expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Jumat, 10 April 2015

One Hope ( Part 11 )



Part 11

.

.

.

“APA??!”

Pantas saja Rio dan Alvin kaget mendengar ide Agni yang dia sarankan ke Cakka agar cowok itu bisa jatuh cinta. Cakka mengusulkan untuk memilih gadis bernama Ify yang tadi nggak sengaja ia tabrak. Walau menurutnya Ify bukan cewek idola sekolah, tapi Cakka tau kalo gadis itu sangat menginginkannya.

“Jadi, kalian berdua harus bantu gue. Ntar pas pulang sekolah, gue akan menembaknya.” Kata Cakka.

“Tunggu.. Tunggu! Lo main-main kan Kka? Lo gila apa? Kalo ternyata cewek itu benar-benar mencintai lo dan sadar kalo lo hanya memanfaatkannya saja gimana? Kalo ternyata lo nggak nyaman dengan cewek itu gimana? Ini sama saja artinya lo sakiti perasaan cewek itu.” Kata Alvin.

Rio mengangguk membenarkan tanggapan Alvin tentang ide itu. Tapi, Cakka menggeleng. Cowok itu sudah bulat untuk menjalankan ide Agni dan ia yakin ide itu akan berhasil. Selama ini, Cakka nggak pernah dekat dengan cewek. Mungkin ini yang membuatnya nggak bisa jatuh cinta.

“Gue yakin gue bisa jatuh cinta ke Ify.” Kata Cakka yakin.

Alvin nggak lagi berkomentar. Ia pun mengangguk pertanda kalo ia menyetujui ide Cakka. Sementara Rio, entah apa yang ada dipikiran cowok itu. Namun, dari wajahnya menggambarkan kalo ia nggak suka dengan ide ini. Bukan, bukannya ia nggak setuju, tapi ia nggak suka cewek yang menjadi pilihan Cakka adalah Ify.

“Kka, nggak ada cewek lain selain Ify?” Tanya Rio tiba-tiba.

Baik Cakka maupun Alvin langsung memandangi Rio dengan heran. Memangnya ada apa dengan Ify? Setau Cakka, dulu, Ibu Rio sangat akrab dengan Ibu Ify. Kemungkinan besar Rio mengenali Ify dengan akrab.

“Memangnya kenapa Yo? Lo nggak suka kalo Ify yang gue pilih?” Tanya Cakka.

Nggak tau kenapa Rio berubah menjadi salting. “Ng.. Terserah lo aja deh. Tapi awas kalo lo sampai menyakiti perasaannya. Karena gue tau kalo Ify sangat mencintai lo.” Ucapnya.

Sepertinya Alvin masih penasaran akan hubungan Rio dengan Ify. “Yo, hubungan lo sama Ify apa sih? Lo kenal baik nggak sama dia?” Tanyanya.

“Sudah gue bilang. Dia adalah gadis istimewa.” Jawab Rio sok misterius.

Gadis istimewa? Jadi... Cewek beberapa hari lalu yang sempat diejek Rio adalah Ify? Yang diantar menggunakan motor buntut oleh Ayahnya. Tunggu! Bukannya ia pernah melihat Ify saat aksinya yang melayani cewek di kantin itu? Alvin tersenyum mengingat cewek berpipi chubi itu yang ia yakini adalah sahabat Ify.

Akhirnya bel pulang pun berbunyi. Hati Rio menjadi gelisah. Seharusnya, ia senang mendengar bel pulang berbunyi. Ini? Gue nggak suka jika nanti Cakka menjadikan Ify sebagai kekasihnya. Kalo sampai Cakka jatuh cinta dengan Ify...

“Yo.. Bantu gue nyari Ify. Sementara gue sama Alvin nunggu di belakang taman sekolah. Oke? Ingat rencana kita tadi Yo.” Kata Cakka.

Terpaksa Rio mengangguk. Ia pun berjalan keluar kelas sambil menghirup udara segar karena sejak jadi paru-parunya hanya sedikit mendapatkan udara segar. Ditangannya, ada kain berwarna biru.

Gue akan melakukannya. Demi Cakka! Batin Rio.

Ketika ia sampai di luar gerbang, Rio tersenyum melihat Ify yang duduk sambil bicara nggak jelas. Untunglah sekolah sudah sepi. Rio yakin Ayah Ify belum menjemput putrinya. Dengan langkah hati-hati dan tentunya pelan-pelan, Rio berjalan mendekati Ify. Tangannya yang membawa kain siap melakukan pekerjaannya.

Kacamatanya harus gue singkirkan dulu. Sebenarnya Ify nggak butuh kacamata. Matanya Ify nggak min. Batin Rio. Dengan cepat, Rio menyingkirkan kacamata Ify dan langsung menutup kedua mata Ify dengan kain itu. Tentu saja Ify meronta.

“Lo harus ikut gue!” Bentak Rio dengan suara dibuat-buat.

Rio yakin, Ify mengenali suaranya. Tapi ia nggak peduli. Untungnya, Ify mau saja ia bawa pergi. Ckck.. Cewek ini hebat banget, sama sekali nggak berontak.. Batin Rio sambil senyum sendiri.

Ketika ia sampai di tempat tujuannya, Rio segera melepas kain yang menutupi mata Ify. Ify yang kebingungan nggak bisa berbuat apa-apa. Namun, jantungnya seakan berhenti berdetak saat ia melihat seorang pangeran tampan yang membawa bunga mawar merah yang indah.

***

Kondisinya nggak bisa dikatakan sehat. Siang ini, Sivia duduk di kamarnya sambil berusaha menahan kesakitan, kepedihan, dan kesedihan yang ia rasakan. Perkataan Shilla kemarin sukses membuatnya menjadi sakit.

Alvin.. Apa benar ia menyukai kakak kelasnya itu? Kenapa sakit rasanya saat mengetahui Shilla menyukai Alvin dan akan menggeser kedudukan Zevana di hati Alvin?

“Vi! Lo nggak pantas menyukai kak Alvin. Kak Alvin itu cowok popouler. Sedangkan lo? Hanya cewek biasa saja.” Kata Sivia sedih.

Sivia jadi teringat Ify. Bagaimana nasib sahabatnya itu saat tidak ada dirinya? Ify pasti kesepian karena ia tau Ify adalah tipe cewek yang susah akrab dengan orang lain. Ya semoga saja ia lekas semuh dan tertawa bersama dengan Ify serta melupakan segala permasalahannya yang berhubungan dengan Alvin.

Tapi, bisa jadi juga kan ini semua salah Alvin karena Alvin yang sengaja memperlakukannya seperti seorang putri Raja? Apa maksudnya dengan perlakuan Alvin beberapa hari yang lalu yang membuatnya menyuaki cowok itu?

Jangan berharap banyak deh, Vi.

***

Sekali lagi, Ify tak percaya dengan apa yang dilihatnya. Cakka, cowok itu dengan senyumannya yang manis membawa setangkai bunga mawar merah. Di tangkai bunga itu, tertulis: for you: Amilia Saufyka Damayanti. Da.. Darimana Cakka bisa tau nama panjangnya?

Gue mimpi! Mimpi yang terlalu indah! Batin Ify. Tapi, ini bukan mimpi. Ini adalah kenyataan bahwa sebentar lagi ia akan menjadi kekasih Cakka. Hah? Menjadi cewek Cakka?

“Yo, lihat cewek itu. Dia grogi banget.” Bisik Alvin.

Rio nggak mempedulikan ucapan Alvin. Matanya terus memandangi Ify yang pastinya sangat bahagia. Bahagia sekali!

Perlahan, Cakka berjalan mendekati Ify. Kini, jarak keduanya tinggal sedikit. Ify memilih menunduk karena sangat malu. Namun, Cakka langsung memegang dagunya yang tirus seraya mengangkat wajah Ify.

Pandangan mereka bertemu. Ify deg-degkan setengah mati. Baru kali ini ia sedekat Cakka dalam waktu lama. Tuhan! Tolong hamba-Mu ini.. Tolong! Batin Ify. Sementara Cakka, cowok itu berusaha menciptakan sebuah perasaan yang selama ini tidak bisa ia rasakan. Yaitu cinta. Sayangnya, Cakka tidak bisa membuat dirinya menyukai cewek itu.

Tenang Kka, ini baru permulaan. Ingat kata Agni, lo harus dekat sama cewek yang lo pilih. Kalo lo sudah dekat, tentu saja hal yang paling ditunggu lo akan datang. Cinta.. Lo gampang merasakan cinta kalo lo dekat dengan cewek dan cewek itu sangat menyayangi lo...

“Fy, would you be my girl?” Tanya Cakka sambil bersimpuh di hadapan Ify.

Dada Ify bergetar hebat. Baru kali ini ia ditembak oleh cowok. Apalagi cowok itu adalah cowok yang sangat ia sukai. Cakka... Berbagai pertanyaan memenuhi otaknya. Tapi Ify nggak bisa menanyakan pertanyaan-pertanyaan itu satu persatu.

“Fy..” Kata Cakka.

“Eh.. I.. Iya..” Jawab Ify.

Jadi, sudahkah ia menjadi kekasih Cakka? Ify memejamkan mata. Ia baru sadar kalo ia nggak memakai kacamata. Tiba-tiba, ia merasa tubuhnya dipeluk oleh seseorang. Cakka memeluknya hingga ia nggak bisa bernafas.

“Thanks sayang.. Aku mencintaimu..” Kata Cakka lembut.

Tanpa ia sadari, air mata menetes membasahi pipinya. Ify menangis. Bukan tangisan kesedihan. Melainkan tangisan kebahagiaan. Thanks sayang.. Aku mencintaimu.. Suara Cakka memenuhi otaknya dan membuatnya merasa nggak yakin kalo ini adalah nyata. Ify takut, saat ia bangun dari tidurnya, ia nggak mendapati Cakka yang sedang memeluknya.

“Mereka so sweet banget ya..” Kata Alvin.

Dan Rio... Hanya ia dan Tuhan saja yang tau bagaimana bentuk perasaannya saat melihat Cakka memeluk Ify. Tapi harus ia akui kalo ia senang melihat Ify bahagia bersama cowok yang disukainya.

Alvin beralih menatap Rio. “Yo, lo kenapa sih? Lo cemburu ya?” Tanyanya yang membuat Rio kaget.

“Gue.. Gue nggak apa-apa kok. Kalo gitu gue pulang saja.” Kata Rio meninggalkan Alvin.

Alvin memandang Rio dengan penuh tanda tanya. Ada apa dengan Rio? Mengapa cowok itu merasa nggak suka melihat Ify bahagia bersama Alvin? Alvin memukul dahinya. Shit! Apa Rio menyukai Ify? Dari matanya saja, Alvin sudah tau kalo Rio menyimpan sebuah perasaan. Yaitu cinta. Alvin yakin sekali kalo Rio menyukai Ify. Buktinya, Rio nggak suka melihat adegan yang bagi Rio menyakitkan.

Pelan-pelan, Cakka melepas pelukannya dan mendapati wajah Ify yang merah. Air mata yang membasahi pipi Ify ia hapus dengan jarinya.

“Gimana perasaanmu? Senang bukan?” Tanya Cakka.

Ify mengangguk.

“Ya udah, ayuk kita pulang.” Kata Cakka seraya merangkul Ify dan meninggalkan tempat itu. Sedangkan Alvin merasa telah dicuekkan oleh sahabatnya.

“Woi Kka! Tunggu!” Teriak Alvin gemas sambil berlari mengejar Cakka.

***

Seorang lelaki separuh baya duduk di atas motornya yang sedikit bergoyang. Wajah lelaki itu sangat pucat. Dadanya mulai terasa nyeri. Sebisa mungkin ia bertahan agar ia tidak mati konyol di tempat ini.

Derap kaki terdengar di telinganya. Lelaki itu tersenyum lemah melihat seorang cowok kira-kira berusia tujuh belas tahun yang berjalan setengah lari mendekatinya. Cowok itu terlihat panik melihat wajahnya yang pucat.

“Om Adi! Om Adi nggak apa-apa?” Tanya cowok itu yang tak lain adalah Rio.

Lelaki yang ternyata adalah Adi itu mengangguk lemah. Tapi Rio tau kalo lelaki itu teramat rapuh. Lelaki itu selalu terlihat kuat dihadapan orang agar orang-orang tau kalo ia tidak sedang terkena sebuah penyakit.

Namun, dada yang sudah sangat nyeri dan tidak tertahankan membuat benteng lelaki itu jebol. Lelaki itu pun pingsan dan cepat-cepat Rio meminta bantuan. Untunglah ada beberapa orang yang dengan ikhlas membantunya.

***

Rio menunggu dengan gelisah keterangan dari dokter. Hampir sejaman ia menunggu tanpa hasil pasti. Berkali-kali Alvin menelponnya dan ia enggan mengangkat. Karena itulah Rio memilih mematikan HP samsungnya.

Semoga om Adi baik-baik saja.. Batin Rio penuh harap. Beberapa menit kemudian, dokter pun datang. Kali ini wajah dokter itu tampak serius.

“Kondisi Pak Adi semakin buruk. Penyakit jantungnya sudah nggak bisa disembuhkan lagi.” Jelas dokter itu dengan sangat menyesal.

Wajah Rio berubah menjadi pucat. “Apakah om Adi bisa bertahan?” Lirihnya.

“Entahlah. Saya memprediksi umur Pak Adi kurang lebih sebulan. Tapi berdoalah dan yakinlah bahwa Tuhan akan mengabulkan do’a hamba-Nya. Tugasmu sekarang hanyalah berdoa agar Pak Adi bisa sembuh.” Kata dokter itu.

Setelah mengucapkan kalimat itu, dokter mengizinkan Rio untuk masuk ke dalam kamar rawar Adi. Kata dokter, Adi sudah siuman. Rio berharap bisa ngobrol masalah penting dengan Adi barang semenit dua menit.

Pintu rawat terbuka. Seorang lelaki separuh baya tersenyum melihat kedatangannya untuk yang kedua kalinya. Rio berjalan mendekati lelaki itu dengan hati yang teramat pedih.

“Maafkan Rio, om.” Lirih Rio.

Adi hanya tersenyum. “Kamu tidak salah. Om yang salah karena sering merepotkanmu. Terutama dengan putri om.” Ucapnya yang membuat Rio salah tingkah.

“Rio mencintai putri om. Sejak pertama kali Rio melihatnya, Rio langsung jatuh cinta. Tapi.. Tapi...”

Terasa sangat berat untuk melanjutkan ucapannya. Sementara Adi menunggu ucapan Rio dengan sabar dan sedikit penasaran.

“Tapi... Saya nggak bisa menjaga putri om. Saya...”

“Sudahlah. Om mohon padamu untuk menjaganya.” Pinta Adi.

Rio tersenyum pahit. “Kenapa harus saya om, kenapa ha..”

“Kamu satu-satunya harapan om. Percayalah. Ini terakhir kalinya kita membahas soal ini. Sekarang, kamu pulang saja. Jangan kuatirkan keadaan om.”

Akhirnya, Rio pergi meninggalkan rumah sakit dengan perasaan yang campur aduk. Namun, ia merasa hatinya sangat perih. Sangat perih dengan apa yang terjadi hari ini.

***

“Via..” Panggil Mama.

Sivia yang tengah tertidur langsung bangun. Ada apa Mama manggil aku? Tanyanya dalam hati. Sivia bangun dengan ogah-ogahan. Rambutnya yang acak-acakan membuat Mamanya nggak bisa menahan tawa.

“Ada apa Ma?” Tanya Sivia.

Mamanya tersenyum. “Ada tamu penting.” Jawabnya.

Kemudian, ‘tamu’ yang disebut Ibunya tadi datang memasuki kamarnya. Sivia yang belum siap mendadak kaget. Mereka...

Mereka kan....

***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar