expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Minggu, 12 April 2015

All of Revenges ( Part 9 )



Part 9

.

Dalam mimpi, ia bertemu seorang lelaki yang tidak di kenalinya yang ingin bermain-main dengannya. Sebisa mungkin Tay menghindar. Namun lelaki itu berhasil menangkapnya dan melakukan hal-hal yang dapat membuat Tay teringat masa lalunya.
           

Masa lalunya dengan Louis.

            “Tidak. Hal ini tidak boleh terulang lagi.” Kata Tay.

            Entah mengapa Tay merasa bahwa sebentar lagi ada lelaki yang menginginkannya seperti dulu Louis menginginkannya. Artinya, ia harus lebih berhati-hati dengan para lelaki. Karena itulah Tay membenci laki-laki. Baginya, lelaki adalah sesuatu yang dapat merusak  hidupnya. Namun Tay tidak bisa membohongi dirinya sendiri kalau ia ingin sekali merasakan apa itu cinta. Bukannya aneh?

***

            “Harry!” Seru Niall melihat Harry yang sedang duduk sambil memandangi lapangan rumput yang luas itu.

            Pagi-pagi sekali Niall sudah menemuinya. Padahal ini baru jam enam pagi. Matahari masih malu-malu menampakkan sinarnya. Harry terpaksa bangun pagi karena ia tidak bisa tidur. Tidurnya tidak nyenyak mengingat Ibunya yang sudah sadar.

            “Kau pagi sekali datang kemari.” Kata Harry.

            Niall duduk di samping Harry. “Ibuku berkata lebih baik bangun pagi daripada bangun siang. Aku mencoba untuk mempraktekkannya.” Ucapnya.

            “Oh, bagus sekali.” Komentar Harry. Lelaki itu memilih menikmati udara pagi yang terasa sejuk.

            “Kau juga. Mengapa kau bangun sepagi ini?” Tanya Niall.

            Harry menarik nafasnya dalam-dalam sebelum ia menjawab pertanyaan Niall. “Aku tidak bisa tidur semalam. Kau pasti tidak percaya kalau Ibuku sudah sadar.” Ucapnya.

            Kedua mata Niall langsung mHannahbar. “Ohya? Apa dia sudah sembuh?” Tanyanya.

            “Ya. Namun ada masalah lain yang tidak bisa aku hadapi.” Jawab Harry.

            Akhirnya Harry menceritakan kisah hidupnya dari awal sampai akhir. Mengenai Ibunya dan Ayahnya yang juga adalah Ayah Tay. Niall mendengarkannya dengan takjub. Jadi, antara Harry dan Tay memiliki ikatan darah?

            “Berarti, Tay adikmu dong. Tapi aku tidak menemukan kemiripan diantara kalian.” Kata Niall.

            “Tentu saja. Tay mirip dengan Ibunya sementara aku mirip dengan Ayahku. Aku menyesal karena aku tidak mirip Ibuku dan memilih mirip dengan pria brengsek itu.”

            Niall menepuk bahu Harry. “Hei! Jangan begitu. Dia adalah Ayahmu. Meski kau terlahir sebelum mereka menikah.” Ucapnya.

            Harry menatap Niall tajam. “Tom bukan Ayahku meski kenyataannya dia adalah Ayahku. Kemarin Ibuku marah-marah karena mengingat Tom. Dan dia menyuruhku untuk membunuh Tom. Tapi sebelumnya aku harus membunuh anak Tom terlebih dahulu. Yaitu Tay.”

            “Kau mau membunuh Tay? Harry! Tay tidak bersalah meski Tay adalah anak dari Tom. Untuk apa kau menuruti Ibumu?”

            Harry tersenyum miris. “Kalau aku tidak membunuhnya, maka Ibuku akan bunuh diri.” Ucapnya.

            Niall menggHannahng-gHannahngkan kepala. Sungguh, kisah hidup Harry tragis sekali. Niall tidak menyangka kehidupan Harry sangatlah berat. Sementara hidupnya sendiri santai-santai saja. Ada beberapa masalah yang timbul namun ia bisa mengatasi masalah itu. Tapi tidak dengan perasaannya pada Hannah.

            Sampai detik ini, ia masih mencintai Hannah meski ia tau bahwa Hannah tidak menyukainya. Tapi Niall tetap bertahan dengan cintanya ini. Cinta yang bertepuk sebelah tangan. Cinta yang tidak akan pernah bisa terwujud.

            “Begini saja. Kau katakana saja ke Ibumu kalau Tay sudah tidak ada.” Kata Niall.

            “Tidak! Aku harus menuntaskan dendam ini. Bukannya awalnya aku memang membenci Tay?”

            “Ku kira kau menyukai Tay saat di pesta itu.”

            Perlahan, matahari mulai menampakkan sinarnya. Sudah cukup lama mereka bicara. Harry ingin menemui Ibunya dan ingin mengetahui bagaimana kabar Ibunya.

            “Baiklah. Aku masuk dulu. Aku ingin tau bagaimana keadaan Ibuku.” Kata Harry meninggalkan Niall. Niall pun juga kembali ke rumahnya.

            Tujuan utama Harry yaitu pergi ke kamar Ibunya. Namun, ia menemukan kamar Ibunya dalam keadaan kosong. Kemungkinan besar Ibunya sedang ada di dapur. Dan benar saja. Harry melihat Ibunya yang duduk di meja makan dengan kursi rodanya.

            “Kau kemana saja? Ibu lelah mencarimu.” Kata Donna.

            Harry duduk di samping Ibunya. “Aku di luar saja Bu.” Jawabnya singkat. “Apa Ibu sudah sehat?” Tanyanya.

            “Tidak. Ibu belum sehat sebelum kau membawa mayat anak gadis Tom kemari. Setelah itu kau juga harus membawa mayat Tom kemari.” Jawab Donna.

            Harry mengira Ibunya sudah lupa tentang semua itu. Tapi sayangnya tidak. Donna sudah terlalu benci dengan Tom. Tom yang telah merusak hidupnya hingga ia disingkirkan dari keluarganya. Sementara Tom tidak mau bertanggung jawab dengan perbuatannya.

            “Bu, lebih baik Ibu lupakan saja dendam itu.” Kata Harry.

            “Sudah Ibu bilang. Ibu harus melihat Tom dan keluarganya menderita. Dia harus merasakan apa yang pernah Ibu rasakan. Sekarang, mengapa kau tidak mempersiapkan segalanya?”

            Harry mengangguk pelan. Ia tau, hari ini ia akan menemui Tay. Tapi Harry tidak bermaksud untuk membunuh Tay. Dendamnya bukan untuk membunuh Tay. Melainkan ingin Tay mendapatkan apa yang pernah didapatkan oleh Ibunya dari Tom.

***

            Pagi ini, Niall mengajak Liam dan Zayn untuk bermain bola di lapangan. Sebenarnya Niall ingin mengajak Louis. Tapi rumah Louis tampak sepi. Akhirnya Niall memutuskan untuk bermain bersama Liam dan Zayn saja. Kalau Harry, lelaki itu sudah hilang sejam yang lalu. Tidak tau kemana perginya. Niall takut jika Harry akan melakukan hal yang tidak-tidak dengan Tay. Hanya karena dendam itu.

            “Kau tidak bersemangat sekali menendang bola.” Kata Zayn.

            “Iya. Apa kau masih memikirkan adikku?” Tanya Liam.

            Niall langsung menatap Liam. “Ya. Tapi hari ini aku tidak sedang memikirkannya. Sebaliknya, aku sedang memikirkan Tay.” Jawabnya.

            “Tay?” Tanya Zayn dan Liam bersamaan.

            “Kalian sudah tau kan tentang masa lalu Harry?” Tanya Niall.

            Zayn mengangguk sementara Liam tidak. Artinya Liam tidak tau tentang masa lalu Harry yang ada hubungannya dengan Tay.

            “Aku takut kalau hari ini Harry akan menemui Tay dan menyiksa Tay. Kau paham kan dengan apa yang aku maksud?” Tanya Niall.

            “Aku tidak paham. Memangnya ada apa Harry dengan Tay? Bukannya seharusnya yang kau tanyakan adalah ada apa Louis dengan Tay?” Kata Liam.

            Sebuah misteri lain datang. Niall tidak tau apa Tay dan Louis memiliki sebuah hubungan. Niall menjadi pusing memikirkan semua ini.

            “Sudahlah. Sebaiknya kita bermain saja.” Kata Zayn.

            Niall dan Liam pun mengangguk dan melupakan sejenak kejadian ini.

***

            Uang yang ia dapatkan hari ini cukup banyak. Tay tersenyum puas. Hari ini, ia sangat lelah. Perutnya pun lapar. Tay memutuskan untuk pergi ke tempat rumah makan yang terkenal karena ia jarang memakan makanan yang lezat dan mahal.

            Jam menunjukkah pukul dua belas siang. Tay sampai di rumah makan bernama Calefo yang juga termasuk langganan Hannah. Hannah sering mengajaknya makan di tempat ini. Namun, saat Tay hendak masuk ke dalam, sebuah mobil yang dikenalinya berhenti tidak jauh dari tempatnya. Tay memperhatikan mobil itu dari jauh. Kaca mobil yang hitam itu terbuka. Disana ada seorang lelaki yang memakai kaca mata hitam. Tay mendengus kesal.

            Lelaki itu adalah Harry. Harry keluar dari mobil dan mendekati Tay. “Kau mau kemana?” Tanyanya ramah.

            Tay heran dengan sikap Harry yang baginya baru. Hari ini Harry tampak bersahabat. “Mau masuk ke Calefo.” Jawab Tay singkat.

            “Aku bisa menebak kalau kau pasti lapar. Bagaimana kalau kau aku ajak makan di restoran terkenal milik temanku? Untungnya hari ini aku sedang banyak uang.” Kata Harry.

            Tay tersenyum sinis. “Sebaiknya kau tabungkan saja uangmu. Dasar pemboros uang!” Ucapnya lalu berjalan masuk ke Calefo.

            “Hei tunggu! Aku ingin mengajakmu karena ada maksud tertentu!” Teriak Harry.

            Tay membalikkan badannya. “Maksud tertentu apa?” Tanyanya. Jangan-jangan tentang Ayahnya lagi. Jika memang benar, Tay bersedia ikut dengan Harry.

***

Tay membalikkan badannya. “Maksud tertentu apa?” Tanyanya. Jangan-jangan tentang Ayahnya lagi. Jika memang benar, Tay bersedia ikut dengan Harry.

“Aku ingin baikan denganmu dan kita akan menjadi sahabat. Dan aku ingin menceritakan perihal Ayahmu.” Jawab Harry.
           
Sebelum menerima atau menolak, Tay berpikir. Lalu gadis itu mengangguk walau aslinya ia tidak mau ikut dengan Harry. Tapi ini demi Ayahnya yang sangat ingin ia temui. Dan semoga Harry mau mempertemukannya dengan Ayahnya. Tapi, hanya ada satu masalahnya. Yaitu penampilannya.

            “Tapi, apa kau tidak mau berjalan bersama gadis sepertiku?” Tanya Tay.

            Harry tertawa. “Tentu saja tidak. Ayo!” Kata Harry menarik tangan Tay. Keduanya pun masuk ke dalam mobil Harry. Ini kedua kalinya Tay menaiki mobil Harry. Pertama sewaktu Harry mengantarnya pulang ke rumahnya seusai pesta ulang tahun Hannahanor dan kedua saat ini.

            Di dalam mobil, Harry menyetir mobilnya dengan santai. Namun Tay melihat ada wajah lain disana. Harry tidaklah sedang santai. Melainkan sedang kebingungan.

            “Kau sedang tidak baik.” Kata Tay.

            “Ohya? Aku hanya lelah saja.” Kata Harry.

            “Kalau kau lelah, mengapa kau mengajakku pergi ke restoran temanku?”

            Tay mulai merasakan hal-hal yang tidak enak. Bodoh sekali ia tidak menanyakan restoran mana yang akan dituju. Dan perasaan yang tidak enak itu mulai besar. Harry mengendarai mobilnya tanpa arah tujuan yang jelas. Tiba-tiba Tay teringat dengan mimpinya. ‘Tidak mungkin!’ Batinnya.

            “Kita sudah cukup jauh dari kota. Jadi, dimana restoran itu?” Tanya Tay was-was. Dan Harry tidak menjawab. Tay merasakan keringatnya mulai turun membasahi tubuhnya. Ia ingat kejadian dulu. Saat ia bersama Louis. Akankah kejadian itu akan terulang lagi?

            “STOOPPP!!” Bentak Tay. Seketika itu juga mobil Harry berhenti.

            “Aku tau apa maksudmu! Kau sama seperti Louis!” Bentak Tay.

            Harry tidak mempedulikan ucapan Tay. Lelaki itu mulai melakukan aksinya. Tay yang sudah tau dan sudah pernah merasakannya kini tidak merasa takut. Kini, jarak antara ia dan Harry sangat dekat.

            “Kau sangat cantik.” Kata Harry.

            Tay membuang mukanya. Gadis itu menyesal karena telah mengikuti lelaki brengsek itu. Tapi Tay tidak akan membiarkan kejadian masa lalunya terulang kembali.

            “Harry! Aku tau apa maumu! Tapi, mengapa kau ingin melakukan hal ini kepadaku? Apa salahku?” Tanya Tay.

            Harry tersesnyum sinis. Namun Tay bisa melihat kedua mata Harry yang berkaca-kaca. ‘Ada apa dengan lelaki ini?’ Batin Tay tidak mengerti. “Dengar anak gadis dari Tom Richard. Kau tau apa salah Ayahmu? Kau tau apa salah Tom? Ayahmu! Ayahmu yang telah menyiksa Ibuku dan yang membuat Ibuku menderita. Sampai saat ini. Kau tidak tau kan bagaimana penderitaan Ibuku?” Ucapnya dengan penuh emosi.

            “Kau bohong! Ayahku tidak seperti itu!” Bantah Tay.

            “Mau bukti? Bukinya adalah aku! Aku adalah anak dari Tom Richard yang merupakan hasil dari kebrengsekan Ayahmu pada Ibuku! Kau mengerti kan maksudku? Saat Ibuku tidak perawan lagi, dia diusir oleh keluarganya dan memilih untuk tinggal sendiri. Untungnya Ibuku hamil dan lahirlah aku! Tapi dia menyesal karena bayi yang dikandungnya adalah hasil dari hubungan haramnya dengan Ayahmu!” Jelas Harry.

            Tay gemetaran mendengar cerita Harry. Sebegitu jahatnyakah Ayahnya? Tay tidak menyangka bahwa Ayahnya adalah seseorang yang sangat licik dan tidak mau bertanggung jawab. Pantas saja selama ini ia tidak pernah melihat Ayahnya dan nenek selalu menutupi keburukan Ayahnya.

            Satu lagi. Tay tidak menyangka bahwa Harry adalah anak Tom. Jadi ia dan Harry bersaudara? Tay meneguk ludahnya. Mungkin ini alasan mengapa Harry sangat membencinya. Tapi Tay tidak langsung yakin dengan cerita Harry.

            “Sekarang maumu apa? Mau melakukan hal yang sama dengan apa yang pernah Ayahku lakukan pada Ibumu?” Bentak Tay.

            “Kau sudah tau jawabannya.” Jawab Harry.

            Tay tau hal ini sangat gila. Sekarang statusnya adalah adik Harry. Jadi ceritanya, Ayahnya sudah menikah dengan Ibunya. Namun Ibunya belum juga mengandung bayi. Lalu Ayahnya memutuskan untuk mencari wanita lain yang adalah Ibu Harry. Jadi, setelah Harry lahir, baru Ibunya mengandungnya.

            “Ini sungguh gila! Kau adalah kakakku!” Kata Tay.

            “Kau takut ya?” Tanya Harry. Tampaknya lelaki itu tidak peduli apakah Tay adiknya ataupun lainnya. Ia ingin menuntaskan dendam itu. Ia ingin melihat Tay menderita seperti Ibunya. Harry pun memulai aksinya yang tadi sempat tertunda.

            “Harry.. Dengar..” Kata Tay dengan suara yang sedikit lemah.

            Dan entah mengapa semua anggota tubuh Harry seakan-akan membeku saat mendengar suara lemah itu. Baru kali ini ia mendapat seorang Tay yang lemah dan tidak seperti seorang Tay yang biasanya. Tay yang kasar. Tay yang bersikap layaknya seperti pria.

            “Kau sudah menceritakan semua rahasia tentang Ayahku. Kini giliran aku yang akan bercerita. Setelah itu kau boleh memainkan tubuhku.” Kata Tay. Harry terdiam. Ia membiarkan Tay bercerita. “Dulu, saat aku duduk di bangku SMP, ada lelaki yang umurnya dua tahun lebih tua dariku. Lelaki itu adalah temanku. Dia sangat baik. Ternyata, lelaki itu diam-diam menyukaiku. Tapi aku tidak mau menerima cintanya. Akhirnya, dia marah dan frustasi. Aku begitu merasa bersalah. Pada akhirnya, lelaki itu hilang kesadaran dan ia ingin melakukan suatu hal gila. Aku yang tidak tau memilih untuk pasrah.

            Saat lelaki itu membawaku pergi ke suatu tempat, dia melakukannya ditemani setan-setan yang sedang tertawa. Sementara aku? Aku menangis. Aku tidak menyangka lelaki itu akan melakukan hal gila ini. Setelah semuanya sHannahsai, lelaki itu berpesan untuk tidak menceritakan tentang kejadian ini. Jika aku menceritakannya, maka dia akan membongkar rahasiaku. Khususnya Ibuku. Lelaki itu tau kalau Ibuku adalah seorang pelacur. Tapi dia sudah tobat. Ya, aku tidak heran jika Ibuku menyukai lelaki seperti Tom yang sama-sama tidak baik.

            Sekarang, aku bukanlah gadis lagi. Aku tidak perawan lagi. Dan, apa kau mau menjadi bekas dari lelaki brengsek itu?”

            Sungguh, cerita ini sangat tidak di duganya. Harry tidak percaya bahwa Tay juga merasakan hal yang sama yang dirasakan Ibunya. Dan entah mengapa, ingin sekali Harry menghajar lelaki yang telah merusak keperawanan Tay. Pertanyaannya, siapa lelaki itu? Apa ia mengenalinya? Dan sepertinya Tay dapat membaca pikiran Harry.

            “Louis. Lelaki itu adalah Louis. Sahabatmu. Kau tau kan mengapa aku sangat membencinya?”

            Tubuh Harry serasa bak sengat listrik beribu-ribu volt. Louis? Tidak mungkin! Tapi Harry tau bahwa ucapan Tay adalah benar. Harry ingat dengan kejadian seusai pesta ulang tahun Hannah. Saat itu, Louis seperti memohon sesuatu pada Tay, namun Tay menolaknya. Jadi, selama ini Louis menjadi pendiam hanya karena Louis telah melakukan sesuatu yang haram pada seorang gadis bernama Tay? Lantas, apakah ia harus membenci Louis?
           
“Mengapa kau diam? Kau tidak mau melakukannya seperti saat Louis melakukannya padaku? Atau seperti saat Ayahku melakukannya pada Ibumu?” Tanya Tay.

            Harry terdiam. Mulutnya tidak bisa ia gerakkan sedikitpun. Harry melihat kedua mata Tay yang seperti ingin menangis. Jujur, ia ingin sekali memeluk Tay. Ia ingin sekali Tay menangis dipelukannya.

            “Harry! Cepatlah kalau kau ingin melakukannya!” Bentak Tay.

            Namun, Harry masih diam dan tidak bergerak sedikitpun. Tay menjadi kesal. “Aku hitung sampai tiga. Kalau kau tidak bergerak, aku akan keluar dari mobilmu. Satu….. Dua….. Tiga. Fine! Aku pergi!” Ucapnya lalu keluar dari mobil Harry.

            Melihat hal itu, Harry merasa khawatir. Tempat ini sangat sepi. Bisa-bisa Tay tersesat. “Aku akan membawamu ke kota dan kau bisa pulang sendiri!” Teriak Harry. Alasannya untuk tidak mengantar Tay pulang karena ada suatu hal yang ingin ia kerjakan. Yang berhubungan dengan kisah masa lalu Tay tadi.

***

            Sore ini tampak lain dari biasanya. Musim semi akan segera berakhir. Hannah menatap taman bunganya dengan sejuta perasaan yang aneh. Tidak tau mengapa, sore ini ia sangat khawatir. Sebenarnya Hannah ingin menelpon Tay, tapi saat ia memiscall Tay, nomor Tay tidak aktif. ‘Apa yang terjadi pada Tay?’ Batin Hannah.

            Tiba-tiba, bayangan wajah Louis melintas dipikirannya. Louis yang sedang merokok bersama preman-preman kampusnya. Air matanya pun turun menetesi kedua pipinya yang bersih. Louis…. Satu nama yang sangat sulit untuk ia gapai. Mengapa Tuhan jahat padanya? Mengapa Tuhan menakdirkannya untuk mencintai lelaki yang tidak mau mencintainya? Mengapa Tuhan tidak menakdirkannya untuk mencintai lelaki yang mencintainya dengan tulus? Seperti Niall.

            Hannah bisa merasakan kesakitan yang Niall rasakan. Ia dan Niall sama-sama sakit karena cinta yang sangat sulit untuk digapai.

            “Hannah..”

            Hannah menoleh kebelakang dan mendapati ada Niall disana. Niall tersenyum tipis ke arahnya. “Ada apa kau kesini?” Tanyanya.

            Niall berjalan mendekati Hannah. “Aku tau bahwa kedatanganku tidak kau terima. Kau pasti mengharapkan Louis yang datang. Begitu bukan?” Ucapnya.

            Hannah menghela nafas panjang. “Ya. Maafkan aku. Aku tau kau mencintaiku, tapi aku tidak bisa mencintaimu.” Ucapnya.

            Niall merangkul Hannah. “Tidak apa-apa. Jangan merasa bersalah. Seharusnya aku yang bersalah karena aku telah mencintaimu.” Ucapnya.

            Hannah menoleh ke Niall. “Cinta tidak bisa dipakasakan. Jika kau mencintaiku, kau tidak perlu memaksa untuk tak lagi mencintaimu. Itu hanya membuat hatimu sakit saja. Aku juga tidak bisa memaksa untuk berhenti mencintai Louis, dan…”

            Belum sempat Hannah melanjutkan ucapannya, Liam datang dengan segala kepucatan dan kepanikan. Dan dapat membuat Niall dan Hannah merasakan sesuatu yang buruk. Sesuatu yang buruk yang telah terjadi.

***




Tidak ada komentar:

Posting Komentar