Part 11
.
.
.
“APA??!”
Pantas saja Rio dan
Alvin kaget mendengar ide Agni yang dia sarankan ke Cakka agar cowok itu bisa
jatuh cinta. Cakka mengusulkan untuk memilih gadis bernama Ify yang tadi nggak
sengaja ia tabrak. Walau menurutnya Ify bukan cewek idola sekolah, tapi Cakka
tau kalo gadis itu sangat menginginkannya.
“Jadi, kalian
berdua harus bantu gue. Ntar pas pulang sekolah, gue akan menembaknya.” Kata
Cakka.
“Tunggu.. Tunggu!
Lo main-main kan Kka? Lo gila apa? Kalo ternyata cewek itu benar-benar
mencintai lo dan sadar kalo lo hanya memanfaatkannya saja gimana? Kalo ternyata
lo nggak nyaman dengan cewek itu gimana? Ini sama saja artinya lo sakiti
perasaan cewek itu.” Kata Alvin.
Rio mengangguk
membenarkan tanggapan Alvin tentang ide itu. Tapi, Cakka menggeleng. Cowok itu
sudah bulat untuk menjalankan ide Agni dan ia yakin ide itu akan berhasil.
Selama ini, Cakka nggak pernah dekat dengan cewek. Mungkin ini yang membuatnya
nggak bisa jatuh cinta.
“Gue yakin gue bisa
jatuh cinta ke Ify.” Kata Cakka yakin.
Alvin nggak lagi
berkomentar. Ia pun mengangguk pertanda kalo ia menyetujui ide Cakka. Sementara
Rio, entah apa yang ada dipikiran cowok itu. Namun, dari wajahnya menggambarkan
kalo ia nggak suka dengan ide ini. Bukan, bukannya ia nggak setuju, tapi ia
nggak suka cewek yang menjadi pilihan Cakka adalah Ify.
“Kka, nggak ada cewek
lain selain Ify?” Tanya Rio tiba-tiba.
Baik Cakka maupun
Alvin langsung memandangi Rio dengan heran. Memangnya ada apa dengan Ify? Setau
Cakka, dulu, Ibu Rio sangat akrab dengan Ibu Ify. Kemungkinan besar Rio
mengenali Ify dengan akrab.
“Memangnya kenapa
Yo? Lo nggak suka kalo Ify yang gue pilih?” Tanya Cakka.
Nggak tau kenapa
Rio berubah menjadi salting. “Ng.. Terserah lo aja deh. Tapi awas kalo lo
sampai menyakiti perasaannya. Karena gue tau kalo Ify sangat mencintai lo.”
Ucapnya.
Sepertinya Alvin
masih penasaran akan hubungan Rio dengan Ify. “Yo, hubungan lo sama Ify apa
sih? Lo kenal baik nggak sama dia?” Tanyanya.
“Sudah gue bilang.
Dia adalah gadis istimewa.” Jawab Rio sok misterius.
Gadis istimewa? Jadi... Cewek beberapa hari lalu yang sempat diejek Rio
adalah Ify? Yang diantar menggunakan motor buntut oleh Ayahnya. Tunggu!
Bukannya ia pernah melihat Ify saat aksinya yang melayani cewek di kantin itu?
Alvin tersenyum mengingat cewek berpipi chubi itu yang ia yakini adalah sahabat
Ify.
Akhirnya bel pulang
pun berbunyi. Hati Rio menjadi gelisah. Seharusnya, ia senang mendengar bel
pulang berbunyi. Ini? Gue nggak suka jika
nanti Cakka menjadikan Ify sebagai kekasihnya. Kalo sampai Cakka jatuh cinta
dengan Ify...
“Yo.. Bantu gue
nyari Ify. Sementara gue sama Alvin nunggu di belakang taman sekolah. Oke?
Ingat rencana kita tadi Yo.” Kata Cakka.
Terpaksa Rio
mengangguk. Ia pun berjalan keluar kelas sambil menghirup udara segar karena
sejak jadi paru-parunya hanya sedikit mendapatkan udara segar. Ditangannya, ada
kain berwarna biru.
Gue akan melakukannya. Demi Cakka! Batin Rio.
Ketika ia sampai di
luar gerbang, Rio tersenyum melihat Ify yang duduk sambil bicara nggak jelas.
Untunglah sekolah sudah sepi. Rio yakin Ayah Ify belum menjemput putrinya.
Dengan langkah hati-hati dan tentunya pelan-pelan, Rio berjalan mendekati Ify.
Tangannya yang membawa kain siap melakukan pekerjaannya.
Kacamatanya harus gue singkirkan dulu. Sebenarnya Ify
nggak butuh kacamata. Matanya Ify nggak min. Batin Rio. Dengan cepat, Rio menyingkirkan kacamata Ify
dan langsung menutup kedua mata Ify dengan kain itu. Tentu saja Ify meronta.
“Lo harus ikut
gue!” Bentak Rio dengan suara dibuat-buat.
Rio yakin, Ify
mengenali suaranya. Tapi ia nggak peduli. Untungnya, Ify mau saja ia bawa
pergi. Ckck.. Cewek ini hebat banget,
sama sekali nggak berontak.. Batin Rio sambil senyum sendiri.
Ketika ia sampai di
tempat tujuannya, Rio segera melepas kain yang menutupi mata Ify. Ify yang
kebingungan nggak bisa berbuat apa-apa. Namun, jantungnya seakan berhenti
berdetak saat ia melihat seorang pangeran tampan yang membawa bunga mawar merah
yang indah.
***
Kondisinya nggak
bisa dikatakan sehat. Siang ini, Sivia duduk di kamarnya sambil berusaha
menahan kesakitan, kepedihan, dan kesedihan yang ia rasakan. Perkataan Shilla
kemarin sukses membuatnya menjadi sakit.
Alvin.. Apa benar
ia menyukai kakak kelasnya itu? Kenapa sakit rasanya saat mengetahui Shilla
menyukai Alvin dan akan menggeser kedudukan Zevana di hati Alvin?
“Vi! Lo nggak
pantas menyukai kak Alvin. Kak Alvin itu cowok popouler. Sedangkan lo? Hanya
cewek biasa saja.” Kata Sivia sedih.
Sivia jadi teringat
Ify. Bagaimana nasib sahabatnya itu saat tidak ada dirinya? Ify pasti kesepian
karena ia tau Ify adalah tipe cewek yang susah akrab dengan orang lain. Ya
semoga saja ia lekas semuh dan tertawa bersama dengan Ify serta melupakan
segala permasalahannya yang berhubungan dengan Alvin.
Tapi, bisa jadi
juga kan ini semua salah Alvin karena Alvin yang sengaja memperlakukannya
seperti seorang putri Raja? Apa maksudnya dengan perlakuan Alvin beberapa hari
yang lalu yang membuatnya menyuaki cowok itu?
Jangan berharap
banyak deh, Vi.
***
Sekali lagi, Ify
tak percaya dengan apa yang dilihatnya. Cakka, cowok itu dengan senyumannya
yang manis membawa setangkai bunga mawar merah. Di tangkai bunga itu, tertulis:
for you: Amilia Saufyka Damayanti. Da.. Darimana Cakka bisa tau nama
panjangnya?
Gue mimpi! Mimpi yang terlalu indah! Batin Ify. Tapi, ini bukan mimpi. Ini adalah kenyataan
bahwa sebentar lagi ia akan menjadi kekasih Cakka. Hah? Menjadi cewek Cakka?
“Yo, lihat cewek
itu. Dia grogi banget.” Bisik Alvin.
Rio nggak
mempedulikan ucapan Alvin. Matanya terus memandangi Ify yang pastinya sangat
bahagia. Bahagia sekali!
Perlahan, Cakka
berjalan mendekati Ify. Kini, jarak keduanya tinggal sedikit. Ify memilih
menunduk karena sangat malu. Namun, Cakka langsung memegang dagunya yang tirus
seraya mengangkat wajah Ify.
Pandangan mereka
bertemu. Ify deg-degkan setengah mati. Baru kali ini ia sedekat Cakka dalam
waktu lama. Tuhan! Tolong hamba-Mu ini..
Tolong! Batin Ify. Sementara Cakka, cowok itu berusaha menciptakan sebuah
perasaan yang selama ini tidak bisa ia rasakan. Yaitu cinta. Sayangnya, Cakka
tidak bisa membuat dirinya menyukai cewek itu.
Tenang Kka, ini baru permulaan. Ingat kata Agni, lo harus
dekat sama cewek yang lo pilih. Kalo lo sudah dekat, tentu saja hal yang paling
ditunggu lo akan datang. Cinta.. Lo gampang merasakan cinta kalo lo dekat
dengan cewek dan cewek itu sangat menyayangi lo...
“Fy, would you be
my girl?” Tanya Cakka sambil bersimpuh di hadapan Ify.
Dada Ify bergetar
hebat. Baru kali ini ia ditembak oleh cowok. Apalagi cowok itu adalah cowok
yang sangat ia sukai. Cakka... Berbagai pertanyaan memenuhi otaknya. Tapi Ify
nggak bisa menanyakan pertanyaan-pertanyaan itu satu persatu.
“Fy..” Kata Cakka.
“Eh.. I.. Iya..”
Jawab Ify.
Jadi, sudahkah ia menjadi kekasih Cakka? Ify memejamkan mata. Ia baru sadar kalo ia nggak memakai
kacamata. Tiba-tiba, ia merasa tubuhnya dipeluk oleh seseorang. Cakka
memeluknya hingga ia nggak bisa bernafas.
“Thanks sayang..
Aku mencintaimu..” Kata Cakka lembut.
Tanpa ia sadari,
air mata menetes membasahi pipinya. Ify menangis. Bukan tangisan kesedihan.
Melainkan tangisan kebahagiaan. Thanks
sayang.. Aku mencintaimu.. Suara Cakka memenuhi otaknya dan membuatnya
merasa nggak yakin kalo ini adalah nyata. Ify takut, saat ia bangun dari
tidurnya, ia nggak mendapati Cakka yang sedang memeluknya.
“Mereka so sweet
banget ya..” Kata Alvin.
Dan Rio... Hanya ia
dan Tuhan saja yang tau bagaimana bentuk perasaannya saat melihat Cakka memeluk
Ify. Tapi harus ia akui kalo ia senang melihat Ify bahagia bersama cowok yang
disukainya.
Alvin beralih
menatap Rio. “Yo, lo kenapa sih? Lo cemburu ya?” Tanyanya yang membuat Rio
kaget.
“Gue.. Gue nggak
apa-apa kok. Kalo gitu gue pulang saja.” Kata Rio meninggalkan Alvin.
Alvin memandang Rio
dengan penuh tanda tanya. Ada apa dengan
Rio? Mengapa cowok itu merasa nggak suka melihat Ify bahagia bersama Alvin? Alvin
memukul dahinya. Shit! Apa Rio
menyukai Ify? Dari matanya saja, Alvin sudah tau kalo Rio menyimpan sebuah
perasaan. Yaitu cinta. Alvin yakin sekali kalo Rio menyukai Ify. Buktinya, Rio
nggak suka melihat adegan yang bagi Rio menyakitkan.
Pelan-pelan, Cakka
melepas pelukannya dan mendapati wajah Ify yang merah. Air mata yang membasahi
pipi Ify ia hapus dengan jarinya.
“Gimana perasaanmu?
Senang bukan?” Tanya Cakka.
Ify mengangguk.
“Ya udah, ayuk kita
pulang.” Kata Cakka seraya merangkul Ify dan meninggalkan tempat itu. Sedangkan
Alvin merasa telah dicuekkan oleh sahabatnya.
“Woi Kka! Tunggu!”
Teriak Alvin gemas sambil berlari mengejar Cakka.
***
Seorang lelaki
separuh baya duduk di atas motornya yang sedikit bergoyang. Wajah lelaki itu
sangat pucat. Dadanya mulai terasa nyeri. Sebisa mungkin ia bertahan agar ia
tidak mati konyol di tempat ini.
Derap kaki terdengar
di telinganya. Lelaki itu tersenyum lemah melihat seorang cowok kira-kira
berusia tujuh belas tahun yang berjalan setengah lari mendekatinya. Cowok itu
terlihat panik melihat wajahnya yang pucat.
“Om Adi! Om Adi
nggak apa-apa?” Tanya cowok itu yang tak lain adalah Rio.
Lelaki yang
ternyata adalah Adi itu mengangguk lemah. Tapi Rio tau kalo lelaki itu teramat
rapuh. Lelaki itu selalu terlihat kuat dihadapan orang agar orang-orang tau
kalo ia tidak sedang terkena sebuah penyakit.
Namun, dada yang
sudah sangat nyeri dan tidak tertahankan membuat benteng lelaki itu jebol.
Lelaki itu pun pingsan dan cepat-cepat Rio meminta bantuan. Untunglah ada
beberapa orang yang dengan ikhlas membantunya.
***
Rio menunggu dengan
gelisah keterangan dari dokter. Hampir sejaman ia menunggu tanpa hasil pasti.
Berkali-kali Alvin menelponnya dan ia enggan mengangkat. Karena itulah Rio
memilih mematikan HP samsungnya.
Semoga om Adi baik-baik saja.. Batin Rio penuh harap. Beberapa menit kemudian, dokter
pun datang. Kali ini wajah dokter itu tampak serius.
“Kondisi Pak Adi
semakin buruk. Penyakit jantungnya sudah nggak bisa disembuhkan lagi.” Jelas
dokter itu dengan sangat menyesal.
Wajah Rio berubah
menjadi pucat. “Apakah om Adi bisa bertahan?” Lirihnya.
“Entahlah. Saya memprediksi
umur Pak Adi kurang lebih sebulan. Tapi berdoalah dan yakinlah bahwa Tuhan akan
mengabulkan do’a hamba-Nya. Tugasmu sekarang hanyalah berdoa agar Pak Adi bisa
sembuh.” Kata dokter itu.
Setelah mengucapkan
kalimat itu, dokter mengizinkan Rio untuk masuk ke dalam kamar rawar Adi. Kata
dokter, Adi sudah siuman. Rio berharap bisa ngobrol masalah penting dengan Adi
barang semenit dua menit.
Pintu rawat
terbuka. Seorang lelaki separuh baya tersenyum melihat kedatangannya untuk yang
kedua kalinya. Rio berjalan mendekati lelaki itu dengan hati yang teramat
pedih.
“Maafkan Rio, om.”
Lirih Rio.
Adi hanya
tersenyum. “Kamu tidak salah. Om yang salah karena sering merepotkanmu.
Terutama dengan putri om.” Ucapnya yang membuat Rio salah tingkah.
“Rio mencintai
putri om. Sejak pertama kali Rio melihatnya, Rio langsung jatuh cinta. Tapi..
Tapi...”
Terasa sangat berat
untuk melanjutkan ucapannya. Sementara Adi menunggu ucapan Rio dengan sabar dan
sedikit penasaran.
“Tapi... Saya nggak
bisa menjaga putri om. Saya...”
“Sudahlah. Om mohon
padamu untuk menjaganya.” Pinta Adi.
Rio tersenyum
pahit. “Kenapa harus saya om, kenapa ha..”
“Kamu satu-satunya
harapan om. Percayalah. Ini terakhir kalinya kita membahas soal ini. Sekarang,
kamu pulang saja. Jangan kuatirkan keadaan om.”
Akhirnya, Rio pergi
meninggalkan rumah sakit dengan perasaan yang campur aduk. Namun, ia merasa
hatinya sangat perih. Sangat perih dengan apa yang terjadi hari ini.
***
“Via..” Panggil
Mama.
Sivia yang tengah
tertidur langsung bangun. Ada apa Mama
manggil aku? Tanyanya dalam hati. Sivia bangun dengan ogah-ogahan.
Rambutnya yang acak-acakan membuat Mamanya nggak bisa menahan tawa.
“Ada apa Ma?” Tanya
Sivia.
Mamanya tersenyum.
“Ada tamu penting.” Jawabnya.
Kemudian, ‘tamu’
yang disebut Ibunya tadi datang memasuki kamarnya. Sivia yang belum siap
mendadak kaget. Mereka...
Mereka kan....
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar