expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Kamis, 22 Desember 2016

My Everything ( Part 18 )



“Kau baik-baik saja?” Tanya Zayn.

            Seperti biasa. Gigi selalu berada di cafee Zayn untuk membantu kekasihnya itu. Namun akhir-akhir ini Gigi kelihatan tidak baik. Dia sering murung. Tentu saja Zayn tau penyebabnya. Gigi sudah menceritakan secara detail dan itu membuat Zayn syok berat! Awalnya Zayn tidak percaya akan cerita Gigi, namun gadis itu serius menceritakannya. Gigi pun tak percaya jika pada akhirnya semuanya berjalan seperti itu.

            “Zayn..” Ucap Gigi.

            “Gi, tenang saja. Aku tidak mau memikirkan itu lagi.” Ucap Zayn.

            Gigi tersenyum hambar. “Aku juga. Tapi kau tidak marah lagi kan? Aku sangat menyayanginya, aku tidak ingin kehilangannya.” Ucapnya.

            “Aku tau Gi. Lagipula ‘dia’ juga tidak ingin kehilangan orang yang sangat berarti untukknya.” Ucap Zayn.

            “Jadi kau membiarkan saja semua itu terjadi?” Tanya Gigi.

            Zayn menarik nafas dalam-dalam. “Ya, ku harap di akhirnya nanti baik-baik saja.” Jawab Zayn.

***

            Let’s make a party!

            Sudah seminggu Ariana mengabaikan tiga sahabatnya itu hanya karena Harry. Memang sih segala berubah saat ia bertemu dengan Harry. Hubungannya dengan Harry semakin membaik. Ariana meyakinkan hatinya bahwa ia memang jatuh cinta pada Harry. Buktinya, Ariana tidak bisa berhenti memikirkan Harry dan ia selalu merasa bahagia saat berada di samping Harry.

            Malam ini Ariana ingin membuat pesta kecil-kecilan di rumahnya. Ariana mengajak Luke, Niall, dan Vio. Untunglah mereka tidak menolak walau Ariana mengira mereka membencinya karena ia yang lebih suka menghabiskan waktu bersama Harry. Tentu saja Harry ikut.

            “Cinta bisa membuatmu lupa segalanya.” Ucap Vio.

            Ariana terkekeh. “Aku tidak tau mengapa Harry-Harry saja yang memenuhi pikiranku.” Ucap Ariana.

            “Itu sangat buruk.” Ucap Luke tiba-tiba. “Nilaimu menurun karena kau terus memikirkan Harry.” Sambungnya.

            It’s ok. Jangan pikirkan nilai. Cinta-lah yang paling utama.” Ucap Vio.

            Setelah makanan siap, mereka memakan makanan buatan mereka sendiri dengan lahap. Ariana tentu sangat merindukan masa-masa dimana saat ia bersama sahabat-sahabatnya. Benar apa kata Vio. Cinta memang dapat membuatmu lupa.

            “Niall?” Tanya Vio.

            Niall baru menoleh ketika Vio menyentuh pundaknya. Sepertinya Vio paham apa yang sedang dirasakan Niall. Siapa lagi kalau bukan karena kedekatan antara Ariana dengan Harry? Vio harap sahabatnya itu mau menerima kenyataan meski pahit.

            “Seharusnya aku tidak berada disini. Itu sama saja membuatku sakit.” Ucap Niall.

            Luke mendekati Niall. “Kau harus mengatakan perasaanmu yang sebenarnya pada Ariana, saat ini juga.” Ucap Luke.

            Niall tersenyum sedih. “Hanya gadis bodoh yang mau menerima cinta seorang cowok yang tuli.” Ucapnya.

***

            No I’m never gonna leave you darling..’

            Berkali-kali Niall mencoret tulisannya yang akan ia gabung menjadi lirik lagu yang dirasanya indah. Tapi mengapa rasanya susah untuk membuat lirik lagu? Biasanya ia dengan mudahnya membuat lirik lagu. Mungkin karena perasaannya yang tidak baik. Niall curiga kalau-kalau Harry dan Ariana resmi pacaran. Niall ingat di malam itu, Ariana begitu dekat dengan Harry. Itu sungguh menyakitkan.

            Niall memukul kepalanya sendiri saking stress-nya. Sebenarnya Luke dan Vio ingin membantunya tetapi ia tolak. Niall hanya ingin menulis lagu dengan otaknya sendiri. Masalah nada akan menjadi urusan lain. Terpenting ia harus menemukan liriknya dulu. Tapi sesungguhnya akan lebih sulit menemukan nada ketimbang liriknya. Bisa dipastikan Niall akan lebih stress ketimbang dirinya yang sekarang.

            I will always be yours forever and more, through the push and the pull..’

            Mungkin selanjutnya akan terasa lebih mudah. Niall mulai menemukan kata-kata yang menurutnya cocok dengan apa yang diinginkan hatinya. Lagu ini ia tulis bukan untuk siapa-siapa. Niall hanya ingin membuat sebuah lagu sedih dan ingin tampil di depan banyak orang meski dalam keadaannya yang seperti ini.

***

            Hei you three!”

            Gimana tidak kaget sedangkan Ariana baru tiba di rumah Luke langsung membuat teman-temannya kaget karena teriakannya. Nafas Ariana terdengar ngos-ngosan namun wajah gadis itu berseri-seri.

            “Kau kenapa sih?” Tanya Vio.

            “Aku.. Aku..” Ucap Ariana. Tampaknya dia sulit melanjutkan kalimatnya. “Aku.. Aku sudah resmi pacaran dengan Harry! I realize that I fall in love with Harry!” Sambungnya.

            Luke dan Vio tidak kaget dengan apa yang diucapkan Ariana. Bahkan keduanya sudah bisa menebak dari awal. Sedangkan Niall, meski cowok itu tidak tau apa yang dikatakan Ariana, tapi dari wajah Ariana saja yang tampak bahagia membuat Niall menemukan sebuah kesimpulan yang menyakitkan.

That’s good! Traktir makanan dong!” Ucap Luke.

            “Well, sore ini aku traktir di cafee kakakku.” Ucap Ariana.

            “Yah cafee itu lagi bosan ah. Yang mahal dikit kenapa.” Ucap Vio.

            “Lagian kenapa sih jika ada teman yang baru pacaran langsung minta traktir? Siapa yang membuat peraturan seperti itu?” Tanya Ariana.

            “Intinya kau harus traktir kami di tempat yang mahal!” Ucap Vio.

            Baru saja Ariana bicara, ponselnya berdering. Senyumnya merekah melihat siapa yang mengirimnya pesan. Harry. Ya. Ia memang jatuh cinta dengan Harry. Ternyata begini rasanya. Indah sekali. Ariana harap hubungannya dengan Harry baik-baik saja walau ia tidak bisa menjaminnya.

            I gotta go.” Ucap Ariana lalu meninggalkan rumah Luke.

            “Aku kira dia mau belajar.” Ucap Luke.

            “Hei Luk.” Ucap Vio.

            “Apa?” Tanya Luke.

            Vio tidak langsung menjawab. Lalu dia menatap Luke dengan tatapan menggoda dan itu membuat Luke bergidik ngeri. “Kapan kita jadian?” Tanya Vio.

            “Kita? Tidak! Aku tidak mau pacaran dengan gadis sepertimu.” Ucap Luke.

            Vio tertawa. “Kalau aku bisa cantik seperti Kak Gigi gimana?” Tanyanya.

            “Ogah ah.” Ucap Luke.

            Niall melihat Luke dan Vio yang sepertinya bahagia. Bahagia. Sangat susah merasakan kata itu. Bahagia. Selama ini hidupnya sedih tanpa kebahagiaan sedikitpun. Niall kira saat bertemu dengan Ariana akan membuat hidupnya bahagia. Tapi tidak. Bahkan ini lebih menyakitkan. Niall berharap saat ini juga ia mati.

            “Niall, how about song that you make?” Tanya Vio.

            I don’t care.” Jawab Niall.

            Luke menepuk pundak Niall. “You still have us. We never leave you.” Ucap Luke.

            Jika saja Niall sedikit bisa bersyukur, mungkin kebahagiaan itu amat mudah ia rasakan. Ya. Niall masih memiliki Luke dan Vio yang selalu ada untuknya dan menerimanya apa adanya.

            “Aku sudah membuat beberapa lirik.” Ucap Niall.

            Really? Aku mau melihatnya.” Ucap Luke.

            Bagi Luke, Niall adalah penulis lagu yang hebat. Luke salut dengan Niall. Lirik lagu yang Niall buat bukan sembarang lirik lagu. Kemudian Niall memberi Luke kertas yang isinya lirik lagu yang sudah ia perbaiki. Vio ikutan membaca lirik lagu itu.

            What the fuck! Ini bukan lirik lagu yang kau curi dari penyanyi lain kan?” Tanya Vio setelah membaca lirik lagu yang dibuat Niall.

            Niall nyengir. Untung dia mengerti apa yang dikatakan Vio. “Ini buatanku sendiri.” Ucapnya.

            “Niall..” Ucap Luke.

            Entahlah apa maksud dari pandangan Luke yang terkesan aneh. Luke memang berlebihan. Mungkin dia sedang terpesona dengan lirik lagu yang dibuat Niall.

            “Kau harus menyanyikan lagu-mu ini! Harus! Aku ingin semua orang tau bahwa Niall adalah penulis lagu sekaligus penyanyi yang hebat!” Ucap Luke.

            Niall tersenyum sedih. “Aku juga ingin. Tapi bagaimanapun juga aku tidak akan bisa menemukan nada yang tepat untuk lagu ini.” Ucapnya.

            “Lalu bagaimana? Apa perlu kau contek nada lagu penyanyi lain?” Tanya Vio.

            Niall menggeleng pelan.

            “Niall, aku yakin sekali pasti ada penyelesainnya. Aku yakin sekali kau dengan sendirinya akan menemukan nada-nada itu.” Ucap Luke.

***

            Harry mengajak Ariana makan es krim di taman. Sederhana namun romantis, apalagi dengan cowok tampan nan manis seperti Harry. Ariana masih tidak percaya dengan apa yang dirasakannya ini. Ia dan Harry pacaran? Bahkan ia belum cukup lama bertemu dengan Harry tapi Ariana sudah merasa mengenal Harry, juga Harry. Cinta memang aneh.

            “Aku merasa aneh.” Ucap Ariana sambil menjilat es krimnya.

            “Aneh kenapa?” Tanya Harry.

            “Tentang kita. Aku bisa dengan cepat jatuh cinta denganmu dan kau yang tiba-tiba mengatakan kalau kau menyukaiku.” Jawab Ariana.

            Harry tertawa. “Jadi karena amnesia itu yang membuat segala hal menjadi aneh?” Tanya Harry.

            Ariana terkekeh. “Kata Mom, pasca amnesia aku baik-baik saja meski aku mengalami luka yang parah khusunya di kepalaku.” Ucap Ariana.

            Harry terdiam sesaat. “Kenapa kau bisa kecelakaan?” Tanya Harry.

            “Entahlah. Mom dan kak Zayn masih misterius. Intinya aku kecelakaan dan satu lagi.” Ucap Ariana menghentikan ucapannya dalam beberapa detik. “Kata kak Zayn aku amnesia karena disakiti oleh seseorang yang sangat aku cintai.” Sambungnya.

            “Oh..” Ucap Harry.

            “Oh?” Tanya Ariana.

            “Ada apa dengan ‘oh’?” Tanya Harry.

            Ariana tersenyum kecil. “Tidak apa-apa. Seharusnya aku tidak mengungkit masa lalu itu asalkan aku bahagia bersamamu.” Ucap Ariana.

            Harry tersenyum. Tapi senyumannya terkesan memaksa. “Ya. Aku bersumpah untuk tidak menyakitimu.” Ucap Harry.

***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar