expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Jumat, 10 April 2015

One Hope ( Part 12 )



Part 12

.

.

.

Tiba-tiba saja Ify menghentikan langkahnya. Gadis itu seperti mengingat sesuatu. Ya, siapa lagi kalo bukan Sivia. Seharusnya hari ini ia langsung ke rumah Sivia tuk sekedar melihat bagaimana keadaan sahabatnya itu. Ify yang sadar telah menjadi kekasih Cakka meminta izin pada Cakka untuk pergi ke rumah Sivia.

Namun, Cakka malah menjawab. “Gue juga ikut.” Ucapnya.

Alvin yang sudah ada di dekat mereka ikut nimbrung. “Gue juga!” Ucapnya.

“Tapi.. Papa sudah lama nunggu.” Kata Ify.

Ia berlari menuju pintu gerbang. Tapi, tidak ada Ayahnya disana. Pandangannya pun tertuju pada sebuah motor tua yang tak asing lagi baginya. Itu kan motor Ayahnya? Lantas, dimana Ayahnya?

“Fy..” Kata Cakka.

“Eh, ayo deh kita ke rumah Sivia. Hari ini Papa nggak jemput.” Kata Ify dan diangguki Cakka. Tapi Cakka merasa aneh dengan kekasihnya itu.

Akhirnya, mereka sampai di rumah Sivia. Ify tersenyum senang. Ia bingung saat nanti ia berhadapan dengan Sivia. Sivia pasti kaget mendapati ia yang telah jadian dengan Cakka. Di belakangnya, ada Alvin. Alvin? Ngapain dia ikut kesini?

“Eh, kak Alvin kok ikut kesini ya?” Tanya Ify heran, namun ia senang Alvin mengikutinya. Nanti kan Sivia senang kalo ia ketemu Alvin.

“Entah.” Jawab Alvin sambil garu-garuk kepalanya yang nggak gatal.

Seorang wanita separuh baya tersenyum menyambut kedatangan mereka. Wanita cantik itu adalah Ibu Sivia. Ibu Sivia sangat mengenali Ify. Tapi tidak dengan dua lelaki yang tampan itu.

“Ayo masuk. Langsung ke kamar Sivia saja.” Kata Ibu Sivia.

Ify mengangguk. Ia mengajak Cakka dan Alvin berjalan menuju kamar Sivia. Tangannya terasa dingin saat di genggam oleh Cakka. Sementara Alvin merasa dicuekkan. Kok gue ikut mereka ya? Coba kalo ada Rio disini. Batinnya.

Perlahan, Ify membuka pintu kamar Sivia. Dapat ia lihat Sivia yang sedang duduk ditambah wajahnya yang kaget. Ify tersenyum. Ia yakin sekali kedatangannya ini dapat membuat jantung Sivia copot saking kagetnya.

“If.. Ify..” Kata Sivia nggak percaya.

Kedua mata Sivia melihat dengan jelas tangan Ify yang digenggam oleh Cakka. Selanjutnya, seorang cowok yang sedikit menatapnya kaget. Sivia tersenyum malu melihat kedatangan Alvin yang tidak diduganya.

“Hai Vi! Sudah lumayan?” Kata Ify lantas duduk di samping Sivia.

Sivia nggak menjawab. Kedua matanya nggak lepas dari wajah Alvin. Merasa dilihatin terus, Alvin jadi nggak nyaman. Cowok itu pun berbisik di telinga Cakka.

“Ada yang aneh sama cewek itu. Kok daritadi dia liat gue terus ya?” Bisiknya.

“Dia naksir lo kali..” Bisik Cakka.

Alvin teringat dengan kejadian di kantin itu. Mungkin itu yang membuat cewek itu menyukainya. Teringat jelas diotaknya saat ia melayani gadis itu bak putri Raja. Wajah Sivia yang gugup dan malu membuatnya ingin mengerjai gadis itu.

“Wah Fy, lo bawa rombongan ya..” Kata Sivia akhirnya.

“Hehe.. I.. Iya Vi..” Jawab Ify sedikit gugup.

Sebenarnya ia ingin menjelaskan semuanya tentang kejadian aneh tadi. Tapi ia urungkan. Malu kan kalo ia lebay di depan pacar sendiri. Akhirnya, Cakka dan Alvin memilih pulang karena sudah sore. Kata Ify, rumahnya dekat dari sini sehingga Cakka bisa tenang dan tidak khawatir dengannya.

Setelah kepergian Cakka dan Alvin, Sivia menatap Ify dengan sejuta pertanyaan yang harus Ify jawab sekarang.

“Fy, jelasin semuanya.” Kata Sivia.

***

Malam hari yang begitu indah ini, Ify membuka jendela kamarnya. Hatinya sejuk merasakan angin malam yang menerpa rambutnya. Hari ini, Ify sangat bahagia. Cowok yang selama ini ia impikan kini menjadi kenyataan. Tapi Ify masih heran mengapa Cakka bisa menembaknya dengan tiba-tiba. Apa.. Apa ada hubungannya dengan Rio?

Ya! Bisa jadi. Setelah ia mengaku kalo ia suka sama Cakka dan meminta bantuan Rio agar ia bisa dekat dengan Cakka, esoknya Cakka langsung menembaknya. Ify jadi curiga. Jangan-jangan, Cakka sama sekali nggak mencintainya. Mungkin saja Cakka memaksa menerima permintaan Rio agar ia menjadikan Ify sebagai kekasihnya.

Kalo saja benar, Ify nggak akan memaafkan Rio dengan berbagai alasan. Cinta itu nggak bisa dipaksakan. Kalo Cakka nggak mencintainya, ngapain Cakka menembaknya? Ify harus bertemu dengan Rio. Harus! Agar kecurigaannya pada Rio terjawab.

“Ify..”

Ify melihat Ayah yang berjalan mendekatinya. Ayah Ify tersenyum. Namun Ify nggak membalas senyuman Ayahnya itu.

“Tadi Papa kemana?” Tanya Ify.

Yang ditanya nggak menjawab.

“Kamu pulang sama siapa tadi?” Tanya Anwar yang membuat Ify kesal.

“Sama kak Cakka.” Jawab Ify jujur.

Wajah Anwar berubah menjadi tegang. Ia tau siapa Cakka. Cakka adalah lelaki yang sangat dicintai putrinya itu. Tapi, Anwar nggak setuju jika putrinya itu terlalu menyukai Cakka karena ia telah mempunyai seorang cowok yang pantas untuk putrinya.

“Tadi Ify jadian sama kak Cakka.” Kata Ify.

Anwar semakin tegang. Di lubuk hatinya, ia tidak menyukai ucapan putrinya barusan. Tadi Ify jadian sama kak Cakka. Selama ini, ia melarang putrinya untuk tidak pacaran. Lha sekarang ini?

“Sebenarnya, Papa nggak suka kamu pacaran.” Kata Anwar jujur.

Ucapan Anwar membuat hatinya ngilu dan sakit. Memang, Ayahnya melarangnya pacaran. Tapi kalo dekat dengan cowok boleh-boleh saja. Itulah yang tidak Ify sukai dari Ayahnya. Padahal, ia sudah besar. Ia bisa menjaga dirinya.

“Tapi nggak apa-apalah. Papa nggak marah atau apa. Tapi, jangan salahkan Papa kalo suatu hari nanti Papa akan memaksamu untuk putus dengan Cakka dan memilih laki-laki pilihan Papa.” Kata Anwar.

“Laki-laki pilihan Papa? Maksudnya apa?” Tanya Ify heran.

Anwar nggak menjawab. Ia membiarkan putrinya dilanda rasa penasaran. Ia pun meninggalkan kamar putrinya dengan langkah yang tak biasa. Ify memerhatikan langkah Ayahnya yang terkesan aneh. Ada apa dengan Papa?

***

Lagi-lagi, Agni menemuinya di belakang rumahnya. Tempatnya ia menumpahkan segala keluh kesal yang ada di hatinya. Cakka hanya tersenyum menyambut kedatangan Agni. Mungkin Agni kesini untuk tau bagaimana ia menjalankan ide Agni.

“Bagaimana?” Tanya Agni.

Cakka nggak langsung menjawab. Yang ada dipikirannya hanyalah kejadian tadi yang membuatnya serba salah. Bagaimanapun, Cakka nggak bisa mencintai siapapun. Termasuk kekasihnya sendiri yang tak lain adalah Ify!

“Gue nggak bisa Ag.” Kata Cakka sedih.

Agni mendekati Cakka seraya menepuk bahu cowok itu. “Jangan menyerah. Gue yakin saat ini status lo nggak lagi jomblo. Teruslah dekat dengan cewek itu. Niscaya cinta yang selama ini lo tunggu akan datang menemui lo.” Jelasnya.

Ucapan Agni sama sekali nggak membuatnya semangat. Cakka menunduk sambil membodohi dirinya sendiri dan apa yang ia lakukan dengan Ify.

Akhirnya, Cakka berkata. “Baiklah. Sebisa mungkin gue mencintai dan menyayangi Ify. Gue yakin gue bisa.”

Mendadak Agni kaget mendengar cewek yang disebut Cakka. “Ify?” Tanyanya.

Cakka menatap Agni heran. “Iya, Ify. Pacar gue. Ada apa? Lo kenal sama Ify?” Tanyanya.

Pertanyaannya dibalas dengan tawa oleh Agni. Agni yang nggak asing lagi dengan nama ‘Ify’ tentu saja nggak percaya bahwa Ify lah gadis yang dipilih Cakka sebagai percobaannya.

“Lo becanda kan Kka?” Tanya Agni.

“Maksud lo?” Cakka balas tanya.

“Ify! Dia cewek paling rendah di sekolah kita! Lantas kenapa lo memilih Ify? Sama saja artinya lo sakiti dia. Gadis seperti Ify nggak akan bisa membuat lo jatuh cinta. Kenapa lo nggak milih Shilla saja? Shilla kan cantik! Nggak kayak Ify.” Jelas Agni.

Sepertinya, Cakka nggak suka dengan ucapan Agni barusan. Cakka merasa Agni yang merendahkan Ify. Agni menganggap Ify adalah gadis bodoh yang mustahil sekali mendapatkan hati seorang Cakka ataupun cowok populer lainnya.

“Justru gadis seperti Ify yang gue butuhkan! Bukan gadis seperti lo atau Shilla yang hobinya pamer kecantikan!” Bentak Cakka sambil menatap tajam ke arah Agni.

Tentu saja Agni dibuat kaget dengan bentakan Cakka itu. Apa ini artinya Cakka membela Ify? Agni tersenyum sinis ke arah Cakka. Namun, Agni melihat Cakka yang seketika langsung berubah. Mungkin tadi Cakka kelepasan bicara sehingga mudah saja ia membentak Agni.

“Eh, sorry.” Kata Cakka pelan.

Agni tertegun melihat wajah Cakka yang baginya lain dari biasanya. Sebuah wajah yang hampir sama dengan wajah seseorang yang dulu pernah menyakitinya. Ya, Sion! Entah mengapa Sion mirip sekali dengan Cakka. Walau nggak mirip-mirip amat.

“Lo mirip kayak Sion.” Lirih Agni.

“Sion? Narasion Riega?” Tanya Cakka.

Agni mengangguk.

“Pantas saja. Dia kakak kandung gue.”

***

Gue nggak mimpi kan? Ify terbangun dari mimpi indahnya. Senyum tak lepas dari bibir mungilnya. Ify masih tak percaya dengan statusnya sebagai kekasih Cakka. Gue nggak mimpi kan? Nggak kan?

Kemarin, ia telah menjelaskan semuanya tentang kejadian tak diduga itu. Tentu saja Sivia kaget. Lucunya, gadis itu sembuh karena mendengar ceritanya. Sivia janji hari ini ia akan masuk sekolah.

Hari ini, Cakka yang menjemputnya. Sebisa mungkin Ify mengubah penampilannya. Kacamata yang nggak tau dimana keberadaannya tidak dipedulikannya karena ia nggak lagi membutuhkan kacamata. Rambut panjangnya ia gerai dan ia memakai bando berwarna merah muda.

Di ruang makan, Anwar terhenyak dengan penampilan putrinya sekarang yang ia akui sangat cantik. Wajah manis Ify mengingatkannya dengan istri yang sudah lama meninggalkannya. Ya, Ify memang mirip dengan Ibunya.

“Kamu cantik sayang..” Puji Anwar.

Yang dipuji hanya tersenyum. “Pa, hari ini dan seterusnya, Ify diantar jemput sama kak Cakka.” Ucapnya.

Anwar nggak bisa melarang putrinya. Terpaksa ia mengangguk walau terasa berat untuk dilakukan. Setelah sarapan, cepat-cepat Ify keluar rumah dan mendapati Cakka yang sedang menunggunya di teras. Mendadak Ify gugup.

“Ng.. Kka..” Kata Ify.

Cakka sadar bahwa kekasihnya sudah ada di depannya. Cakka tersenyum. “Hari ini kamu cantik sekali.” Ucapnya membuat pipi Ify memerah.

Cinta.. Ayo cinta! Kenapa dirimu nggak datang juga?! Cakka berusaha sabar. Usahanya baru saja dimulai dan ia nggak boleh mengecewakan Ify. Nggak boleh!

***

Berita jadiannya Cakka dengan gadis bernama Ify sudah tersebar di seluruh penjuru sekolah. Siapapun tentu saja merasa kaget. Nggak salah kan Cakka menjatuhkan pilihannya?

Di kelas, Sivia tertawa kecil mendengar ocehan teman-temannya mengenai Ify dan Cakka. Sivia sangat senang karena sahabatnya itu berhasil mewujudkan cintanya. Sementara ia... Entah mengapa, Sivia ingin sekali bertemu Alvin dan berbicara dengannya. Bahkan Sivia ingin Alvin menembaknya dengan tiba-tiba seperti Cakka yang menembak Ify.

Tapi, wajah Shilla memucatkan wajahnya. Juga wajah Zevana. Mereka adalah cewek-cewek cantik, tidak seperti dirinya. Nggak apa-apalah. Gue nggak peduli cinta gue nggak di balas sama kak Alvin. Asalkan Kak Alvin bahagia, gue juga ikut bahagia. Batin Sivia menghibur dirinya.

“Hai Via!” Sapa Ify.

Semua mata pun memandang pada satu arah. Yaitu Ify. Ify tersenyum malu karena dipandangi semua orang. Itu... Itu Ify kan?

“Hah? Fy! Lo... Lo berubah? Lo..” Kata Siva tak percaya.

Memang benar! Ify berubah menjadi gadis yang cantik. Ternyata, Ify bisa juga ya berubah. Bagaimana dengannya? Jika Ify bisa, kenapa ia nggak bisa? Semua orang bisa saja berubah kalo hatinya emang mantap untuk berubah.

“Hehe.. Gimana penampilan baru gue?” Tanya Ify.

“Oh.. Cantik-cantik..” Kata Sivia. “Kacamata lo mana?” Sambungnya.

Ify mendengus kesal. “Disembunyiin kali sama kak Rio. Gue kan udah cerita kemarin kalo kak Rio yang buang kacamata gue waktu dia mau nutup mata gue pake kain.” Jelasnya.

Mendengar penjelasan Ify, Sivia jadi tersenyum. “Tapi, lo lebih cocok sama kak Rio.” Ucapnya.

Ify cemberut. “Nggaklah Vi! Kan udah gue bilang kalo gue itu nggak suka sama dia! Dia itu cowok ngeselin dan..” Tiba-tiba Ify teringat sesuatu. “Nggak tau kenapa gue merasa kak Cakka nembak gue karena perintah kak Rio. Soalnya kak Rio janji mau bantu gue agar gue bisa dekat sama kak Cakka.”

***

“Heh!”

Suara bernada tinggi itu membuat wajah keduanya pucat pasi. Sedang apa mereka datang kemari? Ada masalah apa lagi keduanya dengan Zarra Girls?

“Kalian berdua harus dimusnahkan! Dan lo Fy! Lo nggak pantas jadian sama kak Cakka!” Bentak cewek itu yang tak lain adalah Shilla.

Sebisa mungkin Ify menahan tangisnya. Shilla.. Mengapa Shilla berubah? Padahal, Shilla adalah sahabatnya. Sahabat baiknya.

“Heh! Ngapain lo marah sama Ify? Hah?! Apa hak lo ngelarang Ify jadian sama kak Cakka?!” Bentak Sivia pada Shilla.

Shilla tersenyum sinis diikuti Zarra Girls lainnya. Tapi Agni nggak ada. Nggak tau dimana keberadaan cewek itu. Dan sepertinya, Shilla dan lainnya akan melakukan sesuatu dengan dua gadis yang adalah mantan sahabatnya itu. Untunglah taman belakang sekolah sepi dan ia bisa sepuasnya melakukan apa saja tanpa sepengetahuan yang lain. Tapi....

“Tunggu! Berhenti!” Bentak seseorang.

***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar