan. Disini, gue bisa meminta apapun. Apapun permintaan.

Suatu hari, gue meminta pada Tuhan agar gue bisa kembali ke dunia. Tujuan gue balik ke dunia yaitu untuk mencari seseorang yang mencintai gue secara tulus. Tuhan pun menerima permintaan terakhir gue dengan tiga syarat:

Pertama, ketika gue tiba di dunia, semua orang takut dengan gue. Tapi, ketika gue sudah menemukan orang yang gue cari, orang-orang itu nggak takut lagi dengan gue. Hanya saja kekebalan tubuh gue menurun dan wajah gue sering pucat.

Kedua, ada satu orang yang nggak takut liat gue. Yaitu orang yan pertama kali gue temukan saat gue tiba di dunia. Tapi bisa saja syarat ini salah. Dan gue harus mencari jawabannya apakah syarat ini benar apa nggak. Makanya, gue minta bantuan Sivia untuk bertanya ke lo apakah lo takut nggak liat gue.

Dan ketiga, ketika gue udah menemukan orang yang benar-benar mencintai gue dengan tulus, gue harus kembali ke kehidupan gue yang sesungguhnya. Bukan masalah bagi gue karena gue yakin sekali nggak akan jatuh cinta lagi untuk yang kedua kalinya.

Suatu hari, gue bertemu dengan seorang cewek yang sedang kepeleset di tangga. Gue pun bantu cewek itu agar bisa berdiri. Itulah orang pertama yang gue temuin saat gue turun ke bumi. Lalu, timbul pertanyaan di pikiran gue. Apakah cewek itu nggak takut liat gue?

Gue juga sempat bertemu Debo. Lucunya, Debo seperti nggak asing lagi saat bertemu dengan gue. Tapi, gue sama sekali nggak dendam ke dia. Karena tugas gue hanyalah mencari seseorang yang mencintai gue dengan tulus. Itu saja.

Ajaibnya, cewek yang gue temuin pertama kali ternyata mencintai gue. Gue merasa cewek itulah orang yang gue cari. Tapi gue sedikit nggak yakin juga. Karena itulah gue membuat sebuah permainan untuk meyakini hati gue kalo cewek itu benar-benar mencintai gue. Gue buat tuh cewek semakin cinta ke gue.

Ohya, karena gue merasa sepi, akhirnya gue mencari seorang teman untuk gue jadikan tempat curhat. Yaitu Sivia. Gue nyamar jadi Rian, tapi Sivia tau kalo gue adalah Rio.

Sayangnya, gadis cantik bernama Ify yang mencintai gue itu membuat dada gue sesak saat gue mendengar tangisannya. Dan entah mengapa.. Lama kelamaan.. Gue merasakan sebuah perasaan asing yang pernah gue rasakan saat bertemu dengan Shilla. Cinta.... Apakah benar gue telah jatuh cinta dengan Ify?

Jawabannya adalah ‘iya’. Gue telah jatuh cinta dengan lo, Fy. Walau lo bukan yang pertama, tapi lo yang terakhir. Sebisa mungkin gue hapus rasa cinta itu. Tapi, semakin lama gue hapus, rasa cinta itu semakin besar. Gue sadar. Gue telah melakukan sebuah kesalahan besar.

Lo pasti penasaran kan Fy kenapa gue begitu benci saat ada orang yang menyebut nama ‘Adrian’ yang pada dasarnya menyebut nama gue? Karena gue sangat membenci diri gue sendiri Fy.. Gue benci dengan diri gue yang terkesan jijik dan menyeramkan di mata orang.

Atau mungkin saat kakak lo rekan video kita? Hahaha.. Gue nggak akan bisa lo foto Fy karena wajah gue bukanlah wajah gue yang asli. Atau saat kejadian waktu gue dilarikan ke rumah sakit? Waktu itu gue pura-pura pingsan Fy. Bisa aja gue menghilang dan melakukan apapun yang gue mau.

Dan... Di hari yang indah itu... Gue mengajak lo jalan-jalan ke panti asuhan tempat gue dibesarkan. Disana, kita ketemu Ari yang mirip sekali denga gue. Jujur, gue merasa ditertawakan oleh diri gue sendiri. Hahaha.. Lihat Yo! Lihat! Itu elo! Betapa jelek dan jijiknya elo itu... Tapi, lo nggak jijik kan dengan Ari? Dan gue yakin sekali kalo lo ada di masa lalu gue, lo pasti nggak akan jijik dengan gue. Karena gue tau, lo adalah gadis yang baik dan nggak memandang orang dari segi fisiknya. Melainkan dari hati dan kebaikan orang itu.

Setelah itu, gue sengaja ngajak lo pergi masuk ke rumah hantu. Lucunya, hantu-hantu itu pada takut sama gue karena sejatinya gue adalah ‘hantu asli’. Bisa saja kan Fy gue mengubah diri gue ke bentuk apapun? Bahkan suster ngesot sekalipun.

Esoknya... Hari dimana hari yang paling gue takuti.. Hari dimana matahari akan tenggelam dan membuat gue dimakan olehnya. Hari itulah gue mengakui segala kebodohan gue. Seandainya gue nggak kembali ke dunia.. dan seandainya ada satu harapan lagi...

Sewaktu gue make a wish, gue berharap agar gue selalu bisa bersama lo. Tapi sayangnya, harapan mustahil itu nggak bisa terwujud. Lo dan gue sejatinya berada di dunia yang berbeda. Dan pada akhirnya.... Ketika matahari kembali ke raduannya... Ketika itulah gue meninggalkan lo.

Maafkan aku Fy, maafkan aku karena aku nggak bisa menepati sebuah janji. Janji untuk tidak meninggalkanmu. Aku berharap, kamu bahagia setelah kepergianku dan hidupmu kembali menjadi normal sebelum kedatanganku.

Sekali lagi, maafkan aku Fy.. Maafkan.. Andaikata masih ada satu harapan lagi, aku berharap agar Tuhan tidak mengambilku kembali dan mengizinkanku untuk tinggal bersamamu, selamanya  (:

Terimakasih sayang karena mau mencintaiku setulus hati..

Aku mencintaimu (:

By. Rivano Gabril



END.............. 

Jangan lupa ya follow twitter ku :: @Styles190898_

Thanks :)

My Wish Is Can With You ( Part 28 )



Part 28

.

.

.

Dengan wajah yang merah karena berusaha menahan amarah, secepat mungkin Shilla berlari. Gabriel yang bingung hendak menyusul Shilla. Tetapi ia urungkan niatnya. Percuma aja ngejar Shilla, pasti tuh cewek cuekin dia. Shilla kan lagi marah.

Shilla berhenti di sebuah rumah sepi dan misterius. Orang mengira rumah itu adalah rumah para hantu dan setan. Tapi, Shilla yakin sekali di rumah itu ada penghuninya.

Dulunya, itu rumah almarhum Ibu Cakka dan sekarang rumah itu nggak terawat lagi. Shilla ingat ucapan Agni mengenai rumah itu, dan ia yakin sekali Cakka ada di dalamnya. Maafin gue Kka.. Lo harus mendapatkannya...

Pelan-pelan, Shilla mengambil pisau tajam yang ada di dalam laci sebuah lemari. Shilla yakin sekali. Jika pisau itu ia tusuk ke dada orang, seketika juga orang itu akan mati. Disamping mata pisau yang tajam, pisau itu mengandung racun bisa ular yang mengerikan.

BRAAKK !!!

Seorang cowok berpenampilan berantakan keluar mendatanginya. Cowok itu tertawa terbahak-bahak melihatnya membawa pisau tajam. Sepertinya cowok itu sedang mabuk berat.

“Sedang apa kesini gadis manis?” Tanya cowok itu yang tak lain adalah Cakka.

Shilla nggak menjawab. Ia menatap Cakka dengan tajam. Pisaunya ia angkat tinggi-tinggi. Namun, Cakka sama sekali nggak takut.

“Bunuh saja aku Shilla.. Aku sangat mencintaimu.. Tapi karena kamu nggak cinta aku, bunuh saja aku.. Hahaha..”

Sebisa mungkin Shilla menahan air matanya agar nggak jatuh. Cakka, cowok yang telah membuat kakaknya mengakhiri hidupnya dengan cara yang mengenaskan. Walau Cakka nggak punya niat membunuh Adrian melainkan ingin membunuh Debo, sama saja Cakka yang membunuh Adrian.

“Gue benci lo Kka! Lo yang membunuh kak Adrian!” Bentak Shilla.

“Adrian? Siapa dia? Gue nggak ada urusan dengannya.” Jawab Cakka. Sepertinya cowok itu mulai sadar.

Pisau itu ia dekatkan tepat di dada Cakka. Cakka yang mulai sadar mendadak kaget. Mengapa gadis itu mau membunuh gue? Tanyanya dalam hati.

“Lo! Lo buat kak Adrian menjadi seperti ini!”

Suatu hal yang nggak di duganya pun terjadi. Shilla berhasil menancapkan pisau beracun itu tepat di dada Cakka. Semula, Cakka bingung dan tidak mengerti. Selanjutnya, ia merasakan nyeri yang luar biasa.

“Apa-apa’an ini? Lo..”

Darah mengucur deras dari dadanya. Cowok itu membelalakan matanya sebelum nyawanya pergi dari tubuh itu. Shilla yang sedang tersenyum devil menatap cowok itu dengan tatapan penuh kebencian.

“Ini akibat dari lo yang sudah membunuh kakak gue.” Ucapnya.

Setelah ia yakini Cakka sudah mati, Shilla mencabut pisau itu. Pisau yang beracun itu berwarna merah. Shilla terdiam memandangi jasad Cakka yang mengerikan.

Apa yang sudah gue lakukan? Shilla! Lo pembunuh! Cakka tidak salah Shilla.. Adrian sendiri yang nekat menyelamatkan Debo...

Shilla menjatuhkan pisaunya, lalu ia bersimpuh di samping jasad Cakka. Gadis itu menangis lirih. Apa yang sudah gue lakukan? Gue sudah membunuh orang... Perlahan, Shilla meraih tangan Cakka. Ia periksa denyut nadi di tangan Cakka. Tapi, denyut nadi itu nggak ada. Shilla menertawai kebodohannya.

Gue akan menunggu sampai polisi datang yang akan menjebloskan gue ke penjara...

***

Rio tersenyum sedih melihat kedatangan Alvin yang terlihat pucat. Ia benar-benar kaget dengan pemintaan Alvin barusan. Jika boleh, lo dan gue bertukar posisi. Gue yang jadi lo dan akan kembali ke alam sana, dan lo yang jadi gue.. Tentu saja itu sangat mustahil.

“Nggak bisa Vin..” Kata Rio.

“Pasti bisa!” Jawab Alvin yakin. “Gue ikhlas jadi elo yang sebentar lagi akan meninggalkan dunia ini. Dan gue yakin sekali Sivia mendukung niat gue walau banyak menghabiskan air mata.” Lanjutnya.

Tiba-tiba, Rio menatap Alvin dengan tatapannya yang mengerikan. Alvin dibuat ngeri oleh tatapan pucat yang terlihat seperti hantu beneran.

“Sebaiknya lo pergi! Permintaan lo sangat mustahil! Gue hitung sampai lima. Kalo lo nggak pergi, gue akan membunuh pacar tercinta lo!” Bentak Rio diluar kendalinya.

Wajah Alvin semakin pucat. Memang benar. Permintaannya sangat mustahil. Dengan hati yang teramat berat, Alvin pergi meninggalkan Rio. Ia nggak mau sesuatu yang buruk terjadi dengan Sivia karena sebuah kesalahan kecil.

Maafkan gue Via.. Gue nggak bisa melakukan apapun...

***

“Lo liat Fy matahari yang akan tenggelam disana?” Tanya Rio menunjuk ke arah barat.

Ify menoleh ke arah barat dimana matahari hendak terbenam. “Lihat kak. Memangnya ada apa?” Tanyanya.

“Saat itulah lo nggak akan bisa lagi melihat gue.”

Masih terekam jelas percakapannya dengan Rio di dalam mimpi buruknya. Sore yang nampak mendung ini, Ify duduk di bangku taman dengan kesendirian. Tidak ada Rio di sampingnya.

“Kak Rio.. Kakak ada dimana? Ify kangen sama kakak..” Ucapnya.

“Lo kangen gue ya Fy?”

Suara Rio terdengar lembut di telinganya. Ify menoleh menatap kekasihnya yang sedang tersenyum kepadanya. Rio pun duduk di samping Ify. Tak lupa pula ia merangkul gadis itu.

“Maaf Fy karena Rio telat datang kesini..” Kata Rio.

Ify tersenyum. “Nggak papa kak. Ohya, kak Rio mau kan temani Ify melihat fenomena tenggelamnya matahari? Lihat!” Ify menunjuk ke arah barat. Tempat dimana matahari bersembunyi untu sementara waktu. “Sebentar lagi, matahari akan tenggelam.” Sambungnya.

Sebentar lagi, matahari akan tenggelam.. Batin Rio sedih. Tuhan, apa yang harus aku lakukan? Aku tidak ingin membuatnya menangis, karena aku cinta dia Tuhan, aku sayang dia Tuhan...

“Fy..”

Ify menoleh ke arah Rio.

“Ada sebuah rahasia yang harus gue ceritakan. Sebelumnya, lo ambil dulu surat ini. Ntar malem, baru lo boleh baca.” Kata Rio seraya memberikan Ify surat itu.

“Rahasia apa kak?” Tanya Ify mulai tidak enak.

Sebelum menjawab, Rio menarik nafas dalam-dalam. Jujur, ia nggak sanggup menceritakan pada Ify. Tapi, sebelum semuanya terlambat dan ia nggak akan bisa lagi melihat wajah cantik itu, ia harus mengatakannya.

“Bahwa Rio sebenarnya adalah Adrian..” Jawab Rio nyaris tak di dengar.

Deg! Kak Rio bercanda kan? Batin Ify nggak percaya. Ify menatap wajah pucat Rio. Ia berusaha mencari kebohongan disana. Tapi, hanya kebenaranlah yang ia temukan.

“Fy, maafkan aku. Maafkan aku. Seharusnya kamu tidak mengenal aku. Ku mohon Fy, maafkan semua kesalahan ku yang telah membuatmu menderita seperti ini. Aku..”

“Kak..” Ify memotong pembicaraan Rio. “Kakak janji untuk tidak meninggalkan Ify.” Sambungnya.

Rio tersenyum pahit. “Sayangnya, aku nggak bisa menepati janjiku, dan sebentar lagi Adrian akan meninggalkanmu. Sejatinya, Adrian sudah mati. Hanya saja Adrian ngotot ingin balik ke dunia. Maafkan Adrian, Fy.. Adrian mencintaimu..”

Sebentar lagi, matahari akan tenggelam. Ify teringat dengan mimpinya. Ternyata.. Mimpi itu nyata... Ify ingin menangis. Tapi entah mengapa, air matanya nggak bisa keluar. Apa karena air matanya terlalu sering keluar makanya ia nggak bisa menangis lagi?

“Fy, se.. selamat tinggal..” Lirih Rio. Ia menatap nanar matahari yang sebentar lagi akan tenggelam.

Lalu, dipeluknya dengan erat tubuh kekasihnya itu. Ify memejamkan mata. Rasanya seperti mimpi buruk kemarin. Apakah setelah ini pelukan Rio berubah menjadi abstrak seperti dalam mimpinya?

“Fy, berjanjilah padaku. Kalau aku sudah nggak ada lagi, kamu jangan menangis. Karena aku benci melihatmu menangis. Maafkan aku sayang.. Maafkan aku.. Aku harus meninggalkanmu karena malaikat telah menjemputku dengan keretanya. Maafkan aku..”

Suasanya mulai gelap. Bulan sabit terlihat di langit magrib yang pucat. Rio melepaskan pelukannya itu. Dari atas sana, sebuah suara memanggilnya. Rio paham arti dari panggilan itu. Bahwa secepatnya ia harus kembali pada pangkuan-Nya.

“Sekali lagi, maafkan aku. Sampaikan segala perminta maafanku ke semuanya. Terutama Sivia. Makasih Fy karena udah mau mencintai Rio setulus hati. Ify jangan khawatir, Rio selalu menjaga dan memerhatikan Ify dari atas sana.”

Untuk yang terakhir kalinya, Rio menatap wajah cantik itu. Rio heran. Mengapa Ify tidak menangis? Mengapa gadis itu beranggapan bahwa kejadian ini merupakan sebuah kejadian yang biasa? Sebelum pergi menyusul matahari yang sudah duluan menghilang, Rio mencium kening Ify. Berharap kekasihnya itu selalu bahagia, sesuai dengan harapan gadis itu sendiri.

Perlahan, Rio mundur menjauhi Ify yang sedang menatapnya. Semakin lama, ia semakin mundur dan tubuhnya di makan oleh kegelapan malam. Ify sadar. Sekarang, ia sendiri. Tidak ada siapapun yang menemaninya.

“Kak Rio..” Lirihnya. “Jangan tinggalkan Ify..”

Dan.. Ify pun menangis. Menangis sejadi-jadinya. Berharap kekasihnya datang tuk sekedar mengobati kesedihannya. Tapi itu mustahil. Rio sudah pergi dan ia kehilangan. Sangat kehilangan.

“Kak Rio..”

***

Tiga hari kemudian....

Matanya menatap nanar kuburan sang kekasih yang sangat dicintainya itu. Tiga hari sudah kekasihnya itu meninggalkannya. Sebisa mungkin ia mengikhlaskan hatinya untuk menerima kenyataan bahwa kekasihnya telah pergi selama-lamanya dan nggak akan pernah kembali.

Di belakangnya, ada Sivia, Alvin, Debo dan Gabriel. Shilla? Setelah kejadian pembunuhan itu, polisi menangkapnya dan hakim memutuskan untuk menghukumnya selama tiga tahun penjara. Tentu saja Shilla menerimanya. Ia memang pantas dimasukkan di penjara karena kesalahannya.

“Fy, balik yuk.” Kata Sivia berusaha menahan tangisnya. Tangannya digenggam erat oleh tangan Alvin.

“Nggak. Biarkan gue sendiri disini. Kalian pergi aja.” Kata Ify.

Tentu saja Sivia dan lainnya nggak bisa membiarkan Ify berada sendirian di tempat ini. Ntar kalo terjadi apa-apa dengan Ify bagaimana? Sivia nggak mau sahabatnya diapa-apakan oleh orang lain.

“Kita balik!” Kata Ify tiba-tiba.

Gadis itu membalikkan badannya. Ia menatap satu persatu wajah sahabatnya. Ada Sivia, Alvin, Debo dan Gabriel. Mungkin.. Mungkin ini terakhir kalinya aku liat kalian.. Batinnya.

***

Surat yang Rio berikan kepadanya tiga hari yang lalu sudah ia baca. Ify tersenyum sedih. Surat itu mampu membuat air matanya terus mengalir, sampai saat ini. Kak Rio.. Ify juga mencintai kakak.. Karena itulah, Ify akan menyusul kakak...

Di tangannya kini, ada sebuah pisau tajam. Ify siap dengan segala resiko yang ditanggungnya. Pisau tajam itu kini berada tepat di pergelangan tangannya. Sebelum ia melakukan sesuatu yang sangat dibenci Tuhan, Ify memejamkan mata. Berusaha mengingat kembali momen-momen indah bersama sang kekasih, yaitu Rivano Gabriel atau Adrian.

Maafkan Ify.. Maafkan Ify...

Dan... Darah segar itu keluar dari pergelangan tangannya. Pisau tajam itu memutus urat yang melindungi darah(?) hingga darah itu keluar dan nggak bisa dihentikan. Ify tersenyum parau. Berusaha menahan kesakitan yang ia rasakan.

Di belakangnya, Sivia yang baru datang heran melihat sahabatnya yang sedang memegang pisau yang penuh dengan darah. Pisau? Darah?

“ASTAGA !! IFYY !!” Teriaknya ketakutan.

Namun sayang, tubuh itu terjatuh bersimbuh darah segar. Wajah cantik itu terlihat pucat pasi. Sivia bersimpuh di samping Ify sambil menangis menggenggam tangan Ify.

“Fy.. Hiks.. Hiks.. Jangan mati.. Jangan..”

Terakhir yang ia lihat, sebuah senyuman bahagia menghiasi wajah Ify. Sivia akui. Ify sangat bahagia dengan pilihannya. Yaitu mati menyusul sang kekasih. Secara perlahan, Sivia mencium kening sahabatnya itu, seraya berkata dalam hati. Bahagia disana Fy, bahagialah bersama kak Rio dan jangan lupakan kami yang tulus menyayangimu...

***