expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Kamis, 22 Mei 2014

My Wish Is Can With You ( Part 13 )



Part 13

.

.

.

Sebuah gedung sekolah yang tampak megah menarik perhatiannya. Mobil yang dikendarai oleh Ayahnya masuk ke dalam halaman sekolah itu. Sebut saja SMA Kencana. Salah satu sekolah swasta yang sangat terkenal. Nggak heran, banyak lulusan SMP mengejar sekolah itu.

Setelah mobil bermerk Honda Jazz itu terparkir manis, seorang gadis cantik keluar dari dalam mobil itu. Wajahnya tampak malu-malu. Ya! Hari ini adalah hari pertamanya sekolah di SMA Kencana. Sebelumnya, ia bersekolah di salah satu SMA swasta yang ada di Medan.

“Nah Shilla, kamu masuk saja. Temui Bu Linda. Dia pasti akan membantumu.”

Gadis cantik yang ternyata bernama Shilla itu mengangguk. Tentu ia tak mau di antar Ayahnya masuk ke dalam. Shilla cukup dewasa dan mandiri, dan ia bukan anak kecil lagi yang harus ditemani.

Namun, raut wajah Shilla yang tadinya biasa-biasa saja berubah menjadi muram. Ia teringat sesuatu. Sesuatu yang terasa pahit bila diingatnya. Ayahnya yang mengetahui perubahan wajah putrinya pun menenangkan putrinya. Tampaknya ia paham dengan apa yang dirasakan Shilla sekarang.

“Yah, apa kita bakal menemukannya?” Lirih Shilla.

Ayahnya tersenyum. “Pasti Shilla. Ayah akan berusaha mencarinya.” Jawab Ayahnya dengan suara parau.

Shilla tersenyum pahit. “Shilla bodoh Yah. Shilla nggak bisa memaafkan diri Shilla.”

Tampaknya, Shilla ingin menangis. Sang Ayah berusaha menghibur putrinya. Dulu, tetaplah dulu. Nggak bisa dikembalikan lagi. Ayah Shilla yang bernama Hendra itu meskipun juga tengah menahan kesalahannya mencoba untuk tenang.

“Shilla, kita pasti akan menemukannya. Ayah janji akan menemukannya. Sekarang, kamu masuk saja. Nikmatilah hari pertamamu ini. Cari teman-teman yang baik, dan, jaga pergaulanmu.” Pesan Hendra.

“I.. Iya Pa..” Jawab Shilla lalu meninggalkan Ayahnya yang kedua matanya tampak basah.

Aku harus mencari Putraku! Batin Hendra.

***

Pelan-pelan, Shilla berjalan masuk ke dalam kelasnya. Tepatnya kelas X.5. Baru saja ia masuk langsung dihebohkan oleh cowok-cowok yang gatal kalo liat cewek cantik. Shilla berusaha mengendalikan dirinya dan berusaha menutupi kegugupannya.

“Hai! Nama saya Ashilla Yanuar Destyka. Panggil saja Shilla.” Kata Shilla.

Setelah memperkenalkan diri, tatapan Shilla tertuju pada seorang gadis yang tak percaya dengan kedatangannya. Gadis itu menatapnya dengan tatapan tak percaya. Shilla tersenyum. Sahabat-sahabat di masa lalunya pun kini ia temui.

“Shi.. Shilla..” Kata gadis itu tak percaya.

Shilla memutuskan duduk di samping seorang gadis yang dulunya adalah sahabatnya. Namanya Derra Agniastuti atau bisa dipanggil Agni. Agni adalah teman SMPnya. Kebetulan Agni sedang duduk sendiri.

“Ahhh.. Shilla... Akhirnya lo kembali juga.. Gue kangen tau sama lo..” Kata Agni girang.

“Hehe.. Gue juga nggak nyangka ketemu elo. Gimana kabar lo?”

“Baik. Hmm.. Lo tambah cantik aja deh. Pasti pacar lo ganteng.”

Mendengar kata ‘pacar’, mendadak wajah Shilla menjadi pucat. Terlintas wajah Debo di pandangan matanya. Wajah yang sangat ia rindukan. Debo.. Lelaki yang sangat ia cintai sampai sekarang. Namun, sebuah kesalahan yang membuatnya berpisah dengan Debo.

“Lho? Kok diem?” Tanya Agni memecah keheningan.

“Eh.. Ng.. Gue masih jomblo kok.” Jawab Shilla.

“Hmm.. Pasti bohong!”

“Bener Ag, gue jomblo. Semenjak gue putus sama Debo, gue sama sekali nggak pernah pacaran. Ohya, gimana kabar Debo sekarang?”

***

Wajahnya sangat lesu dan tidak bertenaga. Langkahnya seperti mau jatuh. Melihat gelagat yang nggak beres dengan sahabatnya, cepat-cepat Ify membantu Sivia. Ify sangat khawatir dengan kondisi Sivia. Apa jangan-jangan Sivia kerasukan lagi?

“Hiks.. Hiks.. Fy.. Cepat lupakan Rio.. Gue nggak mau liat lo sedih.. Hiks..”

Lho lho lho? Ada apa ini? Sivia mengigau ya? Sivia emang aneh. Sangat aneh. Sampai sekarang Ify belum tau penyebab Sivia jadi aneh kayak gini. Apalagi Sivia yang suka menanyakan tentang Rio. Apa ini ada hubungannya dengan Rio?

“Via.. Ada apa dengan kak Rio?” Tanya Ify.

“Fy.. Fy.. Rio jahat. Rio jahat! Sebentar lagi dia akan mempermainkanmu.”

Ify sedikit kaget. Apa? Rio akan mempermainkannya? Maksudnya apa? Ify tak paham apa yang dibicarakan Sivia. Setaunya, Rio adalah lelaki yang baik. Tak ada maksud Rio untuk mempermainkannya ataupun menyakitinya.

“Vi, omongan lo ngawur. Lo kenapa sih?”

“Pokoknya, jauhi Rio! Lupakan Rio! Jangan sampai rasa cinta lo ke Rio bertambah. Sama saja membuat hati lo sakit Fy..”

“Nggak bisa Via.. Gue udah terlanjur cinta sama kak Rio.. Gue nggak bisa melupakannya.. Gue..”

Jantung Ify seakan mau lompat menyadari Sivia yang pingsan seketika. Murid-murid pun mengangkat Sivia menuju UKS. Sementara Ify, dengan ditemani rasa penasarannya, ia harus mencari Rio. Ya! Rio tentu tau apa masalah Sivia dan mengapa akhir-akhir ini Sivia berubah.

***

Bagai sahabat lama yang telah berpisah dan kini bertemu, Shilla maupun Agni terlihat akrab. Di kantin, Shilla bercerita panjang lebar mengenai kehidupannya selama di Medan. Shilla tak ragu menceritakan penyebab ia pindah ke Kotanya ini.

“Gue nggak tau gimana kabar Debo, juga Adrian.” Kata Agni jujur.

Tampak kesedihan menghiasi wajahnya. Seandainya Agni tau gimana kabar dua lelaki yang harus di carinya itu, hari ini juga Shilla bakal menemuinya. Nggak peduli dengan sekolahnya. Pencarian dua lelaki itu harus ia tuntaskan.

“Mmm..” Agni tampak ragu. “Mmm.. Lo.. Lo masih mencintai Debo?” Tanyanya.

Mendadak pipi Shilla memerah. Debo.. Sebuah nama yang sangat ia rindukan. Ingin sekali ia melihat wajah Debo. Tentu wajah itu sudah berubah menjadi wajah yang tampan dan dewasa.

Shilla teringat dengan masa lalunya. Momen-momen yang paling menyedihkan baginya adalah detik terakhir ketika ia menjadi kekasih Debo. Nggak tau kenapa, tiba-tiba saja ia di tuduh selingkuh dengan om-om. Tentu Shilla membantah tuduhan itu. Namun ada foto yang menguatkan tuduhan itu.

Memang benar. Itu fotonya bersama om-om bermata jelajatan. Tapi Shilla melakukannya karena ada alasan yang kuat. Yang hanya ia sendiri yang tau. Namun, sampai sekarang ini Shilla masih suci. Om-om itu sama sekali belum menyentuhnya.

Ya, mungkin itu takdirnya. Takdir bahwa ia tidak pantas menjadi kekasih Debo. Shilla pun memutuskan pergi menjauh dari Jakarta dan memulai kehidupan baru di Medan. Ayahnya yang asli Medan itu nggak keberatan kalo ia tinggal disana. Di Medan, Shilla tinggal bersama saudara Ayahnya, sementara Ayahnya tetap berada di Jakarta demi pekerjaaannya. Juga istrinya yang memilih tinggal di Jakarta dan nggak keberatan berpisah dengan putrinya.

Yang ia herankan, adalah seorang Adrian yang ternyata sangat mencintainya. Sayangnya, dulu ia mencampakkan Adrian dan suka meludahi Adrian. Baginya, Adrian adalah tempat meludah yang sempurna.

Air matanya pun menetes membasahi pipinya yang kering. Mengingat kejadian itu, tak henti-hentinya ia berharap agar Tuhan mempertemukannya dengan Adrian. Secepatnya!

“Shill, lo nangis?” Tanya Agni.

Shilla mengusap matanya. “Nggak. Gue cuma keinget masa lalu yang begitu menyedihkan.”

Agni tersenyum hambar. Maafkan gue Shill, sebenarnya gue tau gimana kabar Debo dan Adrian. Tapi gue nggak berani cerita, bahwa Adrian telah meninggal karena menyelamatkan Debo dari kecelakaan maut.

***

Nafanya terengah-engah. Akibat ketidaksabarannya bertemu Rio, nafasnya seperti ia tengah melakukan lari maraton. Murid-murid yang melihatnya, merasa aneh dengan Ify. Ada juga yang tertawa melihat seorang gadis berlari-lari kayak anak kecil yang sedang di kejar anjing.

BUKK !!!

Tepat di lapangan basket outdoor, Ify bertabrakan dengan seorang cowok. Tentu cowok itu kaget mendapati seorang gadis yang tenang memijat-mijat keningnya yang kesakitan akibat hantaman punggung cowok itu.

“Ify!” Kata cowok itu.

“Kak Rio..” Kata Ify.

Cowok yang tak lain adalah Rio itu tersenyum kecil melihat gadis di hadapannya dengan wajah kesal sambil menahan kesakitan. “Makanya, hati-hati kalo jalan!” Tiba-tiba, ia teringat dengan permainannya. Ya, gadis yang menjadi sasarannya ada disini.

“Udah nggak sakit lagi?” Tanya Rio lembut.

Jantung Ify serasa berhenti berdetak ketika ia mendengar suara lembut milik Rio yang baru pertama kali ini ia dengar. Seketika itu juga rasa sakit di dahinya sembuh. Tampaknya, suara lembut itu berhasil mengobati rasa sakit di dahinya akibat bertabrakan dengan punggung Rio.

Gue nggak mimpi kan? Apa jangan-jangan kak Rio mulai suka sama gue? Ify tersenyum bahagia. Jika itu benar, betapa bahagianya hidupnya ini. Di jaga oleh seorang pangeran yang sangat mencintainya.

“Ngapain senyum-senyum?” Tanya Rio.

Ify tersadar. Ia menjadi salah tingkah. Sungguh, Rio berbeda dari Rio biasanya. Rio yang terkenal cuek dan dingin itu kini berubah menjadi sesosok yang ramah dan lembut. Yang dapat membuat siapa saja loncat-loncat karenanya.

“Eh, nggak ada kok kak.” Jawab Ify.

“Hmmm.. Lo mau nyari gue ya?” Tanya Rio.

Ify teringat dengan Sivia. Apa sebaiknya ia langsung menanyakan perihal Sivia kepada Rio? Dan apakah Rio akan menjawabnya?

“Ng.. Kak.. Ng.. Kak Rio akrab ya sama Via?” Tanya Ify gugup.

Rio mengangkat sebelah alisnya. “Enggak. Gue nggak kenal sama Via.” Jawabnya.

“Ng.. Soalnya, Via suka mengintograsi Ify tentang kak Rio. Via juga ngelarang Ify suka sama kakak. Katanya, kalo Ify semakin cinta sama kakak, nantinya Ify bakal sakit yang teramat sangat. Apa maksudnya ini kak?”

Rio terdiam mendengar penjelasan dan pertanyaan Ify yang jelas-jelas merupakan permainannya. Tentu di akhir permainan Ify akan merasakan kesedihan yang luar biasa. Dan entah mengapa Rio sangat bersemangat memainkan game ini.

“Gue nggak tau. Udah gue bilang, gue nggak kenal Via. Mungkin Rio yang Via maksud adalah Rio lain. Bukan gue.” Jawab Rio yang sangat mengecewakan bagi Ify.

Sementara Rio, tersenyum dengan penuh kemenangan. Permainan baru saja di mulai!

***

Bel pulang sekolah baru saja berbunyi. Sekitar tiga menit yang lalu. Dengan sabar, Shilla menunggu jemputannya. Tapi, ia harus menahan kekesalannya karena Ayahnya bisa menjemputnya sejam lagi. Artinya, Shilla harus menunggu di sekolahnya ini selama satu jam. Huft! Membosankan. Adakah hal yang membosankan selain menunggu?

Agni sudah pulang dengan motornya. Awalnya Agni mengajaknya pulang bareng. Tapi Shilla menolak. Ntar Ayahnya bakal marah karena ia tidak izin pulang bareng teman. Akhirnya Shilla memutuskan berkeliling melihat-lihat sekolah barunya.

Halaman yang luas, gedung bertingkat tiga dan ruang full-ac. Fasilitas yang lengkap. Lapangan luas, ada pula lapangan rumput untuk bermain sepak bola. Shilla tersenyum. Ia bangga bersekolah di SMA Kencana yang baginya sangat mengagumkan.

Langkahnya berhenti ketika ia melihat seorang cowok yang sedang duduk santai sambil memainkan tabnya. Sepertinya ia mengenali cowok itu. Mungkin cowok itu teman masa lalunya. Tetapi siapa? Mustahil kan ia beranggapan cowok itu adalah Debo? Dilihat dari wajahnya, cowok itu beda dengan wajah Debo.

Entah karena Shilla yang terlalu lama menatap cowok itu, atau ada pula hal lain, cowok itu terkejut melihatnya. Tampaknya cowok itu sangat mengenalinya. Shilla tau itu. Shilla pun mendekati cowok itu.

“Shi.. Shilla..” Ucap cowok itu tak percaya.

Shilla tersenyum. Ternyata cowok itu mengenalinya. Artinya, ia pernah mengenali cowok itu. Walau ia tak tau siapa cowok itu.

“Iya, aku Shilla. Kamu siapa? Kayaknya kita pernah ketemu deh.” Kata Shilla.

Namun, cowok itu nggak menjawab. Cowok itu malah tersenyum dan senyumannya begitu misterius di mata Shilla. Shilla yang nggak nyaman karena cowok itu nggak kunjung bicara memutuskan meninggalkan cowok itu. Barangkali riwayat hidup cowok itu disembunyikannya hingga ia tak bisa menebak siapa cowok itu.

***

Jalan raya tampak sepi. Mengapa bisa dikatakan sepi? Karena jalan raya itu terletak di pinggiran Kota sehingga jarang ada kendaraan yang berlalu lalang. Apalagi mobil atau kendaraan beroda empat lainnya. Bisa dikatakan jalan itu terlihat seperti jalan yang ada di desa.

Seorang cowok dengan langkah santai berjalan seperti tak ada tujuan atau arah ia melangkah. Namun cowok itu tak peduli. Dan sepertinya cowok itu cuek dengan segala hidupnya.

Dan... Sesuatu yang tak disangkanya pun datang menghampirinya. Dari arah belakang, sebuah tangan kekar menghantamnya hingga ia terjatuh. Lalu, ada tangan kekar lain yang ikut menghantamnya. Alhasil, wajah cowok itu memerah dan mengeluarkan darah. Terutama dari mulutnya.

Anehnya, cowok itu sama sekali nggak melawan. Ini membuat lawannya semakin mudah untuk menghajar cowok itu. Sampai mati pun akan mereka lakukan. Tempat ini sepi. Nggak bakal ada polisi yang melewati jalan ini.

Sementara, tak jauh dari tempat itu, seorang cowok menyaksikan adegan itu dengan puas. Sangat puas. Bahkan ia sempat tertawa. Namun, ia merasakan sesuatu. Sesuatu yang tiba-tiba saja mengingatkan ia dengan masa lalu. Yang mengingatkannya dengan sosok bernama Adrian.

Mengapa.. Mengapa gue jadi nggak tega liat cowok itu terluka?

***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar