“We have three free days before we back school!”
Seru Vio.
Inilah yang paling ditunggu oleh Vio
bahkan hampir semua murid. Entah apa yang membuat sekolahnya meliburkan
murid-muridnya selama tiga hari. Mungkin ada acara penting yang diadakan di
sekolahnya sehingga sekolah diliburkan. Walau hanya tiga hari, yang penting
otak bisa diistirahatkan untuk sementara.
“Vio adalah orang pertama yang
paling bersemangat jika sekolah diliburkan.” Ucap Luke.
“Well,
mumpung libur, bagaimana kalau kita jalan-jalan? Ke London misalnya.” Ucap
Ariana.
Vio menoleh ke Ariana lalu
tersenyum. “Good idea! Tapi jangan ke
London, aku bosan. Suasananya gitu-gitu saja. Cari tempat yang bernuansa desa
mungkin.” Ucapnya.
Niall yang tadi sejak diam membuka
suara. “Apakah kalian sedang membicarakan tempat yang cocok untuk berlibur?”
Tanyanya.
“Tentu. Kau punya ide tidak?” Tanya
Vio.
Niall berpikir sesaat. Dia paham apa
yang ditanyakan Vio. “Kau tau keju?” Tanyanya.
Semuanya menatap ke arah Niall
dengan tatapan heran. Keju? Apakah Niall salah menerjemahkan pembicaraan
mereka? Kenapa tiba-tiba Niall beralih ke keju?
“Keju? Maksudmu keju makanan atau
keju nama tempat?” Tanya Luke.
“Dua-duanya benar.” Jawab Niall.
“Memangnya ada hubungan apa antara
keju dengan lokasi tujuan liburan kita?” Tanya Ariana. Tapi sepertinya Niall
tidak paham dengan apa yang ia bicarakan.
“Pamanku kemarin datang dari
Ireland. Dia..” Ucap Niall lalu tiba-tiba disetop oleh Vio.
“Aku tau! Pasti pamanmu itu membawa
keju yang banyak!” Seru Vio sambil loncat-loncat tidak jelas dihadapan Niall.
Niall menyipitkan matanya. Ada apa dengan Vio?
“Kau lupa ya Vio kan pecinta keju.”
Ucap Luke.
Niall memilih melanjutkan ucapannya.
“Pamanku bermaksud mengajak kita semua jalan-jalan ke tempat dimana keju
berasal. Kalian tau tidak nama daerah tempat keju berasal?” Ucapnya.
“Jepang!” Seru Vio.
Semuanya langsung menoyor kepala
Vio. “I know. Cheddar Village.” Ucap
Luke sambil tersenyum lebar.
“Jadi nama ‘cheddar’ sendiri berasal
dari nama desa?” Tanya Ariana yang masih tidak mengerti.
“Yap!” Jawab Luke. Ternyata cowok
itu pintar sejarah juga.
“Bagaimana?” Tanya Niall akhirnya
lalu diangguki semuanya.
***
Butuh rayuan yang amat besar bagi
Ariana demi mendapatkan izin dari Ibunya. Akhirnya Ibunya mengizinkannya
asalkan Zayn ikut dalam perjalanan itu. Ariana sudah memberitahu hal ini pada
Niall dan Niall setuju-setuju saja. Bahkan Gigi juga ikut meski ia harus
membolos kuliah setidaknya dua hari. Lokasinya cukup jauh tapi mereka bisa
menggunakan mobil.
Pagi itu mereka berkumpul di rumah
Niall. Tentu saja Niall sangat senang. Sudah lama ia tidak melakukan perjalanan
jauh apalagi sampai keluar kota. Pamannya heran dengan sikap Niall yang berubah
menjadi ceria padahal terakhir ia lihat, Niall pemurung dan tidak mau
tersenyum. Mungkin berkat teman-temannya, terutama gadis cantik berwajah imut
yang sedaritadi bersama Niall. Pamannya curiga kalau gadis itu adalah pacar
Niall.
Mobil itu melaju dengan kecepatan
sedang membelah kota Manchester yang ramai. Vio duduk di tengah bersama Luke,
Niall dan Ariana walau awalnya Ariana memaksa duduk dibelakang bersama Zayn
tapi Vio menolak. Jadilah mereka duduk sempit-sempitan disini.
Tak terasa perjalanan panjang mereka
berakhir tepat di sebuah rumah yang tidak terlihat seperti rumah yang ada di
kota. Ternyata paman Niall memiliki teman disini dan mereka akan menginap di
rumah yang terlihat seperti rumah yang ada di desa. Bau khas keju kota cheddar
mulai terasa. Vio sudah sangat tak sabar menikmati keju disini yang kata orang
rasanya berbeda dari keju lainnya.
“Suasana yang berbeda tapi aku
suka.” Ucap Ariana.
“Kau benar. Aku jadi terinspirasi
ingin membuat makanan yang berbahan keju.” Ucap Zayn.
“Kau makanan-makanan saja yang kau
pikirkan.” Ucap Ariana.
Mereka istirahat beberapa menit kemudian
berkumpul di teras. Desa Cheddar terlihat sepi. Entahlah dimana penduduknya
atau mungkin disini sepi. Teman paman Niall membawa beberapa makanan yang tentu
saja berbahan dasar keju. Bahkan ada minuman rasa keju ( kira-kira enak ga ya?
).
“Kurasa aku ingin menelusuri desa
ini.” Ucap Ariana.
“Aku juga. Tapi tunggu sore aja.”
Ucap Vio.
***
“Kau tau tidak, aku merasa bebas disini
tanpa merasakan beban. Tubuhku terasa ringan. Aku ingin berada disini
selama-lamanya.” Ucap Niall.
Keduanya memutuskan menelusuri desa
Cheddar tanpa mengajak yang lain. Ini keinginan Niall sendiri dan Niall ingin
jalan berdua dengan Ariana. Mereka melewati toko-toko yang sebagian besar
menjual aneka jenis keju. Ariana sempat berpikir apakah di tempat lain ada kota
yang khusus menjual cokelat dan kota sendiri itu dinamakan kota cokelat.
“Kau tidak ingin membeli keju?”
Tanya Niall.
Ariana menggeleng pelan. Jujur saja,
ia tidak terlalu menyukai keju. Apalagi jika memakan keju secara langsung tanpa
dicampur bahan makanan lain. Tapi tadi itu saat ia mencicipi makanan yang
berbahan keju, rasanya cukup lezat.
Keduanya terus berjalan dan tiba di sebuah ngarai yang menakjubkan. Di
bawahnya ada sungai yang sangat luas. Niall dan Ariana berhenti tepat di
pembatas yang dipasang di ngarai itu. Angin sore membuat Ariana merasakan
kesejukan yang luar biasa. Rasanya amat berbeda antara Manchester dengan tempat
ini, apalagi saat ia berada di New York. Yang ada hanya kendaraan yang ramai
tanpa pemandangan seperti ini walau banyak orang yang merasa pemandangan
seperti ini sangat membosankan.
“Jika boleh, aku ingin terjun dan mandi di sungai itu.” Ucap Ariana tanpa
menatap Niall namun Niall menatap Ariana lalu mengangguk meski ia tidak
mengerti apa yang dibicarakan Ariana.
Tiba-tiba saja Ariana menatap Niall. Hal itu membuat Niall menjadi malu
karena tadi dia terus saja menatap Ariana. “Seharusnya kita membawa ponsel
masing-masing lalu ngobrol di skype tentang keindahan desa ini.” Ucap Ariana.
“Skype?” Tanya Niall.
“Yap. Kau dan aku bisa ngobrol dengan jelas melalui skype saat ini karena
aku ingin sekali membahas tentang keindahan desa ini.” Jawab Ariana.
Niall terdiam. Lalu dia tertawa. Ariana tentu heran kenapa Niall bisa
tertawa tanpa ada hal yang lucu. Apa Niall salah menerjemahkan ucapannya? Apa
ia tadi membuat lelucon lucu? Tiba-tiba Niall berlari menjauhi Ariana. Langsung
saja Ariana mengejar Niall. Niall gila! Bagaimana jika ia tidak bisa mengejar
Niall lalu hilang kontak dengan Niall?
“NIALL!!” Teriak Ariana dengan nafas yang ngos-ngosan. Tapi percuma saja
ia teriak toh Niall tidak akan mendengarnya.
Dari jauh, Ariana refleks menutup mulutnya melihat Niall yang terjatuh
mungkin karena kesandung sesuatu. Ariana langsung mendekati Niall yang tengah
meringis sambil memijit kakinya yang sakit. Ariana melipat tangannya di depan
dadanya.
“Inilah akibat dari perbuatan orang yang seenaknya ninggalin temannya.”
Ucap Ariana.
Dengan gerakan yang tak terduga, Niall menarik tubuh Ariana. Otomatis
gadis itu jatuh dan menimpa tubuh Niall. Kini jarak keduanya sangat dekat.
Bahkan Ariana sampai tidak bisa bernafas saat matanya dengan tepat menatap mata
biru Niall yang sangat indah. Ada apa dengan mata itu? Ariana menemukan tatapan
Niall yang berbeda dari tatapan lainnya. Kemudian mereka mengembalikan posisi
mereka ke awal.
“Maaf.” Ucap Niall sambil membersihkan bajunya yang kotor akibat terkena
tanah.
“It’s ok.” Ucap Ariana.
“Lebih baik kita balik saja.” Ucap Niall dan diangguki Ariana.
***
Ternyata suasana malam di desa ini
agak mengerikan. Ariana melihat di sekitaran rumah yang sepi. Takut jika ada
maling yang masuk ke dalam rumah. Ariana kembali masuk ke dalam, tepatnya di
kamar yang ia huni bersama Vio dan Gigi. Tampaknya Vio dan Gigi sudah akrab.
Gigi dengan mudahnya berbagi tawa dengan gadis aneh seperti Vio.
“Apa yang kalian tertawakan?” Tanya
Ariana.
“Tidak ada.” Jawab Vio.
Ariana duduk diantara Vio dan Gigi.
Mereka duduk melingkar jadi mereka saling berhadapan. “Aku kira anak laki-laki
berambut pirang tadi pacarmu.” Ucap Gigi.
“Luke? Dia emang pacar Ariana.” Ucap
Vio.
“Bukan Luke. Maksudku Niall.” Ucap
Gigi.
Niall? Ariana langsung teringat akan
kejadian tadi. Niall menarik tubuhnya lalu wajahnya dengan wajah Niall hanya
berjarak beberapa senti saja. Juga tatapan Niall yang sanga berbeda dari
tatapan biasanya. Ariana tentu tidak bisa menerjemahkan tatapan itu. Namun
setelah kejadian itu, Niall menjadi pendiam dan seakan-akan menjauhinya.
“Niall bukan pacarku. Dia hanya
temanku.” Ucap Ariana.
“Kalau begitu, Luke pacarmu?” Tanya
Gigi.
“Bukan. Luke juga bukan. Aku masih
sendiri.” Ucap Ariana.
“Sebaiknya jangan tanyakan masalah
pacar atau cowok ke Ariana. Dia bahkan tidak tau gimana rasanya jatuh cinta.”
Ucap Vio.
Gigi menatap Ariana dengan heran,
lalu teringat akan cerita Zayn tentang Ariana yang hilang ingatan. “Aku turut
prihatin akan kondisimu. Aku tak menyangka ternyata ‘amnesia’ itu nyata,
maksudku aku mengira amnesia itu tidaklah benar. Teman-temanku banyak
mengharapkan agar mereka bisa amnesia.” Ucap Gigi.
“Dan saat mereka tau bagaimana
rasanya kehilangan ingatan itu sangat menyakitkan. Aku penasaran siapa sosok
cowok yang dulu tega meninggalkanku. Kak Zayn sudah menceritakannya padaku. Aku
ingin sekali melihat cowok itu walau kak Zayn melarangnya.” Ucap Ariana.
Iphone Gigi bergetar. Gigi membuka
Iphone-nya dan melihat siapa yang menelponnya. “Halo? Bagaimana kabarmu? Ku
harap dokter telah menyembuhkan penyakitmu.” Ucap Gigi.
Sementara itu Vio dan Ariana
menunggu Gigi. Ariana bisa melihat air muka Gigi yang nampak sedih saat
bertelpon dengan orang disebrang sana. Beberapa menit kemudian Gigi menutup
panggilan. Sepertinya Gigi ingin menangis tapi gadis itu mencoba untuk kuat.
“Ada apa kak?” Tanya Vio.
“Adik tiriku. Penyakit leukimianya
semakin parah.” Jawab Gigi.
Vio dan Ariana merasa simpati dengan
Gigi. “Sabar ya kak. Aku yakin dia pasti sembuh.” Ucap Vio.
Sebisa mungkin Gigi tersenyum. “Tapi
adikku itu putus asa. Aku yakin sekali bukan hanya karena penyakitnya dia
menjadi seperti itu, tapi ada hal lain, yang mungkin jauh lebih parah dari
ini.” Ucap Gigi.
“Aku harap adik kakak menjadi kuat.”
Ucap Ariana.
“Seandainya aku tau kisah hidupnya
karena aku jarang bertemu dengannya. Kalau saja aku tau kisah hidupnya dan apa
yang membuatnya semakin putus asa, aku janji akan membantunya.” Ucap Gigi.
***
Sudah
hampir memasuki tengah malam Zayn tak kunjung tidur padahal Niall dan Luke
sudah ngorok. Zayn membuka iphonenya lalu menhidupkan data disana. Tidak ada
wifi disini jadi Zayn terpaksa menghidupkan datanya. Namun sinyalnya cukup
buruk. Ternyata tinggal di desa tidak enak juga.
Bandorlx:
Aku ingin meminta alamat rumahmu.
Zayn mendengus kesal melihat skype
dari cowok itu. Apakah cowok itu sudah tiba di Inggris? Nekat sekali dia
mencari Ariana hanya untuk meminta maaf dan memastikan kalau Ariana amnesia
atau tidak. Tentu saja Zayn tidak mau memberikan alamat rumahnya.
Zayn12:
Aku tidak akan memberitahu padamu. Lebih baik kau pergi saja. Ariana baik-baik
saja disini. Aku tidak kehadiranmu mengganggu adikku.
Bandorlx:
Ku mohon. Aku tidak ingin mati sia-sia.
Mati sia-sia? Apa maksudnya? Apa
cowok itu ingin bunuh diri? Zayn tersenyum sinis. Kalaupun cowok itu bunuh diri
kenapa ia harus peduli? Toh yang salah cowok itu kan bukan Ariana atau dirinya.
Zayn12:
Mati saja sana, aku tidak peduli.
Setelah itu, cowok itu tidak
membalas skype-nya. Zayn memutuskan mematikan data di ponselnya lalu mencoba
untuk tidur. Diam-diam Zayn merasa kesal ikut kesini walau bersama Gigi, dan
walau Gigi bahagia berada disini.
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar