expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Sabtu, 24 Mei 2014

My Wish Is Can With You ( Part 18 )



Part 18

.

.

.

Tidak tau sejak kapan Dayat berada di belakangnya. Ify terkejut bukan main mendengar kakaknya menanyakan sebuah pertanyaan yang tidak masuk akal. Fy, lo pergi sama siapa kemarin? Kemarin kakak liat lo duduk sendiri kayak orang gila di taman. Gue juga memperhatikan lo bicara sendiri. Lo kenapa sih Fy?

“Ma.. Maksud kak Dayat apa?” Tanya Ify heran.

Dayat pun memilih duduk di samping adiknya. Ucapannya tadi tidak bohong. Kemarin, Dayat juga mengajak kekasihnya jalan-jalan ke tempat yang merupakan tempat Ify berbicara dengan angin.

“Kemarin, kakak liat lo ngobrol sendiri.” Jelas Dayat.

Ify tertawa. “Hahaha.. Mana mungkin Ify ngobrol sendiri kak.. Ify masih waras kak.. Kemarin Ify diajak kak Rio jalan-jalan ke taman.. Kak Dayat salah liat kali..”

Sama sekali Dayat tidak menanggapi tawa Ify. Cepat-cepat ia mengeluarkan kameranya. Kamera itu sebagai bukti bahwa ucapannya benar. Kemarin Dayat sempat memvidiokan adiknya.

Dengan tangan yang bergetar, Ify menerima kamera itu dan membuka sebuah file yang berupa video berdurasi tiga menit. Video itu di buka. Dan.. Alangkah kagetnya Ify menyaksikan dirinya yang tersenyum sambil bicara sendiri. Ini.. Ini nggak mungkin kan? Video ini salah kan? Dimana kak Rio? Kemarin kan gue ngobrol sama kak Rio... Ify jadi bingun memandangi video yang telah habis.

“Fy, coba jelasin ke kakak. Kenapa kamu bisa ngobrol sendiri?” Tanya Dayat.

Ify menatap wajah Kakaknya yang sepertinya sangat butuh dengan jawabannya. Jawaban? Jawaban apa yang ia berikan wong ia sendiri masih bingung. Jangan-jangan kak Dayat ngedit video deh.. Kaka Dayat sengaja hapus sosok Rio dalam video itu. Tapi, mana bisa?

“Jawab Fy!” Kata Dayat.

“K..Kak, Ify.. Ify nggak ngerti. Ify..”

“Ada apa Alyssa? Lo sedang sakit ya? Belakang-belakangan ini gue perhatikan lo suka ngelamun. Ada apa Alyssa? Ayo.. Cerita ke kakak..”

Ify jadi nggak enak dengan kakaknya. Apa kakaknya bohong? Tidak mungkin! Wajah kakaknya menyiratkan sebuah kebenaran. Apa dirinya yang bohong? Apa kemarin ia pergi tanpa seorang Rio? Apa kemarin ia berjalan bersama angin?

***

Siang yang begitu terang ini terasa gelap baginya. Matahari yang menyengat tidak membuatnya kepanasan. Ia malah kedinginan. Di eratkannya jaket hitam lusuh agar tubuhnya menjadi hangat dan terhindar dari udara dingin.

Apa yang sudah gue lakukan? Batin cowok itu.

Rio, cowok itu terdiam. Memikirkan semua masalah yang menimpanya. Masalah-masalah ini dimulai sejak ia bertemu dengan seorang gadis cantik bernama Ify. Ya, Ify. Seharian ini ia tidak melihat wajah manis itu. Dan entah mengapa, hatinya rindu melihat Ify yang selalu membuatnya tertawa, walau tawanya tidak ia tampakkan.

Kenapa di saat seperti ini gue rindu dengan suara Ify?

Masih bisa ia rasakan ciumannya dengan Ify kemarin. Rio nggak mengerti mengapa ia sekenanya mencium Ify. Hatinya yang menyuruh, bukan nafsunya. Baginya, ciuman itu merupakan ciuman pertamanya. Sekarang Rio mengerti mengapa orang-orang di luar sana nggak bosan-bosannya melakukan hal yang haram itu. Tentu saja berdasarkan nafsu.

Tiba-tiba, dipikirannya melintas seorang Ibu yang dengan segala kasihnya menyuapi sang buah hati, lalu menggendong sang buah hati hingga larut dalam pelukan hangat dari Ibunya. Rio tersenyum hambar. Sekalipun ia tak pernah mendapatkan kasih sayang seorang Ibu. Bagaimana ia bisa merasakan kasih sayang dari seorang Ibu jika Ibunya saja ia tidak tau? Rio tidak tau siapa yang melahirkannya. Rio tidak tau siapa Ayahnya.

Apa sebaiknya gue pergunakan waktu singkat ini untuk menemukan siapa sebenarnya wanita yang melahirkan gue? Batin Rio.

Waktu yang singkat ini? Rio tertawa hambar. Sekarang ia mengerti, waktu sedetik itu sangat berharga baginya. Walau sedetik itu secepat kilat berlalu lalu berganti ke detik selanjutnya.

Ada sesuatu yang terasa aneh. Gue harus kesana secepatnya!

Tentu saja manusia seperti dirinya selalu tau jika ada hal-hal ganjil yang dirasanya. Dan Rio bisa mengetahui apakah keganjilan itu hanya dengan waktu yang singkat.

***

Siang menjelang sore ini terasa ganjil bagi Debo. Cowok itu merasa ada yang nggak beres dengan hari ini. Feelnya mengatakan kalo ia bakal bertemu dengan seseorang dari masa lalunya yang pernah membuat hatinya sakit. Tapi, siapa orang itu? Shilla kah? Nggak mungkin! Gadis itu sudah hilang dan nggak ada kabarnya.

Mustahil sekali kan kalo gue berharap hari ini bakal ketemu Shilla? Kalo saja harapan gue terkabul, untuk apa gue ketemu dia? Shilla adalah masa lalu gue dan gue nggak butuh dia.

Langkahnya tiba-tiba saja terhenti ketika kedua matanya terpusat pada seorang gadis sedang duduk di bangku tak jauh dari Toko Bakery yang merupakan langganannya. Wajah gadis itu nampak sendu jika ia perhatikan baik-baik. Tapi nggak sedikitpun mengurangi kecantikannya. Gadis itu sedang memainkan tabnya. Debo termenung sambil menatapi gadis itu.

Shilla! Jeritnya dalam hati. Jadi, gadis itu adalah Shilla? Mantannya sekaligus cinta pertamanya? Nggak! Nggak mungkin itu Shilla. Debo membantah kata hatinya yang mengatakan bahwa gadis itu adalah Shilla. Tapi, wajah ayu nan jelita itu mirip sekali dengan Shilla. Mirip sekali.

Jantung Debo berdebar-debar. Apa seharusnya ia menyapa gadis itu? Jika gadis itu bukan Shilla bagaimana? Atau jika gadis itu benar Shilla bagaimana? Langkah kakinya yang tidak sesuai dengan pikirannya pun berjalan, terus berjalan dan...

“Shilla..”

Debo merutuki dirinya sendiri. Mengapa tiba-tiba ia menyapa gadis itu tanpa kesadaran? Kedua kakinya ini memang nakal. Semaunya berjalan tanpa persetujuan dari otaknya. Sementara gadis itu menatapnya dengan kekagetan yang luar biasa. Cowok itu kan...

“Shilla..”

Sekarang, mulutnya yang nakal. Debo bingung dengan dirinya sendiri. Ia merasa seperti ada orang yang menggerakkan otot-ototnya untuk melakukan sesuatu di luar kesadarannya.

“De.. Debo..”

Ternyata benar! Gadis itu memang Shilla. Shilla telah keluar dari persembunyiannya. Sebisa mungkin Debo menjaga tingkahnya agar tak terlihat bodoh di hadapan Shilla.

“E.. Hai Shill! Apa kabar?” Sapa Debo sedikit gugup.

Shilla nggak kalah gugupnya. “Ng.. Baik. Lo sendiri?”

Debo mengangguk. Ternyata benar gadis itu Shilla! Debo nggak tau apakah ia bahagia atau tidak. Yang jelas, ia merasa seperti manusia terbodoh berhadapan dengan Shilla. Teringat dengan kejadian masa lalu yang membuat Shilla tak henti-hentinya meneteskan air mata, dan semua ini karenanya.

“Mulai sekarang, kita putus Shill!” Bentak Debo.

Gadis cantik di hadapannya ini sebisa mungkin menahan air mata agar tidak turun. Sungguh, ini diluar dugaannya. Padahal, kemarin hubungannya dengan Debo baik-baik saja.

“Lo emang cewek murahan! Lo sekenanya jual diri lo ke om-om bodoh itu!”

Hati Shilla terasa panas mendengar bentakan kasar dari Debo. Deb.. Ini bukan salah Shilla! Ini bukan salah Shilla! Ia memang telah melakukan suatu kebodohan yaitu dengan bermain-main bersama om-om yang dikatakan bodoh oleh Debo. Tapi sungguh, ia masih suci. Malahan, Shilla nggak tau mengapa ia bisa bermain-main dengan om-om itu. Seingatnya, ia diajak pulang oleh orang asing lalu ia tak sadarkan diri kan kembali ingat ketika ia ditemukan terbaring lemah di sebuah rumah yang tampak mengerikan.

“Deb, Shilla nggak tau kenapa Shilla bisa jadi kayak gini. Shilla nggak tau kalo Shilla ternyata main-main sama om-om itu. Shilla benar-benar nggak tau!”

Tentu saja Shilla menjadi emosi ketika dikatakan ‘cewek murahan’ oleh Debo. Namun, apapun penjelasannya, Debo nggak akan mengerti dan malah menyalahkannya.

“Shill.. Ng.. Ma.. Mafin gue..” Lirih Debo.

Debo yang telah sadar dari bayangan masa lalunya kini menyadari bahwa dirinya salah. Shilla tersenyum karena Debo bisa memahami sepenggal kisah kelam dari masa lalunya itu.

“Thanks Deb.. Shilla emang nggak ngerti kenapa dulu Shilla bisa diculik sama om nggak tau diri itu. Tapi sudahlah, sekarang Shilla senang bisa bertemu sama kamu lagi..”

Dari jarak yang cukup jauh, Rio tersenyum misteri saat ia telah menemukan puing-puing masa lalunya yang telah lama hilang. Shilla.. Cinta pertamanya telah kembali. Benar dugaan gue! Keanehan ini ternyata karena Shilla telah kembali... Namun, entah mengapa. Rasa cintanya pada Shilla tiba-tiba saja menghilang. Kini, Rio menganggap Shilla hanyalah gadis tak penting lagi. Shilla hanya gadis yang numpang lewat aja di hatinya.

Diam-diam Rio mendengar pembicaraan Debo dan Shilla yang sepertinya sangat penting. Walau dari jarak yang cukup jauh, indra pendengaran Rio mampu mendengar percakapan Debo dan Shilla.

“Shill, lo makin cantik aja deh. Pasti cowok lo senang deh punya cewek cantik kayak lo..” Goda Debo yang membuat pipi Shilla memerah. Tapi Shilla nggak mau kalo nggak membalas ucapan Debo tadi.

“Lo juga makin ganteng. Pasti banyak cewek yang ngantre jadi pacar lo.”

Debo tertawa menanggapi ucapan Shilla. Sementara Rio yang melihat dua manusia yang bahagia itu, ikut tertawa juga. Ayolah.. Kapan kalian serius? Firasat gue mengatakan kalo kalian akan membicarakan suatu hal yang berarti buat gue...

Setelah bicara basa-basi, Debo sampai lupa dengan kesedihan yang nampak jelas dari wajah Shilla. Apa.. Apa Shilla sudah tau tentang Adrian? Batin Debo.

“Shill, lo.. lo udah tau kan kalo kak Adrian sudah nggak ada?” Tanya Debo tiba-tiba.

Wajah Shilla menjadi pucat. Hatinya seakan teriris oleh pisau tajam. Mendengar Debo menyebut nama ‘Adrian’, air matanya mulai mengumpul dan mengumpul setelah itu penuh dan siap untuk ia keluarkan. Benar kan, kedua mata indah Shilla berkaca-kaca.

“I.. Iya Deb.. Gue.. Gue udah tau semuanya dari Agni..” Jawab Shilla.

Debo menghela nafas berat. “Gue menyesal karena telah membenci dia. Seharusnya gue merasa simpati, bukan benci. Kasihan kak Adrian.. Tak ada satupun yang mau peduli dengannya. Satu dua orang sih ada, tapi nggak ikhlas.” Ucapnya.

Di tempat Rio berada, cowok itu tertawa cukup keras. Ia puas melihat seorang Debo yang sangat menyesali perbuatannya karena dulu telah membenci, memaki dan mengolok Adrian. Deb.. Hahaha.. Kenapa lo baru menyesal sekarang? Kenapa lo nggak menyesal sebelum Adrian mati? Hahaha... Namun, tawa itu bukan tawa karena ada sesuatu yang terlihat lucu. Tetapi tawa dalam artian kesedihan.

“Iya Deb.. Gue juga menyesal. Tapi asal lo tau Deb, gue lebih kehilangan seorang Adrian dibanding lo..” Ucap Shilla.

Ada yang aneh dengan ucapan Shilla. Ucapan itu seperti mengandung sebuah rahasia besar yang nggak gue tau, Batin Debo.

Shilla bersiap-siap untuk bercerita. Sebuah cerita sama yang pernah ia ceritakan pada Agni ketika ia dan Agni mengunjungi makam Adrian. Shilla juga teringat ketika Ayahnya kaget bak di sambar halilintar saat mengetahui kenyataan bahwa Adrian telah meninggal.

“Deb.. Shilla mau cerita. Debo harus mendengarnya. Cerita ini merupakan rahasia keluarga Shilla. Bolehkan Shilla cerita?” Tanya Shilla.

Jangan-jangan.. Rio sudah merasakan bau-bau tak enak. Dan entah mengapa jantungnya menjadi berdebar-debar.

“Silahkan Shill.” Jawab Debo.

Sebelum bercerita, Shilla mencoba menenangkan diri agar ia tak sampai menangis. Ketika ia menceritakan rahasia ini pada, tak henti-hentinya ia menangis.

“Baiklah. Gue akan cerita. Tapi, lo jangan kaget dengar cerita gue.” Kata Shilla.

“Kaget? Nggak lah. Gue nggak bakal kaget.” Kata Debo.

Shilla tersenyum meremehkan. “Sayangnya, lo pasti kaget. Karena ternyata Kak Adrian adalah kakak tiri gue. Kami memiliki Ayah yang sama yaitu Papa gue dan Ibu yang berbeda. Dulu, Papa pernah menikah dengan seorang wanita. Dari pernikahan mereka, lahirlah kak Adrian. Tapi sayang, sebelum tante Wivi-mama Adrian-melahirkan kak Adrian, dia kabur dari rumah. Waktu itu Papa sangat sedih karena kehilangan istri yang sangat dia cintai. Papa sempat frustrasi karena nggak bisa menemukan istrinya.

Kira-kira enam bulan kemudian, Papa menemukan mayat istrinya yang terlihat hancur. Papa kaget sekali mendapat istri yang ia cintai berakhir mengenaskan seperti ini. Tapi Papa yakin, istrinya sudah melahirkan anaknya. Namun Papa nggak bisa mencari dimana anaknya itu yang ternyata adalah kak Adrian.

Setelah itu, Papa menikah dengan seorang wanita cantik yang adalah Mama kandung gue sendiri. Dengan kehidupan barunya, Papa mulai bisa tersenyum dan melupakan istri pertamanya. Tapi hidup Papa nggak tenang karena Papa belum bisa menemukan ananya yang hilang itu. Dan ketika gue cerita ke Papa tentang kak Adrian.. Papa..”

Air mata Shilla menetes turun. Ia nggak sanggup membayangkan wajah Ayahnya yang teramat sedih menyadari anak pertamanya telah mati mengenaskan. Dengan penuh perhatian, Debo mengusap lembut pipi Shilla yang basah terkena air mata. Jujur, ia begitu kaget mendengar cerita Shilla bahwa Shilla dan Adrian adalah adik kakak. Namun, apa yang membuat Adrian terlahir sebagai bocah lelaki cacat yang terlihat sangat buruk di mata orang dengan kulit kasar yang jika diperhatikan seperti sisik ular?

Sementara Rio, cowok itu terdiam mendengar rahasia Shilla yang telah selesai Shilla ceritakan. Rio nggak tau apa yang harus ia perbuat. Rahasia Shilla sangat tak di duganya. Mana mungkin bocah mengerikan seperti Adrian memiliki seorang adik cantik yang kecantikannya mampu mengalahkan putri Raja?

“Lo belum tuntas nyeritain ke gue. Yang masih bikin gue penasaran, kenapa kak Adrian bisa terlahir sebagai bayi yang beda dengan bayi lainnya?” Tanya Debo.

Shilla tersenyum pahit. “Itu karena Ibunda kak Adrian yang ternyata terkena penyakit misterius yang mematikan. Di dalam darah tante Wivi, terkandung sebuah partikel-partikel aneh yang menyebabkan janinnya cacat dan beda dengan bayi lainnya. Karena itulah, tante Wivi yang sudah tau bagaimana bayinya nanti memilih kabur dari rumah dan berujung kematian yang mengenaskan.” Jelas Shilla.

Terungkap sudah rahasia keluarga Shilla. Debo berusaha menahan air matanya agar nggak menetes. Kak Adri, maafkan gue.. Ternyata hidup kak Adri penuh dengan perjuangan. Debo salut sama kak Adri yang tetap sabar menghadapi cobaan, dan terimakasih karena kak Adri telah menyelamatkan nyawa Debo, kalo nggak ada kak Adri, Debo sudah nggak ada di dunia lagi. Maafkan Debo kak...

“Argh!”

Debo kaget mendapati Shilla yang sepertinya akan jatuh. Debo berusaha menjaga tubuh Shilla agar nggak jatuh. Dari kedua mata Shilla, Debo melihat bahwa gadis itu sedang menatap sesuatu yang mampu membuatnya menjadi seperti ini.

“Kak Adrian... Ada Kak Adrian Deb..” Lirihnya lalu tubuh itu ambruk seketika.

Dicampur dengan kepanikan dan kekagetan, Debo bingung akan ia apakan tubuh lemah yang terbaring di tanah. Tapi, ia tau apa yang seharusnya ia lakukan. Debo mencari arah pandang tempat yang tadi Shilla lihat sehingga membuat gadis itu pingsan.

Dan... Alangkah terkejutnya ia saat ia mendapat Rio yang sedang menatap tajam ke arahnya.

***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar