expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Minggu, 12 April 2015

All of Revenges ( Part 15 )



Part 15
.

            Zayn teringat sesuatu. “Kau sudah tau kalau Tamara sudah ditangkap polisi?” Tanyanya.

            “Ohya? Syukurlah kalau begitu.” Jawab Harry. Ada kHannahgaan di hatinya. Ia berharap polisi membunuh Tamara sekalian karena ia sudah sangat marah dengan Tamara walau ia tidak yakin Tamara yang melakukan ini semua pada Ibunya.

            “Memang benar Tamara yang membunuh Ibumu. Katanya dia sangat dendam dengan keluargamu.” Kata Zayn.

            Harry menatap Zayn tidak mengerti. “Apa salah keluargaku?” Tanyanya.

            “Kata Tamara, dia sangat dendam dengan keluargamu karena dulu keluargamu telah menghancurkan keluarganya. Karena itulah Tamara berjanji untuk menghancurkan satu per satu keluarga Tom Richard.” Jelas Zayn.

            Mendengar penjelasan Zayn, Harry langsung memukul meja yang ada di depannya sehingga menimbulkan bunyi yang membuat Zayn kaget. “Aku bukan bagian dari keluarga Tom Richard! Bagiku, Tom bukan Ayahku walau kenyatannya Iya! Ibuku tidak bersalah. Dia adalah wanita yang baik! Ibuku hanya menjadi korban! Lantas, mengata Tamara ingin membunuh Ibuku? Seharusnya ia membunuh Ibu Tay, bukan Ibuku!”

            Entah mengapa kebencian serta dendamnya pada Tay tumbuh lagi. Tapi sebisa mungkin Harry menepisnya. Tay adalah adiknya dan ia tidak boleh membencinya.

            “Ibu Tay sudah meninggal. Mungkin yang menjadi pelampiasannya adalah Ibumu.” Kata Zayn.

            Harry tau kalau Ibu Tay sudah tidak ada. Jadi, kebenciannya hanya ia tunjukkan pada Tom dan bukan kepada Ibu Tay ataupun Tay

            “Yang aku herankan, mengapa Tamara tidak membalas dendam pada Tay? Menurutku Tamara seperti tidak tau apa-apa kalau Tay adalah anak Tom.” Kata Zayn.

            “Tanya saja ke dia.” Kata Harry.

            “Ini serius Harr! Apa jangan-jangan Tay bukan anak Tom?”

            Lelucon yang sama sekali tidak lucu. Jelas-jelaslah Tom adalag Ayah Tay dan hal itu tidak akan bisa diubah sekuat apapun usahanya untuk mengubahnya. Harry menarik nafas dalam-dalam. Wajah lelaki itu berubah menjadi sedih. Sepertinya Zayn mengetahui sesuatu.

            “Kau menyukai Tay?” Tanya Zayn. Namun Harry tidak menjawab. “Jujur saja, kau kan bukan tipe tertutup.” Sambungnya.

            Akhirnya Harry menceritakan segalanya. Segala yang telah menimpa dirinya. Termasuk perbuatan Tamara yang membuat Zayn kaget. Tamara bukan hanya membunuh Ibu Harry. Tapi membunuh Harry juga! Jadi, Miss S itu adalah Tamara?

            “Aku baru ingat nama asli Tamara. Tamara Sunkiest. Dia menggunakan nama belakangnya di surat itu.” Kata Harry.

            Zayn menatap Harry dengan tatapan sedih. Sungguh, ia tidak sanggup jika ia berada di posisi Harry. “Harry.. Aku.. Aku tidak tau jika aku…” Ucapnya.

            “Sudahlah Zayn. Ini adalah takdirku dan penyakit sialan ini tidak akan bisa disembuhkan. Aku hanya bisa menunggu kematian. Tapi aku berjanji, aku akan mewujudkan semua impian yang belum terwujud.” Kata Harry.

            “Termasuk mendapatkan Tay? Bukannya tadi kau cerita kalau kau menyukai Tay?”

            Harry tersenyum sedih. “Tapi hal itu mustahil. Tuhan tidak akan pernah menyatukanku dengan Tay.” Ucapnya.

            Zayn mencoba untuk tersenyum demi menguatkan sahabatnya. “Kau memang tidak bisa bersatu dengan Tay, tapi di surge nanti kau akan bersatu dengannya. Aku yakin itu.” Ucapnya.

            Harry pun tersenyum. “Thanks.” Ucapnya singkat.

***

            Pelan-pelan Hannah mendorong kursi roda Louis menuju rumah Zayn. Hari ini Zayn ingin mengundang sahabat-sahabatnya untuk makan bersama. Zayn melakukan ini karena hari ini adalah hari ulang tahunnya.

            “Kalian tampak mesra.” Kata Zayn.

            Ya, sudah dua hari yang lalu Hannah dan Louis jadian. Ajaib bukan? Sementara Niall, lelaki itu berusaha untuk menerima semuanya. Niall, Harry, Liam dan Tay juga ada disini. Namun Harry memilih untuk menyendiri.

            “Terimakasih Zayn. Aku senang karena sekarang aku dan Louis menjadi sepasang kekasih. Akhirnya impianku terwujud. Ohya, selamat ulang tahun!” Kata Hannah senang.

            Zayn tersenyum membalas ucapan Hannah. Sementara Louis tampak sehat walau sedikit pucat. Kata dokter, ia tidak boleh melakukan hal-hal yang berat. Bisa saja penyakitnya kembali lagi karena penyakit kanker tidak mudah untuk disembuhkan.

            “Hallo Tay!” Sapa Hannah.

            Dua gadis itu saling berpelukan. “Ohya, bagaimana hubunganmu dengan Zayn?” Tanya Hannah yang dapat membuat Tay maupun Zayn kaget.

            “Kami hanya berteman.” Bantah Tay.

            Hannah tersenyum jahil. “Kau tidak usah bohong. Setelah Zayn putus dengan kekasihnya, kuperhatikan kau senang sekali.” Ucapnya.

            Tay tau kalau Hannah berbohong. Ia tidak pernah merasa senang saat Zayn putus dengan kekasihnya. Ia pun tidak tau kapan Zayn putus dengan kekasihnya. Tidak sengaja, Tay melirik ke arah Harry yang saat itu juga sedang melihatnya. Bisa ia lihat mata Harry yang terlihat sedih. Ingin sekali ia menemui Harry. Tapi ia urungkan niatnya.

            “Apa kabar Lou?” Sapa Tay.

            “Baik.” Jawab Louis singkat.

            Acara makan-makan pun dimulai. Tetapi Harry belum juga bangkit dari duduknya. Zayn yang sudah tau alasan Harry memilih untuk diam. Niall yang juga diam pun memilih mendatangi Harry.

            “Kau tidak makan?” Tanya Niall.

            Harry sedikit kaget. “Tidak. Aku tidak lapar.” Jawabnya.

            Niall merasa ada yang aneh dengan Harry. Sediam-diamnya Harry, secuek-cueknya Harry, tidak pernah seperti ini. “Kau kenapa?” Tanya Niall.

            “Aku tidak apa-apa. Sebaiknya kau pergi.” Kata Harry.

            Niall tersenyum. “Sebaiknya aku juga disini karena jika aku kesana, aku tidak sanggup melihat Hannah menyuapi Louis dengan mesra.” Ucapnya.

            “Terserah.” Kata Harry.

            “Hei Niall! Harry! Mengapa kau diam disana?” Tanya Liam.

            “Kami tidak lapar.” Jawab Niall.

            Liam menaikkan sebelah alisnya. “Untuk apa kalian datang kemari jika kalian tidak menghormati tuan rumah? Dan kau Niall, bukannya makan adalah nomor satu bagimu?” Tanyanya.

            Niall pun terpaksa menuruti nasehat Liam karena jujur saja, ia lapar sekali dan rasa lapar itu tidak bisa ia tahan. Sementara Harry tetap diam di posisisnya.

            “Dan kau lelaki aneh, mengapa kau masih diam disana?” Tanya Liam melihat Harry.

            Mengetahui hal itu, Zayn langsung berbicara. “Biarkan Harry disana.” Ucapnya penuh misterius dan Liam tidak bisa berbuat apa-apa lagi.

            Sementara Harry, lelaki itu menatap teman-temannya dengan segala kesedihan. Sebenarnya, ia ingin bergabung. Tapi jika ia melakukannya, sama artinya ia membunuh semua teman-temannya itu, walau kemungkinannya kecil.

***

            Setelah acara sHannahsai, Harry pulang dan kembali ke rumahnya. Namun lelaki itu dihadang oleh Tay. Harry tidak bisa menghindar walau sebenarnya ia sangat tidak ingin bertemu Tay.

            “Kau terlihat aneh hari ini.” Kata Tay.

            “Aneh? Maksudmu?” Tanya Harry.

            “Mengapa kau menyendiri dan kau tidak ingin menyentuh sedikitpun makanan yang disediakan Zayn? Sadarkah kau kalau hari ini adalah hari ulang tahun Zayn?”

            Harry tidak menjawab pertanyaan Tay. Lelaki itu terdiam dan entah sedang memikirkan apa. Tay mencoba menebak hal apa yang dipkirkan Harry, tetapi ia tidak bisa menemukan jawabannya.

