expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Minggu, 12 April 2015

All of Revenges ( Part 5 )



Part 5

.


 Besok adalah hari ulang tahun Hannah. Tepatnya hari sabtu pukul tujuh malam. Semua undangan sudah tersebar. Untungnya keluarga Hannah adalah keluarga kaya sehingga Ayahnya juga banyak mengundang para pejabat. Pesta akan di adakan di sebuah aula besar yang letaknya tidak jauh dari rumah Hannah. Hannah sudah tidak sabar menunggu datangnya hari esok.

Ketika Hannah bertemu Tay di rumah Tay, Tay sudah bersiap-siap untuk bekerja. Ditangannya ada gitar tua dan penampilan Tay layaknya seperti preman. Tapi memang begitulah Tay. Selalu cuek dengan penampilannya. Hannah bisa menebak kalau Tay jarang berada di depan cermin.

“Tay, hari ini kau akan menyanyikan lagu apa?” Tanya Hannah.

“Aku tidak tau. Hari ini aku tidak bernafsu untuk menyanyi.”Jawab Tay.

Hannah memandang Tay dengan tatapan aneh. Menyanyi adalah hidup Tay dan Tay tidak akan pernah bosan untuk bernyanyi. “Tumben kau tidak berhasrat untuk bernyanyi. Memangnya kau sedang ada masalah? Apa kau masih memikirkan Ayahmu?”

Tay hampir melupakan Ayahnya yang kata Harry sedang berada di New York. Saat ini kondisinya tidak baik seperti sedia kala. Entah apa yang menyebabkan Tay tidak bersemangat hari ini. “Baiklah, aku pergi dulu. Aku janji aku akan datang di pesta ulang tahunmu.” Ucapnya lalu pergi meninggalkan Hannah. Hannah tersenyum. Ia begitu penasaran dengan penampilan Tay besok.

Sementara Tay, gadis itu berjalan menuju jalan besar. Tujuannya ialah pergi ke cafe Star, salah satu cafe yang dengan senantiasa mau menerimanya. Seperti biasanya, Tay menaiki bus kecil untuk pergi ke cafe star. Tay masuk ke dalam bus dan duduk di tempat yang paling ujung. Di dalam bus, Tay melihat sepasang kakek-nenek yang walau sudah tua masih tetap saling mencintai.

Tay menarik nafas dalam-dalam. ‘Apa aku sudah keterlaluan?’ Tanyanya dalam hati. Selama ini Tay penasaran apa itu cinta dan bagaimana tanda-tanda orang jatuh cinta. Hannah sudah sering bercerita bahwa cinta itu sangatlah indah dan kau akan menjadi gila dibuatnya. Tapi bagi Tay, cinta itu sangatlah buruk dan ia tidak membutuhkan cinta, dan ia tidak membutuhkan lelaki. Lelaki manapun.

“Hello! What’s your name?” Tanya seorang gadis yang duduk di sampingnya. Tay tersenyum melihat gadis cantik yang umurnya berada di bawahnya.

“My name is Tay. And you?” Jawab dan tanya Tay.

“My name is Daissy. Nice to meet you. Kau mau kemana dengan gitar itu?” Tanya Daissy.

“Aku bekerja.” Jawab Tay singkat dan Daissy paham apa yang di jawab oleh Tay.

Setelah tiba di Cafe star, Tay turun dan tidak lupa untuk membayarnya. Tay berusaha untuk semangat dan berusaha membuang rasa malasnya untuk bernyanyi. Ketika ia sampai di dalam cafe,Tay langsung disambut oleh Clara, pemilik cafe star.

“Hello gadis tomboi!” Sapa Clara.

Tay hanya tersenyum lalu gadis itu naik di atas panggung. Seperti biasa, ia tersenyum dan menyapa semua orang yang ada di cafe itu. Tay pun memulai lagunya. Lagu ini adalah lagu ciptaan barunya.

“I’ve never gone with the wind, just let if flow

Let it take me where it wants to go

Til you open the door, there’s so much more

I’ve never seen it before

I was trying to fly but I couldn’t find wings

But you came along and you changed everything”

Tay memejamkan kedua matanya saat ia menyanyikan lagu itu. Para pengunjung cafe tersentuh mendengar lagu indah itu. Ditambah lagi suara Tay yang sangat indah. Clara menitikkan air matanya saat mendengar lagu itu. Baginya, Tay adalah seorang gadis yang sangat berbakat di bidang musik.

Sampai di tengah lagu, Tay tidak sengaja bertatapan dengan seorang lelaki yang sangat tidak disukainya. Tay kaget karena lelaki itu sedang menatapnya tanpa sedikitpun mengalihkan pandangannya. ‘Ada apa dengan Harry? Apa dia menyukai laguku?’ Tanya Tay dalam hati. Entah mengapa Tay menjadi tidak serius bernyanyi. Pikirannya selalu tertuju pada Harry dan tatapan Harry tadi adalah tatapan yang tidak biasa serta bukan tatapan kebencian.

“You lift my feet off the ground  You spin me around

You make me crazier crazier

Feels like I’m falling and I am lost in your eyes

You make me crazier crazier crazier”

Akhirnya, hari ini sukese juga. Tay bersyukur karena uang yang ia dapatkan hari ini lumayan banyak dari hari-hari biasanya. Mungkin karena lagunya yang bagus ia mendapat uang yang banyak. ‘Uang ini bisa aku gunakan untuk membeli hadiah ulang tahun Hannah.’ Batin Tay senang.

Clara berlari mendekati Tay. Wajah Clara tampak bahagia. “Tay! Your song is good and I very like your song. Mengapa kau tidak menjadi penyanyi saja?” Kata Clara.

Tay tersipu karena mendapat pujian yang menurutnya berlebihan. “Aku menyanyi untuk diriku sendiri dan aku tidak bercita-cita menjadi seorang penyanyi.” Ucapnya.

“Ohya? Apa lagumu tadi kau ciptakan untuk pangeranmu? Ku lihat tadi pangeranmu tersanjung dengan lagumu.”

Tay tidak mengerti apa maksud dari ‘pangeran’ yang diucapkan oleh Clara. “Aku tidak mempunyai pangeran.” Ucapnya.

Clara tersenyum jahil. “Aku tau kau bohong. Buktinya tadi aku melihat ada seorang lelaki yang menatapmu dan tatapan itu menandakan kalau dia tersanjung dan menyukai lagumu.”

Tiba-tiba Tay teringat dengan tatapan Harry tadi. Tidak! Jangan-jangan lelaki itu lagi, dan sampai saat ini Tay bingung akan maksud dari tatapan Harry tadi.

“Aku tidak tau.” Kata Tay.

“Ayolah Tay! Lelaki itu menyukaimu. Tinggal kau saja yang harus mengubah penampilanmu menjadi gadis yang sesungguhnya. Menurutku, lelaki tadi sangat tampan. Lebih tepatnya lagi manis.”

“Sudahlah. Aku lelah. Dan aku harus membeli hadiah untuk sahabatku yang akan berulang tahun besok.” Kata Tay akhirnya.

Tay pun pergi meninggalkan cafe dengan perasaan yang begitu aneh.Tapi sudahlah. Anggap hari ini tidak terjadi apa-apa. Tay pun menyetop bus yang akan membawanya menuju pusat perbelanjaan yang tidak jauh dari letak cafe.

***
           
Harry berjalan memasuki sebuah mall yang begitu besar. Entah apa yang membuatnya melangkahkan kaki ke tempat ini. Harry ingat undangan yang diberikan Liam beberapa hari yang lalu bahwa adiknya yang bernama Hannah akan berulang tahun besok malam. Mungkin ia bisa membeli hadiah di tempat ini.

            Langkahnya terhenti saat ia melihat seorang gadis yang sudah tidak asing lagi baginya. Sialnya, gadis itu membalikkan badan dan juga melihat ke arahnya. Cepat-cepat gadis itu membalikkan badannya kembali.

            Harry terdiam melihat gadis itu dari jauh. Gadis yang seharusnya ia bencikan karena Ayah gadis itu yang telah membuat hidupnya semenderita ini. Gadis yang tidak lain adalah saudaranya sendiri karena Ayahnya juga adalah Ayah gadis itu. Tapi mereka lain Ibu. Harry pun memutuskan untuk menemui gadis itu yang tak lain adalah Tay.

            “Sedang mencari hadiah untuk Hannah?” Tanya Harry.

            Tay menoleh kebelakang dan mendapati Harry yang ada disana. “Ya, kenapa?” Tanyanya sedikit ketus. Mengapa laki-laki itu ada disini?

            “Tidak ada. Aku juga sedang mencarinya.”Jawab Harry.

            Lalu keduanya sama-sama diam. Tay merasa tidak nyaman berada di tempat ini dan Harry juga tidak mau meninggalkan tempat ini. Tay tersenyum lega saat melihat kalung perak berhuruf A. Itu cocok untuk Hannah. Cepat-cepat Tay membayar kalung itu dan pergi meninggalkan tempat itu. Namun Harry menarik tangannya, seperti yang dilakukannya ketika ia dan Tay berada di perpustakaan.

            “Kau mau apa lagi hah?” Bentak Tay.

            “Aku hanya ingin mengatakan kalau lagumu tadi bagus.” Jawab Harry.

            Tay terdiam mendengar pujian Harry. Sebenarnya maunya laki-laki itu apa sih? “Ya terimakasih. Sekarang lepaskan aku!” Kata Tay.

            Namun Harry tidak mau mHannahpaskannya dan malah menatap Tay dengan lekat dan tatapan itu seperti tatapan tadi. Tatapan saat Harry melihat Tay bernyanyi dan Tay tidak bisa menghinari tatapan itu. Entah mengapa, jarak keduanya yang tadinya jauh kini semakin dekat… dekat… dekat… dan….

            PLAAKK!!!

            Tanpa sepengetahuan Harry, Tay langsung menampar pipi kanan Harry hingga Harry merasakan kesakitan. Tay memang gadis kasar dan dia berbeda dengan gadis lainnya. Harry memegang pipi kanannya yang terasa perih.

            “Satu hal yang aku tau dari laki-laki, yaitu sama-sama BRENGSEK!!” Bentak Tay lalu pergi meninggalkan tempat itu.

            Harry tidak menyangka Tay akan semarah itu. Padahal kejadian tadi juga tidak diduganya. Para pengunjung banyak yang melihatnya dan Harry harus bisa menahan rasa malunya.

***

            Harry terduduk lemas di sofa ruang tamunya. Rasa sakit di pipi kanannya masih terasa. Lelaki itu tidak berani mengingat kejadian tadi yang baginya sangat aneh. Dimulai dari ia melihat Tay menyanyi dan ia hampir mencium Tay lalu Tay menamparnya. Harry sadar bahwa Tay bukanlah gadis biasa. Biasanya cewek-cewek lain selalu mengejarnya dan tentu saja tidak menolak ciumannya.

            Anehnya, lagu yang tadi dinyanyikan Tay kini terngiang-ngiang dipikirannya. Jujur saja, Harry menyukai lagu itu dan hatinya tersentuh saat mendengar lagu itu. Dan Harry tidak bisa membohongi dirinya sendiri bahwa ia mengagumi sosok Tay. Suara lembut Tay saat bernyanyi sangat berbeda dengan suara kasar Tay ketika membentaknya.

            Tay, sebuah nama yang membuatnya bingung dan merasakan perasaan yang aneh. Ada apa dengan dirinya? Padahal ia sangat membenci Tay yang adalah saudaranya sendiri, dan ia harus menuntaskan dendamnya pada Tay, walau Tay sama sekali tidak bersalah. Tapi entah mengapa Harry menjadi ragu dengan niat balas dendamnya ini. Ia merasa Tay adalah gadis malang yang membutuhkan bantuan orang lain, walau jika dilihat dari penampilannya bahwa Tay adalah gadis kuat dan merasa tidak membutuhkan siapapun. Tapi pada dasarnya Tay sangat rapuh  dan Tay berusaha untuk menutupi kerapuhannya itu.

            Harry teringat dengan Ibunya. Ia memutuskan untuk menemui Ibunya. Tidak lupa ia membawakan brownis favorite Ibunya karena Ibunya sangat menyukai brownis itu. Jika Ibunya memakan brownis itu, maka Ibunya akan menjadi lebih baik. Harry bersimpuh dihadapan Ibunya.

            “Bu, apa aku salah membalas dendam pada gadis itu?” Tanya Harry. Berharap Ibunya mau meresponnya. Namun Ibunya tetap tidak mau meresponnya.

            Merasa sia-sia, Harry memberikan Ibunya brownis itu. “Aku bingung bu dengan apa yang aku rasakan saat aku mengingat gadis itu. Gadis yang juga merupakan saudaraku sendiri.” Kata Harry. Ia teringat dengan Ayahnya yang tidak lain adalah Ayah Tay. Ingin sekali Harry mengajak Tay pergi menemui Ayahnya dan menjelaskan semua permasalahan ini.

            “Bu, kalau Ibu sudah sembuh, aku janji akan membuang semua dendam ini. Karena kesehatan Ibu adalah nomor satu bagiku. Bu, cepat sembuh ya.”

            Terakhir, Harry mencium tangan dan kening Ibunya dengan penuh kasih sayang. Semua orang salah besar jika mengatakan kalau ia kasar terhadap wanita. Namun aslinya, Harry adalah penyayang wanita dan hanya karena sebuah dendam yang membuatnya berubah menjadi seperti ini.

            Dan Tay, sampai detik ini ia masih bingung dengan perasaannya.

***

            Bintang-bintang pada malam ini hanya sedikit terlihat. Tay menatap bintang-bintang itu di balkon kamarnya. Angin dingin menerpa rambut pirangnya yang sudah mulai panjang. Tay menyilakan rambutnya yang jatuh mengenai wajahnya. Jaketnya yang tebal ia eratkan Karena suhu di malam ini lumayan dingin. Tay berusaha memflashback kejadian tadi. Kejadian yang dapat membuat kepalanya sakit. Tay teringat dengan Harry dan tatapan Harry yang aneh baginya.

            ‘Ada apa denganku?’ Batin Tay. Di otaknya selalu dipenuhi wajah Harry, terutama tatapan Harry sehingga membuatnya bingung. Apalagi saat wajahnya dekat dengan Harry dan Harry hampir menciumnya. Tay tidak tau mengapa secara refleks ia menampar pipi Harry.

            Tay tersenyum miris. Masa lalunya yang kelam kembali menghantuinya. Sebelumnya, ia pernah menampar seorang anak laki-laki yang sangat ia bencikan dan yang telah membuatnya menjadi seperti ini.

            Drtdrtdrt….

            1 Message From Hannah

            Hannah: Hy Tay! Kau siap dg pesta ultah q besok?

            Tay tersenyum seraya membalas pesan itu.

            Tay: Tentu saja

            Beberapa menit kemudian, Hannah membalas.

            Hannah: Kau sudah memesan gaunmu?

            Saking banyaknya pikiran, Tay sampai lupa kalau ia belum memesan gaun. Percuma menggunakan pakaian rumah karena ia sama sekali tidak mempunyai gaun. Rok pun ia tidak punya. Semua pakaiannya adalah kaus dan celana jins yang robek-robek. Tiba-tiba Tay teringat dengan Shafa yang adalah seorang designer dan perias wajah. Mungkin Shafa dapat membantunya untuk menentukan gaun mana yang cocok untuknya.

            Tay: Not yet. Tapi aq akan meminta bantuan Shafa

            Hannah: Oke! Buat aq kaget di hari esok ;)

            Tay tersenyum sambil menyimpan Handphonenya di atas meja belajarnya. Tay yakin sekali Harry ada di pesta itu dan entah mengapa Tay seperti tidak ingin bertemu dengan Harry. Ditambah lagi besok malam ia akan berubah menjadi gadis pada umumnya.

             “Pasrah saja..” Lirih Tay.

***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar