Part 13
.
.
.
Sebuah gedung
sekolah yang tampak megah menarik perhatiannya. Mobil yang dikendarai oleh
Ayahnya masuk ke dalam halaman sekolah itu. Sebut saja SMA Kencana. Salah satu
sekolah swasta yang sangat terkenal. Nggak heran, banyak lulusan SMP mengejar
sekolah itu.
Setelah mobil
bermerk Honda Jazz itu terparkir manis, seorang gadis cantik keluar dari dalam
mobil itu. Wajahnya tampak malu-malu. Ya! Hari ini adalah hari pertamanya
sekolah di SMA Kencana. Sebelumnya, ia bersekolah di salah satu SMA swasta yang
ada di Medan.
“Nah Shilla, kamu
masuk saja. Temui Bu Linda. Dia pasti akan membantumu.”
Gadis cantik yang
ternyata bernama Shilla itu mengangguk. Tentu ia tak mau di antar Ayahnya masuk
ke dalam. Shilla cukup dewasa dan mandiri, dan ia bukan anak kecil lagi yang
harus ditemani.
Namun, raut wajah
Shilla yang tadinya biasa-biasa saja berubah menjadi muram. Ia teringat sesuatu.
Sesuatu yang terasa pahit bila diingatnya. Ayahnya yang mengetahui perubahan
wajah putrinya pun menenangkan putrinya. Tampaknya ia paham dengan apa yang
dirasakan Shilla sekarang.
“Yah, apa kita
bakal menemukannya?” Lirih Shilla.
Ayahnya tersenyum.
“Pasti Shilla. Ayah akan berusaha mencarinya.” Jawab Ayahnya dengan suara
parau.
Shilla tersenyum
pahit. “Shilla bodoh Yah. Shilla nggak bisa memaafkan diri Shilla.”
Tampaknya, Shilla
ingin menangis. Sang Ayah berusaha menghibur putrinya. Dulu, tetaplah dulu.
Nggak bisa dikembalikan lagi. Ayah Shilla yang bernama Hendra itu meskipun juga
tengah menahan kesalahannya mencoba untuk tenang.
“Shilla, kita pasti
akan menemukannya. Ayah janji akan menemukannya. Sekarang, kamu masuk saja.
Nikmatilah hari pertamamu ini. Cari teman-teman yang baik, dan, jaga
pergaulanmu.” Pesan Hendra.
“I.. Iya Pa..”
Jawab Shilla lalu meninggalkan Ayahnya yang kedua matanya tampak basah.
Aku harus mencari Putraku! Batin Hendra.
***
Pelan-pelan, Shilla
berjalan masuk ke dalam kelasnya. Tepatnya kelas X.5. Baru saja ia masuk
langsung dihebohkan oleh cowok-cowok yang gatal kalo liat cewek cantik. Shilla
berusaha mengendalikan dirinya dan berusaha menutupi kegugupannya.
“Hai! Nama saya
Ashilla Yanuar Destyka. Panggil saja Shilla.” Kata Shilla.
Setelah
memperkenalkan diri, tatapan Shilla tertuju pada seorang gadis yang tak percaya
dengan kedatangannya. Gadis itu menatapnya dengan tatapan tak percaya. Shilla
tersenyum. Sahabat-sahabat di masa lalunya pun kini ia temui.
“Shi.. Shilla..”
Kata gadis itu tak percaya.
Shilla memutuskan
duduk di samping seorang gadis yang dulunya adalah sahabatnya. Namanya Derra
Agniastuti atau bisa dipanggil Agni. Agni adalah teman SMPnya. Kebetulan Agni
sedang duduk sendiri.
“Ahhh.. Shilla...
Akhirnya lo kembali juga.. Gue kangen tau sama lo..” Kata Agni girang.
“Hehe.. Gue juga
nggak nyangka ketemu elo. Gimana kabar lo?”
“Baik. Hmm.. Lo
tambah cantik aja deh. Pasti pacar lo ganteng.”
Mendengar kata
‘pacar’, mendadak wajah Shilla menjadi pucat. Terlintas wajah Debo di pandangan
matanya. Wajah yang sangat ia rindukan. Debo.. Lelaki yang sangat ia cintai
sampai sekarang. Namun, sebuah kesalahan yang membuatnya berpisah dengan Debo.
“Lho? Kok diem?”
Tanya Agni memecah keheningan.
“Eh.. Ng.. Gue
masih jomblo kok.” Jawab Shilla.
“Hmm.. Pasti
bohong!”
“Bener Ag, gue
jomblo. Semenjak gue putus sama Debo, gue sama sekali nggak pernah pacaran.
Ohya, gimana kabar Debo sekarang?”
***
Wajahnya sangat
lesu dan tidak bertenaga. Langkahnya seperti mau jatuh. Melihat gelagat yang
nggak beres dengan sahabatnya, cepat-cepat Ify membantu Sivia. Ify sangat
khawatir dengan kondisi Sivia. Apa jangan-jangan Sivia kerasukan lagi?
“Hiks.. Hiks.. Fy..
Cepat lupakan Rio.. Gue nggak mau liat lo sedih.. Hiks..”
Lho lho lho? Ada
apa ini? Sivia mengigau ya? Sivia emang aneh. Sangat aneh. Sampai sekarang Ify
belum tau penyebab Sivia jadi aneh kayak gini. Apalagi Sivia yang suka
menanyakan tentang Rio. Apa ini ada hubungannya dengan Rio?
“Via.. Ada apa
dengan kak Rio?” Tanya Ify.
“Fy.. Fy.. Rio
jahat. Rio jahat! Sebentar lagi dia akan mempermainkanmu.”
Ify sedikit kaget.
Apa? Rio akan mempermainkannya? Maksudnya apa? Ify tak paham apa yang
dibicarakan Sivia. Setaunya, Rio adalah lelaki yang baik. Tak ada maksud Rio
untuk mempermainkannya ataupun menyakitinya.
“Vi, omongan lo
ngawur. Lo kenapa sih?”
“Pokoknya, jauhi
Rio! Lupakan Rio! Jangan sampai rasa cinta lo ke Rio bertambah. Sama saja
membuat hati lo sakit Fy..”
“Nggak bisa Via..
Gue udah terlanjur cinta sama kak Rio.. Gue nggak bisa melupakannya.. Gue..”
Jantung Ify seakan
mau lompat menyadari Sivia yang pingsan seketika. Murid-murid pun mengangkat
Sivia menuju UKS. Sementara Ify, dengan ditemani rasa penasarannya, ia harus
mencari Rio. Ya! Rio tentu tau apa masalah Sivia dan mengapa akhir-akhir ini Sivia
berubah.
***
Bagai sahabat lama
yang telah berpisah dan kini bertemu, Shilla maupun Agni terlihat akrab. Di
kantin, Shilla bercerita panjang lebar mengenai kehidupannya selama di Medan.
Shilla tak ragu menceritakan penyebab ia pindah ke Kotanya ini.
“Gue nggak tau
gimana kabar Debo, juga Adrian.” Kata Agni jujur.
Tampak kesedihan
menghiasi wajahnya. Seandainya Agni tau gimana kabar dua lelaki yang harus di
carinya itu, hari ini juga Shilla bakal menemuinya. Nggak peduli dengan
sekolahnya. Pencarian dua lelaki itu harus ia tuntaskan.
“Mmm..” Agni tampak
ragu. “Mmm.. Lo.. Lo masih mencintai Debo?” Tanyanya.
Mendadak pipi
Shilla memerah. Debo.. Sebuah nama yang sangat ia rindukan. Ingin sekali ia
melihat wajah Debo. Tentu wajah itu sudah berubah menjadi wajah yang tampan dan
dewasa.
Shilla teringat
dengan masa lalunya. Momen-momen yang paling menyedihkan baginya adalah detik
terakhir ketika ia menjadi kekasih Debo. Nggak tau kenapa, tiba-tiba saja ia di
tuduh selingkuh dengan om-om. Tentu Shilla membantah tuduhan itu. Namun ada
foto yang menguatkan tuduhan itu.
Memang benar. Itu
fotonya bersama om-om bermata jelajatan. Tapi Shilla melakukannya karena ada
alasan yang kuat. Yang hanya ia sendiri yang tau. Namun, sampai sekarang ini
Shilla masih suci. Om-om itu sama sekali belum menyentuhnya.
Ya, mungkin itu
takdirnya. Takdir bahwa ia tidak pantas menjadi kekasih Debo. Shilla pun
memutuskan pergi menjauh dari Jakarta dan memulai kehidupan baru di Medan.
Ayahnya yang asli Medan itu nggak keberatan kalo ia tinggal disana. Di Medan,
Shilla tinggal bersama saudara Ayahnya, sementara Ayahnya tetap berada di
Jakarta demi pekerjaaannya. Juga istrinya yang memilih tinggal di Jakarta dan
nggak keberatan berpisah dengan putrinya.
Yang ia herankan,
adalah seorang Adrian yang ternyata sangat mencintainya. Sayangnya, dulu ia
mencampakkan Adrian dan suka meludahi Adrian. Baginya, Adrian adalah tempat
meludah yang sempurna.
Air matanya pun
menetes membasahi pipinya yang kering. Mengingat kejadian itu, tak
henti-hentinya ia berharap agar Tuhan mempertemukannya dengan Adrian.
Secepatnya!
“Shill, lo nangis?”
Tanya Agni.
Shilla mengusap
matanya. “Nggak. Gue cuma keinget masa lalu yang begitu menyedihkan.”
Agni tersenyum
hambar. Maafkan gue Shill, sebenarnya gue
tau gimana kabar Debo dan Adrian. Tapi gue nggak berani cerita, bahwa Adrian
telah meninggal karena menyelamatkan Debo dari kecelakaan maut.
***
Nafanya
terengah-engah. Akibat ketidaksabarannya bertemu Rio, nafasnya seperti ia
tengah melakukan lari maraton. Murid-murid yang melihatnya, merasa aneh dengan
Ify. Ada juga yang tertawa melihat seorang gadis berlari-lari kayak anak kecil
yang sedang di kejar anjing.
BUKK !!!
Tepat di lapangan
basket outdoor, Ify bertabrakan dengan seorang cowok. Tentu cowok itu kaget
mendapati seorang gadis yang tenang memijat-mijat keningnya yang kesakitan
akibat hantaman punggung cowok itu.
“Ify!” Kata cowok
itu.
“Kak Rio..” Kata
Ify.
Cowok yang tak lain
adalah Rio itu tersenyum kecil melihat gadis di hadapannya dengan wajah kesal
sambil menahan kesakitan. “Makanya, hati-hati kalo jalan!” Tiba-tiba, ia
teringat dengan permainannya. Ya, gadis yang menjadi sasarannya ada disini.
“Udah nggak sakit
lagi?” Tanya Rio lembut.
Jantung Ify serasa
berhenti berdetak ketika ia mendengar suara lembut milik Rio yang baru pertama
kali ini ia dengar. Seketika itu juga rasa sakit di dahinya sembuh. Tampaknya,
suara lembut itu berhasil mengobati rasa sakit di dahinya akibat bertabrakan
dengan punggung Rio.
Gue nggak mimpi kan? Apa jangan-jangan kak Rio mulai suka
sama gue? Ify tersenyum
bahagia. Jika itu benar, betapa bahagianya hidupnya ini. Di jaga oleh seorang
pangeran yang sangat mencintainya.
“Ngapain
senyum-senyum?” Tanya Rio.
Ify tersadar. Ia
menjadi salah tingkah. Sungguh, Rio berbeda dari Rio biasanya. Rio yang
terkenal cuek dan dingin itu kini berubah menjadi sesosok yang ramah dan
lembut. Yang dapat membuat siapa saja loncat-loncat karenanya.
“Eh, nggak ada kok
kak.” Jawab Ify.
“Hmmm.. Lo mau
nyari gue ya?” Tanya Rio.
Ify teringat dengan
Sivia. Apa sebaiknya ia langsung menanyakan perihal Sivia kepada Rio? Dan
apakah Rio akan menjawabnya?
“Ng.. Kak.. Ng..
Kak Rio akrab ya sama Via?” Tanya Ify gugup.
Rio mengangkat
sebelah alisnya. “Enggak. Gue nggak kenal sama Via.” Jawabnya.
“Ng.. Soalnya, Via
suka mengintograsi Ify tentang kak Rio. Via juga ngelarang Ify suka sama kakak.
Katanya, kalo Ify semakin cinta sama kakak, nantinya Ify bakal sakit yang
teramat sangat. Apa maksudnya ini kak?”
Rio terdiam
mendengar penjelasan dan pertanyaan Ify yang jelas-jelas merupakan
permainannya. Tentu di akhir permainan Ify akan merasakan kesedihan yang luar
biasa. Dan entah mengapa Rio sangat bersemangat memainkan game ini.
“Gue nggak tau.
Udah gue bilang, gue nggak kenal Via. Mungkin Rio yang Via maksud adalah Rio
lain. Bukan gue.” Jawab Rio yang sangat mengecewakan bagi Ify.
Sementara Rio,
tersenyum dengan penuh kemenangan. Permainan
baru saja di mulai!
***
Bel pulang sekolah
baru saja berbunyi. Sekitar tiga menit yang lalu. Dengan sabar, Shilla menunggu
jemputannya. Tapi, ia harus menahan kekesalannya karena Ayahnya bisa
menjemputnya sejam lagi. Artinya, Shilla harus menunggu di sekolahnya ini
selama satu jam. Huft! Membosankan. Adakah hal yang membosankan selain
menunggu?
Agni sudah pulang
dengan motornya. Awalnya Agni mengajaknya pulang bareng. Tapi Shilla menolak.
Ntar Ayahnya bakal marah karena ia tidak izin pulang bareng teman. Akhirnya
Shilla memutuskan berkeliling melihat-lihat sekolah barunya.
Halaman yang luas,
gedung bertingkat tiga dan ruang full-ac. Fasilitas yang lengkap. Lapangan
luas, ada pula lapangan rumput untuk bermain sepak bola. Shilla tersenyum. Ia
bangga bersekolah di SMA Kencana yang baginya sangat mengagumkan.
Langkahnya berhenti
ketika ia melihat seorang cowok yang sedang duduk santai sambil memainkan tabnya.
Sepertinya ia mengenali cowok itu. Mungkin cowok itu teman masa lalunya. Tetapi
siapa? Mustahil kan ia beranggapan cowok itu adalah Debo? Dilihat dari
wajahnya, cowok itu beda dengan wajah Debo.
Entah karena Shilla
yang terlalu lama menatap cowok itu, atau ada pula hal lain, cowok itu terkejut
melihatnya. Tampaknya cowok itu sangat mengenalinya. Shilla tau itu. Shilla pun
mendekati cowok itu.
“Shi.. Shilla..”
Ucap cowok itu tak percaya.
Shilla tersenyum.
Ternyata cowok itu mengenalinya. Artinya, ia pernah mengenali cowok itu. Walau
ia tak tau siapa cowok itu.
“Iya, aku Shilla.
Kamu siapa? Kayaknya kita pernah ketemu deh.” Kata Shilla.
Namun, cowok itu
nggak menjawab. Cowok itu malah tersenyum dan senyumannya begitu misterius di
mata Shilla. Shilla yang nggak nyaman karena cowok itu nggak kunjung bicara
memutuskan meninggalkan cowok itu. Barangkali riwayat hidup cowok itu
disembunyikannya hingga ia tak bisa menebak siapa cowok itu.
***
Jalan raya tampak
sepi. Mengapa bisa dikatakan sepi? Karena jalan raya itu terletak di pinggiran
Kota sehingga jarang ada kendaraan yang berlalu lalang. Apalagi mobil atau
kendaraan beroda empat lainnya. Bisa dikatakan jalan itu terlihat seperti jalan
yang ada di desa.
Seorang cowok
dengan langkah santai berjalan seperti tak ada tujuan atau arah ia melangkah.
Namun cowok itu tak peduli. Dan sepertinya cowok itu cuek dengan segala
hidupnya.
Dan... Sesuatu yang
tak disangkanya pun datang menghampirinya. Dari arah belakang, sebuah tangan
kekar menghantamnya hingga ia terjatuh. Lalu, ada tangan kekar lain yang ikut
menghantamnya. Alhasil, wajah cowok itu memerah dan mengeluarkan darah.
Terutama dari mulutnya.
Anehnya, cowok itu
sama sekali nggak melawan. Ini membuat lawannya semakin mudah untuk menghajar
cowok itu. Sampai mati pun akan mereka lakukan. Tempat ini sepi. Nggak bakal
ada polisi yang melewati jalan ini.
Sementara, tak jauh
dari tempat itu, seorang cowok menyaksikan adegan itu dengan puas. Sangat puas.
Bahkan ia sempat tertawa. Namun, ia merasakan sesuatu. Sesuatu yang tiba-tiba
saja mengingatkan ia dengan masa lalu. Yang mengingatkannya dengan sosok
bernama Adrian.
Mengapa.. Mengapa gue jadi nggak tega liat cowok itu
terluka?
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar