expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Kamis, 22 Mei 2014

My Wish Is Can With You ( Part 15 )



Part 15

.

.

.

Tepatnya di lapangan basket yang menjadi tempat pertemuannya dengan Rio. Disana, Ify bisa melihat sosok itu yang sedang terdiam seperti memikirkan sesuatu. Untunglah, lapangan ini sepi. Jadi nggak ada salahnya buat nenangin diri.

Apa gue harus nemuin kak Rio? Tanya Ify dalam hati. Harus Fy! Lagipula, Debo kan minta bantuan lo untuk sampein permintamaafannya ke kak Rio. Eh, emangnya Debo punya salah ya sama Rio? Ify tak habis pikir.

Dengan langkah kaki yang pelan dan gugup, Ify mendekati Rio yang sedang duduk di pinggir lapangan. Ify nggak bisa menebak apa yang dipikirkan cowok itu.

“Hai kak!” Sapa Ify gugup.

Rio terhenyak atas kedatangan Ify. Namun, Ify tak kalah kagetnya ketika melihat wajah Rio yang bersih dan disana tak ada sediktpun bekas luka. Mustahil kan luka itu hilang sendiri?

“Obat apa yang kak Rio pake? Kok wajah kak Rio nggak ada bekas luka sama sekali?” Tanya Ify.

Rio bingung mau menjawab apa. Ia pun memilih untuk tidak menjawab dan memusatkan pikirannya pada satu titik. Tampaknya Ify kecewa dicuekkan olehnya. Gadis itu pun duduk disampingnya sambil memerhatikannya.

“Kak, Debo minta maaf ke kakak.” Kata Ify pelan.

Rio menoleh ke arah Ify yang langsung salting. “Ya.” Jawabnya singkat. Sungguh, cowok itu hemat sekali bicara.

“Ng.. Emang Debo pernah ya buat kak Rio marah?” Tanya Ify. Pasalnya, tadi Debo enggan memberitahunya mengapa Debo harus meminta maaf kepada Rio.

Dan lagi-lagi, Rio nggak menjawab. Mulutnya seakan-akan bisu. Digerakkan sedikitpun tak bisa. Apalagi bicara! Ify harus menemukan topik agar Rio mau biacar dengannya.

“Kak..” Ify nampak ragu. “Ng.. Kemarin, Ify mengira kak Rio mati karena denyut nadi kak Rio nggak ada. Tapi.. Denyut kak Rio kembali lagi. Apa artinya kak? Kak Rio buat panik Ify.”

Gadis itu berbicara sendiri. Orang disampingnya ini bak patung. Patung yang tidak memiliki nyawa, namun bisa memahami kata demi kata yang diucapkan oleh gadis itu.

“Kak, kakak beda dari yang lain. Kak Rio seperti punya rahasia. Sebenarnya, dimana kak Rio tinggal? Siapa orangtua kakak?”

Semakin lama, Rio dibuat kesal oleh ocehan Ify. Rio tidak tahan. Ia yang ingin sendiri tiba-tiba diramaikan oleh ocehan tak berguna dari mulut Ify. Yo! Lo harus melakukannya. Lo harus lanjutkan permainan lo!

Rio beralih menatap Ify dengan tatapan tajam dan mengerikan. Membuat Ify sedikit takut dan merasa bersalah. Mungkinkah pertanyaannya tadi membuat Rio marah?

“Dengar Fy! Lo bukan siapa-siapa gue. Lantas, kenapa lo ingin tau hidup gue? Kenapa juga lo ingin dekat dengan gue? Gue pengen sendiri! Dan kedatangan lo ini mengacaukan segalanya. Bisa nggak sih Fy lo jauhin gue?” Bentak Rio.

Bentakan kasar dari Rio merupakan pukulan telak bagi Ify. Ify tidak menyangka. Cowok yang kemarin memeluknya kini berubah menjadi kasar. Sakit. Tentu sakit yang ia rasa. Gimana tidak sakit? Orang yang kita cintai membentaki kita!

Setetes demi setetes air matanya keluar, membasahi pipinya. Menangis merupakan kegiatan wajib yang dilakukannya semenjak ia menyukai Rio. Benar ternyata kata Sivia. Semakin ia mencintai Rio, maka semakin sedih hatinya. Mungkin saja Sivia melarangnya cinta pada Rio karena pastinya Rio menolaknya.

Menyadari hal itu, Rio tidak tega melihat wajah cantik itu menangis. Yo, lo kenapa sih? Permainan lo tadi seru! Lantas mengapa lo jadi iba kayak gini? Gadis itu bukan siapa-siapamu Rio. Gadis itu hanya sasaran lo untuk memuaskan diri lo. Tapi salah besar jika ia mempermainkan Ify. Gadis itu sama sekali tidak bersalah. Seharusnya, Shilla yang ia buat seperti ini. Bukan Ify.

“Kak.. Ify.. Ify emang nggak pantas buat kak Rio..” Kata Ify menahan tangisnya.

Yo, Ify mencintaimu dengan ketulusan hatinya. Ify telah menemukan cinta sejatinya, yaitu elo. Jangan sekali-sekali membuat gadis itu menangis. Rio bingung dengan dirinya. Apa yang ia rasakan ini sungguh di luar dugaannya. Ify, seorang gadis yang mestinya ia lindungi. Rio ingat kejadian kemarin. Saat jemari lembut Ify membersihkan wajahnya dari darah akibat dua lelaki kejam itu.

“Kak.. Hiks.. Ify.. Ify bodoh ya mencintai kakak.. Ify..”

Entah mengapa hatinya terasa perih melihat Ify menangis. Sangat perih. Seperti kemarin. Dadanya sesak melihat Ify mengeluarkan air mata. Akibatnya, ia berani memeluk Ify untuk melampiaskan keperihan hatinya. Dan, saat ia memeluk tubuh itu, hatinya menjadi tenang, seakan-akan masalah yang ia alami hilang entah kemana. Apa gue harus memeluk lo Fy?

“Kak..” Ify mengusap air matanya. Kini, ia tau jawabannya. Jawaban hati Rio. Yaitu menolak cintanya. “Maafkan Ify kak karena telah membuat hidup kak Rio berantakan. Maka dari itu, Ify.. Ify janji nggak akan lagi ganggu kak Rio. Ify...”

Terpaksa Rio memeluk gadis itu. Ia tidak tahan melihat Ify menangis. Dan pelukan itu membuatnya menjadi tenang. “Jangan nangis lagi, gue nggak suka liat lo nangis.” Kata Rio lembut.

“Tap.. Tapi kak..”

Pelukan itu semakin lama semakin erat. Ify merasa nyaman berada di pelukan itu. Ia tidak mau pelukan itu berakhir. Sementara Rio, cowok yang sedang bingung dengan dirinya sendiri tiba-tiba saja meneteskan air mata. Cukup setetes. Namun mampu memberikan sejuta efek baginya.

Entah Fy, gue nggak tenang liat lo nangis. Dada gue sesak mendengar tangisan lo. Jujur, gue nggak tau apa sebenarnya yang terjadi pada diri gue. Rio teringat dengan Shilla. Seorang gadis yang adalah cinta pertamanya. Rio sangat sayang dengan Shilla. Tapi entah mengapa, rasa sayang yang sampai sekarang ia pertahankan kini teralihkan ke gadis lain. Seorang gadis yang tidak di duganya.

Apa gue.. Apa gue...

Dari jauh sana, Debo melihat pemandangan itu dengan senyuman. Ia tidak cemburu. Justru ia terharu melihat mereka bahagia. Debo memang diam-diam mengikuti Ify dan sampailah ia di tempat ini.

“Kalian memang cocok. Gue yang salah. Tak seharusnya gue benci lo Rio..”

Sementara Rio dan Ify yang sedang hanyut dalam perasaan masing-masing dikejutkan oleh bunyi bel masuk. Pertanda jam istirahat telah berakhir. Secara perlahan, Rio merenggakan pelukannya, lalu melepasnya dengan hati-hati. Tangan kanannya mengusap lembut pipi Ify.

Rio tersenyum melihat Ify tersenyum. “Tolong jangan nangis lagi. Dada gue sesak liat lo nangis.” Kata Rio.

“Iya kak, maaf.. Ify janji nggak akan nangis lagi. Tapi kak Rio juga harus janji.”

“Janji?”

“Iya. Janji untuk tidak membuat Ify menangis lagi.”

***

“Darimana aja lo?” Tanya Sivia melihat wajah Ify yang kelihatan bahagia.

Ify tersenyum misterius. Membuat Sivia jadi penasaran. “Ayolah Fy, kasih tau gue.” Desak Sivia.

“Kak Rio..” Gumam Ify. “Dia janji nggak akan bikin gue nangis lagi.” Ucapnya.

Sivia tersenyum hambar. “Lo tadi sama kak Rio ngapain aja?” Tanyanya.

Kedua pipi Ify memerah mendengar pertanyaan yang dilontarkan Sivia. “Nggak. Gue cuma ngobrol aja.” Jawabnya.

“Beneran? Nggak mungkin lo sebahagia ini jika cuma ngobrol doang.”

Namun Ify nggak mau cerita. Untunglah, guru geografi masuk ke dalam kelas. Pembicaraan mereka pun berhenti sampai disini.

***

“Jadi.. Kak Cakka.. Pacar lo?”

Sungguh Shilla nggak percaya mendengar penjelasan Agni. Cowok yang ia temui beberapa hari yang lalu adalah Cakka. Cakka! Ia ingat sekarang siapa Cakka. Cakka merupakan bagian dari masa lalunya.

“Iya Shill, maaf.”

Wisnu Marga Cakka atau lebih akrab dipanggil Cakka. Nama yang hampir ia lupakan. Dulu, Cakka sangat menyukainya. Berbagai cara yang dilakukan Cakka agar mendapatkannya selalu saja gagal. Hati Shilla sudah dibulatkan hanya untuk Debo seorang.

“Nggak papa kok Ag.”

Agni tersenyum getir. Sejujurnya, sangat bodoh ia menerima Cakka yang sebetulnya adalah pembunuh. Pembunuh yang kejam. Tapi Agni tetap menerima Cakka karena ia emang benar-benar mencintai Cakka. Tak peduli siapa Cakka itu.

Tiba-tiba Shilla teringat sesuatu. “Ag, gue kayaknya pernah denger kalo kak Cakka mau balas dendam dengan Debo. Yaa lo tau kan. Kak Cakka begitu membenci Debo karena Debo dengan mudahnya bisa mendapatkan gue. Sedangkan dia...”

“Shill..” Agni tidak sanggup mendengar ucapan Shilla. “Jangan diteruskan. Sama saja membuat gue sesak mengingat semua itu. Dan asal lo tau, Cakka adalah pembunuh! Pembunuh!”

Tentu saja Shilla kaget. Pembunuh? Cakka kan pacar Agni. Mengapa dengan beraninya Agni mengatai kekasihnya sebagai lelaki pembunuh? Apa sebenarnya yang terjadi selama ia berada di Medan? Sesuatu apa yang terjadi sampai-sampai Cakka disebut-sebut sebagai seorang pembunuh?

“Shill, seharusnya lo tau. Ntar malem, datang ke rumah gue. Akan gue ceritakan semua yang nggak lo tau. Tentu ini ada hubungannya dengan Cakka, Debo dan.... Adrian.”

***

“Rian!”

Suara gadis itu mengagetkannya. Ia pun membalikkan badannya dan mendapati seorang gadis yang menatapnya dengan tatapan yang sendu. Mau apa lagi dia? Bukannya kita sudah tak berhubungan lagi? Namun Rian yang adalah Rio itu tak bisa membohongi dirinya sendiri kalo ia sedang membutuhkan seseorang untuk bercerita.

“Ada apa?” Tanya Rio.

Gadis yang tak lain bernama Sivia itu tersenyum hambar. “Yo, tadi lo sama Ify ngapain aja?” Tanyanya.

Namun jawaban yang Rio keluarkan nggak nyambung dengan pertanyaan Sivia. “Gue butuh lo Siv.” Ucapnya.

Rio mengajak Sivia duduk di sebuah tempat yang sepi agar tidak ada siapapun yang mendengar percakapan mereka, dan Sivia nggak keberatan menerima ajakan Rio karena ia juga membutuhkan Rio.

“Tadi lo sama Ify ngapain aja?” Ulang Sivia.

Sebelum menjawab, Rio menarik nafas dalam-dalam. Berusaha menghilangkan sisa-sisa keperihan hatinya saat melihat Ify menangis tadi.

“Gue bodoh.” Ucap Rio pelan. Matanya berkaca-kaca. “Nggak seharusnya gue berada disini. Ify.. Gadis itu terlalu mengharapkan gue dan gue.. Dan gue nggak bisa menolak apapun yang dia lakukan. Gue...”

“Yo, lo sadar? Lo terjebak dengan permainan lo. Permainan gila lo yang bisa menghancurkan perasaan Ify. Tapi, lo nggak tega kan liat dia menangis? Sudah gue bilang. Ify terlalu rapuh buat lo sakiti. Dan, semuanya sudah terlambat.”

Rio terdiam mendengar ucapan Sivia. Sama sekali tak berniat untuk memotong pembicaraan Sivia. Ia biarkan Sivia terus berbicara sampai lelah.

“Sekarang, apa yang harus lo lakukan agar lo nggak akan buat Ify menangis lagi? Saran gue, pliss.. Lo hapus syarat ketiga itu. Itu syarat yang bikin Ify menangis tanpa henti. Gue mohon dengan sangat Yo. Kebahagiaan Ify adalah kebahagiaan gue juga. Jika Ify sedih, tentu gue ikut merasakan kesedihan yang Ify rasakan.”

Membatalkan syarat ketiga? Hahaha.. Impossible! Tiga syarat itu nggak akan bisa dihapus atau diganti, karena sebelumnya Rio sudah berjanji menerima apapun syarat yang diajukan oleh sosok yang sangat ia hormati. Sosok yang bekerja sebagai skreanrio di dalam kehidupan ini.

“Gue nggak bisa.” Kata Rio.

“Kenapa? Kenapa Yo? Itu sama saja membuat Ify menangis. Ayolah Yo.. Gue mohon..”

Permohonan Sivia bisa jadi akan meluluhkan hatinya. Tapi, siapa dia? Dia hanya manusia. Dia bukan Tuhan. Dan dia nggak bisa mengubah takdir Tuhan yang sudah di tulis dalam buku rahasia yang dimiliki Tuhan.

“Vi, ini takdir gue. Gue nggak bisa mengubahnya. Gue bukan Tuhan Via.. Gue hanya manusia bodoh yang paling dibenci oleh semua makhluk di dunia ini.”

“Tapi, hati kecil lo sebenarnya ingin menghapus syarat itu kan? Ayo jawab! Jangan lo bohongi hati lo. Dan lo jangan malu untuk sadar kalo lo sebenarnya cinta sama Ify!”

Ucapan Sivia kali ini membuat aliran darahnya naik seketika. Wajahnya terasa panas. Kalimat terakhir yang diucapkan Sivia sangat ragu ia benarkan. Apa ia, seorang Rivano Gabril telah jatuh cinta dengan seorang gadis bernama Alyssa Sifyla? Jika benar, lantas apa yang membuatnya menyukai gadis itu? Apa hanya karena tangisan gadis itu mampu membuat hatinya perlahan-lahan menyukai gadis itu?

Sekarang, Ify berada di posisi Shilla. Sebuah rasa yang sama yang pernah ia rasakan pada Shilla kini ia rasakan pada Ify. Sebuah rasa yang menghantarkannya menuju sesuatu yang indah. Yang bisa disebut dengan cinta.

Astaga! Apa ia.. Apa ia telah menyukai Ify dan tidak mau kehilangan Ify? Sama seperti ketika ia menyukai Shilla dan tidak mau kehilangan Shilla?

“Yo.. Jangan pernah bohongi perasaan lo. Dari wajah lo saja gue tau. Lo sebenarnya suka sama Ify. Gue yakin lo akan mempertahankan cinta lo itu dengan cara menghapus syarat ketiga. Gue yakin Tuhan mau mengabulkannya.”

Rio menatap Sivia sambil tersenyum hambar. “Sayangnya tidak bisa Vi. Tuhan nggak bisa lagi mengabulkan permintaan gue karena permintaan gue yang terakhir sudah Ia kabulkan. Maaf Vi.. Sampaikan permintamaafan gue ke Ify. Aloha..”

Rio bangkit dari duduknya, seakan-akan tugasnya sudah selesai ia kerjakan dan kembali dengan kehidupan semula. Menemukan seseorang yang benar-benar mencintainya dengan tulus sudah ia dapatkan dari ketulusan hati Ify.

“Jangan pergi..” Lirih Sivia menahan tangis.

Rio tersenyum lalu mengacak-acak poni Sivia. “Tapi gue janji akan membahagiakan Ify.” Ucapnya.

***

Akhirnya, malam yang ditunggunya pun tiba. Shilla tak sabaran bertemu Agni. Ia nggak sabaran untuk mengetahui sebuah rahasia besar yang dimiliki Agni. Yang tentunya ada hubungannya dengan Cakka, Debo, dan Adrian.

Adrian. Shilla selalu sedih ketika mendengar nama itu. Adrian. Sampai sejauh ini, keluarganya belum menemukan letak keberadaan Adrian. Keberadaan Adrian bak di telan oleh bumi. Tapi Shilla yakin kalo Agni tau dimana keberadaan Adrian. Bukannya rahasia itu ada hubungannya juga dengan Adrian?

Namun, lagi-lagi ia mengutuki keadaan. Shilla jengkel bukan main saat menerima pesan singkat dari Agni yang sekaligus membatalkan niatnya untuk menemui Agni.

Sorry Shill, gw gk bsa cerita skrg. Bsok sj ya, tp lo hrs janji. Lo jgn nangis ktk dengar cerita gue.

***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar