expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Selasa, 20 Desember 2016

My Everything ( Part 14 )



We have three free days before we back school!” Seru Vio.

            Inilah yang paling ditunggu oleh Vio bahkan hampir semua murid. Entah apa yang membuat sekolahnya meliburkan murid-muridnya selama tiga hari. Mungkin ada acara penting yang diadakan di sekolahnya sehingga sekolah diliburkan. Walau hanya tiga hari, yang penting otak bisa diistirahatkan untuk sementara.

            “Vio adalah orang pertama yang paling bersemangat jika sekolah diliburkan.” Ucap Luke.

            Well, mumpung libur, bagaimana kalau kita jalan-jalan? Ke London misalnya.” Ucap Ariana.

            Vio menoleh ke Ariana lalu tersenyum. “Good idea! Tapi jangan ke London, aku bosan. Suasananya gitu-gitu saja. Cari tempat yang bernuansa desa mungkin.” Ucapnya.

            Niall yang tadi sejak diam membuka suara. “Apakah kalian sedang membicarakan tempat yang cocok untuk berlibur?” Tanyanya.

            “Tentu. Kau punya ide tidak?” Tanya Vio.

            Niall berpikir sesaat. Dia paham apa yang ditanyakan Vio. “Kau tau keju?” Tanyanya.

            Semuanya menatap ke arah Niall dengan tatapan heran. Keju? Apakah Niall salah menerjemahkan pembicaraan mereka? Kenapa tiba-tiba Niall beralih ke keju?

            “Keju? Maksudmu keju makanan atau keju nama tempat?” Tanya Luke.

            “Dua-duanya benar.” Jawab Niall.

            “Memangnya ada hubungan apa antara keju dengan lokasi tujuan liburan kita?” Tanya Ariana. Tapi sepertinya Niall tidak paham dengan apa yang ia bicarakan.

            “Pamanku kemarin datang dari Ireland. Dia..” Ucap Niall lalu tiba-tiba disetop oleh Vio.

            “Aku tau! Pasti pamanmu itu membawa keju yang banyak!” Seru Vio sambil loncat-loncat tidak jelas dihadapan Niall. Niall menyipitkan matanya. Ada apa dengan Vio?

            “Kau lupa ya Vio kan pecinta keju.” Ucap Luke.

            Niall memilih melanjutkan ucapannya. “Pamanku bermaksud mengajak kita semua jalan-jalan ke tempat dimana keju berasal. Kalian tau tidak nama daerah tempat keju berasal?” Ucapnya.

            “Jepang!” Seru Vio.

            Semuanya langsung menoyor kepala Vio. “I know. Cheddar Village.” Ucap Luke sambil tersenyum lebar.

            “Jadi nama ‘cheddar’ sendiri berasal dari nama desa?” Tanya Ariana yang masih tidak mengerti.

            “Yap!” Jawab Luke. Ternyata cowok itu pintar sejarah juga.

            “Bagaimana?” Tanya Niall akhirnya lalu diangguki semuanya.

***

            Butuh rayuan yang amat besar bagi Ariana demi mendapatkan izin dari Ibunya. Akhirnya Ibunya mengizinkannya asalkan Zayn ikut dalam perjalanan itu. Ariana sudah memberitahu hal ini pada Niall dan Niall setuju-setuju saja. Bahkan Gigi juga ikut meski ia harus membolos kuliah setidaknya dua hari. Lokasinya cukup jauh tapi mereka bisa menggunakan mobil.

            Pagi itu mereka berkumpul di rumah Niall. Tentu saja Niall sangat senang. Sudah lama ia tidak melakukan perjalanan jauh apalagi sampai keluar kota. Pamannya heran dengan sikap Niall yang berubah menjadi ceria padahal terakhir ia lihat, Niall pemurung dan tidak mau tersenyum. Mungkin berkat teman-temannya, terutama gadis cantik berwajah imut yang sedaritadi bersama Niall. Pamannya curiga kalau gadis itu adalah pacar Niall.

            Mobil itu melaju dengan kecepatan sedang membelah kota Manchester yang ramai. Vio duduk di tengah bersama Luke, Niall dan Ariana walau awalnya Ariana memaksa duduk dibelakang bersama Zayn tapi Vio menolak. Jadilah mereka duduk sempit-sempitan disini.

            Tak terasa perjalanan panjang mereka berakhir tepat di sebuah rumah yang tidak terlihat seperti rumah yang ada di kota. Ternyata paman Niall memiliki teman disini dan mereka akan menginap di rumah yang terlihat seperti rumah yang ada di desa. Bau khas keju kota cheddar mulai terasa. Vio sudah sangat tak sabar menikmati keju disini yang kata orang rasanya berbeda dari keju lainnya.

            “Suasana yang berbeda tapi aku suka.” Ucap Ariana.

            “Kau benar. Aku jadi terinspirasi ingin membuat makanan yang berbahan keju.” Ucap Zayn.

            “Kau makanan-makanan saja yang kau pikirkan.” Ucap Ariana.

             Mereka istirahat beberapa menit kemudian berkumpul di teras. Desa Cheddar terlihat sepi. Entahlah dimana penduduknya atau mungkin disini sepi. Teman paman Niall membawa beberapa makanan yang tentu saja berbahan dasar keju. Bahkan ada minuman rasa keju ( kira-kira enak ga ya? ).

            “Kurasa aku ingin menelusuri desa ini.” Ucap Ariana.

            “Aku juga. Tapi tunggu sore aja.” Ucap Vio.

***

            “Kau tau tidak, aku merasa bebas disini tanpa merasakan beban. Tubuhku terasa ringan. Aku ingin berada disini selama-lamanya.” Ucap Niall.

            Keduanya memutuskan menelusuri desa Cheddar tanpa mengajak yang lain. Ini keinginan Niall sendiri dan Niall ingin jalan berdua dengan Ariana. Mereka melewati toko-toko yang sebagian besar menjual aneka jenis keju. Ariana sempat berpikir apakah di tempat lain ada kota yang khusus menjual cokelat dan kota sendiri itu dinamakan kota cokelat.

            “Kau tidak ingin membeli keju?” Tanya Niall.

            Ariana menggeleng pelan. Jujur saja, ia tidak terlalu menyukai keju. Apalagi jika memakan keju secara langsung tanpa dicampur bahan makanan lain. Tapi tadi itu saat ia mencicipi makanan yang berbahan keju, rasanya cukup lezat.

Keduanya terus berjalan dan tiba di sebuah ngarai yang menakjubkan. Di bawahnya ada sungai yang sangat luas. Niall dan Ariana berhenti tepat di pembatas yang dipasang di ngarai itu. Angin sore membuat Ariana merasakan kesejukan yang luar biasa. Rasanya amat berbeda antara Manchester dengan tempat ini, apalagi saat ia berada di New York. Yang ada hanya kendaraan yang ramai tanpa pemandangan seperti ini walau banyak orang yang merasa pemandangan seperti ini sangat membosankan.

“Jika boleh, aku ingin terjun dan mandi di sungai itu.” Ucap Ariana tanpa menatap Niall namun Niall menatap Ariana lalu mengangguk meski ia tidak mengerti apa yang dibicarakan Ariana.

Tiba-tiba saja Ariana menatap Niall. Hal itu membuat Niall menjadi malu karena tadi dia terus saja menatap Ariana. “Seharusnya kita membawa ponsel masing-masing lalu ngobrol di skype tentang keindahan desa ini.” Ucap Ariana.

“Skype?” Tanya Niall.

“Yap. Kau dan aku bisa ngobrol dengan jelas melalui skype saat ini karena aku ingin sekali membahas tentang keindahan desa ini.” Jawab Ariana.

Niall terdiam. Lalu dia tertawa. Ariana tentu heran kenapa Niall bisa tertawa tanpa ada hal yang lucu. Apa Niall salah menerjemahkan ucapannya? Apa ia tadi membuat lelucon lucu? Tiba-tiba Niall berlari menjauhi Ariana. Langsung saja Ariana mengejar Niall. Niall gila! Bagaimana jika ia tidak bisa mengejar Niall lalu hilang kontak dengan Niall?

“NIALL!!” Teriak Ariana dengan nafas yang ngos-ngosan. Tapi percuma saja ia teriak toh Niall tidak akan mendengarnya.

Dari jauh, Ariana refleks menutup mulutnya melihat Niall yang terjatuh mungkin karena kesandung sesuatu. Ariana langsung mendekati Niall yang tengah meringis sambil memijit kakinya yang sakit. Ariana melipat tangannya di depan dadanya.

“Inilah akibat dari perbuatan orang yang seenaknya ninggalin temannya.” Ucap Ariana.

Dengan gerakan yang tak terduga, Niall menarik tubuh Ariana. Otomatis gadis itu jatuh dan menimpa tubuh Niall. Kini jarak keduanya sangat dekat. Bahkan Ariana sampai tidak bisa bernafas saat matanya dengan tepat menatap mata biru Niall yang sangat indah. Ada apa dengan mata itu? Ariana menemukan tatapan Niall yang berbeda dari tatapan lainnya. Kemudian mereka mengembalikan posisi mereka ke awal.

“Maaf.” Ucap Niall sambil membersihkan bajunya yang kotor akibat terkena tanah.

It’s ok.” Ucap Ariana.

“Lebih baik kita balik saja.” Ucap Niall dan diangguki Ariana.

***

            Ternyata suasana malam di desa ini agak mengerikan. Ariana melihat di sekitaran rumah yang sepi. Takut jika ada maling yang masuk ke dalam rumah. Ariana kembali masuk ke dalam, tepatnya di kamar yang ia huni bersama Vio dan Gigi. Tampaknya Vio dan Gigi sudah akrab. Gigi dengan mudahnya berbagi tawa dengan gadis aneh seperti Vio.

            “Apa yang kalian tertawakan?” Tanya Ariana.

            “Tidak ada.” Jawab Vio.

            Ariana duduk diantara Vio dan Gigi. Mereka duduk melingkar jadi mereka saling berhadapan. “Aku kira anak laki-laki berambut pirang tadi pacarmu.” Ucap Gigi.

            “Luke? Dia emang pacar Ariana.” Ucap Vio.

            “Bukan Luke. Maksudku Niall.” Ucap Gigi.

            Niall? Ariana langsung teringat akan kejadian tadi. Niall menarik tubuhnya lalu wajahnya dengan wajah Niall hanya berjarak beberapa senti saja. Juga tatapan Niall yang sanga berbeda dari tatapan biasanya. Ariana tentu tidak bisa menerjemahkan tatapan itu. Namun setelah kejadian itu, Niall menjadi pendiam dan seakan-akan menjauhinya.

            “Niall bukan pacarku. Dia hanya temanku.” Ucap Ariana.

            “Kalau begitu, Luke pacarmu?” Tanya Gigi.

            “Bukan. Luke juga bukan. Aku masih sendiri.” Ucap Ariana.

            “Sebaiknya jangan tanyakan masalah pacar atau cowok ke Ariana. Dia bahkan tidak tau gimana rasanya jatuh cinta.” Ucap Vio.

            Gigi menatap Ariana dengan heran, lalu teringat akan cerita Zayn tentang Ariana yang hilang ingatan. “Aku turut prihatin akan kondisimu. Aku tak menyangka ternyata ‘amnesia’ itu nyata, maksudku aku mengira amnesia itu tidaklah benar. Teman-temanku banyak mengharapkan agar mereka bisa amnesia.” Ucap Gigi.

            “Dan saat mereka tau bagaimana rasanya kehilangan ingatan itu sangat menyakitkan. Aku penasaran siapa sosok cowok yang dulu tega meninggalkanku. Kak Zayn sudah menceritakannya padaku. Aku ingin sekali melihat cowok itu walau kak Zayn melarangnya.” Ucap Ariana.

            Iphone Gigi bergetar. Gigi membuka Iphone-nya dan melihat siapa yang menelponnya. “Halo? Bagaimana kabarmu? Ku harap dokter telah menyembuhkan penyakitmu.” Ucap Gigi.

            Sementara itu Vio dan Ariana menunggu Gigi. Ariana bisa melihat air muka Gigi yang nampak sedih saat bertelpon dengan orang disebrang sana. Beberapa menit kemudian Gigi menutup panggilan. Sepertinya Gigi ingin menangis tapi gadis itu mencoba untuk kuat.

            “Ada apa kak?” Tanya Vio.

            “Adik tiriku. Penyakit leukimianya semakin parah.” Jawab Gigi.

            Vio dan Ariana merasa simpati dengan Gigi. “Sabar ya kak. Aku yakin dia pasti sembuh.” Ucap Vio.

            Sebisa mungkin Gigi tersenyum. “Tapi adikku itu putus asa. Aku yakin sekali bukan hanya karena penyakitnya dia menjadi seperti itu, tapi ada hal lain, yang mungkin jauh lebih parah dari ini.” Ucap Gigi.

            “Aku harap adik kakak menjadi kuat.” Ucap Ariana.

            “Seandainya aku tau kisah hidupnya karena aku jarang bertemu dengannya. Kalau saja aku tau kisah hidupnya dan apa yang membuatnya semakin putus asa, aku janji akan membantunya.” Ucap Gigi.

***

            Sudah hampir memasuki tengah malam Zayn tak kunjung tidur padahal Niall dan Luke sudah ngorok. Zayn membuka iphonenya lalu menhidupkan data disana. Tidak ada wifi disini jadi Zayn terpaksa menghidupkan datanya. Namun sinyalnya cukup buruk. Ternyata tinggal di desa tidak enak juga.

            Bandorlx: Aku ingin meminta alamat rumahmu.

            Zayn mendengus kesal melihat skype dari cowok itu. Apakah cowok itu sudah tiba di Inggris? Nekat sekali dia mencari Ariana hanya untuk meminta maaf dan memastikan kalau Ariana amnesia atau tidak. Tentu saja Zayn tidak mau memberikan alamat rumahnya.

            Zayn12: Aku tidak akan memberitahu padamu. Lebih baik kau pergi saja. Ariana baik-baik saja disini. Aku tidak kehadiranmu mengganggu adikku.

            Bandorlx: Ku mohon. Aku tidak ingin mati sia-sia.


            Mati sia-sia? Apa maksudnya? Apa cowok itu ingin bunuh diri? Zayn tersenyum sinis. Kalaupun cowok itu bunuh diri kenapa ia harus peduli? Toh yang salah cowok itu kan bukan Ariana atau dirinya.

            Zayn12: Mati saja sana, aku tidak peduli.

            Setelah itu, cowok itu tidak membalas skype-nya. Zayn memutuskan mematikan data di ponselnya lalu mencoba untuk tidur. Diam-diam Zayn merasa kesal ikut kesini walau bersama Gigi, dan walau Gigi bahagia berada disini.

***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar