Part 18
.
.
.
Tidak tau sejak
kapan Dayat berada di belakangnya. Ify terkejut bukan main mendengar kakaknya
menanyakan sebuah pertanyaan yang tidak masuk akal. Fy, lo pergi sama siapa kemarin? Kemarin kakak liat lo duduk sendiri
kayak orang gila di taman. Gue juga memperhatikan lo bicara sendiri. Lo kenapa
sih Fy?
“Ma.. Maksud kak
Dayat apa?” Tanya Ify heran.
Dayat pun memilih
duduk di samping adiknya. Ucapannya tadi tidak bohong. Kemarin, Dayat juga
mengajak kekasihnya jalan-jalan ke tempat yang merupakan tempat Ify berbicara
dengan angin.
“Kemarin, kakak
liat lo ngobrol sendiri.” Jelas Dayat.
Ify tertawa. “Hahaha..
Mana mungkin Ify ngobrol sendiri kak.. Ify masih waras kak.. Kemarin Ify diajak
kak Rio jalan-jalan ke taman.. Kak Dayat salah liat kali..”
Sama sekali Dayat
tidak menanggapi tawa Ify. Cepat-cepat ia mengeluarkan kameranya. Kamera itu
sebagai bukti bahwa ucapannya benar. Kemarin Dayat sempat memvidiokan adiknya.
Dengan tangan yang
bergetar, Ify menerima kamera itu dan membuka sebuah file yang berupa video
berdurasi tiga menit. Video itu di buka. Dan.. Alangkah kagetnya Ify
menyaksikan dirinya yang tersenyum sambil bicara sendiri. Ini.. Ini nggak mungkin kan? Video ini salah kan? Dimana kak Rio?
Kemarin kan gue ngobrol sama kak Rio... Ify jadi bingun memandangi video
yang telah habis.
“Fy, coba jelasin
ke kakak. Kenapa kamu bisa ngobrol sendiri?” Tanya Dayat.
Ify menatap wajah
Kakaknya yang sepertinya sangat butuh dengan jawabannya. Jawaban? Jawaban apa
yang ia berikan wong ia sendiri masih bingung. Jangan-jangan kak Dayat ngedit
video deh.. Kaka Dayat sengaja hapus sosok Rio dalam video itu. Tapi, mana
bisa?
“Jawab Fy!” Kata
Dayat.
“K..Kak, Ify.. Ify
nggak ngerti. Ify..”
“Ada apa Alyssa? Lo
sedang sakit ya? Belakang-belakangan ini gue perhatikan lo suka ngelamun. Ada
apa Alyssa? Ayo.. Cerita ke kakak..”
Ify jadi nggak enak
dengan kakaknya. Apa kakaknya bohong? Tidak mungkin! Wajah kakaknya menyiratkan
sebuah kebenaran. Apa dirinya yang bohong? Apa kemarin ia pergi tanpa seorang
Rio? Apa kemarin ia berjalan bersama angin?
***
Siang yang begitu
terang ini terasa gelap baginya. Matahari yang menyengat tidak membuatnya
kepanasan. Ia malah kedinginan. Di eratkannya jaket hitam lusuh agar tubuhnya
menjadi hangat dan terhindar dari udara dingin.
Apa yang sudah gue lakukan? Batin cowok itu.
Rio, cowok itu
terdiam. Memikirkan semua masalah yang menimpanya. Masalah-masalah ini dimulai
sejak ia bertemu dengan seorang gadis cantik bernama Ify. Ya, Ify. Seharian ini
ia tidak melihat wajah manis itu. Dan entah mengapa, hatinya rindu melihat Ify
yang selalu membuatnya tertawa, walau tawanya tidak ia tampakkan.
Kenapa di saat seperti ini gue rindu dengan suara Ify?
Masih bisa ia
rasakan ciumannya dengan Ify kemarin. Rio nggak mengerti mengapa ia sekenanya
mencium Ify. Hatinya yang menyuruh, bukan nafsunya. Baginya, ciuman itu
merupakan ciuman pertamanya. Sekarang Rio mengerti mengapa orang-orang di luar
sana nggak bosan-bosannya melakukan hal yang haram itu. Tentu saja berdasarkan
nafsu.
Tiba-tiba,
dipikirannya melintas seorang Ibu yang dengan segala kasihnya menyuapi sang
buah hati, lalu menggendong sang buah hati hingga larut dalam pelukan hangat
dari Ibunya. Rio tersenyum hambar. Sekalipun ia tak pernah mendapatkan kasih
sayang seorang Ibu. Bagaimana ia bisa merasakan kasih sayang dari seorang Ibu
jika Ibunya saja ia tidak tau? Rio tidak tau siapa yang melahirkannya. Rio
tidak tau siapa Ayahnya.
Apa sebaiknya gue pergunakan waktu singkat ini untuk
menemukan siapa sebenarnya wanita yang melahirkan gue? Batin Rio.
Waktu yang singkat
ini? Rio tertawa hambar. Sekarang ia mengerti, waktu sedetik itu sangat
berharga baginya. Walau sedetik itu secepat kilat berlalu lalu berganti ke
detik selanjutnya.
Ada sesuatu yang terasa aneh. Gue harus kesana
secepatnya!
Tentu saja manusia
seperti dirinya selalu tau jika ada hal-hal ganjil yang dirasanya. Dan Rio bisa
mengetahui apakah keganjilan itu hanya dengan waktu yang singkat.
***
Siang menjelang
sore ini terasa ganjil bagi Debo. Cowok itu merasa ada yang nggak beres dengan
hari ini. Feelnya mengatakan kalo ia bakal bertemu dengan seseorang dari masa
lalunya yang pernah membuat hatinya sakit. Tapi, siapa orang itu? Shilla kah?
Nggak mungkin! Gadis itu sudah hilang dan nggak ada kabarnya.
Mustahil sekali kan kalo gue berharap hari ini bakal
ketemu Shilla? Kalo saja harapan gue terkabul, untuk apa gue ketemu dia? Shilla
adalah masa lalu gue dan gue nggak butuh dia.
Langkahnya tiba-tiba
saja terhenti ketika kedua matanya terpusat pada seorang gadis sedang duduk di
bangku tak jauh dari Toko Bakery yang merupakan langganannya. Wajah gadis itu
nampak sendu jika ia perhatikan baik-baik. Tapi nggak sedikitpun mengurangi
kecantikannya. Gadis itu sedang memainkan tabnya. Debo termenung sambil
menatapi gadis itu.
Shilla!
Jeritnya dalam hati. Jadi, gadis itu adalah Shilla? Mantannya sekaligus cinta
pertamanya? Nggak! Nggak mungkin itu
Shilla. Debo membantah kata hatinya yang mengatakan bahwa gadis itu adalah
Shilla. Tapi, wajah ayu nan jelita itu mirip sekali dengan Shilla. Mirip
sekali.
Jantung Debo
berdebar-debar. Apa seharusnya ia menyapa gadis itu? Jika gadis itu bukan
Shilla bagaimana? Atau jika gadis itu benar Shilla bagaimana? Langkah kakinya
yang tidak sesuai dengan pikirannya pun berjalan, terus berjalan dan...
“Shilla..”
Debo merutuki
dirinya sendiri. Mengapa tiba-tiba ia menyapa gadis itu tanpa kesadaran? Kedua
kakinya ini memang nakal. Semaunya berjalan tanpa persetujuan dari otaknya.
Sementara gadis itu menatapnya dengan kekagetan yang luar biasa. Cowok itu
kan...
“Shilla..”
Sekarang, mulutnya
yang nakal. Debo bingung dengan dirinya sendiri. Ia merasa seperti ada orang
yang menggerakkan otot-ototnya untuk melakukan sesuatu di luar kesadarannya.
“De.. Debo..”
Ternyata benar!
Gadis itu memang Shilla. Shilla telah keluar dari persembunyiannya. Sebisa
mungkin Debo menjaga tingkahnya agar tak terlihat bodoh di hadapan Shilla.
“E.. Hai Shill! Apa
kabar?” Sapa Debo sedikit gugup.
Shilla nggak kalah
gugupnya. “Ng.. Baik. Lo sendiri?”
Debo mengangguk. Ternyata benar gadis itu Shilla! Debo
nggak tau apakah ia bahagia atau tidak. Yang jelas, ia merasa seperti manusia
terbodoh berhadapan dengan Shilla. Teringat dengan kejadian masa lalu yang
membuat Shilla tak henti-hentinya meneteskan air mata, dan semua ini karenanya.
“Mulai sekarang, kita putus Shill!” Bentak Debo.
Gadis cantik di hadapannya ini sebisa mungkin menahan air
mata agar tidak turun. Sungguh, ini diluar dugaannya. Padahal, kemarin
hubungannya dengan Debo baik-baik saja.
“Lo emang cewek murahan! Lo sekenanya jual diri lo ke
om-om bodoh itu!”
Hati Shilla terasa panas mendengar bentakan kasar dari
Debo. Deb.. Ini bukan
salah Shilla! Ini bukan salah Shilla! Ia
memang telah melakukan suatu kebodohan yaitu dengan bermain-main bersama om-om
yang dikatakan bodoh oleh Debo. Tapi sungguh, ia masih suci. Malahan, Shilla
nggak tau mengapa ia bisa bermain-main dengan om-om itu. Seingatnya, ia diajak
pulang oleh orang asing lalu ia tak sadarkan diri kan kembali ingat ketika ia
ditemukan terbaring lemah di sebuah rumah yang tampak mengerikan.
“Deb, Shilla nggak tau kenapa Shilla bisa jadi kayak
gini. Shilla nggak tau kalo Shilla ternyata main-main sama om-om itu. Shilla
benar-benar nggak tau!”
Tentu saja Shilla menjadi emosi ketika dikatakan ‘cewek
murahan’ oleh Debo. Namun, apapun penjelasannya, Debo nggak akan mengerti dan
malah menyalahkannya.
“Shill.. Ng.. Ma..
Mafin gue..” Lirih Debo.
Debo yang telah
sadar dari bayangan masa lalunya kini menyadari bahwa dirinya salah. Shilla
tersenyum karena Debo bisa memahami sepenggal kisah kelam dari masa lalunya
itu.
“Thanks Deb..
Shilla emang nggak ngerti kenapa dulu Shilla bisa diculik sama om nggak tau
diri itu. Tapi sudahlah, sekarang Shilla senang bisa bertemu sama kamu lagi..”
Dari jarak yang
cukup jauh, Rio tersenyum misteri saat ia telah menemukan puing-puing masa
lalunya yang telah lama hilang. Shilla.. Cinta pertamanya telah kembali. Benar dugaan gue! Keanehan ini ternyata
karena Shilla telah kembali... Namun, entah mengapa. Rasa cintanya pada
Shilla tiba-tiba saja menghilang. Kini, Rio menganggap Shilla hanyalah gadis
tak penting lagi. Shilla hanya gadis yang numpang lewat aja di hatinya.
Diam-diam Rio
mendengar pembicaraan Debo dan Shilla yang sepertinya sangat penting. Walau
dari jarak yang cukup jauh, indra pendengaran Rio mampu mendengar percakapan
Debo dan Shilla.
“Shill, lo makin
cantik aja deh. Pasti cowok lo senang deh punya cewek cantik kayak lo..” Goda
Debo yang membuat pipi Shilla memerah. Tapi Shilla nggak mau kalo nggak
membalas ucapan Debo tadi.
“Lo juga makin
ganteng. Pasti banyak cewek yang ngantre jadi pacar lo.”
Debo tertawa
menanggapi ucapan Shilla. Sementara Rio yang melihat dua manusia yang bahagia
itu, ikut tertawa juga. Ayolah.. Kapan
kalian serius? Firasat gue mengatakan kalo kalian akan membicarakan suatu hal
yang berarti buat gue...
Setelah bicara
basa-basi, Debo sampai lupa dengan kesedihan yang nampak jelas dari wajah
Shilla. Apa.. Apa Shilla sudah tau
tentang Adrian? Batin Debo.
“Shill, lo.. lo
udah tau kan kalo kak Adrian sudah nggak ada?” Tanya Debo tiba-tiba.
Wajah Shilla
menjadi pucat. Hatinya seakan teriris oleh pisau tajam. Mendengar Debo menyebut
nama ‘Adrian’, air matanya mulai mengumpul dan mengumpul setelah itu penuh dan
siap untuk ia keluarkan. Benar kan, kedua mata indah Shilla berkaca-kaca.
“I.. Iya Deb..
Gue.. Gue udah tau semuanya dari Agni..” Jawab Shilla.
Debo menghela nafas
berat. “Gue menyesal karena telah membenci dia. Seharusnya gue merasa simpati,
bukan benci. Kasihan kak Adrian.. Tak ada satupun yang mau peduli dengannya.
Satu dua orang sih ada, tapi nggak ikhlas.” Ucapnya.
Di tempat Rio
berada, cowok itu tertawa cukup keras. Ia puas melihat seorang Debo yang sangat
menyesali perbuatannya karena dulu telah membenci, memaki dan mengolok Adrian. Deb.. Hahaha.. Kenapa lo baru menyesal
sekarang? Kenapa lo nggak menyesal sebelum Adrian mati? Hahaha... Namun,
tawa itu bukan tawa karena ada sesuatu yang terlihat lucu. Tetapi tawa dalam
artian kesedihan.
“Iya Deb.. Gue juga
menyesal. Tapi asal lo tau Deb, gue lebih kehilangan seorang Adrian dibanding
lo..” Ucap Shilla.
Ada yang aneh dengan ucapan Shilla. Ucapan itu seperti
mengandung sebuah rahasia besar yang nggak gue tau, Batin Debo.
Shilla bersiap-siap
untuk bercerita. Sebuah cerita sama yang pernah ia ceritakan pada Agni ketika
ia dan Agni mengunjungi makam Adrian. Shilla juga teringat ketika Ayahnya kaget
bak di sambar halilintar saat mengetahui kenyataan bahwa Adrian telah
meninggal.
“Deb.. Shilla mau
cerita. Debo harus mendengarnya. Cerita ini merupakan rahasia keluarga Shilla.
Bolehkan Shilla cerita?” Tanya Shilla.
Jangan-jangan.. Rio sudah merasakan bau-bau tak enak. Dan entah mengapa
jantungnya menjadi berdebar-debar.
“Silahkan Shill.”
Jawab Debo.
Sebelum bercerita,
Shilla mencoba menenangkan diri agar ia tak sampai menangis. Ketika ia
menceritakan rahasia ini pada, tak henti-hentinya ia menangis.
“Baiklah. Gue akan
cerita. Tapi, lo jangan kaget dengar cerita gue.” Kata Shilla.
“Kaget? Nggak lah.
Gue nggak bakal kaget.” Kata Debo.
Shilla tersenyum
meremehkan. “Sayangnya, lo pasti kaget. Karena ternyata Kak Adrian adalah kakak
tiri gue. Kami memiliki Ayah yang sama yaitu Papa gue dan Ibu yang berbeda.
Dulu, Papa pernah menikah dengan seorang wanita. Dari pernikahan mereka, lahirlah
kak Adrian. Tapi sayang, sebelum tante Wivi-mama Adrian-melahirkan kak Adrian,
dia kabur dari rumah. Waktu itu Papa sangat sedih karena kehilangan istri yang
sangat dia cintai. Papa sempat frustrasi karena nggak bisa menemukan istrinya.
Kira-kira enam bulan
kemudian, Papa menemukan mayat istrinya yang terlihat hancur. Papa kaget sekali
mendapat istri yang ia cintai berakhir mengenaskan seperti ini. Tapi Papa
yakin, istrinya sudah melahirkan anaknya. Namun Papa nggak bisa mencari dimana
anaknya itu yang ternyata adalah kak Adrian.
Setelah itu, Papa
menikah dengan seorang wanita cantik yang adalah Mama kandung gue sendiri.
Dengan kehidupan barunya, Papa mulai bisa tersenyum dan melupakan istri
pertamanya. Tapi hidup Papa nggak tenang karena Papa belum bisa menemukan
ananya yang hilang itu. Dan ketika gue cerita ke Papa tentang kak Adrian..
Papa..”
Air mata Shilla
menetes turun. Ia nggak sanggup membayangkan wajah Ayahnya yang teramat sedih
menyadari anak pertamanya telah mati mengenaskan. Dengan penuh perhatian, Debo
mengusap lembut pipi Shilla yang basah terkena air mata. Jujur, ia begitu kaget
mendengar cerita Shilla bahwa Shilla dan Adrian adalah adik kakak. Namun, apa
yang membuat Adrian terlahir sebagai bocah lelaki cacat yang terlihat sangat
buruk di mata orang dengan kulit kasar yang jika diperhatikan seperti sisik
ular?
Sementara Rio,
cowok itu terdiam mendengar rahasia Shilla yang telah selesai Shilla ceritakan.
Rio nggak tau apa yang harus ia perbuat. Rahasia Shilla sangat tak di duganya.
Mana mungkin bocah mengerikan seperti Adrian memiliki seorang adik cantik yang
kecantikannya mampu mengalahkan putri Raja?
“Lo belum tuntas
nyeritain ke gue. Yang masih bikin gue penasaran, kenapa kak Adrian bisa
terlahir sebagai bayi yang beda dengan bayi lainnya?” Tanya Debo.
Shilla tersenyum
pahit. “Itu karena Ibunda kak Adrian yang ternyata terkena penyakit misterius
yang mematikan. Di dalam darah tante Wivi, terkandung sebuah partikel-partikel
aneh yang menyebabkan janinnya cacat dan beda dengan bayi lainnya. Karena
itulah, tante Wivi yang sudah tau bagaimana bayinya nanti memilih kabur dari
rumah dan berujung kematian yang mengenaskan.” Jelas Shilla.
Terungkap sudah
rahasia keluarga Shilla. Debo berusaha menahan air matanya agar nggak menetes. Kak Adri, maafkan gue.. Ternyata hidup kak
Adri penuh dengan perjuangan. Debo salut sama kak Adri yang tetap sabar
menghadapi cobaan, dan terimakasih karena kak Adri telah menyelamatkan nyawa
Debo, kalo nggak ada kak Adri, Debo sudah nggak ada di dunia lagi. Maafkan Debo
kak...
“Argh!”
Debo kaget
mendapati Shilla yang sepertinya akan jatuh. Debo berusaha menjaga tubuh Shilla
agar nggak jatuh. Dari kedua mata Shilla, Debo melihat bahwa gadis itu sedang
menatap sesuatu yang mampu membuatnya menjadi seperti ini.
“Kak Adrian... Ada
Kak Adrian Deb..” Lirihnya lalu tubuh itu ambruk seketika.
Dicampur dengan
kepanikan dan kekagetan, Debo bingung akan ia apakan tubuh lemah yang terbaring
di tanah. Tapi, ia tau apa yang seharusnya ia lakukan. Debo mencari arah
pandang tempat yang tadi Shilla lihat sehingga membuat gadis itu pingsan.
Dan... Alangkah
terkejutnya ia saat ia mendapat Rio yang sedang menatap tajam ke arahnya.
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar