Part 5
.
.
.
“Ag, lo serius mau
ngeluarin Dea dari Zarra Girls?”
Mendapat pertanyaan
dari Zevana, Agni yang siang itu mau cepet-cepet pulang langsung membalikkan
badan. Ia menatap Zevana yang butuh akan jawabannya yang pasti.
“Entahlah. Kita
liat aja ke depannya. Kalo Dea lebih sering dengan pacar tercintanya di banding
kita ya kita keluarin aja.” Jawabnya.
Tidak jauh dari
tempat itu, seorang cewek diam-diam mendengar percakapan antara Agni dan Zevana
yang menurutnya sangat penting. Apa? Jadi
kak Dea mau dikeluarkan dari Zarra Girls? Tanya cewek itu dalam hati.
“Menurut lo, sikap
Dea aneh bukan setelah pacaran sama Rio?” Tanya Zevana.
Yang ditanya
mengangkat bahu. “Udah ah, jangan bahas Dea lagi. Kalo emang kita keluarkan, ya
keluarkan aja dan tinggal cari anggota baru. Ya udah, gue pergi dulu, bye!”
Kata Agni meninggalkan Zevana.
Cewek yang tadi
diam-diam mendengar percakapan Agni dan Dea tersenyum. Entah mengapa, di balik
wajahnya yang kalem dan pendiam, tersimpan sebuah sifat lain yang selama ini ia
sembunyikan dan mungkin sebentar lagi akan ia keluarkan. Cewek itu merasa
memiliki harapan besar yang berhubungan dengan Zarra Girls.
Sementara Agni,
badannya letih banget. Rapat anggota karate tadi membuatnya bosan dan
cepat-cepat pengen pulang. Selain cheers, Agni juga mengikuti ekskul karate.
Hebat bukan? Dan walau sedikit tomboi, tapi kini sekarang Agni mulai menghapus
kesan tomboi yang ada dalam dirinya. Kini Agni mulai suka berdandan ala cewek
seperti kebanyakan cewek lainnya.
Ketika ia sampai di
gerbang, Agni melihat seorang cowok yang sedang duduk bersila. Siapa cowok itu? Kayak nggak ada kerjaan
aja! Batin Agni. Cewek itu pun berjalan mendekati cowok itu. Ooo.. Ternyata Cakka.. Agni memilih
duduk di samping Cakka sehingga membuat cowok itu kaget.
“Lho Agni? Sedang
apa disini?” Tanya Cakka heran.
Pandangannya yang
tadi ia pusatkan pada sepasang kekasih yang sudah tua dan renta itu ia alihkan
ke arah samping kiri. Tempat dimana ada cewek yang tiba-tiba ada di sampingnya.
“Baru selesai
rapat.” Jawab Agni.
Cakka hanya
meng’o’kan. Lalu ia kembali menatap lurus ke depan. Kakek dan nenek tadi sudah
nggak ada lagi. Cakka tersenyum. Betapa bahagianya mereka walau usia mereka
sudah amat tua....
“Lo kenapa nggak
pulang?” Tanya Agni memecah keheningan.
“Lo juga kenapa
nggak pulang? Kenapa lo lebih memilih duduk disini?” Cakka balik nanya.
Mendengar
pertanyaan dari Cakka, Agni memukul keningnya. Benar juga apa yang dikatakan
Cakka. Ia kan pengen cepat-cepat pulang. Lha ini? Kenapa ia bisa berada duduk
di samping Cakka?
“Gue nggak tau,
hehe..” Jawab Agni.
Cakka hanya
tersenyum.
“Eh Kka, lo aneh
deh. Kenapa sih sampai sekarang lo nggak mau nyari permaisuri? Eh, maksud gue
nyari cewek yang lo cintai dan lo jadikan sebagai pacar lo?” Tanya Agni.
Memang benar.
Selama ini Cakka nggak pernah pedekate dengan cewek. Itulah yang membuat
hatinya resah dan kebingungan. Sebenarnya,
apa yang terjadi dengan gue? Kenapa gue nggak bisa menjadi seperti mereka? Hanya
Rio dan Alvin saja tempatnya mencurahkan segala keanehan dirinya yang merupakan
rahasianya itu.
“Gue nggak tau.”
Jawab Cakka.
“Lo memang aneh
Kka. Gue nggak curiga kalo lo sama sekali belum pernah pacaran.” Kata Agni lalu
bangkit dan meninggalkan Cakka yang masih kebingungan.
Cinta? Apa itu
cinta?
***
Sore itu, Ify
memilih pergi ke rumah Sivia karena ia bosan berada di rumahnya. Sejak tadi,
Ayahnya belum juga pulang. Sok sibuk dan
sok pelit! Batin Ify. Jarak rumahnya dengan rumah Sivia nggak terlalu jauh.
Ify bisa memanfaatkan sepeda lamanya sebagai alat transportasinya, biar nggak
capek jalan maksudnya.
Setelah tiba di
rumah Sivia, Ify melihat Sivia yang duduk di teras sambil mendengarkan lagu
menggunakan headset. Ify tersenyum. Jangan-jangan, Sivia sudah mulai jatuh
cinta nih sama Alvin.
“Eh Fy, ngagetin
aja.” Kata Sivia seraya melepas headsetnya.
“Lagi mikirin kak
Alvin?” Tanya Ify.
Sivia tersenyum
malu. “Nggak tau nih Fy. Tapi, perlakuan kak Alvin tadi manis banget. Gue
jadi...”
“Jatuh cinta dengan
dia! Hahaha..” Sambung Ify.
Bisa jadi Sivia
menyukai Alvin dalam waktu sedekat ini. Tapi eh, apa tidak salah menyukai orang
yang sudah mempunyai kekasih? Tidak! Tentu tidak salah. Ia berhak menyukai
siapapun. Termasuk menyukai Alvin yang sudah mempunyai kekasih.
“Kok Shilla nggak
kesini?” Tanya Sivia.
“Nggak tau nih Vi.
Feeling gue mengakatan kalo Shilla sedang menjauhi kita. Lo kan tau sifat dia?
Shilla itu nggak asyik banget. Bawaannya diam mulu..” Jawab Ify sambil
membayangkan wajah diam Shilla yang seperti patung.
“Benar-benar. Tapi,
gue ngerasa ada sesuatu yang dia sembunyiin dari kita. Menurut gue, sebenarnya
Shilla itu bukan tipe cewek pendiam. Percayalah.”
“Entahah Vi..”
Pandangan Ify lurus
ke depan. Melihat aneka macam bunga yang di tanam Sivia. Tiba-tiba, senyum
tengil Rio mengganggunya. Cowok itu..
Kenapa cowok itu selalu saja mengganggu pikiran gue?
“Lo sendiri naksir
sama kak Rio kan?” Tanya Sivia sambil tersenyum.
***
Seperti biasa. Tiga
sekawan ini selalu bersama. Mereka dijuluki oleh orang-orang sebagai tiga
serangkai yang diketuai oleh Alvin. Sebenarnya Cakka yang ditunjuk, tapi karena
Cakka nggak mau, akhirnya Alvin yang dipilih karena diantara ketiganya, Alvin
lah yang paling tua.
Tiga cowok idola
sekolah itu duduk santai menikmati kesejukkan yang luar biasa. Di rumahnya,
Cakka sengaja mengubah pekarangan belakang rumahnya menjadi pemandangan di
pedesaan. Disini, ada kebun kecil yang ditumbuhi aneka macam tanaman dan aneka
macam bunga. Ibu Cakkalah yang mendukung ide anaknya yang sangat luar biasa
itu.
Alasan Cakka
mengubahnya menjadi pemandangan di desa yaitu karena ia bosan melihat
pemandangan Kota yang tidak seindah pemandangan desa yang sejuk. Cakka pernah
tinggal di desa tempat Kakeknya dilahirkan dan ia betah. Sayangnya ia harus
kembali tinggal bersama kedua orangtuanya di Jakarta.
“Kka, kenapa sih lo
nggak bisa jatuh cinta?” Tanya Alvin tiba-tiba.
Cakka tersenyum
sedih. Itulah masalah terberatnya. Selama hidupnya ini, ia sama sekali nggak
bisa merasakan apa itu cinta dan bagaimana indahnya cinta. Salah besar orang
mengatainya sebagai manusia sempurna. Buktinya, ia memiliki suatu kekurangan
yang menjadi rahasianya. Yaitu nggak bisa jatuh cinta.
“Gue nggak tau
Vin.” Jawabnya.
Rio yang melihat
sahabatnya sedih langsung menyemangatinya. “Don’t worry bro! Don’t be afraid.
Disini ada kita yang selalu ada buat lo. Lo jangan takut gitu karena lo nggak
bisa jatuh cinta. Gue yakin, di atas sana, Tuhan sedang merencanakan sesuatu
buat lo. Jadi bersabarlah.. Nikmatilah hidup lo yang sekarang ini..”
Begitulah Rio.
Seorang cowok yang mampu memberikan kebahagiaan dan nasehat bagi teman-temannya
yang sedang bersedih ataupun dilanda suatu masalah besar.
“Thanks bro.” Kata
Cakka senang.
“Oh iya Yo, kenapa
lo nggak sama Dea sekarang?” Tanya Alvin.
Rio menarik nafas
berat. “Tugas gue hanya menjaga Dea di sekolah saja. Setelah itu gue bebas.”
Jawabnya.
“Memangnya ada apa
dengan Dea?” Tanya Cakka yang mulai bicara.
Baik Cakka maupun
Alvin begitu penasaran dengan hubungan Rio dengan Dea. Alvin yang sudah lama
bersahabat dengan Rio tau bahwa sahabatnya itu sama sekali nggak mencintai Dea
dan hanya karena sebuah paksaan akhirnya Rio menjadikan Dea sebagai kekasihnya.
“Lo tau kan
kejadian beberapa bulan yang lalu ketika Dea kecelakaan?” Tanya Rio.
Ingatan itu kembali
terkeam jelas di otaknya. Tentu Alvin dan Cakka masih ingat dengan kejadian
yang kurang lebih lima bulan yang lalu. Kejadian yang hampir merengkut nyawa
Dea. Namun, berkat Rio, Dea dapat diselamatkan. Rio lah malaikat penolongnya
meski tidak disadari oleh Dea karena cewek itu nggak bisa mengingat kejadian
saat ia mengalami kecelakaan.
“Gue ingat Yo.
Bukannya elo yang..” Kata Alvin dan langsung dipotong oleh Rio.
“Lo udah tau. Jadi,
sama halnya dengan Dea. Gue harus menjaga diri gue agar tidak seperti Dea.
Walau gue nggak seperti Dea yang kini sedang menderita suatu penyakit yang
sangat berbahaya. Bahkan jarum sekecilpun jika Dea tidak hati-hati, maka
habislah nyawanya.” Jelas Rio.
Alvin dan Cakka
mangut-mangut. Sungguh, Rio termasuk manusia yang langka di dunia ini, dan
manusia yang paling dibutuhkan jika sesamanya membutuhkan pertolongannya dengan
segera.
“Pindah ke topik
lain. Gue penasaran dengan cewek tadi pagi itu. Kenapa cewek itu terlihat kesal
saat liat wajah lo?” Tanya Alvin.
Yang ditanya
tersenyum penuh misteri. Membuat Alvin penasaran. Ia teringat dengan kejadian
tadi saat ia sengaja menjadi pelayan seorang cewek polos berwajah manis. Kenapa gue kepikiran sama cewek itu?
Padahal, cewek itu biasa-biasa saja kok. Cewek itu nggak bisa dikatakan sebagai
Most Wanted Girl...
“Dia adalah gadis
istimewa.” Jawab Rio.
“Istimewa?
Maksudnya?” Tanya Alvin tidak paham.
Namun, Rio nggak
menjawab. Cowok itu malah tertawa melihat sahabatnya yang lagi kepo. “Suatu
hari nanti, lo akan tau Vin..” Ucapnya pelan.
***
“Ma..”
Maylaf yang sedang
mencuci gelas kaget mendapati putrinya yang berwajah pucat. Sebisa mungkin
Maylaf menyembunyikan rasa kekhawatirannya akan kesehatan putrinya itu. Ia
teringat dengan pesan dokter beberapa hari yang lalu:
Jika sedikit saja tangannya terluka, bahkan sekecill
apapun lukanya, akan berakibat fatal. Karena itulah, Ibu harus menjaga putri
Ibu sebaik-baiknya. Saya dan dokter lainnya agar berusaha menyembuhkan penyakit
putri Anda..
“Ma..” Ulang Dea.
“Oh, ada apa
sayang?” Tanya Maylaf lembut.
“Ma, Dea mau
latihan cheers.” Jawabnya yang membuat wajah Maylaf menjadi pucat.
Baru saja Dea
membalikkan badan, Maylaf mencegahnya. Ia sangat khawatir jika putrinya terluka
dan berakibat fatal, dan ia nggak mau hal itu terjadi.
“Jangan! Mama
melarang keras kamu mengikuti ekskul apapun.” Kata Maylaf tegas.
Dea membalikkan
badan. “Kenapa Ma?” Tanyanya.
“Pokoknya, Mama
melarang keras kamu melakukan hal yang membuatmu terluka!” Jawab Maylaf.
Tentu saja Dea
nggak terima dengan ucapan Maylaf barusan. “Terluka? Memangnya Dea ngapain Ma?
Dea cuma latihan cheers, bukan tembak-tembakan!”
Maylaf menatap
tajam putrinya. “Sekarang, kamu masuk ke kamarmu dan jangan membuat dirimu
terluka!” Ucapnya.
Sebisa mungkin Dea
menahan air mata agar tidak turun. Mama
jahat! Batinnya. Mengapa Mama
melarang Dea melakukan aktivitas yang sering Dea lakukan? Memangnya ada apa
denganku? Mama nggak mau menjelaskan! Artinya, semua ini nggak adil! Nggak
adil!
Dengan sangat
terpaksa, Dea masuk ke dalam kamarnya yang begitu membosankan. Lalu, ia
mengambil blackberrynya yang berada di balik bantalnya. Tangannya yang lemas
berusaha menekan-nekan tombol di HPnya.
Message To: AgNi..
Ag, gw keluar dari cheers
***
Sebenarnya, hari
ini ada jadwal latihan cheers. Tapi berhubung hari ini Agni capek banget, ia
libur latihannya. Masa baru saja sampai di kasur yang empuk langsung kembali ke
sekolah?
Drdrtdrt...
1 Message From: Dea
Ag, gw keluar dari cheers
Agni tersenyum
puas. Benar! Dea harus segera disingkirkan dari gengnya karena sikap Dea yang
bertolak belakang dengan sikapnya. Ya,
apa salahnya gue keluarin dia dan cari anggota baru yang lebih oke dibanding
Dea?
Pintu kamarnya
terbuka. Bi Sari yang membuka pintu kamarnya. Melihat hal itu, Agni langsung
turun dari kasurnya.
“Ada apa Bi?”
Tanyanya.
“Ada tamu diluar.”
Jawab Bi Sari.
“Siapa?”
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar