expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Jumat, 10 April 2015

One Hope ( Part 5 )



Part 5

.

.

.

“Ag, lo serius mau ngeluarin Dea dari Zarra Girls?”

Mendapat pertanyaan dari Zevana, Agni yang siang itu mau cepet-cepet pulang langsung membalikkan badan. Ia menatap Zevana yang butuh akan jawabannya yang pasti.

“Entahlah. Kita liat aja ke depannya. Kalo Dea lebih sering dengan pacar tercintanya di banding kita ya kita keluarin aja.” Jawabnya.

Tidak jauh dari tempat itu, seorang cewek diam-diam mendengar percakapan antara Agni dan Zevana yang menurutnya sangat penting. Apa? Jadi kak Dea mau dikeluarkan dari Zarra Girls? Tanya cewek itu dalam hati.

“Menurut lo, sikap Dea aneh bukan setelah pacaran sama Rio?” Tanya Zevana.

Yang ditanya mengangkat bahu. “Udah ah, jangan bahas Dea lagi. Kalo emang kita keluarkan, ya keluarkan aja dan tinggal cari anggota baru. Ya udah, gue pergi dulu, bye!” Kata Agni meninggalkan Zevana.

Cewek yang tadi diam-diam mendengar percakapan Agni dan Dea tersenyum. Entah mengapa, di balik wajahnya yang kalem dan pendiam, tersimpan sebuah sifat lain yang selama ini ia sembunyikan dan mungkin sebentar lagi akan ia keluarkan. Cewek itu merasa memiliki harapan besar yang berhubungan dengan Zarra Girls.

Sementara Agni, badannya letih banget. Rapat anggota karate tadi membuatnya bosan dan cepat-cepat pengen pulang. Selain cheers, Agni juga mengikuti ekskul karate. Hebat bukan? Dan walau sedikit tomboi, tapi kini sekarang Agni mulai menghapus kesan tomboi yang ada dalam dirinya. Kini Agni mulai suka berdandan ala cewek seperti kebanyakan cewek lainnya.

Ketika ia sampai di gerbang, Agni melihat seorang cowok yang sedang duduk bersila. Siapa cowok itu? Kayak nggak ada kerjaan aja! Batin Agni. Cewek itu pun berjalan mendekati cowok itu. Ooo.. Ternyata Cakka.. Agni memilih duduk di samping Cakka sehingga membuat cowok itu kaget.

“Lho Agni? Sedang apa disini?” Tanya Cakka heran.

Pandangannya yang tadi ia pusatkan pada sepasang kekasih yang sudah tua dan renta itu ia alihkan ke arah samping kiri. Tempat dimana ada cewek yang tiba-tiba ada di sampingnya.

“Baru selesai rapat.” Jawab Agni.

Cakka hanya meng’o’kan. Lalu ia kembali menatap lurus ke depan. Kakek dan nenek tadi sudah nggak ada lagi. Cakka tersenyum. Betapa bahagianya mereka walau usia mereka sudah amat tua....

“Lo kenapa nggak pulang?” Tanya Agni memecah keheningan.

“Lo juga kenapa nggak pulang? Kenapa lo lebih memilih duduk disini?” Cakka balik nanya.

Mendengar pertanyaan dari Cakka, Agni memukul keningnya. Benar juga apa yang dikatakan Cakka. Ia kan pengen cepat-cepat pulang. Lha ini? Kenapa ia bisa berada duduk di samping Cakka?

“Gue nggak tau, hehe..” Jawab Agni.

Cakka hanya tersenyum.

“Eh Kka, lo aneh deh. Kenapa sih sampai sekarang lo nggak mau nyari permaisuri? Eh, maksud gue nyari cewek yang lo cintai dan lo jadikan sebagai pacar lo?” Tanya Agni.

Memang benar. Selama ini Cakka nggak pernah pedekate dengan cewek. Itulah yang membuat hatinya resah dan kebingungan. Sebenarnya, apa yang terjadi dengan gue? Kenapa gue nggak bisa menjadi seperti mereka? Hanya Rio dan Alvin saja tempatnya mencurahkan segala keanehan dirinya yang merupakan rahasianya itu.

“Gue nggak tau.” Jawab Cakka.

“Lo memang aneh Kka. Gue nggak curiga kalo lo sama sekali belum pernah pacaran.” Kata Agni lalu bangkit dan meninggalkan Cakka yang masih kebingungan.

Cinta? Apa itu cinta?

***

Sore itu, Ify memilih pergi ke rumah Sivia karena ia bosan berada di rumahnya. Sejak tadi, Ayahnya belum juga pulang. Sok sibuk dan sok pelit! Batin Ify. Jarak rumahnya dengan rumah Sivia nggak terlalu jauh. Ify bisa memanfaatkan sepeda lamanya sebagai alat transportasinya, biar nggak capek jalan maksudnya.

Setelah tiba di rumah Sivia, Ify melihat Sivia yang duduk di teras sambil mendengarkan lagu menggunakan headset. Ify tersenyum. Jangan-jangan, Sivia sudah mulai jatuh cinta nih sama Alvin.

“Eh Fy, ngagetin aja.” Kata Sivia seraya melepas headsetnya.

“Lagi mikirin kak Alvin?” Tanya Ify.

Sivia tersenyum malu. “Nggak tau nih Fy. Tapi, perlakuan kak Alvin tadi manis banget. Gue jadi...”

“Jatuh cinta dengan dia! Hahaha..” Sambung Ify.

Bisa jadi Sivia menyukai Alvin dalam waktu sedekat ini. Tapi eh, apa tidak salah menyukai orang yang sudah mempunyai kekasih? Tidak! Tentu tidak salah. Ia berhak menyukai siapapun. Termasuk menyukai Alvin yang sudah mempunyai kekasih.

“Kok Shilla nggak kesini?” Tanya Sivia.

“Nggak tau nih Vi. Feeling gue mengakatan kalo Shilla sedang menjauhi kita. Lo kan tau sifat dia? Shilla itu nggak asyik banget. Bawaannya diam mulu..” Jawab Ify sambil membayangkan wajah diam Shilla yang seperti patung.

“Benar-benar. Tapi, gue ngerasa ada sesuatu yang dia sembunyiin dari kita. Menurut gue, sebenarnya Shilla itu bukan tipe cewek pendiam. Percayalah.”

“Entahah Vi..”

Pandangan Ify lurus ke depan. Melihat aneka macam bunga yang di tanam Sivia. Tiba-tiba, senyum tengil Rio mengganggunya. Cowok itu.. Kenapa cowok itu selalu saja mengganggu pikiran gue?

“Lo sendiri naksir sama kak Rio kan?” Tanya Sivia sambil tersenyum.

***

Seperti biasa. Tiga sekawan ini selalu bersama. Mereka dijuluki oleh orang-orang sebagai tiga serangkai yang diketuai oleh Alvin. Sebenarnya Cakka yang ditunjuk, tapi karena Cakka nggak mau, akhirnya Alvin yang dipilih karena diantara ketiganya, Alvin lah yang paling tua.

Tiga cowok idola sekolah itu duduk santai menikmati kesejukkan yang luar biasa. Di rumahnya, Cakka sengaja mengubah pekarangan belakang rumahnya menjadi pemandangan di pedesaan. Disini, ada kebun kecil yang ditumbuhi aneka macam tanaman dan aneka macam bunga. Ibu Cakkalah yang mendukung ide anaknya yang sangat luar biasa itu.

Alasan Cakka mengubahnya menjadi pemandangan di desa yaitu karena ia bosan melihat pemandangan Kota yang tidak seindah pemandangan desa yang sejuk. Cakka pernah tinggal di desa tempat Kakeknya dilahirkan dan ia betah. Sayangnya ia harus kembali tinggal bersama kedua orangtuanya di Jakarta.

“Kka, kenapa sih lo nggak bisa jatuh cinta?” Tanya Alvin tiba-tiba.

Cakka tersenyum sedih. Itulah masalah terberatnya. Selama hidupnya ini, ia sama sekali nggak bisa merasakan apa itu cinta dan bagaimana indahnya cinta. Salah besar orang mengatainya sebagai manusia sempurna. Buktinya, ia memiliki suatu kekurangan yang menjadi rahasianya. Yaitu nggak bisa jatuh cinta.

“Gue nggak tau Vin.” Jawabnya.

Rio yang melihat sahabatnya sedih langsung menyemangatinya. “Don’t worry bro! Don’t be afraid. Disini ada kita yang selalu ada buat lo. Lo jangan takut gitu karena lo nggak bisa jatuh cinta. Gue yakin, di atas sana, Tuhan sedang merencanakan sesuatu buat lo. Jadi bersabarlah.. Nikmatilah hidup lo yang sekarang ini..”

Begitulah Rio. Seorang cowok yang mampu memberikan kebahagiaan dan nasehat bagi teman-temannya yang sedang bersedih ataupun dilanda suatu masalah besar.

“Thanks bro.” Kata Cakka senang.

“Oh iya Yo, kenapa lo nggak sama Dea sekarang?” Tanya Alvin.

Rio menarik nafas berat. “Tugas gue hanya menjaga Dea di sekolah saja. Setelah itu gue bebas.” Jawabnya.

“Memangnya ada apa dengan Dea?” Tanya Cakka yang mulai bicara.

Baik Cakka maupun Alvin begitu penasaran dengan hubungan Rio dengan Dea. Alvin yang sudah lama bersahabat dengan Rio tau bahwa sahabatnya itu sama sekali nggak mencintai Dea dan hanya karena sebuah paksaan akhirnya Rio menjadikan Dea sebagai kekasihnya.

“Lo tau kan kejadian beberapa bulan yang lalu ketika Dea kecelakaan?” Tanya Rio.

Ingatan itu kembali terkeam jelas di otaknya. Tentu Alvin dan Cakka masih ingat dengan kejadian yang kurang lebih lima bulan yang lalu. Kejadian yang hampir merengkut nyawa Dea. Namun, berkat Rio, Dea dapat diselamatkan. Rio lah malaikat penolongnya meski tidak disadari oleh Dea karena cewek itu nggak bisa mengingat kejadian saat ia mengalami kecelakaan.

“Gue ingat Yo. Bukannya elo yang..” Kata Alvin dan langsung dipotong oleh Rio.

“Lo udah tau. Jadi, sama halnya dengan Dea. Gue harus menjaga diri gue agar tidak seperti Dea. Walau gue nggak seperti Dea yang kini sedang menderita suatu penyakit yang sangat berbahaya. Bahkan jarum sekecilpun jika Dea tidak hati-hati, maka habislah nyawanya.” Jelas Rio.

Alvin dan Cakka mangut-mangut. Sungguh, Rio termasuk manusia yang langka di dunia ini, dan manusia yang paling dibutuhkan jika sesamanya membutuhkan pertolongannya dengan segera.

“Pindah ke topik lain. Gue penasaran dengan cewek tadi pagi itu. Kenapa cewek itu terlihat kesal saat liat wajah lo?” Tanya Alvin.

Yang ditanya tersenyum penuh misteri. Membuat Alvin penasaran. Ia teringat dengan kejadian tadi saat ia sengaja menjadi pelayan seorang cewek polos berwajah manis. Kenapa gue kepikiran sama cewek itu? Padahal, cewek itu biasa-biasa saja kok. Cewek itu nggak bisa dikatakan sebagai Most Wanted Girl...

“Dia adalah gadis istimewa.” Jawab Rio.

“Istimewa? Maksudnya?” Tanya Alvin tidak paham.

Namun, Rio nggak menjawab. Cowok itu malah tertawa melihat sahabatnya yang lagi kepo. “Suatu hari nanti, lo akan tau Vin..” Ucapnya pelan.

***

“Ma..”

Maylaf yang sedang mencuci gelas kaget mendapati putrinya yang berwajah pucat. Sebisa mungkin Maylaf menyembunyikan rasa kekhawatirannya akan kesehatan putrinya itu. Ia teringat dengan pesan dokter beberapa hari yang lalu:

Jika sedikit saja tangannya terluka, bahkan sekecill apapun lukanya, akan berakibat fatal. Karena itulah, Ibu harus menjaga putri Ibu sebaik-baiknya. Saya dan dokter lainnya agar berusaha menyembuhkan penyakit putri Anda..

“Ma..” Ulang Dea.

“Oh, ada apa sayang?” Tanya Maylaf lembut.

“Ma, Dea mau latihan cheers.” Jawabnya yang membuat wajah Maylaf menjadi pucat.

Baru saja Dea membalikkan badan, Maylaf mencegahnya. Ia sangat khawatir jika putrinya terluka dan berakibat fatal, dan ia nggak mau hal itu terjadi.

“Jangan! Mama melarang keras kamu mengikuti ekskul apapun.” Kata Maylaf tegas.

Dea membalikkan badan. “Kenapa Ma?” Tanyanya.

“Pokoknya, Mama melarang keras kamu melakukan hal yang membuatmu terluka!” Jawab Maylaf.

Tentu saja Dea nggak terima dengan ucapan Maylaf barusan. “Terluka? Memangnya Dea ngapain Ma? Dea cuma latihan cheers, bukan tembak-tembakan!”

Maylaf menatap tajam putrinya. “Sekarang, kamu masuk ke kamarmu dan jangan membuat dirimu terluka!” Ucapnya.

Sebisa mungkin Dea menahan air mata agar tidak turun. Mama jahat! Batinnya. Mengapa Mama melarang Dea melakukan aktivitas yang sering Dea lakukan? Memangnya ada apa denganku? Mama nggak mau menjelaskan! Artinya, semua ini nggak adil! Nggak adil!

Dengan sangat terpaksa, Dea masuk ke dalam kamarnya yang begitu membosankan. Lalu, ia mengambil blackberrynya yang berada di balik bantalnya. Tangannya yang lemas berusaha menekan-nekan tombol di HPnya.

Message To: AgNi..

Ag, gw keluar dari cheers

***

Sebenarnya, hari ini ada jadwal latihan cheers. Tapi berhubung hari ini Agni capek banget, ia libur latihannya. Masa baru saja sampai di kasur yang empuk langsung kembali ke sekolah?

Drdrtdrt...

1 Message From: Dea

Ag, gw keluar dari cheers

Agni tersenyum puas. Benar! Dea harus segera disingkirkan dari gengnya karena sikap Dea yang bertolak belakang dengan sikapnya. Ya, apa salahnya gue keluarin dia dan cari anggota baru yang lebih oke dibanding Dea?

Pintu kamarnya terbuka. Bi Sari yang membuka pintu kamarnya. Melihat hal itu, Agni langsung turun dari kasurnya.

“Ada apa Bi?” Tanyanya.

“Ada tamu diluar.” Jawab Bi Sari.

“Siapa?”

***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar