Part
9
.
Dalam mimpi, ia bertemu seorang
lelaki yang tidak di kenalinya yang ingin bermain-main dengannya. Sebisa
mungkin Tay menghindar. Namun lelaki itu berhasil menangkapnya dan melakukan
hal-hal yang dapat membuat Tay teringat masa lalunya.
Masa lalunya dengan Louis.
“Tidak. Hal
ini tidak boleh terulang lagi.” Kata Tay.
Entah
mengapa Tay merasa bahwa sebentar lagi ada lelaki yang menginginkannya seperti
dulu Louis menginginkannya. Artinya, ia harus lebih berhati-hati dengan para
lelaki. Karena itulah Tay membenci laki-laki. Baginya, lelaki adalah sesuatu
yang dapat merusak hidupnya. Namun Tay
tidak bisa membohongi dirinya sendiri kalau ia ingin sekali merasakan apa itu
cinta. Bukannya aneh?
***
“Harry!”
Seru Niall melihat Harry yang sedang duduk sambil memandangi lapangan rumput
yang luas itu.
Pagi-pagi
sekali Niall sudah menemuinya. Padahal ini baru jam enam pagi. Matahari masih
malu-malu menampakkan sinarnya. Harry terpaksa bangun pagi karena ia tidak bisa
tidur. Tidurnya tidak nyenyak mengingat Ibunya yang sudah sadar.
“Kau pagi
sekali datang kemari.” Kata Harry.
Niall duduk
di samping Harry. “Ibuku berkata lebih baik bangun pagi daripada bangun siang.
Aku mencoba untuk mempraktekkannya.” Ucapnya.
“Oh, bagus
sekali.” Komentar Harry. Lelaki itu memilih menikmati udara pagi yang terasa
sejuk.
“Kau juga.
Mengapa kau bangun sepagi ini?” Tanya Niall.
Harry
menarik nafasnya dalam-dalam sebelum ia menjawab pertanyaan Niall. “Aku tidak
bisa tidur semalam. Kau pasti tidak percaya kalau Ibuku sudah sadar.” Ucapnya.
Kedua mata
Niall langsung mHannahbar. “Ohya? Apa dia sudah sembuh?” Tanyanya.
“Ya. Namun
ada masalah lain yang tidak bisa aku hadapi.” Jawab Harry.
Akhirnya
Harry menceritakan kisah hidupnya dari awal sampai akhir. Mengenai Ibunya dan
Ayahnya yang juga adalah Ayah Tay. Niall mendengarkannya dengan takjub. Jadi,
antara Harry dan Tay memiliki ikatan darah?
“Berarti,
Tay adikmu dong. Tapi aku tidak menemukan kemiripan diantara kalian.” Kata
Niall.
“Tentu
saja. Tay mirip dengan Ibunya sementara aku mirip dengan Ayahku. Aku menyesal
karena aku tidak mirip Ibuku dan memilih mirip dengan pria brengsek itu.”
Niall
menepuk bahu Harry. “Hei! Jangan begitu. Dia adalah Ayahmu. Meski kau terlahir
sebelum mereka menikah.” Ucapnya.
Harry
menatap Niall tajam. “Tom bukan Ayahku meski kenyataannya dia adalah Ayahku.
Kemarin Ibuku marah-marah karena mengingat Tom. Dan dia menyuruhku untuk
membunuh Tom. Tapi sebelumnya aku harus membunuh anak Tom terlebih dahulu.
Yaitu Tay.”
“Kau mau
membunuh Tay? Harry! Tay tidak bersalah meski Tay adalah anak dari Tom. Untuk
apa kau menuruti Ibumu?”
Harry
tersenyum miris. “Kalau aku tidak membunuhnya, maka Ibuku akan bunuh diri.”
Ucapnya.
Niall menggHannahng-gHannahngkan
kepala. Sungguh, kisah hidup Harry tragis sekali. Niall tidak menyangka
kehidupan Harry sangatlah berat. Sementara hidupnya sendiri santai-santai saja.
Ada beberapa masalah yang timbul namun ia bisa mengatasi masalah itu. Tapi
tidak dengan perasaannya pada Hannah.
Sampai
detik ini, ia masih mencintai Hannah meski ia tau bahwa Hannah tidak
menyukainya. Tapi Niall tetap bertahan dengan cintanya ini. Cinta yang bertepuk
sebelah tangan. Cinta yang tidak akan pernah bisa terwujud.
“Begini
saja. Kau katakana saja ke Ibumu kalau Tay sudah tidak ada.” Kata Niall.
“Tidak! Aku
harus menuntaskan dendam ini. Bukannya awalnya aku memang membenci Tay?”
“Ku kira
kau menyukai Tay saat di pesta itu.”
Perlahan,
matahari mulai menampakkan sinarnya. Sudah cukup lama mereka bicara. Harry
ingin menemui Ibunya dan ingin mengetahui bagaimana kabar Ibunya.
“Baiklah.
Aku masuk dulu. Aku ingin tau bagaimana keadaan Ibuku.” Kata Harry meninggalkan
Niall. Niall pun juga kembali ke rumahnya.
Tujuan
utama Harry yaitu pergi ke kamar Ibunya. Namun, ia menemukan kamar Ibunya dalam
keadaan kosong. Kemungkinan besar Ibunya sedang ada di dapur. Dan benar saja.
Harry melihat Ibunya yang duduk di meja makan dengan kursi rodanya.
“Kau kemana
saja? Ibu lelah mencarimu.” Kata Donna.
Harry duduk
di samping Ibunya. “Aku di luar saja Bu.” Jawabnya singkat. “Apa Ibu sudah
sehat?” Tanyanya.
“Tidak. Ibu
belum sehat sebelum kau membawa mayat anak gadis Tom kemari. Setelah itu kau
juga harus membawa mayat Tom kemari.” Jawab Donna.
Harry
mengira Ibunya sudah lupa tentang semua itu. Tapi sayangnya tidak. Donna sudah
terlalu benci dengan Tom. Tom yang telah merusak hidupnya hingga ia disingkirkan
dari keluarganya. Sementara Tom tidak mau bertanggung jawab dengan
perbuatannya.
“Bu, lebih
baik Ibu lupakan saja dendam itu.” Kata Harry.
“Sudah Ibu
bilang. Ibu harus melihat Tom dan keluarganya menderita. Dia harus merasakan
apa yang pernah Ibu rasakan. Sekarang, mengapa kau tidak mempersiapkan
segalanya?”
Harry
mengangguk pelan. Ia tau, hari ini ia akan menemui Tay. Tapi Harry tidak
bermaksud untuk membunuh Tay. Dendamnya bukan untuk membunuh Tay. Melainkan
ingin Tay mendapatkan apa yang pernah didapatkan oleh Ibunya dari Tom.
***
Pagi ini,
Niall mengajak Liam dan Zayn untuk bermain bola di lapangan. Sebenarnya Niall
ingin mengajak Louis. Tapi rumah Louis tampak sepi. Akhirnya Niall memutuskan
untuk bermain bersama Liam dan Zayn saja. Kalau Harry, lelaki itu sudah hilang
sejam yang lalu. Tidak tau kemana perginya. Niall takut jika Harry akan
melakukan hal yang tidak-tidak dengan Tay. Hanya karena dendam itu.
“Kau tidak
bersemangat sekali menendang bola.” Kata Zayn.
“Iya. Apa
kau masih memikirkan adikku?” Tanya Liam.
Niall
langsung menatap Liam. “Ya. Tapi hari ini aku tidak sedang memikirkannya.
Sebaliknya, aku sedang memikirkan Tay.” Jawabnya.
“Tay?”
Tanya Zayn dan Liam bersamaan.
“Kalian
sudah tau kan tentang masa lalu Harry?” Tanya Niall.
Zayn
mengangguk sementara Liam tidak. Artinya Liam tidak tau tentang masa lalu Harry
yang ada hubungannya dengan Tay.
“Aku takut
kalau hari ini Harry akan menemui Tay dan menyiksa Tay. Kau paham kan dengan
apa yang aku maksud?” Tanya Niall.
“Aku tidak
paham. Memangnya ada apa Harry dengan Tay? Bukannya seharusnya yang kau
tanyakan adalah ada apa Louis dengan Tay?” Kata Liam.
Sebuah
misteri lain datang. Niall tidak tau apa Tay dan Louis memiliki sebuah
hubungan. Niall menjadi pusing memikirkan semua ini.
“Sudahlah.
Sebaiknya kita bermain saja.” Kata Zayn.
Niall dan
Liam pun mengangguk dan melupakan sejenak kejadian ini.
***
Uang yang
ia dapatkan hari ini cukup banyak. Tay tersenyum puas. Hari ini, ia sangat
lelah. Perutnya pun lapar. Tay memutuskan untuk pergi ke tempat rumah makan
yang terkenal karena ia jarang memakan makanan yang lezat dan mahal.
Jam
menunjukkah pukul dua belas siang. Tay sampai di rumah makan bernama Calefo
yang juga termasuk langganan Hannah. Hannah sering mengajaknya makan di tempat
ini. Namun, saat Tay hendak masuk ke dalam, sebuah mobil yang dikenalinya
berhenti tidak jauh dari tempatnya. Tay memperhatikan mobil itu dari jauh. Kaca
mobil yang hitam itu terbuka. Disana ada seorang lelaki yang memakai kaca mata
hitam. Tay mendengus kesal.
Lelaki itu
adalah Harry. Harry keluar dari mobil dan mendekati Tay. “Kau mau kemana?”
Tanyanya ramah.
Tay heran
dengan sikap Harry yang baginya baru. Hari ini Harry tampak bersahabat. “Mau
masuk ke Calefo.” Jawab Tay singkat.
“Aku bisa
menebak kalau kau pasti lapar. Bagaimana kalau kau aku ajak makan di restoran
terkenal milik temanku? Untungnya hari ini aku sedang banyak uang.” Kata Harry.
Tay
tersenyum sinis. “Sebaiknya kau tabungkan saja uangmu. Dasar pemboros uang!”
Ucapnya lalu berjalan masuk ke Calefo.
“Hei
tunggu! Aku ingin mengajakmu karena ada maksud tertentu!” Teriak Harry.
Tay
membalikkan badannya. “Maksud tertentu apa?” Tanyanya. Jangan-jangan tentang
Ayahnya lagi. Jika memang benar, Tay bersedia ikut dengan Harry.
***
Tay membalikkan badannya. “Maksud
tertentu apa?” Tanyanya. Jangan-jangan tentang Ayahnya lagi. Jika memang benar,
Tay bersedia ikut dengan Harry.
“Aku ingin baikan denganmu dan
kita akan menjadi sahabat. Dan aku ingin menceritakan perihal Ayahmu.” Jawab
Harry.
Sebelum menerima atau menolak, Tay
berpikir. Lalu gadis itu mengangguk walau aslinya ia tidak mau ikut dengan
Harry. Tapi ini demi Ayahnya yang sangat ingin ia temui. Dan semoga Harry mau
mempertemukannya dengan Ayahnya. Tapi, hanya ada satu masalahnya. Yaitu
penampilannya.
“Tapi, apa
kau tidak mau berjalan bersama gadis sepertiku?” Tanya Tay.
Harry
tertawa. “Tentu saja tidak. Ayo!” Kata Harry menarik tangan Tay. Keduanya pun
masuk ke dalam mobil Harry. Ini kedua kalinya Tay menaiki mobil Harry. Pertama
sewaktu Harry mengantarnya pulang ke rumahnya seusai pesta ulang tahun Hannahanor
dan kedua saat ini.
Di dalam
mobil, Harry menyetir mobilnya dengan santai. Namun Tay melihat ada wajah lain
disana. Harry tidaklah sedang santai. Melainkan sedang kebingungan.
“Kau sedang
tidak baik.” Kata Tay.
“Ohya? Aku
hanya lelah saja.” Kata Harry.
“Kalau kau
lelah, mengapa kau mengajakku pergi ke restoran temanku?”
Tay mulai
merasakan hal-hal yang tidak enak. Bodoh sekali ia tidak menanyakan restoran
mana yang akan dituju. Dan perasaan yang tidak enak itu mulai besar. Harry
mengendarai mobilnya tanpa arah tujuan yang jelas. Tiba-tiba Tay teringat
dengan mimpinya. ‘Tidak mungkin!’ Batinnya.
“Kita sudah
cukup jauh dari kota. Jadi, dimana restoran itu?” Tanya Tay was-was. Dan Harry
tidak menjawab. Tay merasakan keringatnya mulai turun membasahi tubuhnya. Ia
ingat kejadian dulu. Saat ia bersama Louis. Akankah kejadian itu akan terulang
lagi?
“STOOPPP!!”
Bentak Tay. Seketika itu juga mobil Harry berhenti.
“Aku tau
apa maksudmu! Kau sama seperti Louis!” Bentak Tay.
Harry tidak
mempedulikan ucapan Tay. Lelaki itu mulai melakukan aksinya. Tay yang sudah tau
dan sudah pernah merasakannya kini tidak merasa takut. Kini, jarak antara ia
dan Harry sangat dekat.
“Kau sangat
cantik.” Kata Harry.
Tay
membuang mukanya. Gadis itu menyesal karena telah mengikuti lelaki brengsek
itu. Tapi Tay tidak akan membiarkan kejadian masa lalunya terulang kembali.
“Harry! Aku
tau apa maumu! Tapi, mengapa kau ingin melakukan hal ini kepadaku? Apa
salahku?” Tanya Tay.
Harry
tersesnyum sinis. Namun Tay bisa melihat kedua mata Harry yang berkaca-kaca.
‘Ada apa dengan lelaki ini?’ Batin Tay tidak mengerti. “Dengar anak gadis dari
Tom Richard. Kau tau apa salah Ayahmu? Kau tau apa salah Tom? Ayahmu! Ayahmu
yang telah menyiksa Ibuku dan yang membuat Ibuku menderita. Sampai saat ini. Kau
tidak tau kan bagaimana penderitaan Ibuku?” Ucapnya dengan penuh emosi.
“Kau
bohong! Ayahku tidak seperti itu!” Bantah Tay.
“Mau bukti?
Bukinya adalah aku! Aku adalah anak dari Tom Richard yang merupakan hasil dari
kebrengsekan Ayahmu pada Ibuku! Kau mengerti kan maksudku? Saat Ibuku tidak
perawan lagi, dia diusir oleh keluarganya dan memilih untuk tinggal sendiri.
Untungnya Ibuku hamil dan lahirlah aku! Tapi dia menyesal karena bayi yang
dikandungnya adalah hasil dari hubungan haramnya dengan Ayahmu!” Jelas Harry.
Tay
gemetaran mendengar cerita Harry. Sebegitu jahatnyakah Ayahnya? Tay tidak
menyangka bahwa Ayahnya adalah seseorang yang sangat licik dan tidak mau
bertanggung jawab. Pantas saja selama ini ia tidak pernah melihat Ayahnya dan
nenek selalu menutupi keburukan Ayahnya.
Satu lagi.
Tay tidak menyangka bahwa Harry adalah anak Tom. Jadi ia dan Harry bersaudara?
Tay meneguk ludahnya. Mungkin ini alasan mengapa Harry sangat membencinya. Tapi
Tay tidak langsung yakin dengan cerita Harry.
“Sekarang
maumu apa? Mau melakukan hal yang sama dengan apa yang pernah Ayahku lakukan
pada Ibumu?” Bentak Tay.
“Kau sudah
tau jawabannya.” Jawab Harry.
Tay tau hal
ini sangat gila. Sekarang statusnya adalah adik Harry. Jadi ceritanya, Ayahnya
sudah menikah dengan Ibunya. Namun Ibunya belum juga mengandung bayi. Lalu
Ayahnya memutuskan untuk mencari wanita lain yang adalah Ibu Harry. Jadi,
setelah Harry lahir, baru Ibunya mengandungnya.
“Ini
sungguh gila! Kau adalah kakakku!” Kata Tay.
“Kau takut
ya?” Tanya Harry. Tampaknya lelaki itu tidak peduli apakah Tay adiknya ataupun
lainnya. Ia ingin menuntaskan dendam itu. Ia ingin melihat Tay menderita
seperti Ibunya. Harry pun memulai aksinya yang tadi sempat tertunda.
“Harry..
Dengar..” Kata Tay dengan suara yang sedikit lemah.
Dan entah
mengapa semua anggota tubuh Harry seakan-akan membeku saat mendengar suara
lemah itu. Baru kali ini ia mendapat seorang Tay yang lemah dan tidak seperti
seorang Tay yang biasanya. Tay yang kasar. Tay yang bersikap layaknya seperti
pria.
“Kau sudah
menceritakan semua rahasia tentang Ayahku. Kini giliran aku yang akan
bercerita. Setelah itu kau boleh memainkan tubuhku.” Kata Tay. Harry terdiam.
Ia membiarkan Tay bercerita. “Dulu, saat aku duduk di bangku SMP, ada lelaki
yang umurnya dua tahun lebih tua dariku. Lelaki itu adalah temanku. Dia sangat
baik. Ternyata, lelaki itu diam-diam menyukaiku. Tapi aku tidak mau menerima
cintanya. Akhirnya, dia marah dan frustasi. Aku begitu merasa bersalah. Pada
akhirnya, lelaki itu hilang kesadaran dan ia ingin melakukan suatu hal gila.
Aku yang tidak tau memilih untuk pasrah.
Saat lelaki
itu membawaku pergi ke suatu tempat, dia melakukannya ditemani setan-setan yang
sedang tertawa. Sementara aku? Aku menangis. Aku tidak menyangka lelaki itu
akan melakukan hal gila ini. Setelah semuanya sHannahsai, lelaki itu berpesan
untuk tidak menceritakan tentang kejadian ini. Jika aku menceritakannya, maka
dia akan membongkar rahasiaku. Khususnya Ibuku. Lelaki itu tau kalau Ibuku
adalah seorang pelacur. Tapi dia sudah tobat. Ya, aku tidak heran jika Ibuku
menyukai lelaki seperti Tom yang sama-sama tidak baik.
Sekarang,
aku bukanlah gadis lagi. Aku tidak perawan lagi. Dan, apa kau mau menjadi bekas
dari lelaki brengsek itu?”
Sungguh,
cerita ini sangat tidak di duganya. Harry tidak percaya bahwa Tay juga
merasakan hal yang sama yang dirasakan Ibunya. Dan entah mengapa, ingin sekali
Harry menghajar lelaki yang telah merusak keperawanan Tay. Pertanyaannya, siapa
lelaki itu? Apa ia mengenalinya? Dan sepertinya Tay dapat membaca pikiran
Harry.
“Louis.
Lelaki itu adalah Louis. Sahabatmu. Kau tau kan mengapa aku sangat
membencinya?”
Tubuh Harry
serasa bak sengat listrik beribu-ribu volt. Louis? Tidak mungkin! Tapi Harry
tau bahwa ucapan Tay adalah benar. Harry ingat dengan kejadian seusai pesta
ulang tahun Hannah. Saat itu, Louis seperti memohon sesuatu pada Tay, namun Tay
menolaknya. Jadi, selama ini Louis menjadi pendiam hanya karena Louis telah
melakukan sesuatu yang haram pada seorang gadis bernama Tay? Lantas, apakah ia
harus membenci Louis?
“Mengapa kau diam? Kau tidak mau
melakukannya seperti saat Louis melakukannya padaku? Atau seperti saat Ayahku
melakukannya pada Ibumu?” Tanya Tay.
Harry
terdiam. Mulutnya tidak bisa ia gerakkan sedikitpun. Harry melihat kedua mata
Tay yang seperti ingin menangis. Jujur, ia ingin sekali memeluk Tay. Ia ingin
sekali Tay menangis dipelukannya.
“Harry!
Cepatlah kalau kau ingin melakukannya!” Bentak Tay.
Namun,
Harry masih diam dan tidak bergerak sedikitpun. Tay menjadi kesal. “Aku hitung
sampai tiga. Kalau kau tidak bergerak, aku akan keluar dari mobilmu. Satu…..
Dua….. Tiga. Fine! Aku pergi!” Ucapnya lalu keluar dari mobil Harry.
Melihat hal
itu, Harry merasa khawatir. Tempat ini sangat sepi. Bisa-bisa Tay tersesat.
“Aku akan membawamu ke kota dan kau bisa pulang sendiri!” Teriak Harry.
Alasannya untuk tidak mengantar Tay pulang karena ada suatu hal yang ingin ia
kerjakan. Yang berhubungan dengan kisah masa lalu Tay tadi.
***
Sore ini
tampak lain dari biasanya. Musim semi akan segera berakhir. Hannah menatap
taman bunganya dengan sejuta perasaan yang aneh. Tidak tau mengapa, sore ini ia
sangat khawatir. Sebenarnya Hannah ingin menelpon Tay, tapi saat ia memiscall
Tay, nomor Tay tidak aktif. ‘Apa yang terjadi pada Tay?’ Batin Hannah.
Tiba-tiba,
bayangan wajah Louis melintas dipikirannya. Louis yang sedang merokok bersama
preman-preman kampusnya. Air matanya pun turun menetesi kedua pipinya yang
bersih. Louis…. Satu nama yang sangat sulit untuk ia gapai. Mengapa Tuhan jahat
padanya? Mengapa Tuhan menakdirkannya untuk mencintai lelaki yang tidak mau
mencintainya? Mengapa Tuhan tidak menakdirkannya untuk mencintai lelaki yang
mencintainya dengan tulus? Seperti Niall.
Hannah bisa
merasakan kesakitan yang Niall rasakan. Ia dan Niall sama-sama sakit karena
cinta yang sangat sulit untuk digapai.
“Hannah..”
Hannah
menoleh kebelakang dan mendapati ada Niall disana. Niall tersenyum tipis ke
arahnya. “Ada apa kau kesini?” Tanyanya.
Niall
berjalan mendekati Hannah. “Aku tau bahwa kedatanganku tidak kau terima. Kau
pasti mengharapkan Louis yang datang. Begitu bukan?” Ucapnya.
Hannah
menghela nafas panjang. “Ya. Maafkan aku. Aku tau kau mencintaiku, tapi aku
tidak bisa mencintaimu.” Ucapnya.
Niall
merangkul Hannah. “Tidak apa-apa. Jangan merasa bersalah. Seharusnya aku yang
bersalah karena aku telah mencintaimu.” Ucapnya.
Hannah menoleh
ke Niall. “Cinta tidak bisa dipakasakan. Jika kau mencintaiku, kau tidak perlu
memaksa untuk tak lagi mencintaimu. Itu hanya membuat hatimu sakit saja. Aku
juga tidak bisa memaksa untuk berhenti mencintai Louis, dan…”
Belum
sempat Hannah melanjutkan ucapannya, Liam datang dengan segala kepucatan dan
kepanikan. Dan dapat membuat Niall dan Hannah merasakan sesuatu yang buruk.
Sesuatu yang buruk yang telah terjadi.
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar