Part 12
.
.
.
Tiba-tiba saja Ify
menghentikan langkahnya. Gadis itu seperti mengingat sesuatu. Ya, siapa lagi
kalo bukan Sivia. Seharusnya hari ini ia langsung ke rumah Sivia tuk sekedar
melihat bagaimana keadaan sahabatnya itu. Ify yang sadar telah menjadi kekasih
Cakka meminta izin pada Cakka untuk pergi ke rumah Sivia.
Namun, Cakka malah
menjawab. “Gue juga ikut.” Ucapnya.
Alvin yang sudah
ada di dekat mereka ikut nimbrung. “Gue juga!” Ucapnya.
“Tapi.. Papa sudah
lama nunggu.” Kata Ify.
Ia berlari menuju
pintu gerbang. Tapi, tidak ada Ayahnya disana. Pandangannya pun tertuju pada
sebuah motor tua yang tak asing lagi baginya. Itu kan motor Ayahnya? Lantas,
dimana Ayahnya?
“Fy..” Kata Cakka.
“Eh, ayo deh kita
ke rumah Sivia. Hari ini Papa nggak jemput.” Kata Ify dan diangguki Cakka. Tapi
Cakka merasa aneh dengan kekasihnya itu.
Akhirnya, mereka
sampai di rumah Sivia. Ify tersenyum senang. Ia bingung saat nanti ia
berhadapan dengan Sivia. Sivia pasti kaget mendapati ia yang telah jadian
dengan Cakka. Di belakangnya, ada Alvin. Alvin? Ngapain dia ikut kesini?
“Eh, kak Alvin kok
ikut kesini ya?” Tanya Ify heran, namun ia senang Alvin mengikutinya. Nanti kan
Sivia senang kalo ia ketemu Alvin.
“Entah.” Jawab
Alvin sambil garu-garuk kepalanya yang nggak gatal.
Seorang wanita
separuh baya tersenyum menyambut kedatangan mereka. Wanita cantik itu adalah
Ibu Sivia. Ibu Sivia sangat mengenali Ify. Tapi tidak dengan dua lelaki yang
tampan itu.
“Ayo masuk.
Langsung ke kamar Sivia saja.” Kata Ibu Sivia.
Ify mengangguk. Ia
mengajak Cakka dan Alvin berjalan menuju kamar Sivia. Tangannya terasa dingin
saat di genggam oleh Cakka. Sementara Alvin merasa dicuekkan. Kok gue ikut mereka ya? Coba kalo ada Rio
disini. Batinnya.
Perlahan, Ify
membuka pintu kamar Sivia. Dapat ia lihat Sivia yang sedang duduk ditambah
wajahnya yang kaget. Ify tersenyum. Ia yakin sekali kedatangannya ini dapat
membuat jantung Sivia copot saking kagetnya.
“If.. Ify..” Kata
Sivia nggak percaya.
Kedua mata Sivia
melihat dengan jelas tangan Ify yang digenggam oleh Cakka. Selanjutnya, seorang
cowok yang sedikit menatapnya kaget. Sivia tersenyum malu melihat kedatangan
Alvin yang tidak diduganya.
“Hai Vi! Sudah
lumayan?” Kata Ify lantas duduk di samping Sivia.
Sivia nggak
menjawab. Kedua matanya nggak lepas dari wajah Alvin. Merasa dilihatin terus,
Alvin jadi nggak nyaman. Cowok itu pun berbisik di telinga Cakka.
“Ada yang aneh sama
cewek itu. Kok daritadi dia liat gue terus ya?” Bisiknya.
“Dia naksir lo
kali..” Bisik Cakka.
Alvin teringat
dengan kejadian di kantin itu. Mungkin itu yang membuat cewek itu menyukainya.
Teringat jelas diotaknya saat ia melayani gadis itu bak putri Raja. Wajah Sivia
yang gugup dan malu membuatnya ingin mengerjai gadis itu.
“Wah Fy, lo bawa
rombongan ya..” Kata Sivia akhirnya.
“Hehe.. I.. Iya
Vi..” Jawab Ify sedikit gugup.
Sebenarnya ia ingin
menjelaskan semuanya tentang kejadian aneh tadi. Tapi ia urungkan. Malu kan
kalo ia lebay di depan pacar sendiri. Akhirnya, Cakka dan Alvin memilih pulang
karena sudah sore. Kata Ify, rumahnya dekat dari sini sehingga Cakka bisa
tenang dan tidak khawatir dengannya.
Setelah kepergian
Cakka dan Alvin, Sivia menatap Ify dengan sejuta pertanyaan yang harus Ify
jawab sekarang.
“Fy, jelasin
semuanya.” Kata Sivia.
***
Malam hari yang
begitu indah ini, Ify membuka jendela kamarnya. Hatinya sejuk merasakan angin
malam yang menerpa rambutnya. Hari ini, Ify sangat bahagia. Cowok yang selama
ini ia impikan kini menjadi kenyataan. Tapi Ify masih heran mengapa Cakka bisa
menembaknya dengan tiba-tiba. Apa.. Apa ada hubungannya dengan Rio?
Ya! Bisa jadi.
Setelah ia mengaku kalo ia suka sama Cakka dan meminta bantuan Rio agar ia bisa
dekat dengan Cakka, esoknya Cakka langsung menembaknya. Ify jadi curiga.
Jangan-jangan, Cakka sama sekali nggak mencintainya. Mungkin saja Cakka memaksa
menerima permintaan Rio agar ia menjadikan Ify sebagai kekasihnya.
Kalo saja benar,
Ify nggak akan memaafkan Rio dengan berbagai alasan. Cinta itu nggak bisa
dipaksakan. Kalo Cakka nggak mencintainya, ngapain Cakka menembaknya? Ify harus
bertemu dengan Rio. Harus! Agar kecurigaannya pada Rio terjawab.
“Ify..”
Ify melihat Ayah
yang berjalan mendekatinya. Ayah Ify tersenyum. Namun Ify nggak membalas
senyuman Ayahnya itu.
“Tadi Papa kemana?”
Tanya Ify.
Yang ditanya nggak
menjawab.
“Kamu pulang sama
siapa tadi?” Tanya Anwar yang membuat Ify kesal.
“Sama kak Cakka.”
Jawab Ify jujur.
Wajah Anwar berubah
menjadi tegang. Ia tau siapa Cakka. Cakka adalah lelaki yang sangat dicintai
putrinya itu. Tapi, Anwar nggak setuju jika putrinya itu terlalu menyukai Cakka
karena ia telah mempunyai seorang cowok yang pantas untuk putrinya.
“Tadi Ify jadian
sama kak Cakka.” Kata Ify.
Anwar semakin
tegang. Di lubuk hatinya, ia tidak menyukai ucapan putrinya barusan. Tadi Ify jadian sama kak Cakka. Selama
ini, ia melarang putrinya untuk tidak pacaran. Lha sekarang ini?
“Sebenarnya, Papa
nggak suka kamu pacaran.” Kata Anwar jujur.
Ucapan Anwar
membuat hatinya ngilu dan sakit. Memang, Ayahnya melarangnya pacaran. Tapi kalo
dekat dengan cowok boleh-boleh saja. Itulah yang tidak Ify sukai dari Ayahnya.
Padahal, ia sudah besar. Ia bisa menjaga dirinya.
“Tapi nggak
apa-apalah. Papa nggak marah atau apa. Tapi, jangan salahkan Papa kalo suatu
hari nanti Papa akan memaksamu untuk putus dengan Cakka dan memilih laki-laki
pilihan Papa.” Kata Anwar.
“Laki-laki pilihan
Papa? Maksudnya apa?” Tanya Ify heran.
Anwar nggak
menjawab. Ia membiarkan putrinya dilanda rasa penasaran. Ia pun meninggalkan
kamar putrinya dengan langkah yang tak biasa. Ify memerhatikan langkah Ayahnya
yang terkesan aneh. Ada apa dengan Papa?
***
Lagi-lagi, Agni
menemuinya di belakang rumahnya. Tempatnya ia menumpahkan segala keluh kesal
yang ada di hatinya. Cakka hanya tersenyum menyambut kedatangan Agni. Mungkin
Agni kesini untuk tau bagaimana ia menjalankan ide Agni.
“Bagaimana?” Tanya
Agni.
Cakka nggak
langsung menjawab. Yang ada dipikirannya hanyalah kejadian tadi yang membuatnya
serba salah. Bagaimanapun, Cakka nggak bisa mencintai siapapun. Termasuk
kekasihnya sendiri yang tak lain adalah Ify!
“Gue nggak bisa
Ag.” Kata Cakka sedih.
Agni mendekati
Cakka seraya menepuk bahu cowok itu. “Jangan menyerah. Gue yakin saat ini
status lo nggak lagi jomblo. Teruslah dekat dengan cewek itu. Niscaya cinta
yang selama ini lo tunggu akan datang menemui lo.” Jelasnya.
Ucapan Agni sama
sekali nggak membuatnya semangat. Cakka menunduk sambil membodohi dirinya
sendiri dan apa yang ia lakukan dengan Ify.
Akhirnya, Cakka
berkata. “Baiklah. Sebisa mungkin gue mencintai dan menyayangi Ify. Gue yakin
gue bisa.”
Mendadak Agni kaget
mendengar cewek yang disebut Cakka. “Ify?” Tanyanya.
Cakka menatap Agni
heran. “Iya, Ify. Pacar gue. Ada apa? Lo kenal sama Ify?” Tanyanya.
Pertanyaannya
dibalas dengan tawa oleh Agni. Agni yang nggak asing lagi dengan nama ‘Ify’
tentu saja nggak percaya bahwa Ify lah gadis yang dipilih Cakka sebagai
percobaannya.
“Lo becanda kan
Kka?” Tanya Agni.
“Maksud lo?” Cakka
balas tanya.
“Ify! Dia cewek
paling rendah di sekolah kita! Lantas kenapa lo memilih Ify? Sama saja artinya
lo sakiti dia. Gadis seperti Ify nggak akan bisa membuat lo jatuh cinta. Kenapa
lo nggak milih Shilla saja? Shilla kan cantik! Nggak kayak Ify.” Jelas Agni.
Sepertinya, Cakka
nggak suka dengan ucapan Agni barusan. Cakka merasa Agni yang merendahkan Ify.
Agni menganggap Ify adalah gadis bodoh yang mustahil sekali mendapatkan hati
seorang Cakka ataupun cowok populer lainnya.
“Justru gadis
seperti Ify yang gue butuhkan! Bukan gadis seperti lo atau Shilla yang hobinya
pamer kecantikan!” Bentak Cakka sambil menatap tajam ke arah Agni.
Tentu saja Agni
dibuat kaget dengan bentakan Cakka itu. Apa ini artinya Cakka membela Ify? Agni
tersenyum sinis ke arah Cakka. Namun, Agni melihat Cakka yang seketika langsung
berubah. Mungkin tadi Cakka kelepasan bicara sehingga mudah saja ia membentak
Agni.
“Eh, sorry.” Kata
Cakka pelan.
Agni tertegun
melihat wajah Cakka yang baginya lain dari biasanya. Sebuah wajah yang hampir
sama dengan wajah seseorang yang dulu pernah menyakitinya. Ya, Sion! Entah
mengapa Sion mirip sekali dengan Cakka. Walau nggak mirip-mirip amat.
“Lo mirip kayak
Sion.” Lirih Agni.
“Sion? Narasion
Riega?” Tanya Cakka.
Agni mengangguk.
“Pantas saja. Dia
kakak kandung gue.”
***
Gue nggak mimpi kan? Ify terbangun dari mimpi indahnya. Senyum tak lepas dari
bibir mungilnya. Ify masih tak percaya dengan statusnya sebagai kekasih Cakka. Gue nggak mimpi kan? Nggak kan?
Kemarin, ia telah
menjelaskan semuanya tentang kejadian tak diduga itu. Tentu saja Sivia kaget.
Lucunya, gadis itu sembuh karena mendengar ceritanya. Sivia janji hari ini ia
akan masuk sekolah.
Hari ini, Cakka
yang menjemputnya. Sebisa mungkin Ify mengubah penampilannya. Kacamata yang
nggak tau dimana keberadaannya tidak dipedulikannya karena ia nggak lagi
membutuhkan kacamata. Rambut panjangnya ia gerai dan ia memakai bando berwarna
merah muda.
Di ruang makan,
Anwar terhenyak dengan penampilan putrinya sekarang yang ia akui sangat cantik.
Wajah manis Ify mengingatkannya dengan istri yang sudah lama meninggalkannya.
Ya, Ify memang mirip dengan Ibunya.
“Kamu cantik
sayang..” Puji Anwar.
Yang dipuji hanya
tersenyum. “Pa, hari ini dan seterusnya, Ify diantar jemput sama kak Cakka.”
Ucapnya.
Anwar nggak bisa
melarang putrinya. Terpaksa ia mengangguk walau terasa berat untuk dilakukan.
Setelah sarapan, cepat-cepat Ify keluar rumah dan mendapati Cakka yang sedang
menunggunya di teras. Mendadak Ify gugup.
“Ng.. Kka..” Kata
Ify.
Cakka sadar bahwa
kekasihnya sudah ada di depannya. Cakka tersenyum. “Hari ini kamu cantik
sekali.” Ucapnya membuat pipi Ify memerah.
Cinta.. Ayo cinta! Kenapa dirimu nggak datang juga?! Cakka berusaha sabar. Usahanya baru saja dimulai dan ia
nggak boleh mengecewakan Ify. Nggak boleh!
***
Berita jadiannya
Cakka dengan gadis bernama Ify sudah tersebar di seluruh penjuru sekolah.
Siapapun tentu saja merasa kaget. Nggak salah kan Cakka menjatuhkan pilihannya?
Di kelas, Sivia
tertawa kecil mendengar ocehan teman-temannya mengenai Ify dan Cakka. Sivia
sangat senang karena sahabatnya itu berhasil mewujudkan cintanya. Sementara
ia... Entah mengapa, Sivia ingin sekali bertemu Alvin dan berbicara dengannya.
Bahkan Sivia ingin Alvin menembaknya dengan tiba-tiba seperti Cakka yang
menembak Ify.
Tapi, wajah Shilla
memucatkan wajahnya. Juga wajah Zevana. Mereka adalah cewek-cewek cantik, tidak
seperti dirinya. Nggak apa-apalah. Gue
nggak peduli cinta gue nggak di balas sama kak Alvin. Asalkan Kak Alvin
bahagia, gue juga ikut bahagia. Batin Sivia menghibur dirinya.
“Hai Via!” Sapa
Ify.
Semua mata pun
memandang pada satu arah. Yaitu Ify. Ify tersenyum malu karena dipandangi semua
orang. Itu... Itu Ify kan?
“Hah? Fy! Lo... Lo
berubah? Lo..” Kata Siva tak percaya.
Memang benar! Ify
berubah menjadi gadis yang cantik. Ternyata, Ify bisa juga ya berubah.
Bagaimana dengannya? Jika Ify bisa, kenapa ia nggak bisa? Semua orang bisa saja
berubah kalo hatinya emang mantap untuk berubah.
“Hehe.. Gimana
penampilan baru gue?” Tanya Ify.
“Oh..
Cantik-cantik..” Kata Sivia. “Kacamata lo mana?” Sambungnya.
Ify mendengus
kesal. “Disembunyiin kali sama kak Rio. Gue kan udah cerita kemarin kalo kak
Rio yang buang kacamata gue waktu dia mau nutup mata gue pake kain.” Jelasnya.
Mendengar
penjelasan Ify, Sivia jadi tersenyum. “Tapi, lo lebih cocok sama kak Rio.”
Ucapnya.
Ify cemberut.
“Nggaklah Vi! Kan udah gue bilang kalo gue itu nggak suka sama dia! Dia itu
cowok ngeselin dan..” Tiba-tiba Ify teringat sesuatu. “Nggak tau kenapa gue
merasa kak Cakka nembak gue karena perintah kak Rio. Soalnya kak Rio janji mau
bantu gue agar gue bisa dekat sama kak Cakka.”
***
“Heh!”
Suara bernada
tinggi itu membuat wajah keduanya pucat pasi. Sedang apa mereka datang kemari?
Ada masalah apa lagi keduanya dengan Zarra Girls?
“Kalian berdua
harus dimusnahkan! Dan lo Fy! Lo nggak pantas jadian sama kak Cakka!” Bentak
cewek itu yang tak lain adalah Shilla.
Sebisa mungkin Ify
menahan tangisnya. Shilla.. Mengapa Shilla berubah? Padahal, Shilla adalah
sahabatnya. Sahabat baiknya.
“Heh! Ngapain lo
marah sama Ify? Hah?! Apa hak lo ngelarang Ify jadian sama kak Cakka?!” Bentak
Sivia pada Shilla.
Shilla tersenyum
sinis diikuti Zarra Girls lainnya. Tapi Agni nggak ada. Nggak tau dimana keberadaan
cewek itu. Dan sepertinya, Shilla dan lainnya akan melakukan sesuatu dengan dua
gadis yang adalah mantan sahabatnya itu. Untunglah taman belakang sekolah sepi
dan ia bisa sepuasnya melakukan apa saja tanpa sepengetahuan yang lain.
Tapi....
“Tunggu! Berhenti!”
Bentak seseorang.
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar