Part
5
.
Besok adalah hari ulang tahun Hannah. Tepatnya
hari sabtu pukul tujuh malam. Semua undangan sudah tersebar. Untungnya keluarga
Hannah adalah keluarga kaya sehingga Ayahnya juga banyak mengundang para
pejabat. Pesta akan di adakan di sebuah aula besar yang letaknya tidak jauh
dari rumah Hannah. Hannah sudah tidak sabar menunggu datangnya hari esok.
Ketika Hannah bertemu Tay di rumah
Tay, Tay sudah bersiap-siap untuk bekerja. Ditangannya ada gitar tua dan
penampilan Tay layaknya seperti preman. Tapi memang begitulah Tay. Selalu cuek
dengan penampilannya. Hannah bisa menebak kalau Tay jarang berada di depan
cermin.
“Tay, hari ini kau akan
menyanyikan lagu apa?” Tanya Hannah.
“Aku tidak tau. Hari ini aku tidak
bernafsu untuk menyanyi.”Jawab Tay.
Hannah memandang Tay dengan
tatapan aneh. Menyanyi adalah hidup Tay dan Tay tidak akan pernah bosan untuk
bernyanyi. “Tumben kau tidak berhasrat untuk bernyanyi. Memangnya kau sedang
ada masalah? Apa kau masih memikirkan Ayahmu?”
Tay hampir melupakan Ayahnya yang
kata Harry sedang berada di New York. Saat ini kondisinya tidak baik seperti
sedia kala. Entah apa yang menyebabkan Tay tidak bersemangat hari ini.
“Baiklah, aku pergi dulu. Aku janji aku akan datang di pesta ulang tahunmu.”
Ucapnya lalu pergi meninggalkan Hannah. Hannah tersenyum. Ia begitu penasaran
dengan penampilan Tay besok.
Sementara Tay, gadis itu berjalan
menuju jalan besar. Tujuannya ialah pergi ke cafe Star, salah satu cafe yang
dengan senantiasa mau menerimanya. Seperti biasanya, Tay menaiki bus kecil
untuk pergi ke cafe star. Tay masuk ke dalam bus dan duduk di tempat yang
paling ujung. Di dalam bus, Tay melihat sepasang kakek-nenek yang walau sudah
tua masih tetap saling mencintai.
Tay menarik nafas dalam-dalam.
‘Apa aku sudah keterlaluan?’ Tanyanya dalam hati. Selama ini Tay penasaran apa
itu cinta dan bagaimana tanda-tanda orang jatuh cinta. Hannah sudah sering
bercerita bahwa cinta itu sangatlah indah dan kau akan menjadi gila dibuatnya.
Tapi bagi Tay, cinta itu sangatlah buruk dan ia tidak membutuhkan cinta, dan ia
tidak membutuhkan lelaki. Lelaki manapun.
“Hello! What’s your name?” Tanya
seorang gadis yang duduk di sampingnya. Tay tersenyum melihat gadis cantik yang
umurnya berada di bawahnya.
“My name is Tay. And you?” Jawab
dan tanya Tay.
“My name is Daissy. Nice to meet
you. Kau mau kemana dengan gitar itu?” Tanya Daissy.
“Aku bekerja.” Jawab Tay singkat
dan Daissy paham apa yang di jawab oleh Tay.
Setelah tiba di Cafe star, Tay
turun dan tidak lupa untuk membayarnya. Tay berusaha untuk semangat dan
berusaha membuang rasa malasnya untuk bernyanyi. Ketika ia sampai di dalam
cafe,Tay langsung disambut oleh Clara, pemilik cafe star.
“Hello gadis tomboi!” Sapa Clara.
Tay hanya tersenyum lalu gadis itu
naik di atas panggung. Seperti biasa, ia tersenyum dan menyapa semua orang yang
ada di cafe itu. Tay pun memulai lagunya. Lagu ini adalah lagu ciptaan barunya.
“I’ve
never gone with the wind, just let if flow
Let
it take me where it wants to go
Til
you open the door, there’s so much more
I’ve
never seen it before
I
was trying to fly but I couldn’t find wings
But
you came along and you changed everything”
Tay memejamkan kedua matanya saat
ia menyanyikan lagu itu. Para pengunjung cafe tersentuh mendengar lagu indah
itu. Ditambah lagi suara Tay yang sangat indah. Clara menitikkan air matanya
saat mendengar lagu itu. Baginya, Tay adalah seorang gadis yang sangat berbakat
di bidang musik.
Sampai di tengah lagu, Tay tidak
sengaja bertatapan dengan seorang lelaki yang sangat tidak disukainya. Tay
kaget karena lelaki itu sedang menatapnya tanpa sedikitpun mengalihkan
pandangannya. ‘Ada apa dengan Harry? Apa dia menyukai laguku?’ Tanya Tay dalam
hati. Entah mengapa Tay menjadi tidak serius bernyanyi. Pikirannya selalu
tertuju pada Harry dan tatapan Harry tadi adalah tatapan yang tidak biasa serta
bukan tatapan kebencian.
“You
lift my feet off the ground You spin me
around
You
make me crazier crazier
Feels
like I’m falling and I am lost in your eyes
You
make me crazier crazier crazier”
Akhirnya, hari ini sukese juga.
Tay bersyukur karena uang yang ia dapatkan hari ini lumayan banyak dari
hari-hari biasanya. Mungkin karena lagunya yang bagus ia mendapat uang yang
banyak. ‘Uang ini bisa aku gunakan untuk membeli hadiah ulang tahun Hannah.’
Batin Tay senang.
Clara berlari mendekati Tay. Wajah
Clara tampak bahagia. “Tay! Your song is good and I very like your song.
Mengapa kau tidak menjadi penyanyi saja?” Kata Clara.
Tay tersipu karena mendapat pujian
yang menurutnya berlebihan. “Aku menyanyi untuk diriku sendiri dan aku tidak
bercita-cita menjadi seorang penyanyi.” Ucapnya.
“Ohya? Apa lagumu tadi kau
ciptakan untuk pangeranmu? Ku lihat tadi pangeranmu tersanjung dengan lagumu.”
Tay tidak mengerti apa maksud dari
‘pangeran’ yang diucapkan oleh Clara. “Aku tidak mempunyai pangeran.” Ucapnya.
Clara tersenyum jahil. “Aku tau
kau bohong. Buktinya tadi aku melihat ada seorang lelaki yang menatapmu dan
tatapan itu menandakan kalau dia tersanjung dan menyukai lagumu.”
Tiba-tiba Tay teringat dengan
tatapan Harry tadi. Tidak! Jangan-jangan lelaki itu lagi, dan sampai saat ini
Tay bingung akan maksud dari tatapan Harry tadi.
“Aku tidak tau.” Kata Tay.
“Ayolah Tay! Lelaki itu
menyukaimu. Tinggal kau saja yang harus mengubah penampilanmu menjadi gadis
yang sesungguhnya. Menurutku, lelaki tadi sangat tampan. Lebih tepatnya lagi
manis.”
“Sudahlah. Aku lelah. Dan aku
harus membeli hadiah untuk sahabatku yang akan berulang tahun besok.” Kata Tay
akhirnya.
Tay pun pergi meninggalkan cafe
dengan perasaan yang begitu aneh.Tapi sudahlah. Anggap hari ini tidak terjadi
apa-apa. Tay pun menyetop bus yang akan membawanya menuju pusat perbelanjaan
yang tidak jauh dari letak cafe.
***
Harry berjalan memasuki sebuah
mall yang begitu besar. Entah apa yang membuatnya melangkahkan kaki ke tempat
ini. Harry ingat undangan yang diberikan Liam beberapa hari yang lalu bahwa
adiknya yang bernama Hannah akan berulang tahun besok malam. Mungkin ia bisa
membeli hadiah di tempat ini.
Langkahnya
terhenti saat ia melihat seorang gadis yang sudah tidak asing lagi baginya.
Sialnya, gadis itu membalikkan badan dan juga melihat ke arahnya. Cepat-cepat
gadis itu membalikkan badannya kembali.
Harry terdiam
melihat gadis itu dari jauh. Gadis yang seharusnya ia bencikan karena Ayah
gadis itu yang telah membuat hidupnya semenderita ini. Gadis yang tidak lain
adalah saudaranya sendiri karena Ayahnya juga adalah Ayah gadis itu. Tapi
mereka lain Ibu. Harry pun memutuskan untuk menemui gadis itu yang tak lain
adalah Tay.
“Sedang
mencari hadiah untuk Hannah?” Tanya Harry.
Tay menoleh
kebelakang dan mendapati Harry yang ada disana. “Ya, kenapa?” Tanyanya sedikit
ketus. Mengapa laki-laki itu ada disini?
“Tidak ada.
Aku juga sedang mencarinya.”Jawab Harry.
Lalu
keduanya sama-sama diam. Tay merasa tidak nyaman berada di tempat ini dan Harry
juga tidak mau meninggalkan tempat ini. Tay tersenyum lega saat melihat kalung
perak berhuruf A. Itu cocok untuk Hannah. Cepat-cepat Tay membayar kalung itu
dan pergi meninggalkan tempat itu. Namun Harry menarik tangannya, seperti yang
dilakukannya ketika ia dan Tay berada di perpustakaan.
“Kau mau
apa lagi hah?” Bentak Tay.
“Aku hanya
ingin mengatakan kalau lagumu tadi bagus.” Jawab Harry.
Tay terdiam
mendengar pujian Harry. Sebenarnya maunya laki-laki itu apa sih? “Ya
terimakasih. Sekarang lepaskan aku!” Kata Tay.
Namun Harry
tidak mau mHannahpaskannya dan malah menatap Tay dengan lekat dan tatapan itu
seperti tatapan tadi. Tatapan saat Harry melihat Tay bernyanyi dan Tay tidak
bisa menghinari tatapan itu. Entah mengapa, jarak keduanya yang tadinya jauh
kini semakin dekat… dekat… dekat… dan….
PLAAKK!!!
Tanpa
sepengetahuan Harry, Tay langsung menampar pipi kanan Harry hingga Harry
merasakan kesakitan. Tay memang gadis kasar dan dia berbeda dengan gadis
lainnya. Harry memegang pipi kanannya yang terasa perih.
“Satu hal
yang aku tau dari laki-laki, yaitu sama-sama BRENGSEK!!” Bentak Tay lalu pergi
meninggalkan tempat itu.
Harry tidak
menyangka Tay akan semarah itu. Padahal kejadian tadi juga tidak diduganya.
Para pengunjung banyak yang melihatnya dan Harry harus bisa menahan rasa
malunya.
***
Harry
terduduk lemas di sofa ruang tamunya. Rasa sakit di pipi kanannya masih terasa.
Lelaki itu tidak berani mengingat kejadian tadi yang baginya sangat aneh.
Dimulai dari ia melihat Tay menyanyi dan ia hampir mencium Tay lalu Tay
menamparnya. Harry sadar bahwa Tay bukanlah gadis biasa. Biasanya cewek-cewek
lain selalu mengejarnya dan tentu saja tidak menolak ciumannya.
Anehnya,
lagu yang tadi dinyanyikan Tay kini terngiang-ngiang dipikirannya. Jujur saja,
Harry menyukai lagu itu dan hatinya tersentuh saat mendengar lagu itu. Dan
Harry tidak bisa membohongi dirinya sendiri bahwa ia mengagumi sosok Tay. Suara
lembut Tay saat bernyanyi sangat berbeda dengan suara kasar Tay ketika
membentaknya.
Tay, sebuah
nama yang membuatnya bingung dan merasakan perasaan yang aneh. Ada apa dengan
dirinya? Padahal ia sangat membenci Tay yang adalah saudaranya sendiri, dan ia
harus menuntaskan dendamnya pada Tay, walau Tay sama sekali tidak bersalah.
Tapi entah mengapa Harry menjadi ragu dengan niat balas dendamnya ini. Ia
merasa Tay adalah gadis malang yang membutuhkan bantuan orang lain, walau jika
dilihat dari penampilannya bahwa Tay adalah gadis kuat dan merasa tidak
membutuhkan siapapun. Tapi pada dasarnya Tay sangat rapuh dan Tay berusaha untuk menutupi kerapuhannya
itu.
Harry
teringat dengan Ibunya. Ia memutuskan untuk menemui Ibunya. Tidak lupa ia
membawakan brownis favorite Ibunya karena Ibunya sangat menyukai brownis itu.
Jika Ibunya memakan brownis itu, maka Ibunya akan menjadi lebih baik. Harry
bersimpuh dihadapan Ibunya.
“Bu, apa
aku salah membalas dendam pada gadis itu?” Tanya Harry. Berharap Ibunya mau
meresponnya. Namun Ibunya tetap tidak mau meresponnya.
Merasa
sia-sia, Harry memberikan Ibunya brownis itu. “Aku bingung bu dengan apa yang
aku rasakan saat aku mengingat gadis itu. Gadis yang juga merupakan saudaraku
sendiri.” Kata Harry. Ia teringat dengan Ayahnya yang tidak lain adalah Ayah
Tay. Ingin sekali Harry mengajak Tay pergi menemui Ayahnya dan menjelaskan
semua permasalahan ini.
“Bu, kalau
Ibu sudah sembuh, aku janji akan membuang semua dendam ini. Karena kesehatan
Ibu adalah nomor satu bagiku. Bu, cepat sembuh ya.”
Terakhir,
Harry mencium tangan dan kening Ibunya dengan penuh kasih sayang. Semua orang
salah besar jika mengatakan kalau ia kasar terhadap wanita. Namun aslinya,
Harry adalah penyayang wanita dan hanya karena sebuah dendam yang membuatnya
berubah menjadi seperti ini.
Dan Tay,
sampai detik ini ia masih bingung dengan perasaannya.
***
Bintang-bintang
pada malam ini hanya sedikit terlihat. Tay menatap bintang-bintang itu di
balkon kamarnya. Angin dingin menerpa rambut pirangnya yang sudah mulai
panjang. Tay menyilakan rambutnya yang jatuh mengenai wajahnya. Jaketnya yang
tebal ia eratkan Karena suhu di malam ini lumayan dingin. Tay berusaha
memflashback kejadian tadi. Kejadian yang dapat membuat kepalanya sakit. Tay
teringat dengan Harry dan tatapan Harry yang aneh baginya.
‘Ada apa
denganku?’ Batin Tay. Di otaknya selalu dipenuhi wajah Harry, terutama tatapan
Harry sehingga membuatnya bingung. Apalagi saat wajahnya dekat dengan Harry dan
Harry hampir menciumnya. Tay tidak tau mengapa secara refleks ia menampar pipi
Harry.
Tay
tersenyum miris. Masa lalunya yang kelam kembali menghantuinya. Sebelumnya, ia
pernah menampar seorang anak laki-laki yang sangat ia bencikan dan yang telah
membuatnya menjadi seperti ini.
Drtdrtdrt….
1 Message
From Hannah
Hannah: Hy Tay! Kau siap dg pesta ultah q
besok?
Tay tersenyum
seraya membalas pesan itu.
Tay: Tentu saja
Beberapa menit
kemudian, Hannah membalas.
Hannah: Kau sudah memesan gaunmu?
Saking
banyaknya pikiran, Tay sampai lupa kalau ia belum memesan gaun. Percuma
menggunakan pakaian rumah karena ia sama sekali tidak mempunyai gaun. Rok pun
ia tidak punya. Semua pakaiannya adalah kaus dan celana jins yang robek-robek.
Tiba-tiba Tay teringat dengan Shafa yang adalah seorang designer dan perias
wajah. Mungkin Shafa dapat membantunya untuk menentukan gaun mana yang cocok
untuknya.
Tay: Not yet. Tapi aq akan meminta bantuan
Shafa
Hannah: Oke! Buat aq kaget di hari
esok ;)
Tay tersenyum sambil
menyimpan Handphonenya di atas meja belajarnya. Tay yakin sekali Harry ada di
pesta itu dan entah mengapa Tay seperti tidak ingin bertemu dengan Harry.
Ditambah lagi besok malam ia akan berubah menjadi gadis pada umumnya.
“Pasrah
saja..” Lirih Tay.
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar