Part 2
.
.
.
“IFY !!!”
Teriakan itu dapat
membuat telinganya sakit. Ify berjalan menuju dua sahabatnya, yaitu Sivia dan
Shilla. Yang tadi itu suaranya Sivia. Shilla mah anaknya kalem dan nggak kayak
Sivia. Dua sahabatnya itu tampak khawatir dengannya. Ify kembali dengan hidung
yang yang diperban kain putih.
Untunglah sekolah
mulai sepi. Ify sengaja kembali pada saat jam pulang. Mana mungkin ia bisa
belajar dalam kondisinya yang seperti ini?
“Fy, lo kenapa? Kok
hidung lo diperban gitu?” Tanya Sivia.
“Lo mau tau?” Ify
balik nanya dengan tampang wajah yang jengkel.
Tiba-tiba, mucul
lima cewek cantik dan bertubuh seksi melewati mereka sambil pamer kecantikan.
Ify, Sivia dan Shilla muak dibuatnya. Lima cewek itu adalah cewek idola di SMA
Harapan. Tentu saja kelima cewek itu mengikuti eskull cheerleader yang di
ketuai oleh Agni dan Agni sendiri menjabat sebagai ketua geng mereka yaitu
Zarra Girls.
Zarra girls
beranggotakan lima orang yaitu Agni sebagai ketua, Dea, Oik, Zevana dan Zahra.
Banyak cowok-cowok yang memperebutkan hati lima cewek manis itu. Tapi
sayangnya, Dea, Oik, Zevana dan Zahra sudah memiliki pacar, sedangkan Agni
belum. Terakhir, Agni putus dengan seorang cowok bernama Sion. Sampai sekarang,
Agni belum menemukan pengganti Sion yang tepat.
“Heh! Tau nggak,
kalian tuh nggak pantes sekolah disini. Terutama lo Fy! Ke sekolah dianter
bokap yang bawa motor buntut.” Kata Agni dengan nada sombongnya.
Selama ini, Ify
menanggapi ejekan Agni dengan sabar. Kakak kelasnya itu memang jahat dengannya.
Bahkan sudah sangat keterlaluan. Baru saja ia tiba di sekolah ini kira-kira
tiga minggu yang lalu, ia langsung mendapat cemohan dan ejekan yang kasar dan
menyakitkan hati oleh Zarra Girls.
“Maaf kak, kita
nggak punya masalah apapun sama kakak. Jadi kakak jangan ganggu kita lagi.”
Kata Sivia berusaha menahan amarahnya.
Agni dan anggota
lainnya langsung memelototkan mata kepada gadis yang bernama Sivia itu. Sivia,
satu-satunya murid SMA Harapan yang berani membantah omongannya. Padahal Sivia
masih kelas sepuluh. Kalo sudah kelas dua belas ya maklum. Zarra Girls kan
beranggotakan murid yang masih kelas sebelas. Tapi anehnya, nggak ada satupun
kakak kelas yang berani ganggu mereka.
“Via.. Sivia..
Hmmm.. Kayaknya lo harus diberi pelajaran deh..” Kata Agni seraya berjalan
mengelilingi Sivia.
Wah, bakal panjang nih urusannya. Hmmm.. Sivia tampak berpikir. Lalu ia mendapat sebuah ide agar
ia bisa kabur dari lima cewek sombong itu. Sivia berbisik di telinga Ify,
setelah itu Ify berbisik di telinga Shilla. Melihat hal itu, Agni merasakan ada
yang nggak beres.
“Ngapain kalian
bisik-bisik?” Bentaknya.
“Oke... Satu..
Dua..” Bisik Sivia. “TIGA!! LARII !!!”
Sivia diikuti Ify
dan Shilla berlari menjauhi Zarra Girls. Agni yang dibuat kaget oleh ulah tiga
cewek itu langsung marah-marah. Kenapa
sih gue selalu kalah dengan tiga cewek miskin itu? Batin Agni.
“Sudahlah Ag,
pulang aja yuk..” Kata Dea akhirnya. Tuh cewek sepertinya lagi capek.
“Udah deh, kalo lo
nggak ikhlas jalan dengan kami, pergi aja. Gue yakin lo pasti kangen kan sama
pacar baru lo itu?” Kata Agni yang sukses membuat kedua pipi Dea memerah.
Kemarin, Dea telah
menghapus status jomblonya. Ada seorang cowok tampan yang adalah sahabat dekat
si kapten basket SMA Harapan. Namanya Rio. Dea sama sekali nggak tau mengapa
tiba-tiba Rio menembaknya. Tapi, ia langsung menerima karena hatinya nggak bisa
dibohongi kalo ia suka sama Rio.
“Hehe.. Tau aja lo.
Ya udah, gue nyari pacar gue dulu ya. Pasti dia capek nunggu gue karena gue
nggak keluar-keluar.” Kata Dea meninggalkan empat sahabatnya.
***
Tiga gadis itu
berlari sekencang-kencangnya dan berhenti di balik pohon yang rindang yang
tidak jauh dari sekolah mereka. Nafas mereka tersengal-sengal. Namun, mereka
puas karena berhasil kabur dari kepungan kakak kelas yang sok cantik itu.
“Huft! Kalo gini
caranya, setiap hari gue capek..” Kata Ify sambil membenahi letak kacamatanya
yang mau copot.
“Tapi kan seru juga
Vi. Zarra Girls itu kesal banget sama kita. Terutama si Agni. Eh Fy, cerita
hidung lo masih gantung.” Kata Sivia.
“Yang mana?” Tanya
Ify.
Sinar matahari yang
menyengat membuat wajah mereka menjadi panas. Shilla mengusulkan mencari tempat
yang nyaman buat cerita. Walau berada di balik pohon, tetap aja kepanasan.
Akhirnya mereka masuk ke dalam sekolah dan berhenti di sebuah tempat kecil yang
terletak di belakang kantin. Sebenarnya tempat itu angkers sih, tapi mereka
sama sekali nggak takut.
“Tunggu! Kenapa
kita balik ke sekolah? Papa gue udah jemput gue daritadi!” Kata Ify panik
sendiri.
Sivia memukul
keningnya. “Lo sih Shill nyuruh kita masuk ke sekolah.” Kata Sivia.
“Kok jadi gue yang
disalahin? Kan gue nyaranin nyari tempat yang nyaman. Ya gue ikut lo aja masuk
ke dalam sekolah.” Kata Shilla.
“Udah-udah.. Jadi
kalian mau tau nggak siapa cowok stres yang bikin hidung gue jadi begini?”
Tanya Ify.
Baik Sivia maupun
Shilla sama-sama melotot. Cowok? Nggak salah kan? Baru kali ini Ify
membicarakan soal cowok kecuali Daud tentunya.
“Siapa?” Tanya
Shilla.
“Namanya Dario.
Udah dulu ya, gue mau keluar. Ntar gue dimarah lagi..” Kata Ify dengan langkah
tergesa-gesa meninggalkan Sivia dan Shilla yang saling berpandangan.
Dario? Nggak salah
kan? Dia kan kekasihnya Dea!
***
Langkah kakinya
terburu-buru menuju parkiran. Cewek itu nggak sadar kalo kekasihnya sejak tadi
menelponnya karena ia lama banget keluarnya. Duh, pasti Rio marah.. Ah, masa dia marah? Kan barusan kemarin gue
jadian sama dia? Batinnya.
Setelah sampai di
parkiran, cewek yang tak lain adalah Dea itu segera mencari kekasihnya yang
bernama Rio. Ternyata Rio sedang duduk di samping motor ninjanya. Dea
tersenyum. Ia melihat Rio yang lagi fokus dengan samsung galaxynya.
“Hai Yo!” Sapa Dea.
Merasa dipanggil,
Rio menoleh ke arah Dea dan menampilkan senyumnya. Namun, senyum itu seperti
tidak ikhlas. Rio melihat wajah Dea yang sedikit pucat. Tiba-tiba saja Rio
khawatir. Gue nggak percaya kalo Dea
sebenarnya terkena penyakit yang sangat dihindarinya itu... Batinnya.
“Hai De! Kok lama
banget sih keluarnya?” Tanya Rio ramah. Ia memasukkan HPnya ke dalam kantong
celananya.
“Sorry Yo.. Tadi
Dea lagi sibuk sama teman-teman Dea..”
Diantara anggota
Zarra Girls, hanya Dea saja yang baik dan sedikit pendiam. Dea nggak pernah marah
atau ngebentak siapapun. Hal ini membuat Agni sedikit nggak suka sama Dea. Tapi
mau bagaimana lagi? Gengnya nggak bisa berjalan tanpa adanya Dea.
“Yo, kok kepala Dea
pusing ya?” Tanya Dea tiba-tiba.
Rio yang sedang
menyalakan mesin mendadak pucat. Sepertinya
dia sudah mulai merasakannya.. Sebaiknya penjagaan Dea dimulai dari sekarang..
“Mungkin kamu
capek. Ayo naik.” Kata Rio.
Motor itu pun
melaju meninggalkan parkiran sekolah dan menuju gerbang. Tepat di gerbang,
tidak sengaja Rio melihat seorang cewek yang sepertinya pernah ia lihat
sebelumnya. Bukannya dia....
“Woii!! Dasar cowok
ngeselin!!” Teriak cewek itu melihat sebuah motor ninja yang berlalu dengan
cepat dihapannya.
Cewek itu adalah
Ify. Ia masih kesal dengan kakak kelasnya yang sok cakep itu. Karena kesal dan
ingin marah, alhasil hidungnya menjadi perih. Tapi Ify nggak menjerit
kesakitan, ia malah semakin kesal. Ooo..
Pacarnya cantik juga.. Kayaknya pacarnya itu salah satu anggota Zarra Girls.. Batinnya.
Sebuah motor buntut
tiba-tiba aja sudah ada di depannya. Ify mendengus kesal. Nggak tau kenapa,
semakin lama ia semakin nggak suka dengan cara Ayahnya yang terlalu menghemat
pengeluaran. Padahal, Ayahnya itu kaya lho!
“Lho? Hidungmu
kenapa Fy?” Tanya Anwar panik.
“Ditimpukin bola
basket..” Jawab Ify malas lalu naik di motor Ayahnya.
Anwar tersenyum.
“Pasti yang melempar ke hidungmu cowok cakep ya?” Godanya.
Sama sekali Ify
nggak tertarik dengan godaan Ayahnya yang seharusnya membuat kedua pipinya
memerah. Motor buntut itupun meninggalkan sekolah dengan bunyi mesin yang
kedengaran aneh dan membuat telinga Ify sakit dibuatnya.
***
Di kamar, Ify tidur
terlentang. Kacamatanya ia lepas. Sebenarnya, mata Ify nggak min. Hanya saja
Ify ingin penampilannya seperti cewek culun dan nggak cantik. Tapi, kalo Ify
mau berdandan ala Agni, pasti Ify bakal melebihi kecantikan Agni dan anggota
Zarra Girls lainnya.
Pandangan matanya
tertuju pada dinding langit kamarnya yang tampak tua dan kalo hujan pasti
bocor. Ify mendengus. Kamarnya ini begitu jelek. Cat temboknya sudah
mengelupas. Ify lupa kapan terakhir kali dinding tembok kamarnya di cat.
Ini gara-gara Papa! Kenapa sih Papa nggak mau ngubah
rumah ini menjadi lebih bagus? Terus, untuk apa uang Papa yang jumlahnya
melimpah itu? Batin Ify.
Di kala hati
seperti ini, Ify selalu teringat dengan Ibunya yang setahun yang lalu
meninggalkannya. Ibunya meninggal saat sedang melahirkan anak keduanya.
Sayangnya, bayi mungil yang terlahir dari rahim Ibunya ikut meninggal menyusul
Ibunya.
Mama.. Andaikan Mama ada disini.. Andaikan adik Ify nggak
meninggal.. Ify pengin hidup Ify sempurna seperti hidup teman Ify lainnya... Air matanya kembali menetes setelah sekian lama tidak ia
keluarkan. Bayang-bayang masa lalu ketika detik-detik terakhir kematian Ibunya
membuatnya lemah dan cengeng seperti ini.
Tiba-tiba, bayangan
kakak kelas bernama Dario atau Rio muncul di depannya. Mendadak Ify kaget.
Cepat-cepat ia buang bayangan seorang cowok yang tadi membuatnya kesal dan
menderita seperti ini.
Tapi, walau
mengesalkan, Rio nggak bisa dikatakan jelek. Rio termasuk jajaran cowok cakep
di sekolahnya dan sekarang telah menjadi kekasih Dea yang adalah anggota dari
Zarra Girls. Yang paling mengejutkan, Rio adalah sahabat dekat cowok yang
disukainya.
“IFY !!!”
Pintu kamarnya
dibuka oleh seseorang. Nggak sopan! Salam
kek dulu, nggak langsung dobrak-dobrakan aja.. Dengus Ify. Sivia dan Shilla
masuk ke dalam kamarnya. Seperti biasanya. Dua sahabatnya itu setiap hari
selalu menemuinya di tempat ini.
“Fy, lo serius tadi
di UKS sama kak Rio?” Tanya Sivia.
“Iya. Memangnya
kenapa?” Jawab+Tanya Ify.
Sivia menatap Ify
lekat. “Lo belum tau kan siapa kak Rio itu?” Tanyanya membuat Ify takut.
Soalnya tatapan Sivia ngeri banget. Sementara Shilla tersenyum dengan sikap
khasnya, yaitu kalem dan pendiam serta nggak banyak tingkah.
“Teman dekat kak
Cakka sama pacarnya kak Dea kan?” Jawab Ify.
“Nah, betul! Kak
Rio itu juga Most Wanted Boy di sekolah kita tapi nggak setenar kak Cakka. Gile
Fy.. Masa tadi kak Rio yang lempar bola dan hidung lo yang jadi sasarannya?”
Ify mengangguk. Ia
malas mengingat kejadian tadi yang masih membekas di hatinya. Rio.. Dario.. Apa
sih yang keren dari nama itu?
“So sweet dong Fy.
Gimana? Gimana?” Tanya Sivia.
“Gimana apanya sih
Vi? Sakit tau hidung gue dan kalo dilihat jadi pesek.” Kata Ify sambil memegang
perban di hidungnya.
Di tempatnya,
Shilla tersenyum dan berusaha menahan tawanya. Benar juga! Kalo hidung Ify
pesek gimana?
“Yaelah ni anak.
Nggak bisa bedain mana cowok cakep dan mana cowok yang nggak cakep. Tadi kan lo
berdua di UKS sama Rio! Gue yakin lo senang hari ini..”
“Senang? Gue kesel
tau Vi! Kak Rio itu cowok yang nyebelin.. Dia..”
Tiba-tiba Ify
teringat sesuatu. Sesuatu yang membuatnya tersenyum layaknya senyuman devil.
Sivia yang heran pun bertanya. Tapi, Ify nggak mau menjawab.
“Vi, boleh pinjem
HP lo?”
***
“Maaf buat kamu
nunggu lama.” Kata cowok itu seraya merangkul gadis yang duduk manis di salah
satu bangku yang ada di taman.
Gadis itu
tersenyum. Namun, wajanya sedikit pucat. Entah mengapa ia teringat dengan
kejadian beberapa bulan yang lalu. Ketika ia mengalami kecelakaan dan koma
selama sebulan. Sejak kejadian itu, ia merasa ada yang lain dari dirinya.
“Nggak papa kok.”
Jawab gadis itu sambil menikmati indahnya cinta saat kekasihnya itu merangkul
pundaknya.
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar