Part
10
.
Belum sempat Hannah melanjutkan
ucapannya, Liam datang dengan segala kepucatan dan kepanikan. Dan dapat membuat
Niall dan Hannah merasakan sesuatu yang buruk. Sesuatu yang buruk yang telah
terjadi.
“Liam! Apa yang terjadi? Mengapa
kau panik sekali?” Tanya Niall.
Liam berusaha mengatur nafasnya.
“Louis! Dia sekarang berada di rumah sakit!” Jawab Liam.
Baik Niall maupun Hannah sama-sama
kaget. Terutama Hannah! Wajahnya berubah menjadi pucat. Timbul rasa
kekhawatiran yang berlebihan. Ada apa dengan Louis? Mengapa Louis bisa berada
di rumah sakit?
“Jangan bercanda!” Bantah Hannah
yang tampaknya masih belum percaya.
“Hannah, aku tidak bohong.Tadi aku
mendapat kabar dari kakak Louis. Katanya Louis ditemukan tidak sadarkan diri di
kamarnya. Di sekitar wajahnya banyak darah. Kita harus cepat-cepat pergi
kesana!” Kata Liam.
Tanpa basa-basi lagi, mereka
langsung pergi menuju rumah sakit menggunakan mobil Liam. Di dalam mobil, Hannah
masih tidak percaya dengan apa yang terjadi. Louis! Ada apa dengan lelaki itu? Hannah
tidak bisa membayanagkan lelaki yang sangat dicintainya terbaring lemah di
rumah sakit dengan dipasangkan selang infus.
Niall yang mengetahui bahwa Hannah
tidak tenang, berusaha untuk menenangkannya. “Louis akan baik-baik saja.”
Ucapnya.
Namun Hannah tetap tidak tenang
dan berharap hal ini hanyalah sebuah mimpi. Mimpi buruknya dan ia cepat-cepat
ingin bangun dari mimpi buruknya. Setelah sampai di rumah sakit, Niall, Hannah
dan Liam berlari menuju kamar rawat Louis. Namun, saat mereka sampai di depan
pintu kamar Louis, seorang lelaki yang berwajah kHannahlahan datang menghampiri
mereka.
***
Beberapa
menit yang lalu…..
“Turunkan aku disini!” Kata Tay
dengan nada tinggi.
Harry menyetop mobilnya di sebuah
rumah makan sederhana yang letaknya tidak jauh dari rumah Tay. Tay sudah sangat
lapar dan dia tidak bisa menunda laparnya. Tay meninggalkan Harry tanpa
mengatakan apapun. Harry pun memilih menjalankan mobilnya dan menuju pada satu
tujuan. Yaitu rumah Louis.
Sesampainya di rumah Louis, disana
tampak sepi. Harry yakin di dalam rumah itu tidak ada tanda-tanda kehidupan(?).
Tiba-tiba, seorang gadis kira-kira berumur dua belas tahun mendekatinya dengan
nafas yang terengah-engah.
“Syukurlah kak Harry datang.” Kata
gadis itu.
Harry menatap gadis itu dengan
tatapan bingung. “Memangnya ada apa?” Tanyanya.
“Kak Louis..” Jawab gadis itu.
“Kak Louis dibawa ke rumah sakit.” Sambungnya.
Mendengar jawaban dari gadis itu,
tanpa basa-basi Harry langsung menancap gasnya menuju rumah sakit yang
dimaksudkan oleh gadis itu. Mobil Harry melaju dengan kencang dan tidak
mempedulikan lalu lintas. Hampir saja ia menabrak dua motor dan satu mobil.
Tetapi Harry tidak peduli.
Sesampai di rumah sakit, Harry
berlari seperti seseorang yang kesetanan. Disana, ia menemukan Niall, Liam dan Hannah.
“Harry! Kau kenapa?” Tanya Niall
heran.
Sebelum menjawab, Harry berusaha
mengatur nafasnya. “Louis.. Mana lelaki itu?” Tanyanya sedikit membentak.
Semuanya terdiam dan memandang
Harry dengan tatapan heran. Mengapa seakan-akan Harry seperti membenci Louis?
Sekarang Louis sedang dirawat di rumah sakit. Seharusnya Harry merasa sedih dan
bukannya marah seperti ini.
Giliran Hannah yang bicara.
“Harry! Louis sedang dirawat. Memangnya ada apa?”
Ibu Louis keluar dari ruang dokter
yang merawat Louis. Wajah Ibu Louis sangat mendung dan ingin menangis. Hannah
merasa ada yang tidak beres. Ia merasa bahwa sebentar lagi ia akan menangis
hingga air matanya habis.
“Ada apa dengan Louis?” Tanya
Liam.
Ibu Louis menarik nafas
dalam-dalam. Wanita itu berusaha menahan air matanya agar tidak jatuh. Tapi
percuma. Air mata yang ia tahan akhirnya terjatuh. “Louis terkena penyakit
kanker paru-paru dan kata dokter, penyakitnya sudah sangat parah. Dokter
memprediksi umur Louis tidak akan lama lagi.” Ucapnya.
Semuanya kaget mendengar
penjelasan Ibu Louis. Hannah langsung mengeluarkan air matanya. Berkali-kali ia
mengumpat dalam hati karena Tuhan tidak pernah baik padanya. Tuhan selalu
memberinya kemalangan dan kepedihan. Di sampingnya, Niall merangkulnya agar ia
tidak jatuh. Namun sayangnya, Hannah pingsan dan harus di rawat.
Niall dan Liam pergi mengurusi Hannah,
sementara Harry masih diam di tempat. Ia tidak percaya dengan kejadian ini.
Hari ini memang merupakan hari yang membawanya kejutan-kejutan yang membuatnya
kaget.
“Do’akan Louis agar Louis bisa
bertahan..” Lirih Ibu Louis.
Harry tidak mempedulikan ucapan
Ibu Louis. “Apakah aku boleh masuk ke kamar Louis?” Tanyanya.
“Sebaiknya jangan, karena kondisi
Louis masih tidak stabil.” Jawab Ibu Louis dan Harry tidak bisa membantahnya.
Lelaki itu memilih untuk pulang ke rumah dan mengetahui bagaimana kabar Ibunya.
***
“Apa?”
Baru saja Tay pulang dari rumah
makan, ia dikabarkan oleh Liam bahwa Louis sedang berada di rumah sakit karena
terkena penyakit kanker paru-paru, sementara Hannah pingsan karena mendengar
berita itu. Tay tidak menyangka bahwa Louis bisa terkena penyakit itu. Apa
penyakit itu sebagai tanda bahwa pembalasannya sedang berjalan? Apa ia sejahat
itu pada Louis?
“Tay, kau darimana saja?” Tanya
nenek.
Tay kaget mendengar suara
neneknya. “Ng.. Baru dari kampus.” Jawabnya berbohong.
“Tapi wajahmu pucat begitu dan kau
tampak lelah. Apa perlu nenek pijat?”
“Tidak perlu. Aku ke kamar saja.”
Tay berjalan dengan langkah yang
ling-lung. Tubuhnya terasa remuk. Dua buah kejadian yang sangat tidak di
duganya, yang berhubungan dengan Harry dan Louis.
“Tidak. Aku tidak sejahat itu.
Tapi, apa dendamku yang telah membuat Louis terkena penyakit mengerikan itu?”
Sebenarnya Tay ingin pergi ke
rumah sakit. Tapi tenaganya sudah habis. Tay sadar, ia hampir menangis saat
menceritakan masa lalunya dengan Louis ke Harry. Suaranya tampak serak. Tay
merasa bodoh karena hampir menangis dihadapan Harry yang tidak lain adalah
kakaknya sendiri.
“Tidak mungkin Harry kakakku.”
Kata Tay.
Entah mengapa, gadis itu seperti
tidak rela pada kenyataan bahwa ia dan Harry adalah adik-kakak. Tapi Tay tidak
terlalu memikirkannya karena kepalanya begitu pusing. Tay pun memilih untuk
tidur agar segala permasalahannya hilang untuk sementara dan ia dapat tenang.
***
Sore menjelang malam, Harry sampai
di rumahnya. Namun lelaki itu merasakan suatu hal yang ganjil, yang terjadi di
dalam rumahnya. Cepat-cepat Harry masuk ke dalam rumahnya. Saat ia sampai di
ruang tamu, Harry kaget mendapati seorang gadis cantik yang sedang duduk
bersama Ibunya. Harry melihat Ibunya tampak bahagia karena kehadiran gadis itu.
“Bu, siapa gadis itu?” Tanya
Harry.
Ibunya tersenyum menyambut
kedatangan Harry, juga gadis itu. Gadis cantik itu memiliki senyum yang
menawan. Ditambah lagi dua lesung pipitnya yang terlihat jelas saat ia
tersenyum. Namun Harry sama sekali tidak tertarik dengan semua itu.
“Namanya Tamara. Dia adalah calon
istrimu.” Jawab Ibunya sambil merangkul gadis yang ternyata adalah Tamara.
Tentu saja Harry kaget. Bagaimana
Ibunya bisa mengenali gadis itu? Bagaimana gadis itu bisa ada di rumahnya?
Bagaimana Ibunya bisa mengatakan bahwa gadis itu adalah calon istrinya?
“Darimana Ibu tau kalau gadis itu
adalah calon istriku?” Tanya Harry.
“Ibu tidak tau. Yang jelas Tamara
adalah calon istrimu dan sekarang dia adalah kekasihmu.” Jawab Ibunya.
Harry pusing dengan keadaan
Ibunya. Ia yakin sekali bahwa Ibunya telah lupa dengan dendamnya pada Ayahnya
dan Tay. Sekarang, Ibunya ingin menjodohkannya dengan gadis yang tidak
dikenalinya?
“Darimana Ibu bisa mengenal gadis
itu?” Tanya Harry.
“Ibu Tamara adalah teman Ibu dulu.
Dia datang kesini atas perintah Ibunya. Kata Ibu Tamara, ia ingin menjadikanmu
sebagai menantunya. Tentu saja Ibu mau. Tamara cantik dan dewasa, dan kau cocok
sekali dengan Tamara.” Jelas Ibunya.
***
Tamara berjalan mendekati Harry.
Gadis itu memegang lengan Harry dan bersandar di bahunya. Harry berusaha untuk
mengindar tapi ia tidak bisa.
“Sekarang,
kau adalah kekasihku. Kita memang ditakdirkan untuk bersama.” Kata Tamara.
Tiba-tiba,
Harry mendorong tubuh gadis itu hingga gadis itu kaget. Ibunya pun kaget dengan
sikap anaknya yang sangat tidak sopan. “Harry! Kau jangan kasar pada calon
istrimu sendiri!” Bentak Ibunya.
“Bu! Hal
gila apa lagi ini? Kemarin Ibu menyuruhku untuk membunuh Ayah dan Tay.
Sekarang, Ibu menyuruhku menjadi kekasih gadis itu? Aku tidak mau!” Kata Harry.
Ibunya
tidak menyangka bahwa Harry menolak gadis secantik Tamara. Gadis yang sangat
diidam-idamkan oleh para lelaki. “Ibu sudah melupakan dendam itu. Semua dendam
itu sudah terobati karena kedatangan Tamara. Kalau kau tidak mau dengan Tamara,
maka Ibu memilih untuk mati saja.” Ucapnya.
Harry
melihat Tamara tersenyum penuh kemenangan. Ia tidak tau cara gadis itu
mempengaruhi Ibunya agar bisa menjadi seperti ini. Tapi, jika ia menolak
Tamara, maka nyawa Ibunya akan terancam, dan Harry tidak mau hal itu terjadi.
Maka terpaksa ia mengangguk.
“Begitu
dong, baru anak laki-laki Ibu yang baik.” Kata Donna senang.
Harry
memaksakan diri untuk tersenyum. Lalu, akankah ia mampu bertahan dengan seorang
gadis bernama Tamara? Apa ia bisa mencintai gadis yang tidak dikenalinya itu?
***
Perlahan,
gadis itu membuka matanya. Kepalanya terasa sakit. Gadis itu tau bahwa ia telah
pingsan. Gadis itu teringat sesuatu. Sesuatu yang telah membuatnya menjadi
seperti ini.
“Kau sudah
sadar?” Tanya Liam melihat Hannah yang sudah mulai sadar.
Hannah
tidak langsung menjawab. Pandangan gadis itu kosong ke depan. Kemudian, sebuah
nama terlintas dibenaknya. ‘Louis!’ Jeritnya dalam hati.
“Louis!
Louis! Dimana Louis? Aku tidak ingin kehilangan Louis!” Teriak Hannah seperti
orang yang tidak waras. Liam berusaha menenangkan Hannah.
Kemudian,
Niall datang sambil membawa makanan. Lelaki itu begitu kaget saat melihat Hannah
yang sedang berontak. Niall memanggil dokter dan dokter itu datang. Dokter itu
memberi obat penenang dan Hannah pun tidur kembali.
“Dok, apa
adik saya akan baik-baik saja?” Tanya Liam.
“Ya.
Sekarang biarkanlah dia istirahat. Dia sudah terlalu shock.” Jawab dokter itu
lalu meninggalkan kamar rawat Hannah.
Niall yang
membawa beberapa makanan memberikannya pada Liam. Namun Liam tidak mau
memakannya. “Aku tidak lapar.” Kata Liam.
Niall tau
bahwa Liam sangat lelah. Akhirnya Niall mendapatkan ide. “Kau pulang saja.
Disini aku yang menjaga Hannah. Besok aku tidak ada kuliah pagi.” Ucapnya.
“Kau
yakin?” Tanya Liam.
“Iya. Apa
kau meragukan cintaku pada Hannah?”
Liam
tersenyum mendengar ucapan Niall. “Baiklah. Jaga dia. Kalau dia kenapa-kenapa,
kau akan bermasalah denganku.” Ucapnya.
“Siap bos!”
Kata Niall semangat.
Liam pun
pergi meninggalkan Niall. Kini, hanya Niall dan Hannah saja. Niall melihat
wajah cantik Hannah yang terlihat pucat. Niall mendekati Hannah seraya memegang
tangan Hannah. “Hannah, andaikan aku bisa memilikimu. Tapi aku tau bahwa
cintaku tidak akan pernah terwujud.” Ucapnya, lalu Niall mencium tangan Hannah.
Berharap Hannah terbangun dan tersenyum padanya. Niall pun tertidur di samping Hannah
dengan cara duduk. Namun ia nyaman dan nyenyak dalam tidurnya.
***
Pagi pun
datang. Tay terbangun dengan keadaan yang cukup baik. Gadis itu berusaha
melupakan semua masalah-masalah yang dialaminya. Kini, hidupnya normal kembali.
Hari ini ada kuliah pagi. Seperti biasa, Tay menggunakan kaus dibaluti jaket
jeans dan celana jeans belel favoritnya. Tidak peduli apa kata orang, Tay pamit
dengan neneknya dan pergi menuju kampusnya.
Di kampus,
Tay melihat kerumunan gadis yang sepertinya sedang menggosip. Diantaranya
adalah Heidy. Cepat-cepat Tay berlari menuju Heidy dan kawan-kawan.
“Hei Heid!
Sedang membicarakan apa? Kalian tampaknya serius.” Tanya Tay.
Heidy
menatap Tay dengan tatapan serius. “Kau tidak akan percaya Tay!” Ucapnya.
Tentu saja
Tay bingung dengan apa yang dikatakan oleh Heidy. “Maksudmu apa? Jangan
membuatku penasaran!” Ucapnya.
“Dengar.
Disini ada mahasiswi baru pindahan dari Prancis. Mahasiswi baru itu adalah seorang
model yang sangat cantik. Aku saja terpesona dengan kecantikannya walau aku
bukan laki-laki. Satu hal yang terpenting. Gadis itu adalah kekasih dari
Harry!” Jelas Heidy.
Tay sedikit
kaget. Harry? Memiliki seorang kekasih yang adalah seorang model? Tay tidak
bisa menebak bagaimana pikiran lelaki itu. “Kau tidak bohong kan?” Tanya Tay.
“Aku tidak
bohong dan..”
“Itu
mereka!” Teriak Carissa.
Tay melihat
sebuah pemandangan yang sangat tidak diduganya. Dari jauh, ia bisa melihat
Harry yang sedang bermesraan dengan seorang gadis cantik. Memang benar. Gadis
itu sangat cantik. Gadis itu terlihat manja dilengan Harry, dan Harry bahagia
berjalan bersama gadis itu. Entah apa yang kini dirasakan olehnya. Namun satu
hal yang ia tau, bahwa ia sangat tidak menyukai pemandangan itu.
Heidy
menyenggol lengan Tay. “Hei! Kau cemburu?” Tanyanya.
“Cemburu?
Tidak akan!” Kata Tay.
Cemburu?
Ulangnya dalam hati. Tay baru menyadari bahwa ia dan Harry adalah adik kakak.
Jadi, mustahil sekali bila ia cemburu. Namun, di lubuk hatinya yang terdalam,
ia mulai merasakan sebuah kesakitan. Sebuah kesakitan yang ia tidak tau kapan
datangnya.
***
“Aku juga
tidak percaya.” Komentar Zayn.
Tidak
sengaja Tay bertemu dengan Zayn di kantin. Tay memilih untuk berbicara dengan Zayn.
Tapi ia tidak menceritakan kejadian kemarin.
“Kau sudah
tau kalau Lou sedang dirawat di rumah sakit?” Tanya Zayn.
“Ya.” Jawab
Tay singkat. Jujur, ia malas membahas tentang Louis.
“Kau tidak
menjenguknya?” Tanya Zayn.
“Sudahlah
Zayn. Aku malas membahas tentang Louis. Bisakah kau membahas hal yang lain
saja?”
Zayn paham
bahwa Tay membenci Louis. Tapi, tidak seharusnya Tay membenci Louis di saat
Louis sedang terkena sakit parah. Seharusnya kebencian itu hilang dan berubah
menjadi rasa simpati. Zayn memilih untuk tidak membicarakan tentang Louis lagi.
Tiba-tiba,
sepasang kekasih baru itu datang di kantin. Tidak sengaja kedua mata Tay
bertatapan dengan mata Harry. Tay tidak sanggup melihat mata Harry. Zayn yang
tau hal itu kini telah menemukan sebuah fakta yang pasti. Tanpa diduga
keduanya, Harry dan Tamara datang menemui Zayn dan Tay.
“Harry, aku
mau duduk disini. Bisakah kau mengusir dua manusia itu? Terutama yang jelek
itu.” Kata Tamara dengan santainya.
Jujur,
Harry begitu panas mendengar ucapan Tamara yang sangat tidak sopan. Tapi ia
memilih untuk diam. Sementara Tay, gadis itu sangat marah dan sebentar lagi
akan meledak. Tay pun berdiri dan siap membalas ucapan Tamara.
“Kalau
bicara hati-hati!” Bentak Tay. Tentu ia tidak mau dikatakan sebagai gadis yang
buruk rupa.
Tamara
tidak mau kalah. “Kenyataannya kan memang begitu. Kau adalah gadis terjelek
yang dijauhi oleh para lelaki. Betapa kasihannya dirimu.” Ucapnya.
Secara
refleks, Tay menampar pipi kanan Tamara. Tentu Tamara kaget. Ia merasakan
kesakitan yang sangat di pipi kanannya. Zayn langsung menjauhkan Tay dari
Tamara. “Damn!” Maki Tamara. Sementara Harry membantunya untuk mengurangi rasa
sakit di pipi Tamara. Harry yang pernah merasakan tamparan Tay tentu pernah
merasakan betapa sakitnya Tamara saat ini. Harry pun mengajak Tamara pergi dari
tempat itu.
Setelah
keduanya pergi, Zayn langung mengomeli Tay. “Tay! Tidak baik kau menamparnya!
Ingat, jagalah emosimu. Jangan biarkan kau kalah dengan emosimu.” Ucapnya.
Namun Tay
tidak mempedulikan nasehat Zayn dan memilih untuk meninggalkan Zayn dengan
perasaan hati yang sangat sulit ia terjemahkan.
***
“Pipimu
tidak apa-apa?” Tanya Harry saat sHannahsai mengobati pipi Tamara.
“Sekarang
sudah mendingan.” Jawab Tamara. Tiba-tiba ia teringat dengan gadis sialan tadi.
“Kau tau siapa gadis kurang ajar yang menampar pipiku tadi?” Tanyanya.
“Tidak.
Memangnya kenapa?” Bohong Harry. Ia tidak ingin Tamara mengetahui bahwa ia dan
Tay adalah adik kakak.
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar