expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Kamis, 22 Mei 2014

My Wish Is Can With You ( Part 12 )



Part 12

.

.

.

Matanya tak berkedip ketika ia melihat surat itu. Surat yang di kirim dari seseorang yang sangat dirindunya. Alvin? Apa kabarnya dia? Sudah lama Sivia tak melihat wajah tampan itu. Apalagi suaranya yang terdengar merdu di telinganya. Namun Sivia harus menahan rasa kecewanya ketika sebuah kalimat tertera di depan surat itu.

Tolong, jangan di buka. Jika waktunya telah tiba, baru lo boleh membukanya.

Sivia mengernyitkan dahi. Ia tak paham dengan kalimat yang tertera di surat itu. Jika waktunya telah tiba, baru lo boleh membukanya. Bahkan ia tak tau kapan waktu itu datang. Sama halnya ia tak akan pernah membuka isi surat itu selama-lamanya.

“Ada yang aneh dengan surat itu?” Tanya Rian.

Sivia beralih menatap Rian, lalu ia menggeleng. Surat itu urusannya, bukan urusan Rian. Artinya Rian nggak berhak untuk tau tentang surat itu.

***

Rio berjalan dengan santai menuju kelasnya. Namun langkahnya tetap terlihat penuh misteri. Tak heran murid-murid di buat takut olehnya. Tapi Rio tak peduli. Dalam benaknya, tersimpan sebuah ide cermerlang untuk meyakinkan dirinya tentang sesuatu itu.

“Pagi Yo!” Sapa Irsyad. Memang, setiap hari Irsyad selalu menyapanya. Walau Rio cuek terhadap Irsyad.

Seperti biasa. Rio membuka buku apa saja yang dibacanya. Kadang ia memainkan tabnya. Atau enggak dia menyetel lagu menggunakan headsetnya.

Cinta.. Sesuatu yang mampu membuat kita merasakan sejuta perasaan asing yang perlahan menyelinap di aliran darah kita.. Mengubahnya menjadi sesuatu yang membuat hati kita tak henti-hentinya memikirkan orang yang kita cintai. Namun, apakah mencintai itu sama halnya dengan dicintai? Apa lebih baik mencintai atau dicintai?

Seorang guru masuk ke kelas 11IPA-1. Senyuman manis guru itu menyapa murid-muridnya yang tampak semangat. Kecuali Rio tentunya. Dan guru itu sama sekali tak mempermasalahkannya karena ia memang tidak mempedulikan murid yang kata orang sangat misteri dan mampu membuat seisi sekolah merasakan ketakutan yang luar biasa.

Namun, kecerdasan Rio bisa diancungi jempol.

***

Berkali-kali Debo mencoba bicara dari hati ke hati dengan Ify. Tapi sepertinya gadis itu cuek dengannya. Ify selalu berkata kalo ia hanya menganggap Debo sebagai sahabat. Artinya, ia menolak cinta Debo. Hal ini yang membuat Debo marah sekaligus kesal.

“Fy, ini semua karena Rio kan?” Tanya Debo.

Ify tersenyum. “Mungkin saja iya dan mungkin saja tidak. Ah Deb, lo kenapa sih? Lo udah gue anggap sebagai saudara gue sendiri. Lo nggak kalah gantengnya sama kak Rio. Lo dan kak Rio nggak ada bedanya. Kalian berdua istimewa di hati gue. Lantas, kenapa lo nggak biarkan gue dekat sama kak Rio?”

Selalu saja Rio yang menjadi topik pembicaraan. Debo jadi kesal. Tapi tunggu saja! Sepulang sekolah ini, ia akan memberi Rio sebuah kejutan yang tak di duga. Sebuah kejutan istimewa menurutnya.

“Lo nggak pernah tau Fy kalo gue itu cemburu liat lo dekat sama Rio.”

Ify menanggapi ucapan Debo dengan tawanya. “Deb.. Sebaiknya lo jangan cemburu deh. Gue selalu ada buat lo. Kan tadi gue udah bilang, lo dan kak Rio sama istimewanya di hati gue. Kalian adalah lelaki hebat dalam hidup gue. Gue sayang sama elo, Deb..”

Artinya, cintanya akan di terima oleh Ify setelah ia berhasil menyingkirkan Rio. Ya! Debo akan melakukannya, meski dengan kekerasan sekalipun.

Sementara Ify, gadis itu tak menyangka. Debo sangat tidak setuju jika ia dekat dengan Rio. Bagi Debo, Rio adalah sesuatu yang harus ia jauhi. Tapi, bagaimana ia bisa menjauhi Rio jika hatinya kini nggak bisa menghapus begitu saja cinta yang telah diciptakan Rio untuknya?

Setelah Debo, ada seseorang yang juga tiba-tiba tidak setuju jika ia dekat dengan Rio. Siapa lagi kalo bukan Sivia yang belakang-belakangan ini tingkahnya sedikit aneh?

Sivia menatap Ify dengan hati yang iba. “Fy, lo beneran cinta kak Rio?” Tanyanya.

Sebuah pertanyaan yang menjadi sarapannya. Setiap hari Sivia selalu melontarkan pertanyaan yang membuatnya bosan.

“Vi, berkali-kali gue bilang. Gue cinta sama kak Rio! Cinta! Bahkan gue yakin sekali kalo kak Rio itu adalah cinta sejati gue. Vi, gue nggak pernah main-main dalam memilih cinta. Bagi gue, pacaran itu bukan sebagai penghapus status jomblo. Melainkan saling mencintai satu sama lain. Gue lebih memilih jomblo daripada pacaran dengan cowok yang nggak gue cintai.” Jelas Ify.

Memang benar! Ify tak pernah main-main dengan cinta. Setau Sivia, Ify adalah gadis yang sangat sulit jatuh cinta. Tapi kalo sudah merasakan yang namanya cinta, Ify nggak bakal melepas cintanya itu. Dan kini... Lelaki beruntung yang telah membuat Ify jatuh cinta adalah Rio. Tentu Sivia nggak setuju karena hal itu sama saja membuat Ify menangis tanpa berujung. Dan Sivia nggak tega melihat sahabatnya menderita.

“Sebaiknya, lo hapus rasa cinta lo ke kak Rio. Gue mohon dengan sangat Fy. Demi sahabat lo. Ini juga demi kebaikan lo.” Kata Sivia yang tampak serius.

“Maksudnya?” Tanya Ify.

“Intinya, lo harus hapus semua perasaan yang lo ke kak Rio. Gue mohon Fy..”

Tampang Sivia sangat memelas. Ify yakin. Permintaan Sivia ini tak ada sangkut pautnya dengan Debo. Mustahil jika Sivia membantu Debo agar Ify mau menerima cinta Debo dan melupakan Rio.

“Via, salah ya gue suka sama kak Rio? Salah ya gue mencintai cowok misterius di sekolah ini?” Tanya Ify.

Sebisa mungkin Sivia menahan air matanya agar tak jatuh membasahi pipinya. Fy! Gue senang lo sama kak Rio. Lo jangan berpikiran gue nggak setuju kalo lo suka sama kak Rio. Tapi Fy, ada sesuatu yang membuat gue ngelarang lo suka sama kak Rio. Ingin sekali gue cerita, tapi ini sebuah rahasia. Sebuah rahasia yang harus gue simpan rapat-rapat.

“Lo nggak salah.” Ucap Sivia pelan. “Cinta emang nggak terduga. Bisa saja seorang putri Raja jatuh cinta kepada seorang pemuda sederhana yang tidak berdarah bangsawan. Ataupun sebaliknya. Lo nggak salah Fy mencintai kak Rio. Lo nggak salah. Tapi...”

Perkataan Sivia yang menggantung itu mampu menciptakan debaran di jantungnya. Ify merasa Sivia sedang menyembunyikan sesuatu. Terbukti dengan sikapnya yang tiba-tiba berubah menjadi aneh. Sivia sering menanyainya tentang Rio. Apa jangan-jangan Sivia mempunyai hubungan khusus dengan Rio?

“Ah, sudahlah. Gue nggak berhak bercerita ke elo.” Sambung Sivia.

Tentu ini membuat Ify kecewa. “Vi, ada sesuatu yang lo rahasiain ke gue?” Tanyanya.

Sivia menarik nafas dalam-dalama. “Fy, maaf. Gue nggak bisa.” Jawabnya parau. Tampaknya Sivia ingin menangis.

Ify mencoba untuk tersenyum. “Ya sudah. Jangan di bahas lagi. Sebaiknya kita bahas pelajaran selanjutnya. Yang tadi itu, gue anggap pembicaraan yang nggak berarti.”

Senyum menghiasi wajah Sivia. Ify.. Ia sangat menyayangi sahabatnya itu. Dan ia nggak mau melihat sahabatnya sedih. Ia tidak mau.

***

“Heh! Lo nggak bisa hari ini? Sepulang sekolah nanti?”

Untung saja guru yang mengajar di jam terakhir nggak hadir. Alhasil, Debo bebas telponan dengan seseorang di sebrang sana.

“Sorry bro! Hari ini gue lagi sibuk. Besok saja ya. Lo jangan khawatir deh. Sasaran kita kali ini bakal berhasil kita lakukan dengan baik.”

“Hmm.. Oke. Dan cowok itu harus di beri pelajaran. Tapi ingat, jangan tatap wajahnya. Lakukan saja tugas lo dengan baik.”

***

BRAKK !!!

Pintu kamarnya ia banting sekeras mungkin. Tas punggungnya ia lempar dengan asal. Tubuhnya pun ia jatuhkan dengan kasar di atas kasur. Sepertinya ia akan mengamuk.

“Keluar kau Rian! Keluar!” Teriaknya kesetanan.

Siapapun yang melihatnya, pasti mengira ia adalah orang gila. Untunglah, anggota keluarganya tak mendengar teriakannya yang terdengar cukup keras.

“Hiks.. Lo jahat Rian.. Lo jahat..”

Tiba-tiba ia menangis. Setelah kemarahan dan emosi telah ia keluarkan, ia pun menangis. Menangis bercampur emosi. Tiba-tiba ia teringat dengan surat itu. Surat yang dikirim oleh Alvin yang tak tau bagaimana kabarnya.

“Vin.. Alvin... Via rindu kamu Vin.. Vin.. Peluk Via, Vin..”

Dan pada akhirnya, tangisan dan kemarahan itu berakir pada kedua matanya yang terpejam. Tampaknya, ia harus mengistirahatkan agar pikirannya menjadi jernih dan segar.

***

“Hei putri tidur! Bangunlah! Ayo bangun!”

Sebuah suara yang tak asing lagi membangunkannya dari mimpi yang entah apa mimpi indah atau mimpi buruk. Yang jelas, saat ia membuka matanya, ia begitu kaget mendapati seorang cowok yang sedang tersenyum lebar melihat keadaannya yang begitu buruk.

“KYAAA !!!”

Sivia berteriak sekencang-kencangnya. Sebenarnya, ia belum sadar sepenuhnya. Setelah cowok itu menenanginya, akhirnya kesadaran Sivia menjadi pulih. Sivia pun melihat seorang cowok yang sampai saat ini masih setia bersama senyum lebarnya.

“Oh, elo Yan. Bagus-bagus.” Kata Sivia.

Cowok yang tak lain adalah Rian itu tertawa kecil melihat penampilan Sivia yang awut-awutan. Rambut panjangnya terlihat mengerikan. Seperti mak lampir yang muncul di televisi ataupun pada kehidupan nyata.

“Sebaiknya, lo mandi dulu. Biar cantik.” Kata Rian.

Sivia nggak berkata apapun. Cepat-cepat ia masuk ke kamar mandi. Hawa panas yang ia rasakan berubah menjadi segar ketika air dingin membasahi sekujur tubuhnya.

“Segar.” Gumam Sivia.

Kini, Sivia berubah menjadi bidadari cantik. Tak henti-hentinya Rian memuji kecantikan Sivia. Namun Sivia membalasnya dengan tatapan yang begitu tajam.

“Lo nggak punya niat kan buat sakit hati sahabat gue?” Tanya Sivia.

“Tidak.” Jawab Rian santai.

Wajah Sivia yang sejuk dan segar berubah menjadi panas. Seperti wajahnya saat bangun tadi. “Bohong! Pembohong!” Ucapnya.

“Maksud lo apa sih?” Tanya Rian.

Sivia menarik nafas dalam-dalam, lalu ia keluarkan. Sebelum ia mengeluarkan segala kekesalannya, terlebih dahulu ia mengatur nafasnya.

“Lo pura-pura nggak ngerti ato bego sih? Jelas lo sudah mempermainkan sahabat gue! Tau nggak, dia cinta mati ke elo! Dan lo tenang-tenang saja! Dengar, Ify bukan orang yang tempat untuk lo jadikan pelampiasan atas cewek yang dulunya menolak lo mentah-mentah. Cari cewek lain. Dan jangan Ify yang lo pilih. Ify adalah sahabat gue. Gue nggak mau ngeliat hatinya sedih. Dia sangat rapuh jika ada hal yang membuatnya sedih.”

“Gue mohon, lo pergi dari kehidupan gue dan Ify. Jangan ganggu kami. Cari saja orang lain. Sebuah kalimat yang pernah lo ceritakan ke gue itu salah! Salah! Sebuah kalimat yang mengatakan bahwa, ‘Ada satu orang yang nggak takut sama lo, orang itu nggak takut karena orang itu yang pertama lo temuin. Tapi bisa jadi yang gue katakan salah! Dan lo harus bisa menyimpulkan sendiri apakah syarat ini benar atau salah!’ Hahaha... Pertemuan pertama lo dengan Ify tak berarti apa-apa. Justru karena sikap lo yang aneh membuat Ify tertarik dengan lo.”

Sivia terdiam sesaat. “Ada dua syarat lagi. Tapi gue nggak mau mengatakannya. Gue sedih dengan salah satu syarat dari kedua syarat itu. Gue mohon, tinggalkan kami. Jangan ganggu gue dan Ify. Sebelum cinta Ify semakin besar ke elo, sebaiknya lo pergi! Lo pergi dari sekolah gue, Rivano Gabril!”

Tak di sangka. Ternyata Rian adalah Rio, Rivano Gabril. Rian adalah nama asli Rio. Tapi Rio lebih suka menggunakan nama samarannya ini. Penggunaan nama Rivano Gabril serasa ia terlahir kembali. Muak jika ia menggunakan nama Rian yang dulu sangat jijik di mata orang.

“Oke-oke. Gue akan pergi. Tapi tidak dengan Ify. Masalah gue sama Ify belum selesai.” Kata Rio.

“Kenapa? Kenapa lo nggak pergi dari sekolah gue agar Ify nggak nyari-nyari elo? Lo tau nggak, Ify sangat mencintai lo! Setiap hari dia selalu memikirkan lo. Sebagai sahabat, gue merasa bodoh membiarkannya menyukai cowok macam lo!”

Rio tenang-tenang saja. Berbeda dengan Sivia yang nggak bisa tenang dan ingin terus marah hingga matanya melotot. Wajahnya pun sampai merah karena amarahnya tadi.

“Gue nggak yakin kalo gadis itu mencintai gue. Karena itulah, gue sudah mempersiapkan sebuah permainan yang sudah gue rancang sendiri. Kalo gue udah yakin, masalah gue dan sahabat lo itu sudah berakhir. Dan lo serta Ify kembali hidup seperti biasa. Sebelum kedatangan gue. Denger-denger, mantan Shilla itu naksir deh sama Ify.”

Tentu Sivia tau jenis permainan yang bakal Rio mainkan. Hal ini sama saja membuat rasa cinta Ify semakin besar seiring dengan kesalahannya yang juga semakin besar. Sivia tak menyangka. Dalam hidupnya ini, ia bertemu dengan makhluk bernama Rio. Makhluk aneh yang hanya ada pada cerita dongeng. Tapi ini nyata!

“Plis Yo, jangan sakiti sahabat gue. Ify sangat mencintai lo Yo, sangat! Kecuali.. Kecuali jika lo hapus syarat menyedihkan itu.. Gue senang lo sama Ify. Lo cowok baik yang pantas menjaga Ify.”

“Terasa mustahil jika syarat itu gue hapus. Lo jangan mengira ini sebagai pelampiasan. Hal ini nggak ada sangkut pautnya dengan Shilla dan...”

“KALO BEGITU, NGAPAIN LO MASIH DISINI? HAH? BUKANNYA ORANG YANG LO CARI SUDAH LO TEMUKAN??!”

Rio tersenyum. “Sayangnya gue belum yakin.”

Giliran Sivia tersenyum. “Kalo lo kejebak dengan permainan lo sendiri gimana?”

Rio membalas senyuman Sivia dengan penuh keyakinan. “Cukup Shilla yang menjadi cinta pertama dan terakhir gue.”

***

Gadis itu tersenyum. Tentulah senyuman yang ia tampilkan adalah senyuman kebahagiaan sekaligus senyuman kerinduan. Sungguh, ia sangat rindu dengan Kota kelahirannya ini. Dan akhirnya ia berhasil kembali menginjakkan kaki di Kotanya ini.

“Jakarta..” Lirih gadis itu.

***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar