Pandangannya
lurus ke depan sana. Cahaya hidupnya seakan-akan hilang dan tak akan bisa
kembali lagi. Semuanya tampak jelas sekarang. Ia, yang selalu dikatakan sebagai
sosok yang polos atau apalah sudah tidak berlaku lagi. Ariana, gadis itu
meremas bajunya dan rasa sakit di hatinya-lah yang menjadi temannya saat ini.
Tapi disamping itu, timbul rasa kasihan dan perasaan cinta yang sangat sulit ia
hapus.
Tak disangkanya selama ini bahwa Harry-lah
masa lalunya, Harry-lah cowok yang dulu menyakitinya, membuangnya, dan
membuatnya amnesia. Tapi kenapa Harry harus kembali lagi dan menggunakan
kesempatan ini agar bisa kembali padanya? Mengapa Harry menggunakan
ke-amnesia-anya agar cowok itu bisa menggenggam tangannya lagi?
Ariana ingat percakapan Zayn dengan
seseorang, yang membicarakan sosok Harry dan siapa sih Harry itu. Mengapa
selama ini Harry terlihat misterius dan menutup diri. Ariana tidak tau apakah
ia harus marah atau sedih. Tapi ada hal yang lebih penting dari itu. Sesuatu
yang membuatnya kehilangan seseorang untuk selama-lamanya sekalipun orang itu
telah menyakiti hatinya.
“Ari?”
Zayn masuk ke dalam dan berharap
adiknya itu tidak marah padanya. Kemarin malam Ariana diperbolehkan pulang ke
rumah. Zayn curiga kalau ingatan Ariana yang hilang itu sudah pulih. Aneh.
Padahal Ariana hanya mendengar percakapannya dengan seseorang melaui telepon.
“Ngapain kakak kesini?” Tanya
Ariana, lebih ke bentakan. Gadis itu sudah tidak lembut lagi.
“Di teras sana ada Vio dan Luke.”
Jawab Zayn.
Ariana menarik nafas dalam-dalam.
“Baiklah. Aku akan keluar.” Ucapnya.
***
Berubah. Itulah hal pertama yang
dirasakan Vio dan Luke. Ariana berubah. Wajah gadis itu sedikit kusut dan
menampilkan ekspresi yang selama ini tak pernah Ariana tampilkan. Ariana duduk
di dekat Vio lalu menatap gadis itu. Bahkan tatapan Ariana juga berbeda.
Cepat-cepat Vio menunduk. Baginya, Ariana seperti sosok monster yang
menakutkan. Jadi ini Ariana yang sebenarnya?
“Maaf jika kedatangan kami
menganggumu.” Ucap Luke.
“Ngapain kalian kesini?” Tanya
Ariana, penekanan suaranya mirip saat tadi Zayn masuk ke dalam kamarnya.
Luke menahan nafasnya. Untuk yang
pertama kalinya Ariana berkata kasar padanya. “Kami.. Kami hanya ingin
mengetahui keadaanmu. Jujur, aku tak menyangka semuanya ternyata seperti itu.”
Ucap Luke.
Ariana tersenyum sinis. “Dimana
dia?” Tanyanya.
“Dia?” Tanya Vio.
“Siapa lagi kalau bukan Harry?”
Tanya Ariana.
Mendengar Ariana mengucapkan nama
‘Harry’ menimbulkan rasa emosi pada Luke. “Sudah aku duga! Harry itu cowok
kurang ajar! Harry tega meninggalkanmu dan membuatmu amnesia lalu Harry datang
dan memanfaatkan kesempatan itu. Sekarang Harry pergi. Betapa kurang ajarnya
dia.” Ucap Luke.
Tiba-tiba Ariana menangis. Tentu
saja hal itu tidak diduga oleh Luke dan Vio. Langsung saja Luke memeluk Ariana.
Pasti gadis itu amat sakit. Harry sialan! Ingin sekali Luke membunuh Harry tapi
Luke sendiri tidak tau dimana keberadaan Harry.
“Kau tidak perlu menangisi Harry.”
Ucap Luke.
Sedangkan Vio memilih untuk diam.
Namun gadis itu sejak tadi bahkan di hari-hari sebelumnya menyimpan rasa
penasaran akan kemana sosok Harry itu pergi. Harry memang misterius tapi bukan
berarti ia tidak diizinkan mencari tahu apa yang menyebabkan kemisteriusan itu.
“Harry..” Tangis Ariana.
“Sudahlah Ari. Lupakah Harry. Dan
mengapa kau tidak melihat Niall saja? Niall mencintaimu.” Ucap Luke.
“Persetan dengan Niall! Aku hanya
mencintai Harry! Aku tidak peduli hal apa yang dilakukan Harry padaku asalkan
aku bisa bersama Harry!” Ucap Ariana.
Untung tidak ada Niall disini,
kalaupun ada belum tentu Niall memahami gerak mulut Ariana. Luke menyadari
bahwa Ariana cinta mati pada Harry. Oke. Ariana adalah sahabatnya. Luke
setuju-setuju saja gadis itu bersama Harry. Tapi dengan sikap Harry yang
seperti itu membuatnya ingin membunuh Harry.
“Mungkin kau bisa memperbaiki
hubungan dengan Harry..” Ucap Vio.
Ariana masih dengan tangisannya dan
itu membuat rasa penasaran Vio menjadi-jadi. Pasti ada masalah lain kan? Pasti
ada hal lain yang disembunyikan Ariana?
“Luk.. Vi..” Lirih Ariana.
Luke dan Vio sama-sama menatap
Ariana.
“Harry sekarat..” Ucap Ariana.
***
Acara yang
ditunggu-tunggu akhirnya tiba. Hari ini acara ulang tahun sekolah. Tentu saja
banyak acara yang nantinya akan memeriahkan acara ulang tahun itu. Ariana
memaksakan diri masuk sekolah atas paksaan dari Luke dan Vio. Gadis itu mulai
bersikap normal dan tidak marah lagi. Bahkan Ariana sudah bisa tersenyum.
“Kalian
bilang Niall akan tampil? Serius?” Tanya Ariana.
“Kita lihat
saja nanti.” Jawab Vio.
Ariana tidak menemukan Niall. Sudah
lama ia tidak berbicara dengan Niall karena kejadian ‘aku mencintaimu’ itu.
Niall benar-benar mencintainya disaat ia tidak bisa berhenti mencintai Harry?
Mengingat Harry, Ariana tidak bisa untuk tidak meneteskan air mata. Luke dan
Vio pun sama meski mereka masih tidak suka tentang bagaimana sikap Harry dulu
saat meninggalkan Ariana.
Harry sakit dan penyakitnya tidak
gampang disembuhkan. Ariana ingat saat dimana Zayn bertelponan dengan seseorang
yang tidak lain adalah Gigi, kekasih Gigi sendiri. Dunia ini sempit. Ternyata
Harry adalah adik tiri Gigi, karena itulah saat Zayn tau Harry kembali dan
menjalin hubungan dengannya, Zayn tidak berkutik apapun. Selain tidak enak
dengan Gigi, Zayn kasihan dengan Harry yang sudah lama terkena penyakit
leukemia.
Saat ini Harry terbaring lemah di
ranjang rumah sakit dan Ariana tidak bisa berbuat apapun. Tapi sungguh ia telah
memaafkan atas perbuatan Harry yang menyakitkan itu. Ariana hanya ingin bahagia
bersama cowok yang sangat dicintainya.
“Setelah ini kita jenguk Harry ya..”
Bisik Vio.
Ariana hanya membalas ucapan Vio
dengan anggukan. Acara ulang tahun sekolah dimulai. Pertama-tama ada sambutan
dari kepala sekolah dan lain-lain yang membuat hampir sebagian murid bosan.
Lalu terdengar suara musik yang cukup keras. Inilah yang ditunggu-tunggu oleh
mereka.
Ariana tidak tertarik dengan apa
yang dilihatnya. Ia hanya penasaran dengan Niall dan lagu yang akan dibawa
Niall. Mustahil. Itulah yang dirasakan Ariana. Bagaimana caranya Niall menyanyi
sambil bermain gitar sedangkan Niall tidak bisa mendengar? Bahkan Niall akan
membawa lagu ciptaannya.
“Bagaimana caranya Niall membuat
lagunya sendiri dan akan menyanyikannya? Bagaimana Niall tau nada-nadanya?”
Tanya Ariana lebih tepatnya lagi bertanya pada dirinya sendiri karena Vio dan
Luke fokus ke depan sana.
Satu per satu acara tampil di depan
sana dan ini sudah hampir siang. Dimana Niall? Apa ucapan Luke dan Vio
bohongan? Ariana menyimpulkan dua sahabatnya itu memang berbohong. Mustahil
Niall maju di depan panggung, bernyanyi sambil bermain gitar. Mustahil.
“Oke. Sebagai acara penutup, mari
kita persembahkan penampilan salah satu teman kalian. Niall Hemmings!”
Apa? Ia tidak salah dengar kan?
Entah mengapa jantungnya berdebar-debar. Tidak mungkin! Ariana melihat ke arah
panggung. Muncul sosok cowok berambut pirang membawa gitar. Ariana bisa melihat
tatapan Niall yang gugup. Tidak mungkin! Anak-anak lain pun pada heran. Ariana
berharap Niall bisa melakukannya dengan baik agar tidak menjadi bahan tawa satu
sekolah.
“Selamat siang semua!” Sapa Niall
mencoba ceria.
Tidak. Niall tidak akan bisa
mendengar suara gaduh dari anak-anak sekolah, mungkin itu yang membuat Niall
semakin percaya diri. Niall mulai fokus dengan gitarnya. Ayo, kau pasti bisa!
Ucap Niall dalam hati. Suara petikan gitar Niall mulai terdengar. Luke yang
serius memerhatikan Niall menjadi lega. Ia yakin sekali Niall dapat
melakukannya dengan baik tanpa kesalahan.
“No
I’m never gonna leave you darling
No I’m never gonna go regardless
Everything inside of me is living in
your heartbeat
Even when all the lights are fading
Even then if your hope was shaking
I’m here holding on..”
Suara Niall yang begitu lembut
membuat jantung Ariana semakin berdebar-debar. Astaga jadi suara Niall sangat
indah, ia baru menyadarinya sekarang. Melihat Niall memainkan gitar dari jauh
membuatnya… Ah sudahlah.
“I
will always be yours forever and more
Through the push and the pull
I still drown in your love
And drink 'til I’m drunk
And all that I’ve done,
Is it ever enough..”
Semuanya bertepuk tangan. Ariana tersenyum. Niall berhasil! Niall
berhasil membuktikan ke dunia bahwa ia masih bisa menyanyi dan bermain gitar
dalam kondisinya seperti itu. Andai saja Niall bisa mendengar tepuk tangan dari
teman-temannya…
Ariana merasakan getaran di ponselnya. Cepat-cepat gadis itu
mengangkatnya karena dari Zayn yang sepertinya penting.
“Halo kak? Iya aku disini, ada apa? Apa? Harry sadar?”
Ucapan Ariana yang cukup keras membuat Luke sedikit kaget. Tadi Ariana
menyebut nama Harry? Apakah Harry baik-baik saja?
“Kau kenapa?” Tanya Luke.
“Harry sadar! Kak Zayn bilang Harry
membutuhkanku!” Jawab Ariana.
***
Gadis itu berlari kencang tanpa
mempedulikan orang-orang disekitarnya. Dibelakangnya ada Vio dan Luke yang
lelah mengejar Ariana. Setiba di kamar rawat Harry, Ariana bisa melihat sosok
Harry yang membuka matanya dan disampingnya ada Gigi. Ariana berjalan mendekati
Harry.
“Kenapa kau tidak memberitahuku?
Jadi ini alasanmu menghilang?” Tanya Ariana.
Harry memaksakan diri untuk
tersenyum. “Maafkan aku, Ari. Aku memang bodoh. Tak seharusnya aku kembali
hadir di hidupmu. Maafkan aku.” Ucap Harry.
Sebisa mungkin Ariana menahan
tangisannya. “Harry, aku sama sekali tidak membencimu, percayalah. Aku akan
selalu mencintaimu meski kau menyakitiku. Ingatanku sudah pulih. Aku tau dulu
kau tega membuangku tapi aku tidak peduli. Aku mencintaimu, Harry..” Ucap
Ariana.
Tidak. Ariana tidak boleh
mencintainya karena Harry takut akan menyakiti hati gadis itu. Harry tidak tau
kenapa ingatan Ariana bisa pulih. Tapi ucapan Ariana tadi sukses membuat
hatinya pedih.
“Harry, kau harus sembuh. Kau harus
sembuh!” Ucap Ariana.
“Entahlah. Aku sekarat.” Ucap Harry.
Bukan hanya Ariana saja yang sedih,
Gigi juga sedih. Tentu saja Gigi tidak ingin kehilangan adik tirinya itu karena
ia sangat menyayangi Harry. Kemudian Ariana menggenggam tangan Harry yang
terasa dingin.
“Berjanjilah padaku bahwa kau tak
akan meninggalkanku.” Ucap Ariana.
Harry tersenyum sedih. Aku ingin
Ari, tapi aku sudah tidak lama lagi, aku akan mati, penyakitku sudah sangat
parah, batin Harry.
***
Sudah hampir satu jam mereka ngobrol
mengenai keadaan Harry yang semakin parah. Gigi tak henti-hentinya menangis
memikirkan nasib Harry. Tapi harapan itu masih ada. Harry akan sembuh jika
mendapatkan donor sumsum tulang belakang, tapi rasanya tidak juga. Semua itu
ada di tangan Tuhan.
“Setidaknya masih ada harapan.” Ucap
Vio.
“Aku menyesal karena pernah membenci
Harry. Rasanya aku ingin berlutut di hapadannya.” Ucap Luke.
Ariana terdiam sejak tadi.
Pikirannya tertuju pada Harry dan bagaimana caranya agar Harry bisa kembali
seperti orang-orang pada normalnya. Mencari donor sumsum tulang belakang itu
tentu tidak mudah dan jika cocok, belum tentu Harry sembu. Namun benar apa yang
diucapkan Vio, setidaknya masih ada harapan.
“Astaga bagaimana dengan Niall?”
Ucap Vio tiba-tiba.
Niall? Ariana merasa berdosa karena
meninggalkan acara sebelum Niall menyelesaikan lagunya. Tapi tak apa. Bukankah
ia masih bisa bertemu dengan Niall kan? Bukankah ia masih bisa melihat cowok
itu menyanyi lagi? Ariana berjanji akan menyelesaikan masalahnya, khusunya
perasaan Niall padanya. Mungkin jika ia bicara baik-baik, Niall akan mengerti.
Niall akan memahami perasaannya pada Harry.
“Aku telpon Niall dia tidak mau
angkat.” Ucap Luke.
“Bagaimana dia bisa mengangkat
telpon jika Niall tidak memegang telpon?” Tanya Ariana.
“Ponselnya kan bergetar.” Ucap Vio.
Luke sibuk menelpon Niall dan
ekspresi wajahnya kelihatan berbeda. “Niall bukan tidak mau mengangkat
telponku. Tapi nomornya tidak aktif.” Ucap Luke.
Kenapa.. Kenapa rasanya ada yang
tidak beres?
“Maaf aku baru datang..” Ucap
seseorang.
Sedikit Gigi bisa tersenyum melihat
kedatangan Zayn yang menjadi penguatnya selama ini. Entahlah bagaimana hidupnya
jika tidak ada Zayn di sisinya.
“Teman kalian yang pirang itu mana?”
Tanya Zayn.
Luke mengangkat bahunya. Tiba-tiba
ponselnya berbunyi. Dari tantenya yang adalah Ibu Niall. Luke langsung
mengangkat telpon itu. Baru saja ia mendengar kalimat pertama yang diucapkan
oleh Ibu Niall, seketika itu juga ponselnya lepas dari telinganya.
***