Part 15
.
.
.
“Ag…”
Suara itu nggak asing lagi baginya. Agni menoleh
kebelakang dan mendapati Cakka yang tersenyum sedih melihatnya. Cakka duduk
disamping Agni dan Agni nggak bisa membuat detakan jantungnya kembali normal.
“Ad.. Apa apa kesini?” Tanya Agni.
Cakka nggak langsung menjawab. Pelan-pelan ia
menarik nafasnya, lalu ia keluarkan. Rasanya, sangat berat ia menarik nafasnya
karena banyak beban berat yang membuatnya lemah seperti sekarang ini.
“Gue.. Gue menyerah.” Kata Cakka.
Tidak ada respon dari Agni. Gadis itu menatap lurus
ke depan. Melihat pemandangan sore menjelang malam yang begitu indah. Angin
sore yang dingin menyebabkan ia mengeratkan jaket yang ia pakai.
“Kenapa?” Tanya Agni setelah lama terdiam.
Cakka beralih menatap Agni. Wajah cantik Agni
tertutupi kepucatan dan semua hal yang tidak diketahuinya. Ada apa dengan Agni? Batinnya.
“Seharusnya gue nggak mengikuti ide lo. Seharusnya
gue nggak nembak Ify. Kasian dia. Dia sangat mencintai gue dan gue…”
“Kka..” Agni beralih menatap Cakka. Pandangan
keduanya pun bertemu. Cakka memandangi kedua mata indah Agni, dan jujur saja ia
suka melihat kedua mata indah itu yang baginya mampu menenangkan dirinya. “Ya…
Ini semua salah gue. Maaf.” Sambungnya.
Setelah mengucapkan kalimat itu, Agni bangkit dan
meninggalkan Cakka yang masih dibuat penasaran dengan sikap Agni barusan.
Biasanya, Agni selalu ceria dan cerewet. Dan sekarang?
Apa
lebih baik gue mutusi Ify?
***
Malam harinya, Shilla tersenyum memandangi bintang
malam yang bertebaran di langit. Tumben bintang-bintang banyak sekali padahal
di hari biasanya bintang-bintang hanya sedikit. Mungkin bintang-bintang itu
memahami perasaannya dan siap menemaninya hingga sekarang ini.
Kematian Zevana membuat dadanya sesak. Shilla yang
awalnya ingin menyingkirkan Zevana dari Alvin malah bersedih. Tidak seharusnya
ia berbuat itu. Jika Alvin memutuskan memilih Zevana, maka ia nggak bias
berbuat apapun.
Tapi sekarang Zevana sudah meninggal dan Alvin
jomblo. Jadi, apakah ada kesempatan untuk mendapatkan Alvin, pujaan hatinya?
Dilihat dari sikap Alvin kemarin, Alvin seperti khawatir padanya dan nggak mau
ia kenapa-napa. Shilla berharap Alvin mengerti perasaannya dan berharap
memiliki perasaan yang sama dengan dirinya.
“Aw..” Rintih Shilla.
Ternyata, kepalanya masih terasa sakit karena
kejadian kemarin. Berkali-kali Shilla membodohi dirinya karena telah mengikuti
Zevana untuk pesta minuman beralkohol yang sangat berbahaya bagi tubuhnya. Tapi
Shilla berjanji untuk tidak melakukan lagi karena ia sayang dengan dirinya.
Drtdrtdrt…
1 Message From: 0878xxxxxxxx
Nite!
Apa lo baik2 saja?
By.
Alvin
Benarkah ini nomor Alvin? Shilla tersenyum senang.
Ia cium ponselnya. Ternyata, sampai detik ini Alvin masih peduli dengannya.
Alvin..Alvin.. Alvin… Dengan cekatan Shilla membalas pesan Alvin.
Sementara di tempat lain, Alvin tersenyum lega
membaca balasan dari Shilla. Entah mengapa hatinya berbunga-bunga ketika
membaca balasan pesan dari Shilla.
Shilla
baik2 saja kak. Makasih y krn udh bantu Shilla (:
Oh,
God! Apa gue menyukai gadis itu? Dengan waktu yang singkat ini? Imposible! Batin
Alvin sambil melempar ponselnya di atas kasurnya.
***
Sungguh pagi yang berbeda. Sangat berbeda. Dimulai
dari hadirinya sebuah surat yang ia temukan di dalam kamarnya. Ify merasa
ganjil dengan surat itu, dan surat itu nggak tertulis nama pengirimnya. Isi
dari surat itu adalah:
Maafkan
aku karena aku akan meninggalkanmu dalam waktu yang dekat ini.
Cukup singkat, namun mengandung segudang teka-teki.
Ify membiarkan surat itu dan tidak mau membawanya pergi karena mungkin surat
itu hanya surat iseng dan tidak penting. Ahya, hari ini kan sekolah. Cepat-cepat
Ify mandi dan pergi menuju ruang tamu.
Di ruang tamu, Ify takjub melihat menu sarapan yang
sangat lezat. Yaitu ayam goreng, capcay dann udang goreng. Ia melihat Ayah
duduk manis sambil menyesap kopi.
“Pagi sayang..” Sapa Anwar menyadari putrinya yang sudah
duduk manis.
“Pagi juga Pa. Ohya, siapa yang memasak semua ini?”
Tanya Ify heran.
Ayahnya tersenyum misterius sembari membelai halus
rambut putrinya yang panjang. Ify merasa ada yang berbeda dari Ayahnya. Ayahnya
sekarang berbeda dengan Ayahnya yang kemarin.
“Kamu nggak perlu tau siapa yang memasak semua
makanan ini. Jadi, makan saja. Ini rezeki kita.” Kata Anwar.
Karena lapar dan nggak mau berdebat dengan Ayah, Ify
langsung menyantap makanan yang ada di depannya. Mulai dari Ayam sampai udang.
Hmmm.. Lezat banget.
Ngomong-ngomong, kenapa Cakka belum juga datang ke
rumahnya? Ify merasa kekasihnya itu nggak bakal mengantarnya sekolah. Baginya,
kemarin Cakka tidak seperti biasanya. Ify merasa Cakka sedang menyimpan sebuah
masalah besar yang ia tidak boleh ketahui.
Setelah sarapan, Ify diantar oleh Ayahnya dengan
hati yang sedih. Sedih karena hari ini Cakka nggak ke rumahnya. Jangan-jangan..
Cakka… Ah, sudahlah. Jangan berpikiran negatif. Siapa tau kan hari ini Cakka
nggak masuk karena sakit?
“Baik-baik di sekolah.” Ucap Ayahnya pelan.
Ify nggak mempedulikan Ayahnya. Parahnya lagi, ia
nggak mencium tangan Ayahnya dan lebih memilih berjalan masuk ke dalam sekolah.
Tepat di pinggir lapangan, Ify tak sengaja melihat Rio. Saat itu Rio sedang
menatapnya dengan tatapan yang sulit di tebak.
Cowok
aneh! Batin Ify seraya berlari menuju kelasnya.
***
Gadis manis itu terdiam sambil memainkan pulpennya.
Teman bangkunya belum juga datang. Kondisinya sudah membaik dan hari ini ia
bisa sekolah. Alvin! Nama itulah yang setiap harinya menganggu pikirannya.
Teringat dengan ucapan pedas Shilla yang membuat hatinya sakit, Sivia menjadi
sedih. Apakah benar gadis seperti dirinya nggak pantas buat Alvin?
“Shilla..” Kata Sivia ketika menyadari Shilla sudah
ada di depannya.
“Hai, apa kabar?” Tanya Shilla datar.
Sivia tersenyum tipis. “Baik. Lo sendiri gimana?”
Jawab+Tanya Sivia.
“Kabar gue? Hmm.. Baik-baik. Setelah pangeran
ganteng yang bernama Alvin mulai jatuh cinta dengan gue.” Jawab Shilla dengan
kalimat yang sedikit arogan.
Mendengar Shilla menyebut nama ‘Alvin’, tubuhnya
langsung lemas. Air matanya ingin segera tumpah. Ya, Sivia akui kalo ia
cemburu. Tentu saja Alvin nggak akan nolak jika Shilla memintanya untuk
pacaran. Shilla kan cantik dan hanya cowok bodoh saja yang nggak mau pacaran
dengannya.
“Hai Via!” Sapa Ify ceria.
Sivia mulai tersenyum dan melupakan masalahnya sejak
Ify datang. Hari ini Ify tampak ceria, namun ada sebagian ekspresi aneh yang
nggak bisa disimpulkan Sivia.
“Udah sembuh?” Tanya Ify.
“Iya.” Jawab Sivia singkat.
Cewek itu baru ingat kalo Ify dan Cakka sudah
pacaran. Wah, Ify harus neraktir dia dong! Tapi, hubungan CakFy menurutnya
sangat misterius dan ada suatu hal yang membuat hubungan itu harus berjalan.
“Selamat yak arena udah berhasil dapetin cowok
impian lo.” Kata Sivia.
Teringat Cakka, Ify langsung sedih. Hari ini ia
belum melihat wajah kekasihnya. Melihat perubahan wajah Ify, Sivia dihinggapi
rasa penasaran.
“Lho? Ada apa Fy?” Tanya Sivia.
“Oh, ng.. Nggak ada apa-apa kok.” Jawab Ify sedikit
gugup. Namun, Sivia nggak percaya.
“Bohong! Lo lagi ada masalah kan? Ayo cerita ke
gue.” Kata Sivia.
Akhirnya Ify menceritakan hal ganjil yang terjadi
hari ini. Pertama, surat misterius yang ia temukan di meja belajarnya, dan
kedua yaitu Cakka yang nggak datang ke rumahnya seperti biasa untuk
mengantarnya ke sekolah.
“Apa surat itu ada hubungannya dengan kak Cakka?”
Tanya Ify.
“Bisa jadi, Fy. Tapi.. Isi surat itu nyesek banget
bukan?” Kata Sivia.
Ify membenarkan ucapan Sivia. Jika surat itu ada
hubungannya dengan Cakka, artinya… Oh, tidak! Cakka nggak boleh
meninggalkannya! Nggak boleh! Karena ia takut kehilangan Cakka.
Bel masuk berbunyi dan pelajaran pun dimulai.
***
Jam istirahat, Rio memutuskan untuk menemui Dea
karena perasaannya sejak pagi tadi tidak enak. Sementara Alvin, cowok itu
melamun sambil memikirkan seorang gadis yang tidak lain adalah Shilla. Alvin
bingung dengan perasaannya. Apakah secepat ini ia jatuh cinta? Lain halnya
dengan Cakka. Cowok itu sejak bel berbunyi langsung berlari mencari Agni.
Balik lagi ke Rio. Ia sudah sampai di kelas Dea. Rio
tersenyum mendapati Dea yang sedang menulis sesuatu. Ketika ia mendekati Dea,
Dea langsung menutup bukunya. Wajah Dea sedikit pucat dan di tangannya sedikit
lebam. Rio tersenyum sedih melihat semua itu.
“Ada apa kesini Yo?” Tanya Dea.
“Oh, ng.. Cuma mastiin kalo lo baik-baik aja.” Jawab
Rio.
Dea tersenyum pahit. “Gue pengen cepat-cepat mati.
Maaf karena gue sudah nyusahin elo.” Ucapnya.
Rio menatap tajam Dea. “Jangan bilang seperti itu!
Penyakit lo bakal sembuh! Lo jangan pesimis gitu. Justru gue senang karena gue
banyak membantu lo.” Ucapnya.
Tiba-tiba Dea teringat sesuatu. Yaitu sebuah mimpi
aneh yang belakang-belakangan ini selalu menghantuinya. Mimpi yang aneh namun
mengandung sebuah arti penting.
“Entahlah Yo.. Dea nggak tau..” Kata Dea.
Kelas Dea nggak terlalu ramai karena penghuninya
pada ke kantin. Dea tidak ke kantin karena ia nggak boleh memakan makanan di
kantin yang sangat berbahaya baginya. Jika ia makan suatu makanan yang keras,
tentu gusinya akan berdarah dan hal itu dapat mengancam nyawanya.
“Gimana dengan cewek yang Rio sukai?” Tanya Dea
tiba-tiba.
Saat ini Rio malas membahas cewek yang telah lama ia
sukai. Karena ia lelah memikirkan cewek itu dan lelah karena cintanya nggak
akan pernah dibalas oleh cewek itu.
Sebelum meninggalkan Dea, Rio mengacak-acak poni
Dead an berkata, “Jaga diri lo baik-baik.” Pesannya lalu pergi meninggalkan
Dea.
Thanks
Yo but I’m sorry… Ucapnya dalam hati.
***
“Shilla!”
Merasa namanya dipanggil, Shilla menoleh kebelakang.
Senyumnya merekah saat mendapati seorang cowok yang dicintainya berlari
mendekatinya.
“Ngapain kak Alvin kesini?” Tanyanya.
Alvin tersenyum. Setelah dipikir-pikir, lebih baik
ia mencari Shilla agar perasaan anehnya ini hilang untuk sementara waktu.
“Nggak ada. Eh, lo udah baikan kan?” Tanya Alvin.
Tanpa sepengetahuan keduanya, Ify dan Sivia melihat
adegan itu. Sivia merasa hatinya sakit sekali. Ia tau lambat laun Alvin bakal
suka sama Shilla setelah kepergian Zevana, dan Sivia harus merelakannya.
“Udah.” Jawab Shilla.
Tiba-tiba Alvin meraih tangan Shilla. Membuat kedua
pipi Shilla memerah. “Ada apa kak?” Tanyanya malu.
“Mmm..” Alvin ragu untuk mengatakannya. “Gue..
Gue..”
“Apa kak?” Tanya Shilla heran.
“Gue.. Tolong bantu gue untuk menterjemahkan
perasaan yang gue rasakan ini.” Jawabnya.
***
Bagai disengat halilintar, Agni kaget mendapati
Cakka yang sudah ada di samping bangkunya. Cakka duduk manis sambil memamerkan
senyuman khasnya yang membuat siapa saja langsung tergila-gila padanya.
“Kenapa ada disini?” Tanya Agni.
Cakka bingung harus memulai darimana. “Ng.. Ag..
Ng.. Apa.. Apa yang harus gue lakukan setelah kejadian ini?” Tanyanya.
“Kejadian apa?” Tanya Agni pura-pura nggak tau.
“Itu.. Tentang hubungan gue sama Ify. Gue takut Ag
ngeliat Ify sedih.”
Agni menghela nafas panjang. Ia baru menyadari kalo
sebenarnya ia mulai mencintai cowok disampingnya. Tentu karena mimpi aneh itu
yang ada hubungannya dengan Sion yang adalah mantannya dan kakak kandung Cakka.
“Gue nggak tau.” Jawab Agni jujur.
“Nggak tau?” Tanya Cakka dengan nada tinggi. “Lo kan
yang buat ide gila itu! Seharusnya lo yang tanggung jawab atas ide lo!”
Suasana mulai memanas. Agni mencoba menyabarkan
dirinya dan berusaha agar emosinya tidak ia tampilkan karena jika ia tampilkan
akan memperburuk suasana.
“Putusi saja Ify. Beres kan?” Kata Agni akhirnya.
Cakka terdiam. Lalu berkata, “Gue nggak mampu
melakukannya.” Ucapnya.
“Kenapa? Lo bilang kalo lo nggak tega melihat Ify
sedih? Justru sekarang inilah Ify sedang terpuruk karena hubungan ini. Kalo Ify
sudah tau semuanya, dia akan mengerti dan gue yakin dia nggak akan sedih.
Percayalah. Dan maafin gue tentang ide gue ini. Maaf.”
Hati Cakka serasa tersayat saat mendengar suara
melas Agni. Suara yang terdengar lembut ditelinganya dan membuatnya tentram.
“Ba.. Baiklah
kalo itu memang yang terbaik.” Lirih Cakka sambil membayangkan wajah sedih Ify.
Gadis yang sudah ia permainkan dan ia sangat menyesal.
***
Darah.
Sudah lama ia tidak pernah melihat darah itu. Tapi
sekarang ia sedang melihat cairan merah yang keluar dari tubuhnya sendiri.
“Sekarang, gue ingat semuanya. Ya, gue ingat
sekarang kenapa cowok itu adalah penyelamat nyawa gue sewaktu gue sekarat..”
Ucapnya.
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar