expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Jumat, 10 April 2015

One Hope ( Part 2 )



Part 2

.

.

.

“IFY !!!”

Teriakan itu dapat membuat telinganya sakit. Ify berjalan menuju dua sahabatnya, yaitu Sivia dan Shilla. Yang tadi itu suaranya Sivia. Shilla mah anaknya kalem dan nggak kayak Sivia. Dua sahabatnya itu tampak khawatir dengannya. Ify kembali dengan hidung yang yang diperban kain putih.

Untunglah sekolah mulai sepi. Ify sengaja kembali pada saat jam pulang. Mana mungkin ia bisa belajar dalam kondisinya yang seperti ini?

“Fy, lo kenapa? Kok hidung lo diperban gitu?” Tanya Sivia.

“Lo mau tau?” Ify balik nanya dengan tampang wajah yang jengkel.

Tiba-tiba, mucul lima cewek cantik dan bertubuh seksi melewati mereka sambil pamer kecantikan. Ify, Sivia dan Shilla muak dibuatnya. Lima cewek itu adalah cewek idola di SMA Harapan. Tentu saja kelima cewek itu mengikuti eskull cheerleader yang di ketuai oleh Agni dan Agni sendiri menjabat sebagai ketua geng mereka yaitu Zarra Girls.

Zarra girls beranggotakan lima orang yaitu Agni sebagai ketua, Dea, Oik, Zevana dan Zahra. Banyak cowok-cowok yang memperebutkan hati lima cewek manis itu. Tapi sayangnya, Dea, Oik, Zevana dan Zahra sudah memiliki pacar, sedangkan Agni belum. Terakhir, Agni putus dengan seorang cowok bernama Sion. Sampai sekarang, Agni belum menemukan pengganti Sion yang tepat.

“Heh! Tau nggak, kalian tuh nggak pantes sekolah disini. Terutama lo Fy! Ke sekolah dianter bokap yang bawa motor buntut.” Kata Agni dengan nada sombongnya.

Selama ini, Ify menanggapi ejekan Agni dengan sabar. Kakak kelasnya itu memang jahat dengannya. Bahkan sudah sangat keterlaluan. Baru saja ia tiba di sekolah ini kira-kira tiga minggu yang lalu, ia langsung mendapat cemohan dan ejekan yang kasar dan menyakitkan hati oleh Zarra Girls.

“Maaf kak, kita nggak punya masalah apapun sama kakak. Jadi kakak jangan ganggu kita lagi.” Kata Sivia berusaha menahan amarahnya.

Agni dan anggota lainnya langsung memelototkan mata kepada gadis yang bernama Sivia itu. Sivia, satu-satunya murid SMA Harapan yang berani membantah omongannya. Padahal Sivia masih kelas sepuluh. Kalo sudah kelas dua belas ya maklum. Zarra Girls kan beranggotakan murid yang masih kelas sebelas. Tapi anehnya, nggak ada satupun kakak kelas yang berani ganggu mereka.

“Via.. Sivia.. Hmmm.. Kayaknya lo harus diberi pelajaran deh..” Kata Agni seraya berjalan mengelilingi Sivia.

Wah, bakal panjang nih urusannya. Hmmm.. Sivia tampak berpikir. Lalu ia mendapat sebuah ide agar ia bisa kabur dari lima cewek sombong itu. Sivia berbisik di telinga Ify, setelah itu Ify berbisik di telinga Shilla. Melihat hal itu, Agni merasakan ada yang nggak beres.

“Ngapain kalian bisik-bisik?” Bentaknya.

“Oke... Satu.. Dua..” Bisik Sivia. “TIGA!! LARII !!!”

Sivia diikuti Ify dan Shilla berlari menjauhi Zarra Girls. Agni yang dibuat kaget oleh ulah tiga cewek itu langsung marah-marah. Kenapa sih gue selalu kalah dengan tiga cewek miskin itu? Batin Agni.

“Sudahlah Ag, pulang aja yuk..” Kata Dea akhirnya. Tuh cewek sepertinya lagi capek.

“Udah deh, kalo lo nggak ikhlas jalan dengan kami, pergi aja. Gue yakin lo pasti kangen kan sama pacar baru lo itu?” Kata Agni yang sukses membuat kedua pipi Dea memerah.

Kemarin, Dea telah menghapus status jomblonya. Ada seorang cowok tampan yang adalah sahabat dekat si kapten basket SMA Harapan. Namanya Rio. Dea sama sekali nggak tau mengapa tiba-tiba Rio menembaknya. Tapi, ia langsung menerima karena hatinya nggak bisa dibohongi kalo ia suka sama Rio.

“Hehe.. Tau aja lo. Ya udah, gue nyari pacar gue dulu ya. Pasti dia capek nunggu gue karena gue nggak keluar-keluar.” Kata Dea meninggalkan empat sahabatnya.

***

Tiga gadis itu berlari sekencang-kencangnya dan berhenti di balik pohon yang rindang yang tidak jauh dari sekolah mereka. Nafas mereka tersengal-sengal. Namun, mereka puas karena berhasil kabur dari kepungan kakak kelas yang sok cantik itu.

“Huft! Kalo gini caranya, setiap hari gue capek..” Kata Ify sambil membenahi letak kacamatanya yang mau copot.

“Tapi kan seru juga Vi. Zarra Girls itu kesal banget sama kita. Terutama si Agni. Eh Fy, cerita hidung lo masih gantung.” Kata Sivia.

“Yang mana?” Tanya Ify.

Sinar matahari yang menyengat membuat wajah mereka menjadi panas. Shilla mengusulkan mencari tempat yang nyaman buat cerita. Walau berada di balik pohon, tetap aja kepanasan. Akhirnya mereka masuk ke dalam sekolah dan berhenti di sebuah tempat kecil yang terletak di belakang kantin. Sebenarnya tempat itu angkers sih, tapi mereka sama sekali nggak takut.

“Tunggu! Kenapa kita balik ke sekolah? Papa gue udah jemput gue daritadi!” Kata Ify panik sendiri.

Sivia memukul keningnya. “Lo sih Shill nyuruh kita masuk ke sekolah.” Kata Sivia.

“Kok jadi gue yang disalahin? Kan gue nyaranin nyari tempat yang nyaman. Ya gue ikut lo aja masuk ke dalam sekolah.” Kata Shilla.

“Udah-udah.. Jadi kalian mau tau nggak siapa cowok stres yang bikin hidung gue jadi begini?” Tanya Ify.

Baik Sivia maupun Shilla sama-sama melotot. Cowok? Nggak salah kan? Baru kali ini Ify membicarakan soal cowok kecuali Daud tentunya.

“Siapa?” Tanya Shilla.

“Namanya Dario. Udah dulu ya, gue mau keluar. Ntar gue dimarah lagi..” Kata Ify dengan langkah tergesa-gesa meninggalkan Sivia dan Shilla yang saling berpandangan.

Dario? Nggak salah kan? Dia kan kekasihnya Dea!

***

Langkah kakinya terburu-buru menuju parkiran. Cewek itu nggak sadar kalo kekasihnya sejak tadi menelponnya karena ia lama banget keluarnya. Duh, pasti Rio marah.. Ah, masa dia marah? Kan barusan kemarin gue jadian sama dia? Batinnya.

Setelah sampai di parkiran, cewek yang tak lain adalah Dea itu segera mencari kekasihnya yang bernama Rio. Ternyata Rio sedang duduk di samping motor ninjanya. Dea tersenyum. Ia melihat Rio yang lagi fokus dengan samsung galaxynya.

“Hai Yo!” Sapa Dea.

Merasa dipanggil, Rio menoleh ke arah Dea dan menampilkan senyumnya. Namun, senyum itu seperti tidak ikhlas. Rio melihat wajah Dea yang sedikit pucat. Tiba-tiba saja Rio khawatir. Gue nggak percaya kalo Dea sebenarnya terkena penyakit yang sangat dihindarinya itu... Batinnya.

“Hai De! Kok lama banget sih keluarnya?” Tanya Rio ramah. Ia memasukkan HPnya ke dalam kantong celananya.

“Sorry Yo.. Tadi Dea lagi sibuk sama teman-teman Dea..”

Diantara anggota Zarra Girls, hanya Dea saja yang baik dan sedikit pendiam. Dea nggak pernah marah atau ngebentak siapapun. Hal ini membuat Agni sedikit nggak suka sama Dea. Tapi mau bagaimana lagi? Gengnya nggak bisa berjalan tanpa adanya Dea.

“Yo, kok kepala Dea pusing ya?” Tanya Dea tiba-tiba.

Rio yang sedang menyalakan mesin mendadak pucat. Sepertinya dia sudah mulai merasakannya.. Sebaiknya penjagaan Dea dimulai dari sekarang..

“Mungkin kamu capek. Ayo naik.” Kata Rio.

Motor itu pun melaju meninggalkan parkiran sekolah dan menuju gerbang. Tepat di gerbang, tidak sengaja Rio melihat seorang cewek yang sepertinya pernah ia lihat sebelumnya. Bukannya dia....

“Woii!! Dasar cowok ngeselin!!” Teriak cewek itu melihat sebuah motor ninja yang berlalu dengan cepat dihapannya.

Cewek itu adalah Ify. Ia masih kesal dengan kakak kelasnya yang sok cakep itu. Karena kesal dan ingin marah, alhasil hidungnya menjadi perih. Tapi Ify nggak menjerit kesakitan, ia malah semakin kesal. Ooo.. Pacarnya cantik juga.. Kayaknya pacarnya itu salah satu anggota Zarra Girls.. Batinnya.

Sebuah motor buntut tiba-tiba aja sudah ada di depannya. Ify mendengus kesal. Nggak tau kenapa, semakin lama ia semakin nggak suka dengan cara Ayahnya yang terlalu menghemat pengeluaran. Padahal, Ayahnya itu kaya lho!

“Lho? Hidungmu kenapa Fy?” Tanya Anwar panik.

“Ditimpukin bola basket..” Jawab Ify malas lalu naik di motor Ayahnya.

Anwar tersenyum. “Pasti yang melempar ke hidungmu cowok cakep ya?” Godanya.

Sama sekali Ify nggak tertarik dengan godaan Ayahnya yang seharusnya membuat kedua pipinya memerah. Motor buntut itupun meninggalkan sekolah dengan bunyi mesin yang kedengaran aneh dan membuat telinga Ify sakit dibuatnya.

***

Di kamar, Ify tidur terlentang. Kacamatanya ia lepas. Sebenarnya, mata Ify nggak min. Hanya saja Ify ingin penampilannya seperti cewek culun dan nggak cantik. Tapi, kalo Ify mau berdandan ala Agni, pasti Ify bakal melebihi kecantikan Agni dan anggota Zarra Girls lainnya.

Pandangan matanya tertuju pada dinding langit kamarnya yang tampak tua dan kalo hujan pasti bocor. Ify mendengus. Kamarnya ini begitu jelek. Cat temboknya sudah mengelupas. Ify lupa kapan terakhir kali dinding tembok kamarnya di cat.

Ini gara-gara Papa! Kenapa sih Papa nggak mau ngubah rumah ini menjadi lebih bagus? Terus, untuk apa uang Papa yang jumlahnya melimpah itu? Batin Ify.

Di kala hati seperti ini, Ify selalu teringat dengan Ibunya yang setahun yang lalu meninggalkannya. Ibunya meninggal saat sedang melahirkan anak keduanya. Sayangnya, bayi mungil yang terlahir dari rahim Ibunya ikut meninggal menyusul Ibunya.

Mama.. Andaikan Mama ada disini.. Andaikan adik Ify nggak meninggal.. Ify pengin hidup Ify sempurna seperti hidup teman Ify lainnya... Air matanya kembali menetes setelah sekian lama tidak ia keluarkan. Bayang-bayang masa lalu ketika detik-detik terakhir kematian Ibunya membuatnya lemah dan cengeng seperti ini.

Tiba-tiba, bayangan kakak kelas bernama Dario atau Rio muncul di depannya. Mendadak Ify kaget. Cepat-cepat ia buang bayangan seorang cowok yang tadi membuatnya kesal dan menderita seperti ini.

Tapi, walau mengesalkan, Rio nggak bisa dikatakan jelek. Rio termasuk jajaran cowok cakep di sekolahnya dan sekarang telah menjadi kekasih Dea yang adalah anggota dari Zarra Girls. Yang paling mengejutkan, Rio adalah sahabat dekat cowok yang disukainya.

“IFY !!!”

Pintu kamarnya dibuka oleh seseorang. Nggak sopan! Salam kek dulu, nggak langsung dobrak-dobrakan aja.. Dengus Ify. Sivia dan Shilla masuk ke dalam kamarnya. Seperti biasanya. Dua sahabatnya itu setiap hari selalu menemuinya di tempat ini.

“Fy, lo serius tadi di UKS sama kak Rio?” Tanya Sivia.

“Iya. Memangnya kenapa?” Jawab+Tanya Ify.

Sivia menatap Ify lekat. “Lo belum tau kan siapa kak Rio itu?” Tanyanya membuat Ify takut. Soalnya tatapan Sivia ngeri banget. Sementara Shilla tersenyum dengan sikap khasnya, yaitu kalem dan pendiam serta nggak banyak tingkah.

“Teman dekat kak Cakka sama pacarnya kak Dea kan?” Jawab Ify.

“Nah, betul! Kak Rio itu juga Most Wanted Boy di sekolah kita tapi nggak setenar kak Cakka. Gile Fy.. Masa tadi kak Rio yang lempar bola dan hidung lo yang jadi sasarannya?”

Ify mengangguk. Ia malas mengingat kejadian tadi yang masih membekas di hatinya. Rio.. Dario.. Apa sih yang keren dari nama itu?

“So sweet dong Fy. Gimana? Gimana?” Tanya Sivia.

“Gimana apanya sih Vi? Sakit tau hidung gue dan kalo dilihat jadi pesek.” Kata Ify sambil memegang perban di hidungnya.

Di tempatnya, Shilla tersenyum dan berusaha menahan tawanya. Benar juga! Kalo hidung Ify pesek gimana?

“Yaelah ni anak. Nggak bisa bedain mana cowok cakep dan mana cowok yang nggak cakep. Tadi kan lo berdua di UKS sama Rio! Gue yakin lo senang hari ini..”

“Senang? Gue kesel tau Vi! Kak Rio itu cowok yang nyebelin.. Dia..”

Tiba-tiba Ify teringat sesuatu. Sesuatu yang membuatnya tersenyum layaknya senyuman devil. Sivia yang heran pun bertanya. Tapi, Ify nggak mau menjawab.

“Vi, boleh pinjem HP lo?”

***

“Maaf buat kamu nunggu lama.” Kata cowok itu seraya merangkul gadis yang duduk manis di salah satu bangku yang ada di taman.

Gadis itu tersenyum. Namun, wajanya sedikit pucat. Entah mengapa ia teringat dengan kejadian beberapa bulan yang lalu. Ketika ia mengalami kecelakaan dan koma selama sebulan. Sejak kejadian itu, ia merasa ada yang lain dari dirinya.

“Nggak papa kok.” Jawab gadis itu sambil menikmati indahnya cinta saat kekasihnya itu merangkul pundaknya.

***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar