expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Jumat, 28 Juni 2013

Please, Don't Forget Me! ( Part 18 )

Part 18

.

.

.

“Rio..” Kata Ify.

“Ya? Ada apa Fy?” Jawab+Tanya Rio.

“Gue takut.”

“Takut apa?”

“Dea Yo. Dia semakin parah gangguin hubungan kita. Gue nggak enak Yo.”

Tiba-tiba Ify teringat kejadian masa lalunya. Dulu, ia begitu jahat pada Dea. Apa Dea masih membencinya? Apa Dea ingin membalas dendam dengan cara mengganggu hubungannya dengan Rio?

“Tenang Fy. Gue nggak suka sama tu cewek. Senyumin dia pun gue males.” Kata Rio. Ia merangkul Ify.

“Beneran nih Yo?”

“Iya, gue janji deh. Kalo gue senyumin dia, atau gue betah ngobrol ma dia, itu artinya gue nggak lagi cinta sama elo.”

Ify berpkir-pikir, lalu tersenyum.

“Oke! Awas ya kalo Lo langgar janji Lo.”

Rio hanya tersenyum menanggapi ancaman Ify. Ngapain juga senyumin Dea? Apalagi ngobrol. Kayak nggak ada kerjaan lain aja.

***

Air matanya menetes membasahi kedua pipinya. Melihat hal itu, Keke menjadi senang. Yes! Ide Dea berjalan lancar. Keke nggak mau tau gimana hubungan RiFy nantinya. Ya semoga aja putus dan Ify patah hati untuk selama-lamanya.

“Lo nggak papa Fy?” Tanya Keke. Ia berusaha simpati pada Ify.

“Gue mau samperin dia.” Kata Ify. Ia berlari menuju tempat dimana dua orang yang ia bencikan sedang tertawa-tawa melihat kemalangannya. Dasar cowok! Sama saja, nggak pernah mau tau perasaannya! Rio sama kayak Gabriel!

“Hallo.. Gue nggak ganggu kan..” Kata Ify. Ia melipat tangan di dadanya. Spontan Rio kaget. I..Ify ada d..disini? Disaat ia bersama Dea?

“Hei! Ngapain Lo kesini? Ngapain Lo ganggu gue?” Bentak Dea.

Ify memelototi Dea. Walau kantung matanya yang berisi air ingin turun saja, Ify menahannya. Ia harus mengalahkan rasa sedihnya.

“Gue nggak kenal Lo. Dan Lo!” Ify menunjuk Rio yang pucat. “Hubungan kita berakhir sampai disini. Ternyata Lo sama seperti cowok lain. Lo nggak kayak Alvin yang setia ma Shilla. Ohya, satu lagi, jagain tuh cewek Lo.”

“Fy.. Gue ma Dea nggak pacaran. Dea kesini cuman mo minta maaf aja.” Kata Rio.

“Minta maaf?” Bentak Ify.

“Iya, Dea kesini mau minta maaf ke gue. Katanya dia nggak lagi ganggu hubungan kita. Ya kan De?” Jelas Rio. Ia berharap supaya Dea mau menjelaskannya. Tapi apa yang terjadi selanjutnya?

“Ng.. Rio emang nembak gue Fy. Dia nggak bilang ke elo karena dia takut ntar Lo marah.” Kata Dea pelan.

“Hei! Kapan gue nembak Lo?” Bentak Rio. Dea tenang-tenang aja.

“Sudah-sudah. Gue tau Yo, Lo nggak cinta lagi ma gue. Gue nggak mau tau Lo nembak Dea apa nggak. Tapi artinya Lo NGGAK CINTA GUE LAGI. KARENA LO NGELANGGAR JANJI LO UNTUK NGGAK SENYUMIN DEA. Dasar cowok! Semua sama aja.”

Ify berlari meninggalkan Rio. Air matanya sudah tak dapat dibendung lagi. Rio.. Lo tega ma gue, tega. Gue bersumpah untuk nggak percaya lagi ma cowok. Gue dua kali dikhianati cowok. Lo ma Gabriel sama aja. SAMA SAJA!

“Gimana Yo? Berhasil kan ide gue untuk hancurin hubungan Lo? Lo nya sih yang bodoh.” Kata Dea.

Ingin saja Rio menghajar orang di depannya ini kalo saja bukan cewek. Gila apa ia menghajar Dea. Lalu, gimana kelanjutan hidupnya nanti? Ataupun nanti ada berita yang mengatakan :

SEORANG COWOK MENGHAJAR CEWEK YANG TAK BERDOSA. KORBAN SAAT INI DIRAWAT DI RUMAH SAKIT....

“Awas Lo! Lo bakal menderita! Dasar cewek gila!” Umpat Rio. Ia meninggalkan Dea dan berusaha mencari Ify.

“Hebat! Lo berhasil De!” Puji Keke. Dea cuman tersenyum.

“Ntar kalo mereka balik lagi gimana?” Tanya Keke.

Dea tak menjawab. Cewek itu malah berpikir sesuatu. Entah itu apa.

***

“Pokoknya, gue harus bicara ma Cakka!” Kata Agni. Ia lelah menunggu penjelasan Cakka. Karena itu, ia yang mengakhiri semuanya.

“Mau kemana Ag?” Tanya Mama.

“Ke rumah Cakka. Bentar aja kok.” Jawab Agni malas. Ia mengambil kunci mobil lalu menjalankannya hingga di rumah Cakka. Yang penting, ia harus mendapatkan jawaban pasti. Apapaun jawabannya.

Biarpun Cakka memutuskan untuk mengakhiri hubungan yang sebentar ini.

***

“IFY !!!” Teriak Rio. Namun yang diteriaki nggak menoleh sama sekali. Ify berhenti pada sebuah tempat. Tempat dimana ia ditembak oleh cowok yang dulu dicintainya dan sekarang dibencinya.

“Fy, dengerin gue.” Kata Rio. Nafasnya terengah-engah.

“Ngapain Lo disini? Bukannya Lo udah jadian tuh ma Dea?” Sindir Ify.

Rio menarik nafasnya. Berusaha untuk tenang. Ia tak mau memberi penjelasan yang tak diterima Ify. Yang penting, Ify mau mempercayainya dan kembali menjadi kekasihnya.

“Gue nggak nembak Dea Fy. Itu cuman akal-akalan Dea aja.” Jelas Rio.

Ify tersenyum sinis. “Terus, napa Lo senyumin tuh cewek? Napa Lo keasyikan ngobrol ma dia? Bukannya artinya Lo udah langgar janji Lo?”

“Fy, awalnya Dea mau minta maaf. Bodohnya gue mempercayainya. Dan Dea ngobrol ma gue tentang Alvin. Gue kan kangen ma Alvin. Dia itu sahabat gue. Tentu gue merasa senang Fy. Gue keceplosan ketawa karena cerita Dea lucu Fy..”

“Ngapain Lo tanya Alvin ma Dea? Hah? Terus, bagaimana dengan Shilla?” Ify menatap Rio tajam. “Shilla itu udah termasuk bagian dari hidup Alvin. Tentu Shilla tau kabar tentang Alvin.”

“Iya..Iya.. Gue minta maaf. Maafin gue Fy. Gue janji nggak akan terpengaruh ma Dea. Pliss Fy, maafin gue.” Mohon Rio. Ia memasang tampang memelas. Sebenarnya Ify kasian, tapi ia kadung benci ma Rio. Dan Ify tak sepenuhnya percaya dengan segala penjelasan Rio.

“Perimsi. Gue mau pergi.” Kata Ify seraya meninggalkan Rio.

“IFY !!! MAAFIN GUE !!!”

***

Rumah yang cukup lama tidak ia kunjungi kini sudah ada di depan mata. Rumah itu nggak ada yang beda. Sama seperti saat ia terakhir berkunjung disini. Agni memencet bel dengan sedkit ragu. Pintu pun terbuka.

“Lo!”

***

 Tampak kesedihan di wajah cewek itu. Benar, sudah dua kali ia dikhianati cowok. Seharusnya Ify dulu tak menerima cinta Rio. Tidak! Seharusnya ia sendiri. Ify belum siap pacaran, walau umurnya sudah mencapai tujuh belas tahun.

Di taman sepi itu, Ify duduk termenung. Hatinya begitu terasa sakit. Seperti disayat-sayat oleh silet tajam. Dea.. Rio.. Dea.. Rio.. Kedua nama itu tertawa-tawa dipikirannya. Oh Fy, apa benar Rio tak lagi mencintainya? Tapi, kata Rio, Rio masih mencintainya. Apa semua ini hanya akalan Dea saja?

Ya, mungkin saja ini sebuah pembalas dendaman Dea untuknya. Tapi mengapa harus ia? Shilla juga kan? Tunggu! Shilla.. Alvin.. Shilla.. Alvin... Ah, pusing! Ify mencoba menenangkan diri.

HPnya berdering. Di layar HPnya tertulis nama ‘My Price’. Sialan! Ify menekan tombol merah lalu mematikan HPnya dan langsung melemparnya. Tak peduli HP itu rusak atau apa. Toh HP itu juga pemberian Rio. Tapi Fy, Rio sepertinya benar-benar meminta maaf. Sungguh, Ify jarang melihat tampang memelas Rio.

Apa Rio sungguh-sungguh masih mencintainya? Dan Dea, apa ia hanya salah paham. Bisa jadi, Ify mengenali Rio sebagai cowok yang baik, pengertian, dan setia. Tidak mungkin Rio berbuat jahat seperti itu. Kalau saja Rio tidak mencintainya lagi, Ify yakin Rio memutuskan hubungan ini dengan cara yang baik. Tidak dengan cara selingkuh ma Dea.

“Hai Fy! Kenapa?” Kata suara seseorang yang sangat ia kenali.

***

Mendadak ia kaget melihat cewek yang tiba-tiba muncul di depan pintu rumahnya. Agni? Sedang apa dia kesini di saat pikirannya sedang kacau? Agni menatapnya dengan wajah penuh jawaban. Oh tidak! Cakka semakin bingung.

“Masuk dulu Ag.” Kata Cakka. Agni mengangguk lalu masuk dan duduk di sofa ruang tamu.

Keduanya terdiam. Agni bingung mau mengatakan apa. Ah, ayolah Ag, Lo kan yang kesini. Seharusnya Lo yang bicara duluan. Agni melihat Cakka yang juga sedang melihatnya. Oke! Perlahan Ag.. Perlahan..

“Ng.. Kka.. Gue mo ngomong sesuatu ma Lo.”

“Oh, silahkan.”

Kembali diam lagi. Agni berusaha mengumpulkan seluruh tenaganya untuk membicarakan hal ini. Ya, semoga Cakka memahaminya.

“Kka, Lo udah nggak cinta gue lagi ya? Kalo iya, sebaiknya Lo putuskan hubungan ini. Gue capek Kka. Tapi, Lo harus ngasih gue alasan yang masuk akal.”

Tuhan.. Aku juga bingung dengan perasaanku.. Cakka mengingat cewek yang sekarang ini membingungkan perasaannya. Ya, cewek di Dufan itu.

“Gue nggak tau Ag.” Jawab Cakka.

“Kenapa nggak tau?”

“Gue emang nggak tau.”

Agni mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya. Cakka melihat dengan seksama. Sebuah kotak misteri yang ia tidak tau apa isinya.

“Coba jelasin ke gue.” Agni membuka kotak itu.

“Mmm.. Gue yang pecahin. Itu punya cewek yang gue temuin di Dufan.” Jelas Cakka.

“Lalu?”

“Cewek itu marah ma gue karena gue udah hancurin barang berharganya. Gue sih mau ganti tapi cewek itu langsung pergi. Setelah itu, entah kenapa gue nggak suka sama elo. Maaf ya Ag, gue juga bingung sama perasaan gue.”

Muncul tanda tanya di pikirannya. Siapa cewek itu? Apa ia mengenalinya? Agni yakin, cewek itu pasti punya masalah sama Cakka. Siapa tau kan? Atau yang menjadi pertanyaannya, apa arti dari pecahan permata itu? Pasti permata itu memiliki arti lain yang ia sendiri tidak tau.

***
TBC.....

Kalo ada yang aneh ato nggak nyambung komen ajj J
@fahdastevadit      ( http://risedirectioners.blogspot.com )

Please, Don't Forget Me! ( Part 17 )

Part 17

.

.

.

Sepasang kekasih itu menikmati indahnya pemandangan sore. Cakka menggenggam erat tangan Agni. Agni pun bersandar di bahu Cakka. Keduanya sedang berbicara mengenai pertunangan mereka yang akan dilaksanakan secepat mungkin.

“Eh, kita ke Dufan yuk!” Ajak Agni. Sudah lama ia tidak mengunjungi tempat itu. Cakka pun juga begitu. Gara-gara disibukkan konser kemana-mana, ia belum sempat pergi ke Dufan.

Cakka mengeluarkan mobil jazz hitamnya. Mobil itu ia beli dengan hasil kerja kerasnya. Tentu Ayah sangat bangga. Agni juga. Ia bangga memilik pacar seperti Cakka. Ya, semoga hubungannya dengan Cakka akan berlanjut sampai ke pernikahan. Hihihi.. Masih jauh Ag umur Lo. Tunggu lima atau enam tahun deh.

Sesampai di dufan, mereka tidak mengikuti segala macam permainan. Cakka dan Agni cuman jalan-jalan aja. Sesekali mereka bercanda.

“Eh Kka, kita beli es krim yuk!” Ajak Agni.

“Yuk!” Jawab Cakka.

Letaknya nggak jauh dari tempat mereka. Cakka memilih es krim vanilla chocholate sementara Agni memilih vanilla blueberry ( Halah, es krim apa tuh? ).

“Ag..” Kata Cakka.

“Hmmm.”

“Kena!” Kata Cakka. Cowok itu berhasil mencoleti es krim ke pipi Agni. Tentu Agni mau balas dendam. Ia siap dengan tangan yang diselimuti es krim. Tapi Cakka sangat cerdik. Ia lari duluan.

“Awas Lo Kka! Gue ngejer Lo nih!” Teriak Agni. Beberapa orang tertawa melihat aksi kejar mengejar itu. Tapi Agni nggak peduli. Dipikirannya hanya satu yaitu menangkap Cakka lalu melumurinya dengan es krim.

Cakka berlari tersengal-sengal sambil tertawa. Matanya nggak fokus liat jalan. Lalu, tiba-tiba ia menabrak seseorang. Selanjutnya, ia mendengar ada bunyi benda yang pecah.

“Lo..” Kata cewek yang ditabraknya. Cewek itu melihat sedih permatanya yang pecah.

“Maafin gue.. Maafin gue..” Kata Cakka. Ia tak tau kejadiannya menjadi seperti ini. Padahal ia hanya ingin bersenang-senang aja.

“Vin.. Pecah..” Kata Shilla lirih. Alvin menunduk melihat permata malang itu.

“Mau gue ganti?” Tanya Cakka. Shilla menatap Cakka dengan tatapan penuh kebencian. Teganya cowok ini menghancurkan permata itu. Shilla takut. Hubungannya dengan Alvin suatu hari akan berakhir tragis.

Cakka terhenyak melihat wajah cewek yang ditabraknya. Cewek itu.. Bukannya ia pernah merasakan rasa-rasa itu?

“Ayo kita pergi Vin.” Kata Shilla. Air matanya perlahan turun. Terpaksa Alvin menuruti Shilla.

“Hei! Gue mau ganti!” Teriak Cakka. Tapi percuma. Cewek itu tidak mendengarkan.

“Kena!” Kata Agni. Ia puas melumuri muka Cakka dengan es krim. Tapi, bagaimanakah reaksi Cakka?

“Ini semua gara-gara elo!” Bentak Cakka lalu meninggalkan Agni. Agni menjadi bingung. Salahnya apa? Kok tiba-tiba Cakka membentaknya? Tiba-tiba, air matanya menetes secara perlahan. Lalu Agni melihat pecahan kaca itu.

“Apa karena ini?”

***

Jam pertama yang diisi oleh Pak Burhan kosong karena Pak Burhan sedang ada halangan. Kelas 2D tentu merasa senang. Seisi kelas bebas melakukan apapun. Tapi, kalo ketahuan Pak Kepsek, bisa gawat.

Ify yang masih setia duduk sebangku dengan Shilla menaruh perasaan curiga. Shilla kok nggak seperti biasanya ya? Wajahnya aja pucat, matanya sembab kayak habis nangis, terus, Shilla nggak banyak omong. Bicaranya singkat aja. Cuman bilang ‘ya’ ato ‘tidak’.

“Lo kenapa sih Shill? Ada hubungannya ma Alvin?” Tanya Ify.

Shilla nggak mau jawab.

“Ya udah, kalo Lo nggak mau ngasih tau gue.” Kata Ify. Ia memilih membuka buku matematika. Banyak materi yang belum dipahaminya.

“Fy, Alvin emang aneh menurut Lo?” Tanya Shilla akhirnya.

“Nggak tau Shill. Emang hubungan kalian renggang ya?”

“Ntar gue jelasin ke elo.” Kata Shilla.

Ify mengangguk dan kembali pada matematikanya. Sementara Shilla melamun. Pikirannya kembali waktu ia dan Alvin, di Dufan. Shilla nggak percaya Cakka-tokoh idolanya-tega memecahkan permata itu. Padahal itu bukan salah Cakka juga.

Lalu, apakah hubungannya dengan Alvin suatu ketika akan berakhir tragis? Tidak! Shilla nggak akan biarkan itu terjadi. Ia udah kadung cinta mati sama Alvin. Bukan cinta monyet. Bukan cinta biasa. Baru kali ini ia menemukan seseorang yang berarti dalam hidupnya, Alvin.

***

Rio memarkirkan motornya di garasi. Hemm, sepertinya rumah ini sepi. Tapi tidak juga. Di garasi itu ada motor Cakka. Artinya, Cakka berada di dalam sana.

Kamar Cakka. Apakah Rio berani memasukinya? Rio tau, Cakka agak aneh sejak kepulangannya dari Dufan. Rio dapat menduga, pasti ada hubungannya dengan Agni. Ah, dunia ini aneh. Alvin aneh, Cakka aneh.

“Siapa?” Tanya Cakka malas.

“Ini gue Kak. Rio.” Jawab Rio.

“Masuk.”

Yes! Jarang-jarang Cakka mengizinkannya masuk ke dalam kamar. Mungkin Cakka butuh teman untuk curhat. Ya, walau umurnya lebih muda dari umur Cakka, tapi Rio suka berteman sama Cakka. Menurutnya, Cakka anaknya baik dan suka bercanda.

“Kenapa kak?” Tanya Rio. Ia duduk di samping Cakka.

Cakka menghela nafas panjang.

“Sepertinya.. Sepertinya hubungan gue ma Agni udah berakhir.” Kata Cakka.

“Hah? Yang bener? Padahal kakak ma mbak Agni cocok.” Kecewa Rio.

“Gue nggak tau Yo. Tapi, gue salah mencintai seseorang.”

“Maksudnya?”

“Entahlah. Gue merasa Agni bukan cewek yang pantas gue cintai. Gue ragu jalanin hubungan ma dia.”

“Lo ngomong apa sih kak? Padahal kalian baru jadian. Kalian pasangan yang cocok. Ntar kalo kak Agni sedih gimana? Kak Agni cinta mati ma kak Cakka.”

Agni cinta mati ma Cakka. Apa itu benar? Tiba-tiba kepalanya terasa sakit. Cakka harus menetralkan pikirannya. Lupakan dulu sejenak masalah ini. Anggap aja kejadian di Dufan hanya sebuah mimpi buruk.

Tapi.. Cewek yang ditabraknya kemarin.. Cewek yang pertama kali ia selamatkan dari preman.. Cewek yang pertama kali ia lihat di bangku.. Cewek yang telah membuat hatinya merasakan suatu getaran asing.. Diakah jodoh yang akan dikirimkan Tuhan untuknya? Cakka tak tau. Tapi, entah mengapa ia begitu ingin memiliki cewek itu.

Meskipun Cakka belum mengetahui siapa nama cewek itu.

***

Sama halnya dengan cewek ini. Agni duduk termenung di kasur kamarnya. Ia masih memikirkan kejadian di Dufan beberapa hari yang lalu. Cakka.. Apa salah gue ke elo? Dan, pecahan permata itu, ia simpan di tempat yang aman. Ia bungkus pecahan itu menjadi satu. Agni tak rela pecahan ini hilang. Pasti pecahan ini yang membuat Cakka benci padanya.

Tapi, apa salahnya yang sebenarnya? Ia tidak tau sama sekali tentang pecahan permata ini. Dan ia tidak tau siapa yang memecahkannya. Agni berusaha menelpon Cakka. Tapi Cakka tidak mau mengangkat. Bahkan mungkin sekarang Cakka udah ganti nomer HP. Argh! Lo kenapa sih Kka?

Lama-lama ia takut. Hubungannya dengan Cakka berakhir tanpa ada sebab. Walau ia tidak tau dimana letak kesalahannya, Agni pasti bersalah besar. Ya, nelpon Rio aja. Mungkin Rio tau penyebab mengapa Cakka tiba-tiba membencinya.

Agni menekan ponselnya. Berharap Rio tau dan mau menjelaskannya.

“Halo Rio? Ini gue, Agni. Gue mo ngomong ma Lo.”

“.........”

“Tentang Cakka. Kok dia bisa benci gue? Lo mungkin tau.”

“..........”

“Apa?”

Langsung saja Agni menekan tombol merah di HPnya. Benar kan, Cakka mau memutuskan hubungan ini. Tapi, apa salah gue Kka? Apa salah gue? Gue nggak tau sama sekali tentang pecahan itu. Kenapa Lo nggak mau menjelaskannya?

HPnya pun berdering. Sebuah nomor asing menelponnya.

***

‘Memang benar. Hubungan RiFy sangat susah untuk gue hancurkan.’ Batin Dea. Ia melihat RiFy sedang duduk di bangku taman. Sesekali Rio tersenyum lalu tertawa. Jujur, Dea amat cemburu. Bukan saja ingin balas dendam, tapi Dea ingin memiliki Rio.

“Gimana?” Tanya Keke.

“Nggak tau. Gue ntar dianggap hancurin hubungan mereka.” Kata Dea.

“Yah.. Udah deh, Lo fitnah aja Rio selingkuh.” Desak Keke.

“Tapi nggak semudah itu Ke.”

Ya, nggak mudah memang menghancurkan hubungan RiFy. Tapi bukan namanya Dea kalo tidak menyerah. Ia harus bisa menghancurkan hubungan RiFy. Tanpa pake rencana B.

***

Cewek itu melihat-lihat disekelilingnya. Kemana Rio? Dea yakin cowok itu ada disekitar tempat ini. Dea mengulangi penglihatannya. Nah, itu dia! Dea bersiap-siap untuk melakukan rencananya. Semoga rencana ini berjalan lancar seperti harapannya.

“Rio..” Sapa Dea seramah mungkin. Rio yang lagi asyik mengutak-atik laptop tiba-tiba mendadak kaget. Cewek ini lagi.. Makin lama Rio makin takut jika Ify menaruh curiga padanya.

“Mau apa?” Tanya Rio.

“Mmmm..” Dea memegang lengan Rio lalu bersandar dibahu Rio. Banyak orang mengira mereka adalah sepasang kekasih.

“Lo mau apa sih?” Rio berusaha melepaskan tangan Dea. Tapi Dea tidak mau. Cewek itu amat manja jika dilihat. Rio enek betul liat cewek disampingnya ini. Ia bersumpah untuk tidak tersenyum atau ramah pada Dea. Karena Rio tau, Dea akan merusak hubungannya. Kalau saja ia sampai tersenyum pada Dea, dunia pasti kiamat. Apalagi jika Ify tau.

“Dea mau minta maaf aja.” Kata Dea. Rio tak mengerti.

“Maksudnya, Dea janji kok nggak akan ganggu Rio lagi. Dea sadar hubungan kalian klop banget. Maafin Dea ya..”

Entah apakah ini beneran atau hanya ide Dea aja. Tapi mendengar kalimat yang diucapkan Dea tadi, Rio menjadi lega. Dea mungkin lelah mengganggu hidupnya dengan Ify.

“Tapi, Dea mau Rio senyum ma Dea. Dea mau Rio menjadi sahabat Dea.”

Apa dia bilang tadi? Senyum? Rio agak-agak mencurigai cewek ini.

“Maaf, Rio nggak bisa senyum.”

“Ah, ayolah Kak. Dea janji kok nggak akan ganggu kalian lagi. Sumpah deh kak. Kalo Dea ganggu kak Rio lagi, silahkan kak Rio bunuh Dea.”

Sepertinya Dea emang sungguh-sungguh. Dilihat dari wajahnya saja, keliatannya Dea udah nyerah. Akhirnya, Rio tersenyum pada Dea. Walaupun secara paksaan.

“Makasih ya Yo. Maaf sekali lagi.” Kata Dea.

“Nggak papa kok De. Ohya, gimana kabar Alvin?”

“Alvin..” Dea memiliki sebuah ide. “Alvin baik-baik aja kok kak. Kak Alvin titip salam lho sama kakak. Dan satu lagi.”

“Apa itu?” Tanya Rio penasaran. Cowok itu entah sadar atau tidak sadar terus tersenyum pada Dea. Dan tertawa kecil mendengar cerita Dea. Mereka terlihat sangat akrab.

Dari jarak yang lumayan dekat, seorang cewek melihat pemandangan itu dengan penuh kebencian. Oh, jadi ini yang namanya janji? Jadi orang itu hanya memanfaatkannya saja? Jadi orang itu udah bosan padanya?

“Tuh kan, udah gue bilang, Rio itu sebenarnya naksir sama Dea. Lo liat kan, mereka akrab banget. Jarang lho Rio tertawa lepas ketika ngobrol ma cewek selain Lo.”

***
TBC....

Kalo ada yang aneh ato nggak nyambung komen ajj J

@fahdastevadit      ( http://risedirectioners.blogspot.com )

Please, Don't Forget Me! ( Part 16 )

Part 16

.

.

.

Keluarga itu kembali seperti sedia kala. Cakka kembali pada keluarganya. Ayahnya, Angel, dan satu anggota baru lagi. Rio. Beberapa hari yang lalu ia menyuruh Rio datang di mall, tepatnya di toko musik. Cakka kesana untuk memberitahu Rio kalo ia siap kembali lagi di rumah. Tentu, pekerjaannya ia tinggalkan. Cakka mantap untuk meninggalkan dunia musik, walau ia sangat mencintai musik.

“Ayah senang kamu balik, Ayah tau kamu adalah anak baik. Ayah bangga padamu saat kamu tampil di panggung. Saat itu, Ayah sangat merindukanmu. Walaupun kamu hanya anak angkat, tapi Ayah menganggapmu sebagai anak Ayah sendiri.” Kata Pak Marto.

“Ya Ayah, Cakka sayang sama Ayah. Maafin Cakka ya Yah..” Kata Cakka.

“Tak apa. Ayah yang salah.”

Angel dan Rio mengintip dari jauh. Senyuman Angel pun kembali. Ya, ia merasakan suatu kebahagiaan. Cakka kembali ke rumah ini, dan Angel tak perlu lagi merindukan Cakka. Walau dulu ia dan Cakka sering kelahi, tapi Angel sangat sayang pada Cakka.

“Kak Cakka emang pantas kok jadi anak Om Marto.” Kata Rio.

“Iya. Awas ya kalo anak itu kabur.” Kata Angel setengah bercanda.

“Yah, Cakka mau pergi ke makam Oik dulu ya. Disana ada seseorang yang Cakka mau temuin.” Kata Cakka.

“Ya udah, hati-hati.”

***

@resto saji

Karena nggak enak bicara di kuburan, Cakka mengajak Agni makan siang di resto saji. Agni nggak menolak. Ia juga ingin berbicara serius dengan Cakka. Ini mengenai masa depannya. Mengenai siapakah lelaki yang akan dipilihnya nanti.

Setelah pesanan datang, Agni maupun Cakka makan dengan lahapnya. Mereka nggak ada yang bicara. Mungkin setelah makanan habis baru salah satu dari mereka angkat bicara.

“Mmm.. Ag..” Kata Cakka mengawali pembicaraan.

“Ya?”

“Gue.. Gue masih mengharapkan Lo. Gue mau jadi cowok Lo Ag.”

Agni menghela nafas panjang. Ia bingung dengan perasaannya. Tapi, mengingat pertunangannya dengan Sion yang segera dilaksanakan, Agni menemukan sebuah jawaban yang pasti. Pilihan ini nggak boleh salah.

“Maaf Kka. Gue udah punya cowok. Namanya Sion. Ntar lagi kami mau tunangan. Maaf ya Kka.” Kata Agni. Tentu Cakka kecewa. Ia sudah ditinggal oleh Oik, dan ia nggak mau ditinggal Agni.

“Nggak papa kok Ag.” Kata Cakka berusaha tersenyum. Ya, ia emang nggak pantas bersanding dengan Agni.

“Maaf ya.” Kata Agni menyesal. Jujur, ia juga nggak tau kenapa tiba-tiba memilih Sion yang sebenarnya tidak ia cintai. Dan, Cakka adalah cowok yang sangat dicintainya. Oh Agni, apa kamu harus mengubah keputusanmu?

“Kka..”

“Ya?”

“Mmm.. Gue..Gue..”

***

MOS tahun ini lebih seru dari tahun sebelumnya. Ify tersenyum melihat adik kelas yang dibentak sama kakak osis. Ya, ia ingat pas dulu ia ikut MOS. Setahun sudah ia berada di sekolah ini. Dan hampir setahun hubungannya dengan Rio baik-baik aja. Ify sama sekali tak merasakan ada bahaya besar mengancam hubungannya.

Matanya pun terpusat pada seorang cewek yang sedang duduk di pinggir lapangan. Ya, cewek itu adalah Dea. Entah mengapa Ify merasa tak nyaman jika Dea sekolah disini. Ify tau, Dea sepenuhnya belum memaafkannya. Padahal, kesalahannya dulu hanya masalah kecil. Ya semoga aja Dea sekarang mau memaafkannya.

Hubungan Shilla dengan Alvin nggak ada kendala. Mereka adalah pasangan yang harmonis. Pernah Shilla berkata, siapa diantara mereka memutuskan hubungan terlebih dahulu akan dikenakan hukuman. Tentu Ify merasa hubungannya lebih lama dari hubungan Shilla.

“Fy..” Kata Shilla.

“Apa?”

“Alvin nggak sekolah lagi disini. Dia pindah ke sekolah lain.” Kata Shilla sedih.

“Ada apa sih ma pacar Lo itu? Kok kelakuannya aneh gitu?”

“Maksudnya?” Tanya Shilla nggak mengerti.

“Kata Rio, Alvin itu sering menyendiri. Dia nggak banyak omong. Pokoknya aneh gitu. Apa Lo ngerasa Alvin aneh?”

Shilla berpikir sejenak. “Nggak Fy. Alvin nggak aneh. Tapi emang wajahnya sering pucat. Katanya sih dia cuman kecapean. Tapi Alvin selalu nepatin janjinya. Eh, bukannya adeknya Alvin sekolah disini?”

“Iya. Dia sekolah disini.”

“Hei Fy! Shill! Ke kantin yuk!” Ajak Febby dan Sivia. Tentu Ify ma Shilla nggak nolak karena perut mereka minta jatah makanan.

@canteen

Kali ini Febby yang neraktir ketiga sahabatnya karena kemarin Febby baru jadian ma Goldi. Febby emang baik. Ketiga sahabatnya belum minta diteraktir malah Febby langsung neraktir.

“Eh, ada lho adek kelas yang ngeselinnya minta ampun.” Kata Febby.

“Siapa?” Tanya Shilla.

“Gue nggak tau namanya. Tapi wajahnya sepet banget. Kayak dia aja yang paling cantik.”

“Ooo, biasa kali Feb, mungkin dia nyari perhatian ma kakak osis.” Kata Sivia.

“Eh Vi, gimana kabar Gabriel? Sekarang dia sekolah dimana?” Tanya Febby. Memang sih saat Gabriel udah nggak sekolah lagi disini, keadaan SMA Himalaya seperti kehilangan satu pemandangan indah.

“Di Universitas Negeri Jakarta.” Jawab Sivia.

“Wau! Pinter juga dia.” Kata Shilla. Ify kembali teringat pada bayang-bayang masa lalunya saat bersama Gabriel. Hemm, bagaimana tuh hubungan cowok itu ma si cewek korea? Apa ia harus nanya ke Sivia?

“Vi, siapa nama pacar Gabriel?” Tanya Ify tiba-tiba. Tentu Sivia kaget mendengar pertanyaan itu. Tapi Sivia berusaha tenang.

“Namanya Pricilla. Papanya dari Korea dan Mamanya asli sini.” Jawab Sivia.

Ooo, jadi hubungan mereka lama juga ya. Ify jadi heran. Menurutnya, Gabriel bukan tipe cowok setia. Lha ini, kok dia masih pacaran sama si cewek korea maksudnya Pricilla? Pasti ada sesuatu. Ify ingin saja bertanya lebih lanjut tapi ia urungkan. Ia takut Sivia tersinggung. Karena Ify tau. Sivia paling malas berbicara mengenai topik tentang Gabriel.

***

“Assalamualaikum..”

Rio yang sedang tidur dikagetkan oleh sebuah suara. Siapa siang-siang bolong begini bertamu di rumahnya? Oo, tapi Rio mengenali suara ini. Hemm, pasti cewek ini sedang mencari pacarnya.

“Nyari Kak Cakka ya?” Tanya Rio membukakan pintu.

“Ya. Cakka ada?”

“Kak Cakka lagi ada kuliah siang. Ntar lagi dia pulang.” Jawab Rio.

Terus terang aja, Agni kecewa. Ia kangen sekali bertemu Cakka. Agni udah memutuskan hubungannya dengan Sion. Dan kedua orangtuanya pun setuju. Kata mereka, kebahagiaan Agni nomor satu. Agni bersyukur karena orangtuanya tidak egois seperti dulu.

“Nggak masuk dulu Kak? Ada Kak Angel di dalam.” Kata Rio.

“Mmm, ya udah. Kakak masuk aja. Makasih ya.” Kata Agni seraya masuk ke dalam rumah besar itu.

Agni terkagum-kagum melihat isi rumah ini. Ia berusaha mati-matian agar rumahnya dekat dengan rumah Cakka. Tapi orangtuanya tidak mengizinkan. Jadi Agni sesekali datang ke rumah Cakka atau Cakka datang ke rumahnya.

“Eh Agni, ayo sini.” Kata Angel ramah. Umur mereka cuman beda enam tahun. Agni sekarang berumur sembilan belas sementara Angel berumur dua puluh lima.

“Kak Angel kapan nikahnya?” Goda Agni. Kedua pipi Angel pun memerah.

“Doakan aja ya kakak cepat menikah. Ada sih kakak punya pacar. Orangnya baik. Ya doakan aja kakak cepat menikah.” Kata Angel.

Hampir dua jam mereka berbicara. Lalu, seseorang yang ditunggunya pun datang. Cakka datang disaat Agni merindukannya.

“Cakka!” Teriak Agni.

“Hei Ag! Sorry Lo yang harus datang kesini.” Kata Cakka.

“Nggak papa kok Kka.” Jawab Agni.

Ya, Agni telah memutuskan pilihannya untuk memilih Cakka. Karena bukankah kebahagiaan yang sebenarnya adalah selalu bersama Cakka?

***

Cowok itu melihat wajahnya di depan cermin. Sebisa mungkin ia merubah wajahnya menjadi biasa. Alvin begitu kesal terhadap penyakit ini. Kata dokter, penyakitnya harus segera ditangani agar tidak menjadi lebih buruk. Namun Alvin tidak mempedulikan nasehat dokter. Baginya, penyakit ini bukanlah penyakit biasa.

Mungkin Tuhan menyuruhnya untuk cepat kembali. Alvin sekalipun tidak marah atau memberontak. Ia merasakan suatu keanehan pada dirinya. Apakah itu?

Kata dokter, penyakitnya akan menjadi ganas saat belasan tahun ke depan ataupun mungkin kurang dari itu. Ayolah Vin, Lo harus bisa hidup seperti kebanyakan manusia lainnya. Dan Shilla, cewek itu sama sekali tak curiga. Alvin masih bingung dengan perasaannya. Dan Dea sekarang udah mulai melakukan aski pembalas dendamannya. Apa sebaiknya ia melarang Dea? Entahlah. Saat ini pikirannya sedang kacau.

Tapi ia yakin, hubungan Rio dan Ify nggak akan sampai disitu. Meskipun badai menghadang, Alvin yakin hubungan mereka nggak akan goyah begitu saja. Tapi, rencana B Dea, Alvin tidak mengetahui sama sekali. Tapi menurutnya rencana itu sangat berbahaya. Dan Alvin nggak bisa begitu aja melarang Dea.

Drtdrtdrtr...

Message From : MyGirl

Vin, lo lg apa? Jln2 yuk!

Alvin tau, Shilla sangat merindukannya. Sejak ia tidak lagi sekolah di SMA Himalaya, Shilla sering menanyainya lewat SMS. Apakah dia baik-baik aja atau sebaliknya. Baiklah. Alvin nggak ingin mengecewakan Shilla.

Message To : MyGirl

Ok! Gw jmpt lo skrng.

Bisa ia rasakan, Shilla bahagia disana. Alvin percaya. Shilla sangat mencintainya melebihi apapun. Dan Alvin semakin takut untuk memutuskan hubungannya dengan Shilla. Suatu hari nanti.

***

Alvin mengajak Shilla jalan-jalan ke Dufan. Tentu Shilla nggak bisa menolak. Sudah lama ia tidak pergi ke dufan bersama Alvin. Yang paling dikagetkan Shilla adalah Alvin membawa mobil. Bukan membawa motor seperti biasanya.

“Ciee.. Kapan tuh beli mobil?” Goda Shilla.

“Ini mobil Papa gue.” Jawab Alvin. Shilla pun memasuki mobil itu.

Di dalam perjalanan, Shilla menikmatinya. Sesekali ia melihat pemandangan sore di kaca mobil. Shilla melirik Alvin. Cowok itu sedang serius menyetir.

@Dufan

Semua wahana telah dilewati Shilla dan Alvin. Lucunya, semuanya Shilla yang bayar. Ia menolak keras Alvin yang membayarnya. Terakhir, sebagai hadiah yang tak terlupakan, Alvin membelikan Shilla sebuah permata indah. Bukan permata asli sih. Tapi bahannya dari kaca yang mudah pecah. Kata Alvin, jika permata itu pecah, maka suatu hari nanti ada bencana dahsyat yang menyangkut hubungan mereka. Hmmm, Alvin aneh aja. Bener ya kata Febby kalo Alvin emang aneh.

“Kok Lo beli ini sih Vin? Gue takut permata ini pecah.” Kata Shilla.

Alvin tersenyum menatap Shilla. “Permata ini nggak pecah asalkan Lo menjaganya dengan ba..”

“AWAS!!!” Teriak seseorang.

***
TBC....

Kalo ada yang aneh ato nggak nyambung komen ajj J

@fahdastevadit      ( http://risedirectioners.blogspot.com )

Sabtu, 22 Juni 2013

Please, Don't Forget Me! ( Part 15 )

Part 15

.

.

.

Tangisan keluarga itu pecah. Gabriel mendadak lemas mendengar semua pengakuan Mama. Tapi, itu bukan salah Mama. Mama adalah wanita baik. Mama cuman jadi korban. Ketika itu, Mama diperkosa oleh seorang lelaki yang nggak dikenal, dan Mama hamil. Untuk menutupinya, Mama menikah dengan Rafael-Papanya-meskipun Mama nggak suka sama Rafael.

“Maafin Mama. Maafin Mama karena selama ini Mama marahin kalian. Maafin Mama.” Kata Hesti.

“Nggak papa kok Ma. Gabriel nggak papa.” Kata Gabriel. Sivia juga ada disana. Ia sedang menangis.

“Maafin Mama juga ya Via..”

“Mama nggak salah kok.” Jawab Sivia. Ia pun memeluk Mama.

“Mama janji akan mengurus kalian. Mama janji nggak akan marahin kalian. Mama sayang sama kalian berdua.”

Gabriel ikut memeluk Mama. Akhirnya, masalah keluarga mereka teratasi. Walaupun Gabriel nggak tau siapa orang yang menjadi Papanya, namun Gabriel bersyukur masih punya Mama dan Sivia.

Sivia juga begitu. Ia merasakan suatu kebahagiaan. Ia merasakan orangtua kandungnya kembali hadir. Ya, Sivia adalah gadis yang tegar. Ia harus bisa menerima segalanya. Sivia masih beruntung memiliki Mama tiri dan Gabriel.

Juga sahabat-sahabatnya yang sayang padanya.

***

Acara penampilan boyband baru itu hadir di televisinya. Boyband terbaik yaitu blackboy. Shilla begitu histeris melihat penampilan tokoh idolanya itu. Ya, salah satunya Cakka Nuraga. Banyak foto Cakka yang ia simpan di kamarnya. Sedikitpun ia tidak takut pada Alvin. Shilla kan cuman ngefans aja dan Alvin bisa memahaminya.

Alvin juga semakin pengertian padanya. Walau akhir-akhir ini wajah Alvin makin pucat. Shilla nggak tau apa yang terjadi pada Alvin. Hubungan RiFy juga baik-baik aja. Rio dan Ify sama-sama saling menyayangi. Shilla makin senang dengan Ify. Ify tak lagi membenci cowok.

Sebentar lagi kenaikan kelas. Shilla berusaha belajar agar nilainya bagus. Tak segan-segan Shilla bertanya pada Ify. Sivia juga udah kembali seperti semula. Bahkan Sivia sudah bercerita panjang lebar mengenai masalah keluarganya. Shilla jadi tau kalo Sivia adalah adik tiri Gabriel.

Tapi mengenai hubungan Gabriel dengan Pricilla, Sivia menutup mulut. Ia nggak mau menceritakan itu semua. Biarlah itu semua menjadi rahasia keluarga.

***

“Konser kalian sangat sempurna. Tapi kamu Kka, kenapa kamu berbeda dari biasanya? Ohya, kemana si Oik itu? Kok dia nggak pernah balik?” Tanya Deni. Mereka istirahat di ruang santai.

“Gue nggak tau Oik kemana.” Kata Cakka.

“Aelah Kka, sudah gue bilang, bukan Lo yang hamilin Oik. Percaya pada gue.” Kata Cakka. Ohya, Cakka udah beberkan rahasia ini. Tapi hanya kepada orang dekatnya aja. Cakka takut aib lama ini terbongkar dan dijadikan gosip.

“I think so. Ohya, gue mo keluar dulu. Ada urusan.” Kata Cakka meninggalkan tempat itu.

“Mau kemana?” Teriak Ray. Tapi Cakka tak menjawab pertanyaan Ray.

***

Suara biola itu terdengar jelas ditelinganya. Malam-malam begini masih sempatnya Agni mainin biola. Cakka duduk dibangku yang diduduki Agni. Sudah menjadi kebiasaannya. Cakka diam-diam duduk di samping Agni tanpa seizin Agni.

“Ngapain Lo disini?” Tanya Agni.

“Gue suka liat Lo main biola.” Jawab Cakka.
Agni tersenyum ke arah Cakka. Tapi bukan senyuman ramah. Cakka ikutan tersenyum walau tak mengerti maksud dari senyuman Agni itu.

“Gue nyesel Ag. Nyesel. Gue nyesel pacaran ma Oik.” Kata Cakka.

“Wah, jadi curhat nih Lo ke gue.” Sindir Agni.

“Terserah Lo bilang ini curhat ato bukan. Ada satu hal yang harus gue katakan ke elo.”

“Apa?” Tanya Agni.

Tiba-tiba Cakka menggengam tangan Agni. Agni menjadi kaget. Ada apa dengan cowok ini? Apa cowok ini udah gila?

“I still love you. Would you back to me? I’m sure, you still love me to..”

“Gila!” Agni melepaskan diri dari genggaman itu. Siapa juga yang masih mencintai cowok macam Cakka?

“Dengerin gue dulu Ag. Gue mau minta bantuan Lo. Pliss, Lo kan kenal Oik sejak kecil.” Mohon Cakka.

“Bantuan apa?”

“Pokoknya Lo harus bantu gue.”

Cakka membisikkan sesuatu ditelinga Agni. Belum selesai membisikkan, Agni langsung kaget.

“Gimana? Lo harus lacak Oik. Habis itu terserah Lo mau apa.”

“Mmm, okelah. Gue akan bantu Lo.” Jawab Agni.

***

Ujian Akhir Nasioal akan dilaksanakan pagi ini. Dea sudah mempersiapkannya. Ia ingin nilainya bagus agar keterima di SMA impiannya, yaitu SMA Himalaya. Ya, Dea ingin cepat-cepat menjadi anak SMA, dan ingin cepat-cepat mewujudkan aksi pembalas dendamannya itu.

Untunglah, Dea anak yang pintar. Dea mampu mengerjakan soal tanpa kunci jawaban. Tidak seperti Keke yang ia ketahui akan memakai kunci jawaban. Ohya, kata Keke, Keke akan pindah ke Jakarta. Berita bagus nih, jadi ada orang yang mendukung pembalas dendamannya.

Empat hari berlalu. Ujian itu menurutnya mudah. Nggak kayak try out. Dea tersenyum senang. Ia barusan ditelpon Keke. Secepat mungkin Keke pindah kesini.

“Lo kenapa sih?” Tanya Alvin. Cowok itu sedang menonton TV.

“Keke mau pindah ke Jakarta.” Jawab Keke.

“Oh, Lo kan mo daftar di SMA gue? Katanya pendaftarannya pake tes, bukan Nem. Jadi biar nem Lo jelek, Lo pasti keterima.”

Dea meng’o’kan penjelasan Alvin.

“Ohya, gimana hubungan Lo ma Shilla?”

“Semakin baik. Bahkan RiFy pun semakin romantis.”

“Hmm, hebat-hebat.”

Alvin menatap wajah Dea. “Apa Lo yakin bisa menghancurkan hubungan mereka? Cinta mereka itu nggak akan musnah De.”

“Akan gue usahain.” Jawab Dea mantap.

“Kalo Lo gagal?”

Dea tersenyum licik. “Gue terpaksa make rencana B jika rencana A gagal.”

***

“Rio.. Rio..”

Rio menoleh ke sumber suara. Raut wajahnya berubah menjadi tak suka. Ada apa sih dengan cewek ini? Apa cewek ini belum puas mengganggu hidupnya? Dimulai dari SMS asing.

“Ada apa?” Tanya Rio. Ia berusaha tenang.

“Mmm..” Dea menampakkan wajah innocentnya yang menurut orang sangatlah menggemaskan. Ya, Dea termasuk most wanted girl di SMPnya. Hanya cowok gila yang nggak mengakui kecantikannya. “Lo nggak bosen apa ma Ify?”

Rio menatap Dea tajam. Oo, jadi cewek ini yang akan merusak hubungannya dengan Ify? Silahkan aja. Cintanya pada Ify nggak akan hilang. Rio udah berjanji untuk selalu berada disamping Ify.

“Sorry, gue harus pergi.” Kata Rio seraya meninggalkan Dea.

“Argh! Cowok sialan! Awas Lo! Akan gue buat Ify menderita! Dan Lo akan jadi milik gue!” Teriak Dea. Namun Rio tak mendengarnya. Rio berjalan terus tanpa menoleh kebelakang. Tujuannya adalah pergi ke rumah Ify. Ia akan mengajak Ify jalan-jalan ke mall.

@Ify’s Home

Ada tamu diluar. Ify membuka pintu rumah. Wau! Surprise! Ify mengembangkan senyum manisnya ketika mendapati pangerannya sudah ada di depannya.

“Jadi beliin gue novel?” Tanya Ify.

“Mmm..” Rio berpikir-pikir agar Ify menjadi kesal.

“Kok malah mikir sih? Kan Lo janji mo beliin gue novel.”

“Hahaha.. Jangan cemberut gitu dong.. Ayo kita pergi. Lo mau novel berapa? Sepuluh?”

Ify memukul pelan bahu Rio. “Seratus.” Jawabnya santai. Bukannya kaget atau apa, Rio malah mencium rambut Ify. Hu.. Untung nggak bibir gue, batin Ify. Meskipun ia dan Rio pacaran, tapi pacarannya nggak lebay-lebay gitu. Maksudnya Ify pacaran yang sehat. Sampai sekarang pun Rio belum pernah menciumnya kecuali rambutnya.

“Ayo deh.” Kata Ify semangat.

@mall

“Fy, gue kesana dulu ya. Lo tunggu disini aja.” Pesan Rio. Mereka sedang berada di toko buku. Karena sibuk memlih novel, Ify cuman ngangguk aja.

Rio pun meninggalkan Ify. Perginya nggak lama kok. Rio berjalan menuju sebuah toko yang menyediakan berbagai macam alat musik. Rio melihat-lihat isi dari toko itu. Hemmm, mana orang itu? Katanya kan ketemunya disini?

“Sorry nunggu lama.” Kata seseorang yang ditunggunya.

***

Deadline terbaru.

OCR ( 18 ) DITEMUKAN TEWAS DI SEBUAH HOTEL BINTANG, JAKARTA. KEJADIANNYA YAITU SAAT KORBAN DIAJAK SEORANG LELAKI TAK DIKENAL...

“Jadi, gini maksud cewek itu?” Batin Agni. Jujur sih, ia merasa sedih. Ternyata Oik bukan cewek yang selama ini dianggapnya sebagai cewek yang nggak baik. Oik adalah cewek yang baik. Ia ingat surat yang ia terima dari Oik, beberapa hari yang lalu.

To : Agni, my rival.

Hy Ag! Lo pasti kaget nerima surat gue, ya kan? Maafin gue ya Ag karena selama ini gue sering merebut impian Lo. Gue inget waktu kita SMA. Lo naksir berat kan sama bintang basket itu? Hehehe.. Tapi gue yang ngerebutnya. Maaf ya Ag, gue rebut Cakka karena sat hal. Tapi maaf sekali lagi karena gue masih merahasiakan hal ini. Sampaikan juga permintamaafan gue ke yang lain, termasuk Cakka.

Ag, gue sebenarnya pengin jadi cewek baik. Pengin banget. Tapi karena ortu gue bertengkar terus, ditambah lagi kakak gue yang pergaulannya bebas. Lo jangan kaget ya. Gue pernah diperkosa ma kakak kandung gue. Ya, Kak Ivan! Parah bukan? Saat itulah gue udah rusak. Gue pun memilih hidup bebas.

Ag, umur gue nggak lama lagi. Gue nggak sanggup lagi hidup didunia ini. Untuk itu, gue titip Cakka ya. Gue tau Cakka sayang banget ma Lo. Pliss Ag, kalo Lo nggak mau ya nggak papa.

Satu lagi, bukan Cakka yang hamilin gue. Gue lakuin itu karena gue nggak mau kehilangan Cakka. Gue mau Cakka bertanggung jawab atas kesalahannya. Ya, meskipun dia nggak punya salah apa-apa. Tapi gue liat, Cakka menderita karena gue. Apalagi temen-temennya. Karena itu gue mutusin untuk mengakhiri hidup. Maaf ya Ag, tolong maafin gue.

Itu aja dari gue. Lo tau Ag, Lo adalah rival gue sekaligus sahabat gue, meskipun Lo nggak sudi jadi sahabat cewek nggak baik kayak gue. Ya udah, salam buat Cakka. Katakan padanya kalo gue minta maaf sebesar-besarnya. Terserah dia mau maafin gue apa enggak.

Thanks Ag. Gue seneng kalo Lo baca surat gue ini J 

From : Oik

***

Agni memegang batu nisan itu. Air matanya menetes walau nggak banyak seperti hari-hari kemarin. Agni tau Oik sangat tertekan. Agni tak bisa membayangkan bila menjadi Oik. Apakah ia akan bunuh diri? Atau jadi orang nggak waras? Entahlah...

“Lo jangan nagis terus Ag. Biarkan Oik pergi.” Kata seseorang yang membuat jantungnya berdegup kencang.

***
TBC....

Kalo ada yang aneh ato nggak nyambung komen ajj J
@fahdastevadit      ( http://risedirectioners.blogspot.com )

Kamis, 20 Juni 2013

Please, Don't Forget Me! ( Part 14 )

Part 14

.

.

.

Shilla maupun Febby dek-dekan menunggu jawaban Ify. Riko dan Dayat pun tak ketinggalan. Diam-diam mereka mengintip pembicaraan RiFy. Tapi, Shilla yakin seratus persen kalo Ify pasti menjawab ‘ya’. Berani taruhan?

“Fy, Lo belum siap jadi pacar gue?” Tanya Rio memastikan.

Ify belum juga bicara. Batinnya berperang. Antara ‘iya’ atau ‘tidak’. Oh Ify, jawab dong! Kasian Rio..

“Mmm..” Ify mulai membuka mulutnya.

“Ya?” Tanya Rio. Jantungnya kembali berdetak lebih cepat.

Ify menatap Rio. “Gue nggak tau.” Jawabnya.

“Hemm, apa Lo pengin gue nyanyi lagu Percaya Padaku? Sumpah Fy, gue cinta mati ma elo. Ya meskipun Lo nggak mau jadi pacar gue, gue akan baik-baik aja dan terus mencintai Lo dari jauh.”

Katakan yang sebenarnya Fy, katakan! Perasaan Lo yang sebenarnya, ayo katakan! Lo harus menyadari bahwa Rio adalah orang yang selama ini Lo cari. Katakan yang sebenarnya Fy!

RiFy saling bertatapan. Rio masih sempat tersenyum. Pelan-pelan Ify memberanikan diri menatap wajah Rio dengan waktu yang cukup lama.

“Ngg.. Lo janji nggak akan tinggalin gue?” Tanya Ify memastikan.

Rio mengangguk sambil tersenyum ( Sulee.. Penulis ini ngefansnya sama senyuman Rio :D)

“Lo janji akan terus mencintai gue? Apapun keadaan gue?”

Rio mengangguk.

“Dan Lo janji nggak akan mengingkari janji Lo untuk terus mencintai gue? Selamanya? Kalo Lo ingkar janji Lo, gue nggak segan-segan bunuh diri.”

Rio tertawa mendengar omongan Ify. Lalu dipeluknya Ify dengan penuh kasih sayang. Ify pun merasakan aliran hangat yang menjalar di seluruh sarafnya. Ya, apa susahnya bilang ‘ya’?

“Baiklah Yo, mulai sekarang Lo adalah cowok gue. Dan Lo nggak boleh suka sama cewek selain gue atau saudara Lo. Oke?” Kata Ify.

“Oke sayang!” Kata Rio senang. Shilla cs terharu melihat aksi Rio yang berjalan lancar. Bahkan melebihi sempurna. Ah Fy, akhirnya Lo takluk juga ya sama cowok!

***

Pagi yang indah. Pagi yang mengawali seluruh aktifitas. Ify bangun dari mimpi indahnya. Tentu di mimpi itu ada pangerannya. Siapa lagi kalo bukan Rio? Ify bangkit dari tidurnya lalu pergi menuju kamar mandi. Setelah itu ia sarapan bersama kedua orangtuanya.

“Siapa pacar kamu itu Fy?” Tanya Mama.

Ify tersenyum malu. “Rio Ma namanya.”

“Anaknya cakep nggak? Cakepan mana sama Papa?” Goda Papa. Ify cuman ketawa.

“Ya udah, Ify mau berangkat dulu. Rio udah nunggu diluar.” Pamit Ify. Tak lupa ia mencium tangan orangtuanya. Ify berlari ke teras rumahnya. Disana ada pangeran tampan yang menunggunya.

“Nggak nunggu lama?” Tanya Ify.

“Nggak. Ayo berangkat.” Jawab Rio. Ify tersenyum lalu menaiki motor Rio.

***

Di kelas 1D, tentu Ify disuruh meneraktir Shilla, Febby dan Sivia. Ya, Sivia mulai kembali menjadi Sivia yang dulu. Walau nggak sepenuhnya kembali.

“Ntar dah Rio yang neraktir kalian semua.” Kata Ify.

“Ah, jahat Lo.” Kata Febby.

“Yee, makanya Lo punya pacar.” Kata Ify dan Febby ketawa.

Suara sepatu Pak Heru memberhentikan obrolan mereka. Masing-masing kembali pada bangkunya. Ify berbisik di telinga Shilla.

“Ntar sore kita shopping!”

Tentu Shilla nggak nolak. Ify mau shooping? Nggak salah denger tuh?

***

Cakka berjalan pelan mengitari sekeliling villa itu. Karena bosan juga, Cakka memutuskan keluar villa. Ia ingin menikmati pemandangan di luar villa. Mungkin ada hal baru yang dapat ia temukan disana.

Oik makin lama makin aneh. Cewek itu jarang pulang ke villa, dan Ray semakin curiga pada Oik. Ray berisi keras kalo ia bukanlah orang yang menghamlili Oik. Tapi Cakka sudah tidak peduli dengan masalah itu. Ah, ingat Oik, Cakka jadi ingat dengan cewek yang ia temukan duduk dibangku taman. Cakka ingat wajah cewek itu, tapi sayang ia belum sempat menanyakan nama cewek itu.

Ada sebuah suara yang ia dengar. Suara itu seperti suara... Gesekan biola. Cakka begitu tersentuh mendengar gesekan indah dari biola itu. Pasti disekitar ini ada seseorang yang sedang memainkan biola.

Benar kan! Cakka melihat seorang cewek serius menggesekan biola berwarna cokelat. Tampang cewek itu familiar. Tunggu! Bukannya dia, bukannya dia...

***

“Agni cinta Cakka!!” Teriak seorang cewek yang memakai seragam putih abu-abu. Cewek itu terlihat lelah. Namun yang diteriaki cuek aja. Agni berlari mendekati Cakka.

“Apaan sih Lo?” Ketus Cakka.

“Agni cuman mo bilang kalo Agni cinta sama Cakka. Agni pengin jadi pacar Cakka.” Jelas Agni.

Cakka tersenyum sinis.

“Sorry ya, gue udah punya gebetan. Nah, itu dia!”

Seorang cewek berpenampilan girly mendekati Cakka, lantas memegang lengan Cakka manja. Melihat hal itu, Agni menjadi cemburu. Oik adalah rivalnya sejak SMP. Sekarang, Oik telah merebut cowok impiannya?

“Jauhi Cakka ya Agni..” Kata Oik tersenyum licik.

“Kurang ajar Lo!” Bentak Agni seraya meninggalkan dua manusia itu. Air matanya menetes turun membasahi pipinya. Sementara Oik tersenyum puas melihar rivalnya menangis tanda kekalahan.

“Yuk kita pergi!” Kata Oik. Cakka pun menurut dan meninggalkan tempat itu. Sejak itu, ia nyaris melupakan Agni. Nyaris saja ia melupakan Agni.

***

“Agni!” Teriak Cakka. Cewek yang sedang bermain biola itu terserentak kaget. Siapa sih yang tega menganggunya?

“Cakka?” Kata cewek itu nggak yakin. Cakka duduk disamping Agni.

“Ag, maafin gue. Maaf, gue udah nyakitin Lo.” Kata Cakka.

Agni memadangi cowok disampingnya ini. Perasaannya saat ini sedang tak karuan. Agni tak mau menambah beban pikirannya. Cukup masalah keluarga saja yang dialaminya.

“Ya, gue maafin.” Jawab Agni. Ia kembali menggesekan biolanya.

Cakka belum puas mendengar jawaban Agni. “Lo serius maafin gue? Dulu, gue emang bodoh Ag. Oik udah gila. Gue nyesel milih dia. Seharusnya gue milih elo.”

“Permisi.” Ucap Agni seraya meninggalkan Cakka.

“AGNI!!”

***

Dea berkutat pada layar laptopnya. Tugas sekolahnya banyak sekali. Belum lagi ntar mo ujian. Ah, capek! Tapi ia harus bisa mendapatkan nilai bagus. Ya, Dea akan bersekolah di SMA Himalaya. Demi mewujudkan pembalas dendamannya.

“Malam De! Sibuk ya?” Tanya Alvin mendekati Dea.

Dea tak bergeming. Ia masih sibuk dengan layar laptopnya. Hah! Kayak orang kantoran aja. Baca tuh buku, bukan laptop!

“Rio sukses nembak Ify.” Kata Alvin.

“Ohya? Syukurlah.” Kata Dea.

“Lo nggak cemburu?” Tanya Alvin.

“Cemburulah, Rio itu cowok gue. Ntar lagi hubungan mereka hancur juga. Saat gue diterima di SMA Lo.”

“Cowok Lo? Kapan jadiannya?”

“Plis Vin, Lo pergi aja. Gue sibuk nih.” Kata Dea.

“Halah! Sibuk chatting ma Keke. Dasar!” Kata Alvin mengacak-acak rambut Dea lalu pergi begitu aja. Tentu Dea kesal dengan kelakuan kakaknya.

Saat situasi aman, maksudnya nggak ada siapa-siapa disini, Dea diam-diam chatting bersama seorang preman yang ia kenali. Namanya Deka. Deka memiliki anak buah yang banyak. Dea tersenyum penuh kemenangan. Memang, ia dilahirkan sebagai anak yang licik.

Tenang aja, hidup Lo akan hancur Fy. Suatu hari nanti.

***

 BRAAKK!!

Agni membating biolanya. Tentu hal itu mengundang banyak orang. Mama yang penasaran segera menemui Agni.

“Kamu kenapa sayang?” Tanya Mama Agni.

“Agni nggak papa. Ohya, apakah perjodohan itu masih berlaku?” Tanya Agni.

“Jadi kamu mau dinikahkan sama Sion?” Tanya Mama.

“Ya. Agni udah capek Ma. Ya udah, bilang aja pertunangan itu segera dilaksanakan.”
Agni tiduran di atas kasurnya. Sesekali melihat biolanya setengah hancur. Tapi Agni tak peduli. Pertemuannya tadi membuat masa lalunya kembali ia rasakan. Oh, jadi Cakka baru sadar kalo Oik bukan cewek baik?

“Biola kamu kenapa? Hayo.. Ntar Mama nggak mau beliin lagi.”

“Terserah.” Jawab Agni cuek lantas menarik selimut dan membelakangi Mama. Mama melihat Agni sambil menggeleng-gelengkan kepala.

‘Ada-ada aja anak itu.’

***

“Gue nggak tahan lagi Yel. Gue mau bebas.” Kata Pricilla.

Gabriel terdiam melihat cewek itu yang sedang memohon. Tapi apa boleh buat? Keluarganya udah sepakat untuk meminang Pricilla, walau umurnya masih dikatakan muda. Gabriel juga membantah perjodohan itu. Kayak zaman dulu aja. Lalu, bagaimana dengan Sivia? Gabriel harus mendamaikan Mama dan Sivia agar hidup Sivia menjadi tenang.

“Papa kenapa?” Tanya Gabriel.

Pricilla menghela nafas panjang. Sudah saatnya hal ini ia beritahu kepada Gabriel. Tapi ia takut. Gabriel menjadi frustasi.

“Mama pernah cerita ke gue tentang tante Hesti. Katanya, mantan suaminya menuduhnya.” Pricilla memberhentikan pembicaraan.

“Menuduhnya apa?” Tanya Gabriel semakin tak mengerti.

“Gue nggak tau beneran apa nggak. Papa Lo menuduh Mama sebagai wanita murahan. Wanita yang nggak baik. Wanita yang tak peduli dengan kehormatannya.”

“Gue nggak percaya.” Bantah Gabriel.

“Gue juga. Parahnya lagi, Papa Lo menuduh tante Hesti.. Tante Hesti hamil di luar nikah. Dan bayi itu adalah elo.”

Otomatis Gabriel menjadi kaget. Itu tidak benar. Ia adalah anak dari pasangan Rafael Hendri dan Hesti Kurnia. Bukan dari orang lain. Sungguh, ini adalah fitnah. Mama wanita yang baik.

“Nggak mungkin Priss.. Nggak mungkin. Darimana Papa tau kalo gue bukan anaknya?”

“Gue nggak tau Yel. Sewaktu Papa Lo tau, Papa langsung menceraikan Mama. Gue juga bingung sama Papa Lo.”

“Papa pasti bohong. Gue yakin.” Kata Gabriel.

“Sayangnya tidak. Rafael tidak pernah berbohong.” Kata sebuah suara dari dalam sana.

***
TBC....

Agni udah muncul tuh (:

Kalo ada yang aneh ato nggak nyambung komen ajj J

@fahdastevadit      ( http://risedirectioners.blogspot.com )

Selasa, 18 Juni 2013

Please, Don't Forget Me! ( Part 13 )

Part 13

.

.

.

BRAK !!!!

“MAMA !!!”

Sivia teriak nggak jelas melihat sang Mama terkapar di lantai. Bau alkhohol menyengat di hidungnya. Sivia baru tau kalo Mama suka minum-minum.

“Ada apa Via?” Tanya Gabriel.

“Mama..” Lirih Sivia.

Gabriel melihat Mama dengan rasa kasihan. Lalu dengan seluruh tenaga yang ia miliki, Gabriel memindahkan Mama ke atas kasur. Yap! Usahanya berhasil, Sivia juga tadi membantunya.

“Mama kenapa Via?” Tanya Gabriel.

“Via nggak tau kak.” Jawab Sivia sedih.

“Kita bawa ke rumah sakit aja.” Usul Gabriel.

“Jangan!” Bentak seseorang yang barusan datang.

***

Pagi ini, mumpung hari Minggu, Rio bersiap-siap untuk acaranya nanti sore, tepatnya di danau yang kemarin ia datangi bersama Ify. Untung Alvin, Dayat, dan Riko yang merupakan sahabat dekatnya dengan siap sedia membantunya.

“Gimana Vin? Lo punya ide?” Tanya Rio.

Alvin berpikir sejenak.

“Mmm, simpel aja. Lo hias danau itu biar jadi cantik, terus Lo ajak Ify ke danau itu, dan acara penembakan sukses dilakukan.” Jawab Alvin senang. Ya, rencana pembalas dendamannya berjalan lancar. Tapi bukan dia yang mewujudkannya, melainkan Dea. Shilla aja udah cukup.

“Cuman gitu aja? Terus, gimana cara gue nembak Ify?” Tanya Rio lagi.

“Terserah Lo.” Jawab Alvin.

“Hemmm, waktu Lo nembak Shilla, Lo pake acara apa?”

“Cuman bilang, ‘Shill, would you be my girl?’ sambil ngasih bunga, lalu Shilla nerima. Gitu aja.”

“Tapi, gue maunya lebih romantis. Kira-kira apa ya?”

“Tanya tuh ma otak Lo!” Kata Alvin sambil ketawa, dan Rio manyun. Tiba-tiba, kepalanya terasa sakit. Ya, penyakit sialan itu tiba-tiba menyerangnya. Ohya, Alvin merahasiakan penyakit ini. Hanya ia dan Tuhan yang tau.

“Oke.” Jawab Rio.

***

Message To : Keke

Ke, gw udh tw Rio. Orgx cakep. Tp syg, ntar lg dy mo nembak cwe L 

Beberapa menit kemudian HPnya berbunyi.

Message From : Keke

Bgslh kalo gtu. Tnggal lo aj yg braksi. GANGGU SI RIFY ITUUU ;)

Dea tersenyum membaca balasan pesan dari sahabat dulunya itu.

Message To : Keke

Oke! Gw akan jlnin sesuai rencana gw. Eh Ke, kok gw ngerasa abang gw it klakuan.a aneh sih? Ada ap y dg abang gw it?

Message From : Keke

Knp lo gg tny aj ke dia?

Message To : Keke

Dy cuman blg, ‘Gw baek2 aj’. Yh, mgkn dy stres kali pcrn ma Shilla...

Message From : Keke                                       

Wah, si Shilla jdian ma abang lo it? Bgs2, biar dy tw rasa.

Message To : Keke

Haha, iyya..

Hampir sejaman mereka saling meng-sms. Jam di kamarnya menunjukkan pukul satu siang, dan Alvin belum juga pulang ke rumah. Heemmm, pasti Alvin ngurusin acara penembakan itu. Haha.. Ify.. Lo bakal ditinggal Rio, tenang aja, kalo Rio nggak suka gue, gue punya cara terlicik untuk merusak hubungan kalian.

Lihat aja ntar, gue yakin Lo bakal menderita.

***

Cewek itu duduk bersila di teras rumah sambil membeli novel yang dibeli Shilla saat ia dan Febby pergi ke mall. Benarkan, Ify tidak tahan yang namanya novel. Baginya, novel itu adalah bacaan yang paling ia sukai. Apapun ceritanya, Ify pasti akan baca tuh novel.

Beda dengan Shilla. Hanya novel tertentu aja yang mau dibaca Shilla. Novel yang romantis gitu, baru menjadi hobi Shilla. Kalo novel misteri, atau novel yang temanya bukan tentang cinta, Shilla nggak bakal mau baca.

“Hai Fy!” Kata Shilla. Cewek itu duduk disamping Ify. Febby juga ada disitu.

“Hai juga!” Jawab Ify malas. Ia disibukkan dengan membaca novel.

“Fy, Lo nggak ngerasa bahagia sekarang?” Tanya Shilla. Tapi Ify tak bergeming. Febby pun merebut novel Ify secara paksa.

“Apaan sih kalian? Kembaliin novel gue!” Kata Ify hendak mengambil novel yang berada di tangan Febby.

“Bisa nggak sih sehari aja Lo nggak baca novel ato baca biologi kesayangan Lo itu?” Tanya Shilla. Ify pun menyerah.

“Ya..Ya.. Ada apa kalian kesini?” Kata Ify.

“Mmm.. Ntar sore Lo ikut kami ya.” Kata Febby.

“Kemana?”

“Ada deh. Pokoknya Lo gue rias secantik mungkin. Biar pangeran Lo nem &^%$&&^%$#..”  Febby membekap mulut Shilla. Hampir aja Shilla membocorkan rahasia itu.

“Pangeran siapa?” Tanya Ify.

“Nggak ada kok Fy, hehe..” Jawab Febby.

Walaupun Febby tidak mau memberitahunya, tapi Ify sebenarnya tau. Pasti ada hubungannya dengan Rio. Ify menatap dua sahabatnya itu. Hemm, ada satu yang kurang. Sivia mana ya?

“Kemana Sivia?” Tanya Ify.

“Itulah Fy, Sivia jarang ngumpul sama kita.” Jawab Shilla kecewa. Mendengar Ify menyebut nama Sivia, Febby jadi teringat sesuatu.

“Kemarin gue liat Sivia ma Kak Gabriel. Kayaknya mereka akrab gitu.” Kata Febby.

Shilla dan Ify menatap Febby dengan tampang penasaran.

“Pasti mereka punya hubungan khusus.” Tambah Febby.

“Lho? Bukannya Gabriel udah punya pacar yang namanya Pricilla itu?” Tanya Shilla.

“Itu dia anehnya. Ah, udah ah. Lebih baik kita rias nih tuan putri.” Kata Febby melirik ke arah Ify.

“Ish, apaan sih?” Kata Ify manyun lalu diketawain dua sahabatnya itu.

***

“Tante Hesti sedang ada masalah sama Papa kandung Lo.” Jelas Pricilla kepada Gabriel. Sore itu, mereka habiskan duduk di bangku taman yang jauh dari keramaian.

“Yang bener?” Tanya Gabriel tak percaya. Mengingat Papa, Gabriel jadi mengingat masa lalunya yang masih memiliki keluarga lengkap. Gabriel begitu membenci Papa karena Papa udah meninggalkannya.

“Iya, ah.. Gue juga keinget dengan perjodohan itu.” Gumam Pricilla menatap langit biru sore yang cerah.

“Gue juga, gue nggak mau kita dinikahkan. Gue punya cinta gue sendiri.”

“Gue juga. Gue pengin balik ke Korea dan tinggal sama Papa gue. Disana, gue juga punya seseorang yang gue cintai. Ah, Mama emang aneh. Ngejodohin kita.”

Gabriel mengangkat kepalanya ke atas langit. Tiba-tiba bayangan Ify masih melintas dibenaknya. Fy.. Maafin gue.. Maafin gue karena gue udah putusin Lo. Sebenarnya gue masih cinta sama elo, maafin gue Fy...

“Sivia nggak papa? Dia sering dibentaki Mama Lo?” Tanya Pricilla.

Gabriel mengangguk lemah.

“Kasian dia. Dia udah nggak punya orangtua lagi. Tapi Yel, Lo janji ya akan ngejaga Sivia. Sivia termasuk bagian dari keluarga Lo. Ingat pesan gue.”

Lagi-lagi Gabriel mengangguk lemah. Cowok itu berharap ke atas sana agar perjodohan itu dibatalkan. Ia ingin memilih gadis yang ia sukai.

Kemungkinan besar ia akan memiliki Ify kembali. Suatu hari nanti.

***

Lokasi sudah disiapkan. Tempat itu diubah menjadi sebuah istana kecil yang begitu indah. Sejak pagi tadi, Rio bersama Alvin, Dayat dan Riko berjuang keras demi mengubah tempat ini. Ini sebagai bukti cinta Rio pada Ify. Walaupun nantinya Ify menolak, Rio berjanji untuk tidak putus asa. Rio menghormati pilihan Ify.

Beberapa menit Ify akan datang. Alvin dapat kabar dari Shilla kalo Ify sudah di rias bak putri raja. Alvin tertawa kecil mengingat aksi penembakan yang menurutnya berlebihan.

“Arghs!”

Tiba-tiba kepalanya terasa sakit. Alvin tau, penyakit itu semakin lama semakin parah. Ia tau, ia tak bisa melawan penyakit yang bernama kanker itu. Sebelum menjadi buruk, Alvin pamitan pulang. Ia nggak mau pingsan mendadak.

“Gue balik dulu aja ya.” Kata Alvin. Wajahnya sangat kelelahan. Rio kasian melihat sahabatnya itu yang sejak tadi membantunya.

“Lo nggak papa Vin?” Tanya Rio.

“Gue nggak papa. Ya udah, gue balik dulu.”

“Thanks sebelumnya!” Teriak Rio.

“Alvin kenapa sih?” Tanya Riko.

“Nggak tau, tapi anak itu pucet sekali wajahnya. Kenapa dia? Lo tau Yo?” Kata Dayat.

Rio hanya mengangkat bahu. Mungkin Alvin cuman kelelahan. Anak itu yang paling semangat tadi. Ya, hanya tinggal menunggu menit saja.

Rio siap menerima apa jawaban Ify.

***

“Alvin !! Lo kenapa?” Histeris Dea melihat sang kakak yang lain dari biasanya. Alvin mencoba untuk tersenyum.

“Gue cuman capek aja, nggak lebih.” Jawab Alvin.

Dea nggak percaya dengan jawaban Alvin.

“Ada yang lain?” Tanya Dea.

“Gue ke kamar dulu ya, doain supaya Ify mo nerima Rio biar pembalas dendaman nanti berjalan lancar. Gue titip Ify ke elo.” Jawab Alvin seraya meninggalkan Dea.

‘Aneh. Apa ada hubungannya dengan Shilla?’ Batin Dea.

***

“Dikt lagi.. Ya.. Perfect!” Kata Shilla mengusap keringatnya. Di cermin besar itu, tampak sebuah wajah yang begitu cantik. Febby mengacungkan jempol karena ternyata Shilla berbakat dalam soal rias merias.

“Aa, gue itu?” Tanya Ify tak percaya. Ia menunjuk ke cermin besar itu.

“Iya, cantik deh Lo. Lain dari biasanya, makanya Lo sering-sering dandan biar cantik.” Jawab Shilla.

“Ya udah, kita ke lokasi.” Kata Febby semangat dan diangguki Shilla.

***

“Lo siap Yo?” Tanya Dayat. Ia melihat tampang Rio yang agak ragu. Entah kapan si Rio berubah menjadi gugup gini.

“Gue kok gugup gitu ya?” Tanya Rio.

“Makanya, Lo harus tenang. Jangan gugup gitu, apalagi malu. Gimana acaranya berjalan lancar kalo Lo gugup?” Kata Dayat.

Bukan gugup saja, tapi malu juga! Baru pertama kali ini Rio menembak cewek. Yang dirasakan Rio saat ini adalah keringat dingin, jantung dek-dekan, frustrasi, gugup, malu, takut, dan ragu. Ah Yo, tenang..tenang..

“Gitar Lo mana?” Tanya Riko.

“Tuh!” Tunjuk Rio, Riko mengangguk.

“Inget, suara Lo harus bagus. Biar Ify makin mantap nerima Lo. Jangan lupa juga liriknya, itu yang lebih penting. Lo ini, acaranya dahsyat banget. Kayak mau nikah aja.” Kata Riko.

“Itu mereka!” Teriak Dayat.

Deg! Jantung Rio berdetak lebih cepat lagi. Keringat dingin juga keluar lebih banyak lagi. Tarik nafas Yo.. Keluarkan.. Lo harus tenang, Lo mau kan acara ini berjalan lancar? Biarpun Ify nggak nerima Lo, yang penting lancar kan?

“Sembunyi Yo.” Seru Riko, Rio menurut aja.

Dayat menyambut kedatangan tiga cewek itu. Satu diantara cewek itu menggunakan pentup mata. Tentu, daritadi Ify memberontak. Masa’ sih Rio yang melakukan semua ini? Ooo, benar ya dia. Bukannya Rio mau memberi kejutan padanya?

Shilla membuka penutup mata itu. Ify merasakan suatu kelagaan. Perlahan, ia membuka matanya. Alangkah terkejutnya ia melihat pemandangan ini. Siapa yang mengubahnya? Rio kah?

“Cantik.. Hehe..” Kata Dayat melihat Ify. Ify memang berbeda kali ini. Ia memakai gaun berwarna biru muda yang dibeli Shilla tadi di toko tantenya yang menyediakan aneka gaun indah. Harganya pun dahsyat, tapi Shilla mendapat diskon dari tantenya.

Belum lagi, wajah Ify yang tadi di rias Shilla. Benar-benar cantik. Dayat aja sempat grogi melihat Ify. Dia aja grogi, apalagi Rio?

***

Riko berusaha mendorong Rio agar keluar. Tapi Rio tak bergeming. Nyalinya begitu ciut saat melihat Ify dari jarak yang agak jauh. Ify... Dia berbeda.. Agrh! Kenapa gue terapkan ide gila ini? Kenapa gue setuju aja kalo Ify di rias?

“Ayolah Yo..” Kata Riko.

“Sebentar Ko, gue belum siap.” Jawab Rio. Sesekali ia mengusap keringat dinginnya.

“Lo pecundang banget sih? Lo kan yang punya ide gila ini, harusnya Lo jalani sepenuh hati. Masa’ Lo batalin acara ini?” Bentak Riko. Cowok itu kelihatan lelah.

“Ya..Ya.. Terserah.” Kata Rio. Ia berjalan pelan keluar dari tempat persembunyiannya. Riko menatap Rio dengan penuh senyuman.

Rio berjalan pelan dengan jantung yang berdetak tak karuan. Oh God! Help me! Sambil membawa gitarnya, Rio berdoa dalam hati supaya acara yang disusunnya akan berjalan seperti harapannya.

Fighting Yo!

***

Cewek itu menatap disekelilingnya. Ya, terasa sunyi. Ify makin heran. Ia disuruh Shilla berdiri di tempat ini. Tiba-tiba, ia mendengar sebuah petikan gitar. Lalu, sebuah suara indah juga mulai terdengar. Jantungnya serasa berhenti berdetak. Ify mengenali lagu ini.

Apalah arti hidup tanpa cinta
Apalah arti cinta tanpa kasih

Perlahan, Ify berjalan menuju sumber suara itu. Tepatnya di pinggir danau. Ify melihat seorang cowok yang sedang memejamkan mata sambil memainkan sebuah gitar.

Dan apalah arti diriku tanpa hadirmu
Apalah arti semua tanpa dirimu

Ya, Ify tau cowok itu adalah Rio. Ify ragu mendekati Rio. Karena itulah, ia masih tetap berdiri di tempatnya.

Ada dalam pelukku
Bersatu selamanya

Sebelum memasuki reff lagu, Rio membuka matanya dan menyadari ada seorang bidadari yang sedang melihatnya. Tenang Yo..Tenang...

Karena cintaku ada untuk dirimu
Memberikan semua yang terindah

Kedua mata itu saling beradu pandang. Membuat kakinya yang kaku menjadi bergerak. Kini, jarak mereka hanya beberapa senti saja.

Karena kasih suciku hanya untukmu
Yang takkan mungkin hilang dan takkan pernah bisa
Sirna..


Ada dalam pelukku
Bersatu selamanya...


Karena cintaku ada untuk dirimu
Memberikan semua yang terindah
Karena kasih suciku hanya untukmu
Yang takkan mungkin hilang dan takkan pernah bisa
Sirna..

Rio mengakhiri lagunya sambil tersenyum manis menatap wajah Ify. Ify jadi salting sendiri. Sungguh, Rio begitu romantis. Ify bingung mau mengatakan apa.

“Fy..” Lirih Rio. Kini, Ify duduk disamping Rio. Mereka berdua hanya ditemani angin sore yang cepat berlalu.

“Ya?”

Tuhan, bukalah mulut ini.. Rio grogi benar. Seluruh keberaniannya hilang entah kemana. Padahal, lagunya sukses ia nyanyikan tanpa sedikit kesalahan.

“Mmm, inilah kejutan dari gue, hehe..” Kata Rio berusaha tertawa.

Ooo, cuman ini aja? Nggak tau kenapa tiba-tiba Ify merasa kecewa. Ah Fy, apa Rio cuman menepati janjinya saja? Menyanyikan sebuah lagu untuknya?

Tiba-tiba, tangan Rio merangkulnya. Ify begitu kaget. Jantungnya kembali berdebar tak karuan. Sekarang, ia berada di pelukan Rio. Ify memejamkan mata. Berharap semua ini tidak akan berakhir. Ify ingin selalu berada di samping Rio.

Karena ia sangat mencintai Rio.

“Fy, gue.. Gue sayang sama elo, sayang banget..” Kata Rio pelan. Sementara Ify mendengarnya sambil tersenyum. Matanya ia pejamkan.

“Gue nggak tau kapan rasa cinta ini tumbuh. Fy, gue berjanji akan selalu berada di samping Lo. Selamanya. Karena Lo hanya untuk gue, cinta kita tidak akan sirna. Terserah Lo kalo Lo nggak mau nerima gue. Gue ikhlas kok.”

Ify ingin saja menangis. Tuhan, haruskah aku menerimanya? Tapi, jika suatu hari ia melupakanku, apakah aku siap? Tapi, mendengar janjinya, aku tau dia nggak main-main.

“Fy, maukah kamu menjadi bagian dari hidupku? Aku janji Fy nggak akan menyakitimu. Karena kita.. Karena kita ditakdirkan untuk bersama. Walaupun umur kita masih panjang, aku berjanji nggak akan meninggalkanmu.”

Rio melepaskan pelukan itu. Artinya, Rio siap menerima jawaban yang nantinya dijawab Ify. Ify sendiri masih bingung.

“Yo.. Gue...Gue...”

***
TBC....

Terima-terima !!! Hehe..

Kalo ada yang aneh ato nggak nyambung komen ajj J

@fahdastevadit      ( http://risedirectioners.blogspot.com )

Please, Don't Forget Me! ( Part 12 )

Part 12

.

.

.

Blackboy berkemas-kemas. Kata Deni, managernya, secepatnya harus pindah karena ada satu hal. Cakka cs nurut aja, walaupun Cakka ingin tetap tinggal disini. Ia juga nggak ingin meninggalkan orang-orang yang disayanginya. Juga sahabat lamanya waktu ia SMA. Sekarang Cakka udah lulus SMA dan nggak tau mau kuliah ato enggak.

Dan Oik. Cewek itu nggak lagi menghubungninya. Syukurlah, walau dosanya masih ada, tapi Cakka yakin Oik mau memaafkannya. Cakka yakin ia dan Oik nggak lagi berhubungan. Tapi harapannya sia-sia. Pagi itu juga, Oik datang ke rumahnya.

“Lo kan mo pindah, jadi gue harus ikut.” Kata Oik.

“Tapi Ik, sekolah Lo kan disini. Walau gue masih ada di Jakarta. Sebaiknya Lo jangan ikut kami.” Bantah Cakka. Ia sudah bisa melupakan Oik sedikit-dikit.

“Nggak bisa. Lo harus bertanggung jawab.” Kata Oik tersenyum penuh kemenangan.

Cakka menaikkan alisnya. Jadi Oik belum memaafkannya?

“Ik, Lo kan udah aborsi bayi Lo. Pake uang gue lagi. Masalah kita selesai. Gue dan elo nggak ada hubungannya lagi. Lagipula, gue mulai menyukai seorang cewek.”

Ingatannya kembali pada pertemuan singkat itu. Di bangku itu. Ia dan seorang cewek yang tidak ia kenali. Tapi Cakka yakin suatu hari nanti ia dapat bertemu cewek itu.

“Nggak bisa. Mama dan Papa gue marah ma gue. Mereka minta tanggung jawab Lo. Gue aja sebenarnya malas tau ikut Lo. Ayolah Kka.. Gue nggak berani balik ke ortu gue..” Oik memelas dengan sangat yang dapat meluluhkan hati Cakka.

“Okelah, Lo boleh ikut kami. Lo juga ntar dijadiin asisten manager kalo bisa.” Kata Cakka.

“Yee.. Tapi, ini yang lebih penting.”

“Apa?”

“Lo harus...”

***

Drtdrtdrt...

Pagi buta dering HPnya berbunyi. Dengan malas dan masih mengantuk, Rio mengambil HPnya secara paksa. Siapa sih pagi-pagi ini sms gue? Jangan-jangan, cewek itu lagi.

From : Dea

Pagi Yo.. Bangun.. Kn mo skul.. J 

Dea Christa Amanda. Cewek yang belakang-belakangan ini mengganggunya. Di kala ia sedikit berhasil pedekate ke Ify. Ya, Ify mulai membuka hatinya sedikit. Walaupun tidak semuanya. Rio yakin Ify mau menjadi pacarnya.

Setelah mandi, Rio sarapan bersama Pak Marto dan Angel. Kedua kakak beradik itu sedang membicarakan suatu masalah yang ia tidak ketahui. Tapi Rio mendengar Pak Marto mengucapkan kata ‘Cakka.’ Ohya, bukannya Cakka itu salah satu personil blackboy?

“Tapi Cakka itu anak mu mas, walaupun cuman anak angkat.” Kata Angel di sela-sela makannya.

“Saya juga tau, tapi saya begitu khawatir padanya. Jika Cakka mau kembali ke rumah ini, saya berjanji tidak akan bentak dia. Saya ingin Cakka menjadi anak yang dapat membanggakan orangtua.” Jelas Marto.

“Terserah deh. Cakka kan sudah bahagia dengan kehidupannya. Ya, kita ambil aja dari segi positifnya. Cakka bergaul dengan orang-orang yang baik. Saya tau dari teman-teman saya kalo blackboy itu anaknya ramah-ramah. Daripada ayo jadi kayak dulu.”

Jam ditangannya menunjukkan pukul 6.30. Cepat-cepat Rio berlari menuju parkiran. Sebelumnya ia pamitan dulu sama Marto dan Angel. Hemmm, jemput Ify nggak ya?

***

Ify duduk di teras rumahnya sambil memakan rotinya. Sampai hari ini, ia tak percaya. Sangat tak percaya bahwa hatinya sudah sangat menyukai Rio, atau tepatnya lagi mencintai Rio. Tapi Ify takut jika suatu saat nanti Rio melupakannya. Itulah hal yang paling ia bencikan dari seorang cowok.

Tadi, Rio meng-smsnya. Katanya, Rio akan menjemputnya. Kali ini, Ify tak bisa menolak. Selain ngirit pengeluaran, Ify juga aman bersama Rio dan tidak terlambat datang ke sekolah. Daripada naik angkot, lebih baik nebeng sama Rio.

Nah, itu Rio. Ify bergegas menemui Rio. Pertama yang ia lihat adalah senyuman manis Rio yang belakang-belakangan ini hadir di pelupuk matanya. Ya, Ify suka melihat senyuman itu. Senyuman termanis yang perha dilihatnya.

“Shilla mana?” Tanya Rio. Lha, kok nanya Shilla sih?

“Sama Alvin.” Jawab Ify ngasal.

“Oh.” Rio menatap Ify yang juga sedang menatapnya. Buru-buru Ify menunduk. Rio tertawa kecil melihat tingkah Ify yang menurutnya salting.

“Fy..” Kata Rio.

“Ya?”

“Gue... Gue pengin kita seperti Shilla dan Alvin. Mereka begitu bahagia..”

Ify tidak tau harus jawab apa. “ Kita berangkat yuk! Ntar telat lagi.”

Rio nurut aja. Barangkali Ify belum siap menjadi pacarnya.

***

Lagi, di kelas 1D dilanda gosip hangat. Kata Zahra, blackboy akan pindah jauh dari tempat ini. Dan yang lebih hangat lagi, Oik, mantan Cakka ikut pergi bersama blackboy itu. Karena itulah Oik tidak sekolah lagi disini. Dan, katanya juga Cakka balikan ma Oik. Maksudnya kembali menjadi sepasang kekasih.

Shilla tidak begitu peduli. Baginya, bertemu Cakka sudah cukup. Shilla nggak mau berharap banyak. Ia kan udah menjadi milik Alvin. Ingat, Cakka cuman tokoh idolanya dan Alvin adalah cintanya.

“Ya ampun Via.. Ada apa Lo?” Tanya Febby melihat penampilan Sivia yang berantakan.

“Gue nggak papa.” Jawab Sivia mencoba tersenyum.

“Eh Vi, ntar kita ke rumah Lo ya.” Kata Shilla.

“Ng.. Kayaknya nggak bisa. Maaf ya.” Jawab Sivia. Kalo Shilla dan lainnya ke rumah, mereka bakal tau kalau ia adalah saudara tiri Gabriel. Padahal Mama melarang keras memberitahu kepada siapapun mengenai hubungannya dengan Gabriel.

“Kenapa?” Tanya Shilla kecewa.

Sivia tidak menjawab. Pelajaran pertama di mulai. Di sela-sela pelajaran, pikiran Sivia tidak tenang. Ia penasaran betul mengapa Mama begitu berubah. Jangan-jangan... Apa karena... Papa?

***

“Sivia aneh.” Kata Febby tiba-tiba.

“Iya. Dia cewek teraneh yang pernah gue kenal.” Kata Shilla membenarkan omongan Febby.

“Aneh apanya sih?” Tanya Ify yang tiba-tiba ingin tau.

“Hemm, bukannya Lo nggak pernah mau tau urusan orang?” Ejek Shilla.

Belum sempat Ify menjawab, sebuah motor tiger berhenti didepannya. Rio? Febby dan Shilla berdehem melihat kedatangan Rio untuk Ify.

“Kenapa sih kalian berdua?” Tanya Ify malu.

“Cieee.. Pangerannya udah jemput tuh..” Goda Shilla.

“Hai Fy, Shill, dan nggak tau siapa namanya. Hehe, pulang yuk!” Ajak Rio.

“Noh sono Lo pergi, hus..hus..” Kata Shilla dengan nada mengusir. Terpaksa Ify menaiki motor Rio. Tapi jujurnya, Ify malu banget. Biasanya ia dijemput Rio di kala ia sendirian.

Motor itu pun meninggalkan kediaman dua cewek itu.

“Pacar Ify?” Tanya Febby.

“Calon Feb. Nah, itu Alvin! Gue cabut dulu ya.” Kata Shilla lalu berlari kencang meninggalkan Febby. Febby tersenyum kecil melihat tingkah Shilla. Lalu, matanya terpusat pada seorang cewek yang duduk bersama seorang cowok. Lho? Itukan Sivia. Sedang apa dia disana? Bukannya Sivia nggak punya pacar?

Eh, tapi.. Tapi cowok itu...

***

Blackboy sudah sampai pada tujuannya. Sebuah villa yang nggak kalah mewah dengan villa sebelumnya. Sebenarnya, Ray dan lainnya nggak setuju ngajak tinggal Oik di villa ini. Tapi mau bagaimana lagi? Cakka sudah bercerita jujur ke mereka semua. Awalnya, Ray begitu kaget. Namun Ray berusaha setenang mungkin. Jadi, ini salah satu alasan mengapa Cakka berani meninggalkan Ayahnya.

“Kka, apa Lo yakin Lo yang menghamili Oik?” Tanya Ray. Entah mengapa firasatnya mengatakan kalo Cakka sama sekali tak bersalah.

Cakka hanya mengangkat bahu.

“Lho? Siapa tau kan bukan Lo yang hamili Oik. Oik kan cewek nggak baik Kka, dia banyak kenalan cowoknya.”

“Gue nggak tau. Gue juga ngerasa bukan gue yang hamili Oik. Udah ah, gue capek mikirin semua itu. Gue istirahat aja ya.”

Ray melihat Cakka yang sedang lelah.

“Hei! Lo Ray kan?” Kata sebuah suara yang tak lain adalah Oik. Ray menatap Oik dengan tatapan tidak ramah, dan Oik cuek aja.

“Emang beneran Cakka yang hamili Lo?” Tanya Ray.

“Bukan urusan Lo.” Jawab Oik seraya meninggalkan Ray yang dilanda penasaran.

‘Gue yakin Cakka nggak salah. Akan gue buktikan.’ Tekad Ray.

***

Dua orang itu sedang duduk di pinggir danau. Pemandangan di sekitar danau itu terasa sejuk. Pikiran kita juga menjadi fres dan dapat menghilangkan stres. Ify begitu menikmati pemandangan ini. Begitu pula Rio. Tidak sia-sia Ify diajak kesini sama Rio.

Perlahan, dengan ragu-ragu, Rio merangkul bahu Ify. Otomatis Ify kaget. Ia melirik ke arah Rio. Dan yang bikin malu, Rio tersenyum melihatnya. Saat-saat inilah yang begitu dek-dekan dan penuh kesaltingan.

“Fy..” Kata Rio.

“Ya?”

“Gue.. Gue suka sama elo.”

‘Gue juga Yo, tapi gue takut, suatu hari nanti Lo lupakan gue.’ Batin Ify.

“Awal pertemuan kita, gue mulai ngerasain getaran-getaran halus. Pertemuan selanjutnya, gue udah dapat menyimpulkan kalo gue jatuh cinta.” Rio memberhentikan kalimatnya. “Gue tau Lo anti cowok. Tapi ingat Fy, nggak semua cowok itu kelakuannya buruk. Gue cowok baik Fy. Gue berani bertaruh kalo Lo adalah cinta pertama dan terakhir gue. Gue sayang elo Fy.. Sayang banget. Lo cewek pertama yang bikin gue galau.”

Ify tersenyum mendengar kalimat demi kalimat yang diucapkan Rio. Tuhan, apakah ini saatnya? Apakah aku harus menerimanya? Apakah aku tidak akan sakit lagi? Tapi melihat wajahnya, aku begitu yakin kalo dia sungguh-sungguh mencintaiku. Tuhan, apakah aku harus menerimanya?

“Yo..”

“Ya?”

“Nyanyiin gue lagu.” Pinta Ify. Rio menaikkan alisnya.

“Tapi gue nggak bawa gitar.” Kata Rio.

“Kalo gitu, Lo utang nyanyi buat gue.” Kata Ify tersenyum penuh misteri.

“Beneran?” Tanya Rio agak bingung. Namun ia memiliki sebuah ide.

“Ya.”

“Okelah, besok sore gue ajak Lo kesini. Gue mau bikin kejutan buat Lo.” Kata Rio.

Kejutan? Hemm... Ify berpikir sejenak lalu tersenyum penuh arti.

Dari jarak yang cukup jauh, seorang cewek tersenyum pahit melihat pemandangan itu. Benar kan, cowok yang ia sukai telah bersama cewek lain. Tapi ia mendapatkan suatu kebahagiaan yang luar biasa.

Semoga Rio sukses jadian dengan Ify.

***
TBC ....
Kalo ada yang aneh ato nggak nyambung komen ajj J

@fahdastevadit      ( http://risedirectioners.blogspot.com )

Jumat, 14 Juni 2013

Please, Don't Forget Me! ( Part 11 )

Part 11

.

.

.

Malam ini adalah malam yang terindah bagi Shilla. Alvin mengajaknya jalan-jalan ke taman malam yang khusus ramai pada malam hari. Sesampai disana, Alvin menraktir Shilla semangkuk mie ayam dan secangkit teh hangat. Nggak nyambung malam-malam gini minum jus.

Alvin menatap Shilla dalam-dalam. Shilla emang cantik, Alvin akui Shilla sangat cantik. Sama seperti dulu. Alvin kagum dengan Shilla. Tapi ia rasa, cowok macam dia nggak pantas jadi sahabat Shilla. Orang yang cocok menjadi sahabat Shilla yaitu orang yang kaya, tidak jelek, ataupun pintar.

Dulu memang berbeda dari sekarang. Alvin bukanlah Alvin yang dulu. Alvin bukanlah cowok jelek berkacamata. Tetapi Alvin sekarang adalah Alvin yang mampu menarik perhatian para cewek. Semua ia lakukan atas pembalas dendaman pada dua cewek yang telah menghinanya dan adiknya dulu. Ify dan Shilla.

“Kok nggak dimakan Vin?” Tanya Shilla.

Alvin tersadar. Ia menatap Shilla yang juga sedang menatapnya. Entah mengapa ada rasa aneh yang datang memenuhi relung sukmanya. Ah, jangan! Alvin sudah berjanji untuk tidak terpengaruh dengan kecantikan cewek ini. Karena Alvin sangat dendam sama Shilla.

“Ini gue makan.” Jawab Alvin segera menyantap mie ayam yang tadi belum disentuhnya. Shilla tertawa melihat cara makan Alvin. Tiba-tiba ingatannya kembali pada masa itu. Muncul keraguan dipikirannya.

“Vin..” Ucap Shilla.

“Ya?”

“Lo masih dendam ma gue dan Ify?”

Pertanyaaan yang paling susah dijawab. Jujur aja, Alvin sangat dendam. Apalagi didukung keinginan Dea yang juga ingin membalas dendam. Tapi, Alvin begitu bahagia bersama Shilla. Alvin bingung dengan perasaannya.

“Vin..”

“Eh, nggak kok. Gue udah maafin Lo sejak dulu.” Jawab Alvin ragu. Shilla percaya apa yang dikatakan Alvin tadi. Shilla yakin Alvin adalah orang yang selama ini dicarinya, pangeran hidupnya.

Setelah itu, mereka disibukkan dengan acara makan-makan. Alvin maupun Shilla tidak ada yang bicara. Tiba-tiba kepala Alvin menjadi pusing. Alvin merasakan tubuhnya menjadi lemah.

“Lo kenapa Vin?” Tanya Shilla.

“Eng.. Gue nggak papa. Shill, gue kesana sebentar ya. Lo duduk aja dibangku itu.” Kata Alvin. Shilla nurut aja tanpa mencurigai Alvin.

Alvin pergi ke suatu tempat. Tempat yang jauh dari keramaian.

***

Cowok itu melihat bangku kenangannya bersama mantannya. Oik. Entah rasa cinta itu belum juga mengilang. Lalu, ia melihat disana ada cewek yang duduk menyendiri. Menatap sejuta bintang diangkasa. Cakka tertarik menemui cewek itu.

“Kamuu..” Cewek itu begitu kaget melihat cowok cakep di depannya.

“Ya. Gue Cakka, salah satu personil blackboy.” Kata Cakka ramah.

Shilla begitu senang didatangi cowok cakep seperti Cakka. Hei! Dia orang terkenal. Dia salah satu personil blackboy. Ah, minta tanda tangan nggak ya?

“Ngg.. Ngapain kamu kesini?” Tanya Shilla.

“Nggak ada kok.” Jawab Cakka. Ia duduk disamping Shilla sambil merasakan udara dingin yang menerpa tulang rusuknya.

Jauh dari tempat itu, seorang cowok menatap pemandangan itu dengan dua perasaan. Takut dan cemburu. Ia takut Shilla dekat dengan personil blackboy itu.

“Pulang ma gue yuk!” Ajak Cakka.

Shilla bingung mau jawab apa. Tapi, bukankah ini merupakan kesempatan besar baginya? Pulang bareng Cakka?

Message To : My Prince

Vin, shilla mo pulang bareng temen. Gpp ya nnti Alvin pulang tnpa Shilla, oke? J 

Belum semenit Alvin langsung membalasnya.

Message From : My Prince

Gpp kok, jaga dirimu J 

Alvin sangat baik. Eh, tapi, itu sama artinya membohongi Alvin. Cakka kan bukan temannya. Mungkin Alvin mengira ia pulang sama Ify.

“Gimana?” Tanya Cakka.

“Mmm, baiklah.” Jawab Shilla.

***

“Makasih ya..” Kata Shilla tersenyum.

“Sama-sama.” Jawab Cakka.

Sebelum balik, diam-diam Cakka memerhatikan wajah cewek itu. Wajahnya nggak kalah cantik dengan wajah Oik. Entah mengapa, Cakka begitu nyaman dan tenang melihat wajah itu.

‘Jatuh cinta? Secepat itukah gue jatuh cinta?’ Batin Cakka.

***

Wajahnya begitu pucat. Namun Alvin berusaha seperti biasanya. Pagi ini ia akan menjemput Shilla. Sesuai kesepakatan. Selama ia menjadi pacar Shilla, setiap harinya ia mengantar Shilla sekolah. Kan ia dan Shilla juga satu sekolah. Jadi Alvin nggak rugi, justru Alvin merasa bahagia.

“Pagi Vin...” Sapa Shilla.

“Pagi juga..” Jawab Alvin. Alvin tau Shilla sedang bahagia. Ya, siapa lagi kalo bukan Cakka?

“Kenapa muka Lo pucat?” Tanya Shilla. Ia takut terjadi apa-apa pada Alvin. Karena ia tau, ia sangat mencintai Alvin dan nggak mau kehilangan Alvin.

“Gue nggak papa. Ya udah, kita berangkat aja.” Kata Alvin dan diangguki Shilla.

***

Di kelas 1D, gosip-gosip menyebar. Shilla yang nggak tau apa-apa tiba-tiba aja kaget. Tiga temannya menatap Shilla dengan tatapan tak biasa. Ada apa ini? Tanya Shilla dalam hati. Sumpah demi apa, ia nggak tau kenapa teman sekelasnya memandangnya dengan tatapan lain, ya kecuali Ify. Cewek itu cuek aja dan nggak mau tau apa masalah Shilla.

“Ada apa sih Fy?” Tanya Shilla penasaran. Berharap sahabatnya itu mau menjelaskan.

Ify mengangkat bahu. Ia disibukkan dengan membaca buku biologi (lagi).

“Ada apa sih?” Tanya Shilla, nggak tau nanyanya ke siapa.

“Hei! Lo kemaren kan jalan-jalan berdua ma Alvin, terus, kenapa Lo pulang ma Cakka?” Kata Zahra, teman sekelasnya.

Oalawala.. Ternyata itu to.. Shilla hanya tersenyum saja. Zahra memandang aneh wajah Shilla. Kok malah ketawa sih?

“Kenapa Lo?” Tanya Zahra.

“Bilang aja cemburu.” Goda Shilla. Zahra semakin kesal.

“Emang Lo ma Cakka ada hubungan apa sih? Terus, Alvin Lo apain?”

“Denger ya, Cakka itu bukan apa-apa gue. Kebetulan dia ngajak gue pulang bareng. Ya gue nurut aja. Alvin juga lagi ada urusan. Tapi, bukan artinya gue selingkuh. Bukan. Gue nggak suka sama Cakka. Alvin baru cowok yang paling gue cintai. Ngerti nggak? Emangnya Lo tau darimana kalo gue pulang ma Cakka?” Jelas+Shilla.

Belum sempat Zahra menjawab, suara sepatu Bu Devi terdengar memenuhi ruang itu. Semua murid kembali keasalnya. Tapi, Zahra masih sempat membisikkan Shilla dari jarak jauh, dan Shilla tau apa yang dibisikkan Zahra.

“Gue taunya dari Kak Oik..”

***

PLANG !!!

Suara piring pecah membuat telinganya sakit. Sivia melihat pecahan piring itu. Lalu, perlahan ia membersihkan pecahan itu. Mama keluar dari kamarnya langsung membentak Sivia.

“Kamu itu, bikin ribut aja. Kamu belum tau ya harga piring itu?” Bentak Mama, atau lebih tepatnya lagi, Mama tirinya. Sivia berasa jadi cinderella jaman sekarang. Kedua orangtuanya sudah meninggal karena kecelakaan. Tapi, untungnya anak Bu Hesti-Mama tiri-yang bernama Gabriel baik padanya. Dan ajaibnya, nggak heran Gabriel juga sering dibentaki Mama. Gabriel maupun Sivia sama sekali nggak tau kenapa sifat Mama seperti itu. Padahal, dulu Mama itu orangnya baik, pengertian, dan lemah lembut.

“Maafin Sivia Ma..” Kata Sivia.

“Maaf..Maaf.. Kalau kamu ulangi lagi, saya nggak segan-segan kasih hukuman berat buat kamu. SEMINGGU TIDAK SEKOLAH!!”

“Jangan Ma.. Sivia nggak mau.. Sivia mau sekolah..” Tangis Sivia. Sekarang aja dia nggak sekolah karena ia melakukan suatu kesalahan kecil. Kemarin sempat ia telat karena kesalahan kecil itu juga.

Dari pintu masuk, datang seorang cowok dengan tampang khawatir. Cowok itu begitu khawatir dengan adik tirinya, Sivia.

“Lo nggak papa Vi?” Tanya Gabriel.

Sivia hanya mengangguk pasrah.

“Noh urusin cewek itu! Mama banyak urusan!” Kata Mama seraya meninggalkan Gabriel dan Sivia.

“Mama emang aneh Vi, gue nggak tau kenapa dia bisa begitu..” Lirih Gabriel.

***

Sepulang sekolah, Shilla mengajak Ify dan Febby jalan-jalan ke Mall. Tentu Febby nggak bisa menolak. Sementara Ify tentu menolak. Ify juga baru tau kalo Febby maniak shoping kayak Shilla.

“Ayolah Fy.. Ikut gue ya..” Mohon Shilla.

“Nggak bisa Shilla..” Jawab Ify.

“Kenapa nggak bisa sih? Ntar kita ditraktir Shilla lho.” Tambah Febby.

“Gue nggak mau.” Ify tetap pada pendiriannya.

Akhirnya, Shilla memiliki ide cemerlang. “Ntar kalo Lo ikut, gue bakal beliin Lo novel. Gimana?”

***

Motor revo itu terparkir di halaman rumah. Sang pemilik motor segera masuk ke dalam rumah. Keringat dingin membasahi sebagian tubuh sang pemilik. Setelah ia tau apa yang telah terjadi pada dirinya, setelah ia tau umurnya nggak panjang lagi.. Ah Vin, Lo ngomong apa? Bukannya Lo berjanji untuk terus bertahan?

Ya, tadi Alvin sempat pergi ke rumah sakit karena kondisinya makin parah. Alvin begitu tersiksa dengan cobaan ini.

“Kak Alvin.. Baru datang?” Teriak Dea.

“E.. Iya.. Ada apa?” Jawab+Tanya Alvin.

Dea tersenyum penuh harap. “Mmm, siapa nama panjang temen Lo yang nama panggilannya Rio itu?”

“Ada apa sih? Lo naksir ya ma dia?” Goda Alvin. Ia berusaha untuk ceria.

“Gue kan cuman mo nanya aja, masa’ nggak boleh?”

“Mmm, namanya Mario Stevano.” Jawab Alvin.

Cihuiii... Jadi Rio yang dimaksud Keke adalah Rio temannya Alvin. Wah, perfect banget nih..

“Ada apa emang?” Tanya Alvin.

“Nggak kok. Lo punya Fbnya? Soalnya gue pengin liat wajahnya. Cakep enggak.”

Alvin tertawa mendengar perkataan adiknya.

“Cakep kok De.”

Tiba-tiba, sebuah ide muncul dibenaknya.

‘Ya, walaupun umur gue dikit, gue masih bisa balas dendam.’

***

Siang ini, Rio duduk bersila di pinggir kolam renang. Tempat inilah tempat kesayangannya. Disini, Rio bisa mencurhatkan segala masalahnya. Termasuk masalah cinta. Rio yakini. Ia telah jatuh cinta pada Ify. Ya, cinta pertamanya.

Meskipun Ify cuek padanya, Rio menangkap sesuatu dari mata Ify. Kedua mata itu seakan-akan tersenyum saat melihatnya. Rio tau dari cerita Shilla kalo Ify itu anti cowok karena Ify sudah disakiti oleh cowok yang bernama Gabriel.

Rio tau itu semua. Tapi Rio bukan cowok seperti Gabriel. Rio yakin, di hidupnya hanya sekali ia jatuh cinta. Yaitu pada seorang cewek yang bernama Alyssa Saufika.

Drtdrt...

Hpnya berdering. Ada pesan baru. Rio membukanya dengan malas. Dan benarkan, ada nomor asing yang iseng mengerjainya.

From : 08198xxxxxxx

Hy cwo! Lgie apa tuu ???? J 

***
TBC....

Nah, siapa yang sms Rio ???

Kalo ada yang aneh ato nggak nyambung komen ajj J

@fahdastevadit      ( http://risedirectioners.blogspot.com )

Selasa, 11 Juni 2013

Please, Don't Forget Me! ( Part 10 )

Hyy all!!

Ini part sepuluhnya .. yang berhenti tag komen ajj..

Ohya, yang ngga ke tag maap ya, cz dia udah full tagnya or namanya nggak muncul..

Happy reading ..

Yang baca wajib like+komen #maksabanget#



Part 10

.

.

.

Shit! Pertemuan yang paling ia bencikan seumur hidup. Ia juga merasa bodoh. Tadi, ia pura-pura menjadi pacar Rio saat Gabriel berhadapan dengannya. Sekarang, Gabriel tau ia sudah memiliki pacar bernama Mario Stevano. Ify benar-benar bodoh hari ini.

“IFY !!!”

Bisa nggak sih sehari aja nggak dengerin teriakan Shilla? Ify keluar menuju Shilla. Shilla tersenyum manis melihat Ify.

“Apa? Habis ditembak Alvin?” Tanya Ify menebak-nebak.

Kedua pipi Shilla memerah.

“Hehe, iya. Barusan Alvin nembak gue.”

 Sudah ia duga. Nggak mungkin Shilla sebahagia ini kalo bukan karena ditembak cowok. Ya, Ify berdoa aja supaya Shilla dan Alvin menjadi pasangan abadi. Tidak seperti dirinya.

“Fy, malam-malam gini kita nonton konser yuk!” Ajak Shilla.

“Konser apaan?”

“Ituloh, ada boyband baru. Namanya BlackBoy. Keren tau, personilnya ganteng-ganteng.”

Ify sama sekali tidak tertarik.

“Ayolah Fy..” Melas Shilla.

“Kenapa Lo nggak ajak pacar Lo aja?”

“Dia lagi sibuk. Ayolah..”

Halah, sibuk apaan? Ify yakin. Ntar lagi mereka bakal putus. Lho? Kok gitu sih harapannya? Kan tadi ia sudah berharap baik-baik. Berharap supaya pasangan Alshill terus selalu bersama. Tapi ya, Ify nggak yakin Alvin mencintai Shilla. Ada maksud lain dibalik semua itu.

Ify juga nggak yakin Alvin mau memaafkan masa lalu itu.

***

“Konser pertama. Kita harus bisa menarik perhatian para penonton. Ingat, lagu pertama kita sudah laris.” Kata Cakka ketika akan menaiki panggung. Lagu pertama yang diciptakan oleh Rendi Purnawan, seorang penyanyi senior yang berjudul ‘Gadisku’.

Musik sudah mulai terdengar di panggung. Gemuruh tepuk tangan dan teriakan tak sabar memenuhi konser. Cakka tersenyum. Membuat boyband itulah cita-citanya. Cakka yakin, semua orang mengenalinya bukan sebagai Cakka yang hanya bisa mengandalkan harta orangtua. Tetapi Cakka yang mandiri.

Tampak tujuh cowok cakep berdiri dipanggung. Teriakan penonton semakin keras. Dari tujuh cowok itu, yang paling terkenal yaitu Cakka Nuraga. Seorang penyanyi muda yang berbakat. Ohya, blackboy terdiri dari tujuh personil. Yaitu Cakka, Ray, Lintar, Ozy, Debo, Deva dan ditambah Obiet.

Lagu yang berjudul Gadisku itu pun mulai dinyanyikan. Suara emas Cakka terdengar paling bagus diantara yang lain. Shilla termasuk salah satu penggemar Cakka. Lain halnya dengan Ify. Ia ingin segera pulang lalu tidur di atas kasur yang empuk.

Setelah konser selesai, Shilla dan sejuta penggemar berlari untuk meminta tanda tangan para personil blackboy itu. Ify menunggu Shilla dengan sabar ditemani kedua matanya yang mulai mengantuk.

“Makasih ya Kak..” Kata Shilla girang ketika ia mendapatkan tanda tangan Cakka. Cakka membalasnya dengan senyuman. Tapi tunggu! Sepertinya ia mengenali cewek ini. Sebentar, Cakka berusaha mengingat-ingat. Ah ya, dia kan cewek yang dulu pernah ditolongnya.

“Cihuiii..” Teriak Shilla. Ify yang setengah sadar mendadak kaget.

“Ngagetin aja Lo Shill. Ayok pulang!” Kesal Ify.

“Iya..Iya.. Eh Fy, gue udah dapet tanda tangan Cakka lhoo..” Pamer Shilla.

“Awas. Ntar Alvin Lo cemburu.”

“Hahaha.. Gue kan cuman ngefans aja ma Cakka. Alvin baru cowok yang gue cintai. Yuk pulang.”

“Huu.. Daritadi kek.”

Shilla tertawa melihat ekspresi wajah Ify yang cemberut.

***

“Ternyata, dia cukup terkenal juga.” Kata Oik.

“Kenapa Ik?” Tanya Nadia, sahabat Oik.

“Ng..Nggak ada kok.”

Oik melihat mantannya. Senyuman licik menghiasi bibirnya. Lo nggak akan lepas begitu aja Kka...

***

Bulan sabit menemaninya malam itu. Dea duduk bersila di balkon rumahnya. Lalu, Alvin datang dan duduk disampingnya tanpa seiizinnya.

“Gimana? Sukses?” Tanya Dea.

“Sukses apanya?” Tanya Alvin pura-pura bego.

“Nembak Shilla...”

Alvin tertawa.

“Sukses dong.”

Dea menatap bulan sabit di atas sana.

“Mmm.. Kalo Shilla nggak cinta Lo lagi gimana?”

“Dea..Dea.. Gue jamin Shilla bakal setia ma gue. Lo tenang aja. Tugas Lo cuman Ify aja. Ok?”

Dea mengangguk. Memang benar. Tugasnya cuman Ify aja. Shilla udah ia serahkan kepada Alvin. Terpenting, ia harus menemukan ide secepat mungkin.

Ide yang tentunya akan membuat Ify menderita.

***

Febby melihat jam di tangannya. Sivia belum juga datang ke sekolah. Ada apa dengan anak itu? Biasanya, Sivia yang paling rajin datang pagi di kelas ini. Bu Devi masuk ke dalam kelas 1D. Febby dapat menyimpulkan kalo Sivia tidak masuk sekolah.

“Maaf telat Bu.” Kata sebuah suara. Bu Devi melihat murid yang telat itu.

‘Sivia’, batin Febby. Kok bisa dia sampai telat?

“Ya sudah, kamu duduk saja.” Kata Bu Devi. Kayaknya guru itu menerima permintamaafan Sivia. Maklum, Sivia kan murid kesayangannya. Kalo murid lain yang telat, jangan harap diberi izin untuk mengikuti pelajaran.

“Kenapa Lo telat?” Tanya Febby heran.

“Mmm, gue tadi bangun kesiangan.” Jawab Sivia gugup. Namun Febby tau Sivia sedang menyembunyikan sesuatu. Febby tidak bertanya lagi, ia fokus ke depan demi mendengarkan materi yang disampaikan Bu Devi.

Syukurlah Febby tidak bertanya lebih lanjut, batin Sivia. Ia terlambat sekolah bukan karena telat bangun. Tetapi karena ada hal lain.

***

Malam minggu, Alvin mengajak Shilla jalan-jalan. Tentu hal ini disambut girang oleh Shilla. Ia menelpon Ify untuk mencocokkan gaunnya. Dengan malas, Ify meluncur ke rumah Shilla.

“Menurut Lo gue pake baju yang mana?” Tanya Shilla. Di depannya ada puluhan baju cantik yang akan ia kenakan.

“Terserah Lo.” Cuek Ify. Ia malah sibuk membaca buku Biologi.

“Ah, ayolah Fy..” Pinta Shilla. Ia mengambil buku Biologi Ify. Otomatis Ify kesal akan kelakuan Shilla itu. Hh.. Pilih baju kok susah banget? Salah sendiri kebanyakan baju di lemari.

“Emang, Alvin bener-bener mencintai Lo?” Tanya Ify.

“Yaiyalah.. Dia sangat..Sangat mencintai gue. Banyak lho Fy cewek-cewek yang iri ma gue. Alvin kan cowoknya ganteng, manis, baik, setia, pengertian..” Jelas Shilla panjang lebar.

“Gue heran.” Kata Ify. Shilla menatap Ify penasaran. Adakah perkataannya yang salah? Alvin kan emang cowok baik. Dari Alvin, Shilla banyak mengambil pelajaran. Terutama cinta. Bagaimana seseorang mencintai kita dengan tulus atau bagaimana orang itu hanya memanfaatkan kita hingga akhirnya kita menjadi sakit hati karena telah dikhianati, dan Shilla yakin Alvin adalah cowok pilihannya. Meskipun perjalanan mereka masih panjang, Shilla yakin Alvin terus mencintai dan menyayanginya.

“Shill, Lo tau kan, ternyata cowok yang dulu kita remehkan itu Alvin? Dan Dea, adeknya Alvin? Tapi, kenapa Alvin malah baik ke elo? Padahal, dulu Alvin benci kita. Kita tau kalo kita salah dan kita udah minta maaf. Tapi, insting gue mengatakan kalo Alvin sama sekali nggak mencintai Lo.”

“Darimana Lo tau? Gue tau Lo benci yang namanya cowok. Fy, coba Lo jadi gue, Lo akan percaya kalo Alvin adalah cowok yang baik. Gue yakin.”

“Ya udah, terserah Lo. Resikonya Lo tanggung sendiri.”

Ify merebut buku Biologi di tangan Shilla, lalu Ify membacanya seperti tidak ada kerjaan. Shilla salah orang kali, Ify nggak bisa milih-milih baju untuk nge-date sama cowok. Dulu sih, saat masih pacaran sama Gabriel, Ify cuman pake kaos sama rok aja, dan Gabriel nggak keberatan juga.

Sekonyong-konyongnya Ify kembali mengingat kebersamaannya bersama Gabriel, cowok yang sangat dicintainya dan juga paling dibencinya. Ify paling benci dikhianati cowok. Dan Ify kembali mengingat pertemuannya dengan Gabriel di rumah makan itu. Argh, ngapain juga disana nganggep Rio jadi pacarnya? Sekarang Gabriel tau kalo ia pacar Rio. Ify sangat menyesal di waktu itu.

“Ya udah deh, Lo pulang sana.” Kata Shilla. Ia udah menemukan gaun yang cocok. Sebuah drees cantik selutut. Itu adalah kado dari Mama.

“Oke. Sia-sia gue kesini. Well, selamat menikmati kencan pertama. Semoga Lo dan Alvin menjadi sepasang kekasih yang saling mencintai.” Kata Ify seraya meninggalkan Shilla. Shilla geleng-gelengkan kepala melihat kelakuan Ify.

‘Gue akan buktiin kalo Alvin itu adalah cowok yang setia’, tekadnya.

***

“Gimana penampilan gue?” Tanya Alvin pada Dea.

“Cakep. Semua cewek klepek-klepek mandangi wajah Lo.” Jawab Dea.

“Ahaha.. De.. Makanya Lo nyari pacar aja..” Tawa Alvin sambil mengacak-acak poni Dea.

“Mmm Kak..” Kata Dea.

“Ya?”

“Pas Lo ke Manado, Lo ketemu Keke nggak?”

“Nggak. Emangnya kenapa? Lo kangen ma dia?”

“Bukan kangen aja. Gue penasaran, katanya, dia lagi naksir sama cowok cakep. Namanya Rio. Katanya juga, Rio sekarang tinggal di Jakarta.”

Alvin seperti berpkir. Kayaknya, nama Rio udah nggak asing lagi baginya. Ah ya, Rio kan teman sekelasnya, sekaligus teman bangkunya.

“Siapa nama panjangnya? Soalnya temen gue ada yang namanya Rio.”

“Ohya?” Mata Dea berbinar. Tapi, belum tentu juga kan Rio teman Alvin adalah Rio yang dimaksud Keke. Ya, Dea butuh info lanjut dari Keke. Entah mengapa ia pengin kenal lebih lanjut sama Rio yang ditaksir Keke itu.

“Ya udah ya, gue berangkat dulu. Bye!” Kata Alvin.

“Bye!” Jawab Dea. Cepat-cepat dia mengambil ponsel di atas meja lalu meng-sms Keke.

To : Keke

Ke, Rio yg lo mksd itu nm pnjgx sp? Czx k2 gw pny tmen nmx Rio.

Semenit ia menunggu, lalu HPnya berdering.

From : Keke

MaRio SteVaNo... Emgx knp? Lo nksr?

***

Cakka butuh ketenangan hari ini. Menjadi penyanyi bukanlah pekerjaan ringan. Lihat kan, suaranya serak gara-gara di suruh konser sana-sini. Tapi lumayan, honornya besar. Cakka yakin masa depannya cerah, setelah masalahnya dengan Oik selesai.

Cakka melihat kamar tidur Ray. Ray tampaknya lelah juga. Ohya, setelah sukes dan terkenal ( Cepet banget terkenalnya ), Blackboy tinggal di sebuah Villa yang cukup mewah, dilengkapi fasilitas-fasilitas lengkap. Villa itu juga tak jauh dari rumah Ray yang sekarang ini di huni anak-anak terlantar. Katanya Ray sanggup membiayai anak-anak itu. Ray emang baik.

Malam ini tidak seburuk malam sebelumnya. Cakka dapat tersenyum sejak bibirnya ia tahan untuk tidak tersenyum. Ia memutuskan keluar rumah, tuk sekedar melihat-lihat pemandangan malam yang damai. Cakka dapat merasakan angin malam yang menyerang tubuhnya. Karena itulah Cakka memakai jaket.

Kaca mata hitam juga perlu ia pakai. Kalo tidak, orang pasti mengenalnya dan berteriak heboh. Bukankah sekarang ia memiliki banyak fans?

Cakka berjalan santai dan berhenti pada sebuah taman malam. Taman itu ramai pada malam hari, khususnya pada malam minggu. Dulu, ia sering mengajak Oik jalan-jalan ke tempat ini. Tapi.. Mungkin sekarang tidak. Cakka berusaha untuk melupakan Oik biarpun Oik memintanya kembali menjadi pacar karena kesalahannya dulu.

Bangku itu adalah bangku kenangannya dengan Oik. Cakka melihat bangku pajang itu. Kenangan pahit hadir di pelupuk matanya. Lalu, ada seorang cewek duduk dibangku itu. Cewek itu sendirian. Nggak tau kenapa, Cakka tertarik untuk menemui cewek itu.

“Kamuu..” Cewek itu begitu kaget melihat cowok cakep di depannya.

“Ya. Gue Cakka, salah satu personil blackboy.” Kata Cakka ramah.

***
TBC.....
Hmmm, siapa ya cewek itu ???
Kalo ada yang aneh ato nggak nyambung komen ajj J
@fahdastevadit      ( http://risedirectioners.blogspot.com )