            Tiba-tiba, Harry memeluknya dengan erat. Tentu saja Tay kaget. Tapi ia merasa nyaman dengan pelukan itu. Tay memejamkan matanya. Gadis itu merasakan sejuta kebahagiaan yang belum pernah dirasakannya. Yang menjadi pertanyaannya, mengapa Harry memeluknya? Perlahan, Harry melonggarkan pelukannya lalu ia mHannahpaskan pelukannya.

            “Ku harap, kau mau memaafkan Louis.” Kata Harry.

            “I.. Iya..” Jawab Tay bingung serta gugup.

            Harry menatap kedua mata biru Tay yang sangat menarik. Mata biru yang indah. Mata yang dapat membuatnya jatuh cinta seperti ini.

            “Ng.. Mengapa kau memelukku?” Tanya Tay.

            Harry tersenyum kecil. “Aku hanya merindukanmu.” Jawabnya. Namun terasa ganjil bagi Tay. “Maaf jika kau tidak suka. Aku tau perbuatanku tadi salah.” Sambungnya lalu pergi meninggalkan Tay. Tay memerhatikan punggung Harry yang mulai menghilang dari penglihatannya. Gadis itu menghela nafas panjang. Bisakah ia mengubah dunia ini? Sekali saja agar ia bisa memiliki Harry.

            “Sudah aku bilang, kau menyukai Harry. Tetapi kau tidak mau mengakuinya.” Kata Zayn yang tiba-tiba sudah ada disamping Tay.

***     

“Aku tidak mengerti.” Ucap Hannah pada dirinya sendiri.

Selama ia mengenal Tay, ia tidak pernah mendapatkan masalah apapun. Tapi kali ini masalah itu datang dan membuatnya bingung. Pasti Tay dan Louis dulunya saling kenal mengenal. Tapi Hannah tidak yakin bahwa Louis telah melakukan hal yang tidak-tidak pada Tay sehingga Tay berubah menjadi seperti ini. Atau mungkin Louis menyukai Tay? Intinya, Louis bukanlah lelaki yang tepat untuknya. Namun Hannah tidak bisa begitu saja melupakan Louis karena Louis sudah mencuri hatinya dan selamanya akan menjadi seperti itu.

Mungkin saja Liam tau tentang masa lalu Louis. Ya! Baru saja Hannah membuka pintu kamarnya, Liam sudah ada di luarnya. Suatu kebetulan.

“Kau tau tentang masa lalu Lou?” Tanya Hannah. Berharap Liam mengetahui dan mau menceritakannya.

“Hei! Ada apa kau menanyakan hal itu? Aku tau! Kau menyukai Louis bukan?” Tanya dan tebak Liam.

Hannah pun mengajak Liam masuk ke dalam kamarnya. “Jadi, kau tau tentang masa lalu Lou?” Tanya Hannah membuka pembicaraan.

“Memangnya ada apa dengan masa lalu Louis?” Liam balik nanya.

“Karena itulah aku bertanya denganmu!” Kata Hannah kesal. Ia bisa menyimpulkan bahwa Liam sama sekali tidak tau tentang masa lalu Louis. Mungkin Harry atau Niall yang mengetahuinya.

“Sudahlah. Tidak ada gunanya aku bertanya denganmu.” Kata Hannah.

“Hmmm.. Memangnya kau menyukai Lou? Kalau ya, seleramu aneh sekali.” Kata Liam.

Hannah tau bahwa Liam sudah mengenal lebih dekat dengan Louis dan tentu saja Liam tau bagaimana sikap Louis. Akhirnya Hannah mengaku kalau ia menyukai Louis.

“Ya, aku menyukai Lou. Apa itu salah?” Tanya Hannah.

Liam tersenyum lalu mengacak-acak rambut Hannah. “Cinta itu tidak pernah salah. Jika kau menyukai Louis, itu tidak apa-apa. Yang menjadi pertanyaannya, apakah kau benar-benar mencintainya?”

Hannah terdiam. Di lubuk hatinya yang terdalam, ia benar-benar mencintai Louis. Semua yang ada dalam diri Louis ia cintai. Meski itu termasuk dari kekurangan Louis. “Aku benar-benar cinta padanya. Hanya saja Tay melarangku mencintai Lou karena kata Tay, Lou adalah lelaki yang tidak baik. Karena itulah aku ingin tau bagaimana masa lalunya dengan Tay.” Kata Hannah.

“Apa kau tidak menanyakannya langsung pada Lou atau ?” Tanya Liam.

“Sudah aku tanyakan. Namun mereka tidak mau menjawabnya. Mungkin itu menjadi rahasia mereka. Tapi aku telah menemukan sebuah kesimpulan dan kesimpulan itu terasa aneh bagiku.”

“Kesimpulan apa maksudmu?” Tanya Liam tidak mengerti.

Hannah bingung harus jujur atau tidak. Tapi jika ia menjawab, dan jika kesimpulannya itu salah, sama halnya kalau ia memfitnah Louis karena telah berbuat yang tidak-tidak pada Tay.

“Ah, sudahlah. Lebih baik kau tanyakan langsung pada Lou atau Harry dan Niall. Aku yakin mereka pasti tau.” Kata Hannah akhirnya.

“Baiklah. Tapi aku tidak bermaksud untuk tau tentang masa lalu orang. Baik buruknya maupun tidak.” Tiba-tiba Liam teringat sesuatu. “How about your birthday party?” Tanyanya.

Ya, pasti Ayah dan Ibunya sudah membicarakan tentang pesta ulang tahunnya. “Ibu dan Ayah sudah mengaturnya. Aku harap Lou mau datang di pesta ulang tahunku dan kau harus memaksanya untuk datang.” Jawab Hannah.

Liam tersenyum. “Tentu saja.” Jawabnya. Hannah mengaminkannya dalam hati dan semoga Louis mau datang di pesta ulang tahunnya. Semoga.

***
Next story-nya aku masih bingung haha soalnya sudah lama enggak lanjutin cerita ini :D tapi kalo mau kasih masukan tentang cerita ini dan bagaimana tentang next part-nya silahkan komen ya J Ntar aku pikirkan lagi J
Thank you J

All of Revenges ( Part 14 )



Part 14

.

            Wajah Tay langsung merah padam saat Zayn mengucapkan nama ‘Tamara’. “Zayn, aku ingin mencari Tamara! Sekarang juga! Aku ingin member pelajaran untuknya.” Ucapnya.

            “Tamara? Kau yakin gadis itu yang telah melakukan ini semua? Kau yakin Tamara yang membunuh Ibu Harry?” Tanya Zayn.

            “Don’t ask me Zayn. Cepatlah antar aku ke rumah lama Harry. Aku yakin Tamara ada disana.” Kata Tay dan Zayn tidak bisa menolaknya.

            Mobil itu melaju dengan kecepatan di atas rata-rata berhubung jalan raya lumayan sepi. Tay tidak sabar memukuli wajah iblis itu dan mencabik-cabiknya. Lain halnya dengan Zayn, lelaki itu takut jika Tay yang malah terkena tamparan, pukulan dan siksaan seperti saat Tay dihadang oleh Tamara dan Tamara menampar pipi Tay.

            Sesampai di rumah lama Harry, cepat-cepat Tay keluar dari mobil dan langsung menggebrak pintu rumah. Saat ia berhasil membuka pintu rumah, Tay kaget bukan main tatkala mendapati Tamara yang sedang berciuman dengan seorang lelaki yang sudah berumur. Tentu saja Tamara dan lelaki itu kaget. Tapi jika diperhatikan baik-baik, Tamara dan lelaki itu sedang mabuk. Tay mundur selangkah, namun Tamara sudah mencengkal tangannya.

            “Heh! Mau apa kau kesini? Ohya. Bagaimana kabar Harry? Apakah lelaki itu masih hidup?” Tanya Tamara.

            Darah Tay langsung naik mendengar pertanyaan itu. Tangan kirinya yang bebas ingin segera meninju wajah Tamara. Namun, di belakang sana, Zayn berusaha untuk menjauhkan Tay dari Tamara. Cengkraman Tamara pun terlepas. Zayn menatap tajam Tamara.

            “Pertanyaanku hanya satu. Apa kau yang telah melakukan semua ini?” Tanya Zayn.

            Sebelum menjawab, Tamara tertawa. “Jika kau mau jawabannya, baiklah. Jawabannya adalah ya. Aku yang membunuh Ibu Harry, dan aku yang membuat umur Harry yang sudah tidak akan lama lagi akan..”

            PLAAKK!!!

            Secara refleks, Tay menampar pipi Tamara. Namun Tamara tidak merasakan kesakitan. Gadis itu malah tertawa. “Kau benar-benar wanita iblis! Untuk apa kau menghancurkan hidup Harry? Hah?” Bentak Tay.

            Tiba-tiba, gerombolan polisi datang menyerbu rumah itu. Tentu saja Zayn, Tay, Tamara dan lelaki disamping Tamara kaget. Tampaknya polisi sudah tau kejahatan-kejahatan yang dilakukan Tamara.

            Polisi itu menangkap Tamara dan lelaki itu. Tamara berusaha mHannahpaskan diri, tetapi ia tidak bisa. Tenaganya sudah habis karena ia baru sHannahsai mabuk.

            “Hahaha… Kalian boleh menangkapku.. Hahaha…” Tawa Tamara seperti orang gila.

            Zayn yang tidak mengerti langsung bertanya pada polisi itu. “Pak, sebenarnya apa yang terjadi? Jadi benar Tamara yang membunuh Ibu Harry?” Tanya Zayn.

            “Bukan itu saja. Gadis itu juga berhasil membunuh satu per satu keluarga Tom Richard. Dan kini, istri Tom lah yang menjadi sasarannya.” Jelas polisi itu.

            “Mengapa Tamara membunuhnya? Apa salah Tom hingga Tamara membunuhnya?” Tanya Zayn penasaran.

            Kini giliran Tamara yang menjawab. “Kau tau, aku sangat dendam dengan keluarga Tom Richard. Lelaki itulah yang telah menghancurkan hidupku. Istrinya juga jahat dengan Ibuku. Karena itulah aku dipesan oleh Ayah yang sudah lama meninggal untuk segera membunuh semua keluarga Tom, dan aku berhasil.”

            Tay sedikit bingung dengan penjelasan Tamara. Siapa istri yang disebut Tamara? Ibunyakah atau Ibu Harry? Atau wanita lain? Tay tau, Ayahnya bukanlah lelaki yang baik. Jadi maklum saja Tamara sangat membeci Tom. Tapi, tidak seperti ini cara melampiaskan kekesalan dan kemarahan Tamara pada Ayahnya.

            “Siapa istri Tom yang kau maksud?” Tanya Tay.

            Tamara tersenyum sinis. “Corine Richard nama wanita iblis itu.” Jawabnya,

            Corine Richard? Itu bukan nama Ibunya. Apakah Corine Richard adalah nama Ibu Harry? Tay tidak yakin Ibu Harry sejahat itu. Ibu Harry hanyalah menjadi korban. Apa.. Apa Ibunya juga adalah korban? Semakin lama, Tay semakin bingung.

            Polisi itu langsung membawa Tamara dan lelaki itu menuju mobil yang terparkir di luar sana. Rumah lama Harry sekarang sedang disegel. Tay tidak bisa membayangkan betapa sedihnya Harry saat mengetahui bahwa memang benar Tamara yang telah melakukan semua ini hanya karena sebuah dendam.

            Sebuah dendam? Tay sudah tidak asing lagi dengan kata itu. Dendam. Tiba-tiba Tay teringat dengan Louis dan dendamnya pada Louis. Sekarang, Louis sedang dirawat di rumah sakit. Tay tidak bisa membohongi diri bahwa sifatnya hampir sama dengan Tamara. Tay tidak bisa memaafkan Louis yang dulunya telah merusak kesuciannya. Sampai sekarang Tay belum bisa memaafkan Louis walau Louis memohonnya dengan sangat. ‘Apa.. Apa aku harus memaafkannya?’ Tanyanya dalam hati.

            “Tay, sebaiknya kita pulang. Kau terlihat lelah sekali.” Kata Zayn.

            “Ba.. Baiklah.” Kata Tay. Gadis itu pun masuk ke dalam mobil Zayn.

***

            Semakin lama, hubungan antara Hannah dengan Louis semakin dekat. Louis mulai membuka hatinya untuk Hannah. Baginya, Hannah adalah gadis yang sabar, kuat dan tidak pernah mengeluh. Setiap hari, Hannah selalu datang menjenguknya dan membawanya makanan serta buah segar.

            Pagi ini, Hannah sudah ada di kamar Louis. Gadis itu membawa sekeranjang buah dari hasil kebun pamannya. “Lou, aku membawakanmu buah-buah segar. Buah-buah ini aku petik sendiri di kebun pamanku.” Ucapnya.

            Louis tersenyum. “Thanks Hannah.” Ucapnya.

            Louis senang melihat wajah ceria Hannah. Dan jujur saja, Louis benci melihat wajah sedih Hannah. Apalagi saat Hannah menangis. Karena itulah Louis memutuskan untuk ramah terhadap Hannah agar Hannah tidak sedih.

            “Kata dokter, kau sudah menjadi lebih baik. Semoga kau bisa sembuh Lou.” Kata Hannah.

            “Semoga.” Jawab Louis.

            Seorang lelaki masuk ke dalam kamar Louis. Lelaki itu berusaha untuk tersenyum melihat gadis yang dicintainya bahagia bersama orang lain. Niall, lelaki itu paham bahwa Louis telah menyukai Hannah karena sifat dan sikap Hannah yang mampu meluluhkan hatinya. Niall ingin masuk ke dalam, tetapi ia mengurungkan niatnya. Niall memilih duduk di luar sambil menyenandungkan sebuah lagu.

            “He takes your hands I die little I watch your eyes and I’m in riddle why can’t you look at me like that… When you walk by I try to say it but then I freeze and never do it my tongue gets tied the world get trapped.. I hear the beat of my heart getting louder whenever I’m near you…”

            Tay yang baru sampai di rumah sakit tidak sengaja melihat Niall yang baginya sedang galau. Tay tau, Niall sedang cemburu karena Hannah dekat dengan Louis dan Louis sepertinya mulai menyukai Hannah. Tapi Tay tidak yakin kalau Louis menyukai Hannah. Tay merasa Louis sengaja untuk ramah dan membuka hatinya untuk Hannah agar Hannah tidak menangis atau hal lainnya yang dapat membuat Hannah sedih.

            “But I see you with him slow dancing tearing me apart cause you don’t see… Whenever you kiss him I’m breaking oh how I wish that was me..”

            “Kau kenapa Niall?” Tanya Tay.

            Tentu saja Niall kaget akan kedatangan Tay. “Aku tidak apa-apa.” Bohongnya.

            “Hmm.. Tapi kau seperti sedang cemburu.” Kata Tay lalu masuk ke dalam kamar Louis. Niall menghela nafas panjang, lalu ia kembali melanjutkan lagu tadi.

            Sementara Tay, gadis itu masuk ke dalam kamar Louis. Tay tampak cantik. Sepertinya gadis itu sudah mulai bisa merawat dirinya sendiri. Bagi Tay, menjadi gadis yang sesungguhnya adalah hal terbaik. Walau banyak lelaki yang mendekatinya, Tay tidak mempermasalahkannya.

            “Tay, tumben kau kesini.” Kata Hannah kaget. Louis pun juga kaget. Ia tidak menyangka Tay mau menjenguknya. Louis sangat berharap Tay mau memaafkannya dan urusannya di dunia ini sudah selesai.

            Tay tersenyum. “Jahat sekali jika aku tidak menjenguk Louis.” Ucapnya seraya mendekati Louis. “Apa kabar Lou? Tampaknya kau semakin membaik.” Tanyanya.

            Louis berusaha untuk tersenyum. Jujur, lelaki itu suka dengan penampilan baru Tay. Perasaan yang dulu sempat ia rasakan kembali hadir. Ya, Louis kembali menyukai Tay. Tapi, ia kasihan dengan Hannah yang terlalu banyak berharap dengannya.

            Entah mengapa, Hannah merasa tidak suka melihat Tay berbicara dengan Louis. Lebih tepatnya lagi cemburu. Hannah tau bahwa Louis menyukai Tay dan Hannah takut jika Tay menyukai Louis.

            “An, aku ingin bicara dengan Louis empat mata. Bisakah kau meninggalkan tempat ini sebentar?” Pinta Tay.

            Terpaksa Hannah mengangguk walau rasanya berat. Gadis itupun pergi meninggalkan kamar Louis. “Mengapa kau menyuruh Hannah pergi?” Tanya Louis.

            Tay menatap Louis dengan tatapan heran. “Kau menyukainya?” Tanyanya.

            “Ya.” Jawab Louis dengan santai. Tentu saja Tay kaget. Bukan, bukan karena ia cemburu. Melainkan heran mengapa Louis bisa menyukai Hannah, padahal sebelum Louis berada di rumah sakit ini, Louis sama sekali tidak menyukai Hannah. Pasti Louis sedang merencanakan sesuatu.

            “Aku peringatkan Lou, Hannah sangat mencintaimu. Jika kau membohonginya, dia akan sedih dan sakit.” Ucap Tay.

            “Ya, aku tau.” Kata Louis.

            Tay duduk di kursi yang sengaja di taruh di samping ranjang Louis. “Terserah. Tapi kalau Hannah sampai menangis karenamu, aku tidak akan pernah memaafkanmu.” Ucapnya.

            Sebisa mungkin Louis tenang. Ia tau, banyak kesalah-kesalahannya yang belum dimaafkan oleh Tay. Di dalam hidupnya ini, hanya ada satu permintaannya. Yaitu ia ingin Tay menerima maafnya. Itu saja.

            “Tay, bagaimana caranya agar kau mau memaafkanku?” Tanya Louis. Suaranya terdengar lemah.

            Tay menghela nafas dalam-dalam. Ia teringat dengan Tamara dan dendamnya pada keluarga Tom. Seharusnya, dendam itu tidak boleh disimpan dalam hati. Seharusnya dendam itu dibuang jauh-jauh karena dendam itu merupakan sesuatu yang tidak baik. Namun Tay belum bisa memaafkan Louis sekarang.

            “Aku akan memaafkanmu Lou, suatu hari nanti. Intinya kau harus sembuh agar Hannah bahagia dan kalian akan menjadi sepasang kekasih yang romantis.” Kata Tay.

            “Baiklah.” Jawab Louis. Tampaknya lelaki itu lega. Di luar sana, Hannah mengintip Tay dan Louis dengan perasaan cemburu. Disana, ia melihat Louis dan Tay yang sedang tersenyum. Apa maksudnya ini?

            “Kalau aku boleh tau, mengapa kau merubah penampilan menjadi seperti ini?” Tanya Louis.

            Tay tentu malu mengingat kecemburuannya saat melihat Tamara bersama Harry dan ia ingin merubah penampilannya agar Tamara iri dengannya dan serta membuktikan bahwa ia adalah gadis yang cantik dan bukan gadis yang jHannahk.

            “Aku berubah karena keinginanku saja. Dan aku nyaman dengan penampilanku saat ini.” Jawabnya berbohong.

            “Tapi aku yakin para lelaki mulai mengejarmu. Apa kau tidak merasa terganggu? Kau kan cantik sekarang.” Kata Louis.

            Tay tertawa. “Tidak segitunya juga Lou.” Ucapnya.

            Pembicaraan Tay dengan Louis semakin hangat. Louis tidak percaya Tay akhirnya baik dengannya, seperti Tay melupakan dendamnya itu. “Aku yakin ada seorang lelaki yang telah mencuri hatimu.” Ucap Louis.

            Wajah Tay menjadi memerah. “Tidak. Tidak ada.” Ucapnya cepat-cepat. Namun Louis tau kalau Tay berbohong. “Aku tau kau bohong. Tapi sudahlah, aku tidak berhak mencampuri urusanmu.” Ucap Louis.

            Sementara di luar sana, Niall masih duduk di bangku luar dan Hannah langsung menemuinya. Niall bisa merasakan kecemburuan Hannah pada Tay. Seperti ia merasakan kecemburuan saat Hannah dekat dengan Louis.

            “Kau cemburu?” Tanya Niall.

            Hannah tersenyum sedih. “Ya. Tapi aku yakin Tay tidak sejahat itu.” Jawabnya.

            Berkali-kali Hannah mengintip ruang rawat Louis dengan perasaan yang campur aduk. Niall berjalan mendekati Hannah seraya memegang pundaknya. “Kau dan Louis adalah pasangan yang serasi. Kalian ditakdirkan untuk bersama. Jadi, tidak ada satupun yang bisa menghalangi cinta kalian.” Ucapnya.

            Tentu saja Hannah kaget mendengar ucapan Niall. Bukannya Niall mencintainya? Kalau iya, mengapa Niall berani mengucapkan kalimat yang mampu menyakiti hatinya? Apakah Niall sudah tidak lagi mencintainya?

            “Kau tidak cemburu dengan Louis?” Tanya Hannah.

            Niall tersenyum. “Setelah dipikir-pikir, rasa cemburu itu salah. Aku tidak boleh cemburu.” Jawabnya. Namun Hannah yakin bahwa Niall masih mencintainya. Lihat saja di kedua matanya yang tampak sedih.

            “Aku pergi dulu.” Kata Niall meninggalkan Hannah. Sebenarnya Hannah ingin memanggil Niall, tapi ia urungkan niatnya. Baginya, ia sudah sangat bersalah pada Niall.

***

            Setelah menjenguk Louis, Tay memutuskan untuk pulang. Jujur, ia tidak menyangka akan sebaik itu dengan Louis. Tapi Tay sekarang tidak bisa melarang Hannah untuk menyukai Louis. Jika memang Louis mencintai Hannah dengan tulus, Tay tidak akan melarang karena ia tau bahwa cinta tidak bisa dipaksakan dan cinta akan terasa sakit jika cinta itu tidak akan bisa terwujud. Tay paham dengan perjuangan Hannah demi mendapatkan Louis dan sepertinya Louis mulai membuka hatinya untuk Hannah.

            Bagi Tay, Hannah adalah gadis yang beruntung. Dia bisa mendapatkan lelaki yang dicintainya. Sementara ia? Tay memang membenci cinta. Tapi saat ia mulai merasakan cinta, ternyata ia salah mencintai seseorang. Tay sangat membenci hidupnya. Gadis itu berjalan hingga sampai di sebuah taman kecil yang terletak dibelakang Rumah Sakit. Disana, Tay melihat Niall yang sedang menyendiri. Tay berjalan mendekati Niall.

            “Sudah aku bilang, kau masih cemburu.” Kata Tay seraya duduk disamping Niall.

            Niall menjadi kaget. “Mengapa kau bisa disini?” Tanyanya.

            “Aku tidak tau.” Jawab Tay. Gadis itu merasakan kesejukan yang luar biasa. Niall menghela nafas panjang. “Cinta terasa indah bila seseorang yang kita cintai mencintai kita. Sebaliknya, cinta terasa menyakitkan bila orang yang kita cintai tidak mencintai kita.” Kata Niall.

            Tay menoleh ke arah Niall. “Lalu bagaimana dengan dua orang yang saling mencintai namun cinta mereka terlarang?” Tanyanya.

            “Maksudmu?” Tanya Niall tidak mengerti.

            “Misalnya, ada seorang gadis menyukai seorang lelaki dan lelaki itu juga menyukai gadis itu. Namun cinta mereka terlarang karena suatu hal. Semisal berbeda iman atau orangtua mereka tidak merestui hubungan mereka.” Jelas Tay.

            “Soal iman atau orangtua yang tidak merestui hubungan mereka bukanlah menjadi penghalang cinta mereka. Bisa saja sepasang kekasih itu menikah dengan berbeda iman atau jika orang tua mereka melarang hubungan mereka, tentu cinta sejati akan menentangnya. Bisa jadi lelaki itu membawa kekasihnya pergi dan hidup bahagia bersama di suatu tempat. Aku tau ini terdengar aneh. Namun itulah cinta sejati. Tak ada yang bisa mengalahkannya.” Jelas Niall.

            Tay menjadi kagum dengan Niall. “Bagaimana jika mereka adik kakak tapi saling mencintai?” Tanyanya.

            ‘Pertanyaan aneh!’ Batin Niall. “Hal itu mustahil terjadi.” Jawabnya.

            “Tapi jika keduanya tidak pernah bertemu bagaimana? Misalnya mereka tidak tau bahwa mereka adalah adik kakak karena mereka telah berpisah dan akhirnya mereka bertemu. Lantas, apa itu terdengar aneh atau mustahil?”

            Niall berpikir sesaat, lalu menjawab. “Ya.. Ada juga kisah seperti itu. Tapi jarang terjadi di kehidupan nyata. Jika mereka memang adik kakak, bagaimana lagi? Tidak mungkin seorang kakak memaksa adiknya untuk menikah dan hidup bersama.”

            Jawaban Niall sangat menyedihkan. Artinya, Tay tidak akan pernag bisa memiliki Harry karena ia adalah adik Harry. Sungguh cinta pertama yang menyakitkan.

            “Ada apa kau menanyakan hal itu?” Tanya Niall.

            “Tidak. Tidak ada.” Jawab Tay.

            Niall melihat wajah Tay yang nampak sedih dan resah. “Kau kenapa? Apa kau sedang mencintai seseorang?” Tanyanya.

            “Ya, namun cinta itu terlarang.” Jawabnya.

            Niall tersenyum seraya merangkul bahu Tay. “Jadi, kita sama-sama menderita karena cinta?”

            Tay tertawa mendengar pertanyaan Niall. “Tapi aku tidak mau terpuruk seperti dirimu!” Ucapnya lalu meninggalkan Niall yang sepertinya ingin membalas dendam atas ucapan Tay barusan.

***

            “Good morning!” Sapa Harry memasuki toko roti Zayn. Pagi ini, Harry tampak segar dan tampan. Zayn tersenyum membalas sapaan Harry. Namun ia heran mengapa Harry datang di tokonya karena hari ini tokoknya libur.

            “Kau tidak ingat sekarang hari apa?” Tanya Zayn.

            Harry terdiam, lalu ia memukul jidatnya. “Aku lupa. Hari ini toko libur.” Ucapnya.

            Zayn tertawa. “Tapi tidak apa-apa.” Ucapnya.

            Harry duduk di salah satu kursi. Zayn mendekati Harry. “Kau tidak kuliah?” Tanyanya.

            “Kau tau, aku sekarang jarang kuliah karena aku tengah menyHannahsaikan skripsiku. Tinggal selangkah lagi aku akan lulus.” Jawabnya.

            Zayn tau bahwa Harry adalah mahasiswa yang cerdas. Sementara ia, Zayn merasa kuliah tidaklah berguna. Ia sudah bisa menghasilkan uang sendiri dengan cara bekerja di tokonya ini. Tiba-tiba Zayn tidak sengaja menangkap kesedihan di wajah Harry.

            “Kau sedang ada masalah?” Tanya Zayn.

            Tidak ada salahnya bercerita pada Zayn mengenai semua yang telah membuatnya menjadi seperti ini. “Ya.” Jawab Harry.

            Zayn teringat sesuatu. “Kau sudah tau kalau Tamara sudah ditangkap polisi?” Tanyanya.
***