Part 17
.
.
.
Sepasang
kekasih itu menikmati indahnya pemandangan sore. Cakka menggenggam erat
tangan Agni. Agni pun bersandar di bahu Cakka. Keduanya sedang
berbicara mengenai pertunangan mereka yang akan dilaksanakan secepat
mungkin.
“Eh, kita ke Dufan yuk!” Ajak Agni. Sudah lama ia
tidak mengunjungi tempat itu. Cakka pun juga begitu. Gara-gara
disibukkan konser kemana-mana, ia belum sempat pergi ke Dufan.
Cakka
mengeluarkan mobil jazz hitamnya. Mobil itu ia beli dengan hasil kerja
kerasnya. Tentu Ayah sangat bangga. Agni juga. Ia bangga memilik pacar
seperti Cakka. Ya, semoga hubungannya dengan Cakka akan berlanjut sampai
ke pernikahan. Hihihi.. Masih jauh Ag umur Lo. Tunggu lima atau enam
tahun deh.
Sesampai di dufan, mereka tidak mengikuti
segala macam permainan. Cakka dan Agni cuman jalan-jalan aja. Sesekali
mereka bercanda.
“Eh Kka, kita beli es krim yuk!” Ajak Agni.
“Yuk!” Jawab Cakka.
Letaknya
nggak jauh dari tempat mereka. Cakka memilih es krim vanilla chocholate
sementara Agni memilih vanilla blueberry ( Halah, es krim apa tuh? ).
“Ag..” Kata Cakka.
“Hmmm.”
“Kena!”
Kata Cakka. Cowok itu berhasil mencoleti es krim ke pipi Agni. Tentu
Agni mau balas dendam. Ia siap dengan tangan yang diselimuti es krim.
Tapi Cakka sangat cerdik. Ia lari duluan.
“Awas Lo Kka!
Gue ngejer Lo nih!” Teriak Agni. Beberapa orang tertawa melihat aksi
kejar mengejar itu. Tapi Agni nggak peduli. Dipikirannya hanya satu
yaitu menangkap Cakka lalu melumurinya dengan es krim.
Cakka
berlari tersengal-sengal sambil tertawa. Matanya nggak fokus liat
jalan. Lalu, tiba-tiba ia menabrak seseorang. Selanjutnya, ia mendengar
ada bunyi benda yang pecah.
“Lo..” Kata cewek yang ditabraknya. Cewek itu melihat sedih permatanya yang pecah.
“Maafin gue.. Maafin gue..” Kata Cakka. Ia tak tau kejadiannya menjadi seperti ini. Padahal ia hanya ingin bersenang-senang aja.
“Vin.. Pecah..” Kata Shilla lirih. Alvin menunduk melihat permata malang itu.
“Mau
gue ganti?” Tanya Cakka. Shilla menatap Cakka dengan tatapan penuh
kebencian. Teganya cowok ini menghancurkan permata itu. Shilla takut.
Hubungannya dengan Alvin suatu hari akan berakhir tragis.
Cakka terhenyak melihat wajah cewek yang ditabraknya. Cewek itu.. Bukannya ia pernah merasakan rasa-rasa itu?
“Ayo kita pergi Vin.” Kata Shilla. Air matanya perlahan turun. Terpaksa Alvin menuruti Shilla.
“Hei! Gue mau ganti!” Teriak Cakka. Tapi percuma. Cewek itu tidak mendengarkan.
“Kena!” Kata Agni. Ia puas melumuri muka Cakka dengan es krim. Tapi, bagaimanakah reaksi Cakka?
“Ini
semua gara-gara elo!” Bentak Cakka lalu meninggalkan Agni. Agni menjadi
bingung. Salahnya apa? Kok tiba-tiba Cakka membentaknya? Tiba-tiba, air
matanya menetes secara perlahan. Lalu Agni melihat pecahan kaca itu.
“Apa karena ini?”
***
Jam
pertama yang diisi oleh Pak Burhan kosong karena Pak Burhan sedang ada
halangan. Kelas 2D tentu merasa senang. Seisi kelas bebas melakukan
apapun. Tapi, kalo ketahuan Pak Kepsek, bisa gawat.
Ify
yang masih setia duduk sebangku dengan Shilla menaruh perasaan curiga.
Shilla kok nggak seperti biasanya ya? Wajahnya aja pucat, matanya sembab
kayak habis nangis, terus, Shilla nggak banyak omong. Bicaranya singkat
aja. Cuman bilang ‘ya’ ato ‘tidak’.
“Lo kenapa sih Shill? Ada hubungannya ma Alvin?” Tanya Ify.
Shilla nggak mau jawab.
“Ya udah, kalo Lo nggak mau ngasih tau gue.” Kata Ify. Ia memilih membuka buku matematika. Banyak materi yang belum dipahaminya.
“Fy, Alvin emang aneh menurut Lo?” Tanya Shilla akhirnya.
“Nggak tau Shill. Emang hubungan kalian renggang ya?”
“Ntar gue jelasin ke elo.” Kata Shilla.
Ify
mengangguk dan kembali pada matematikanya. Sementara Shilla melamun.
Pikirannya kembali waktu ia dan Alvin, di Dufan. Shilla nggak percaya
Cakka-tokoh idolanya-tega memecahkan permata itu. Padahal itu bukan
salah Cakka juga.
Lalu, apakah hubungannya dengan Alvin
suatu ketika akan berakhir tragis? Tidak! Shilla nggak akan biarkan itu
terjadi. Ia udah kadung cinta mati sama Alvin. Bukan cinta monyet. Bukan
cinta biasa. Baru kali ini ia menemukan seseorang yang berarti dalam
hidupnya, Alvin.
***
Rio memarkirkan
motornya di garasi. Hemm, sepertinya rumah ini sepi. Tapi tidak juga. Di
garasi itu ada motor Cakka. Artinya, Cakka berada di dalam sana.
Kamar
Cakka. Apakah Rio berani memasukinya? Rio tau, Cakka agak aneh sejak
kepulangannya dari Dufan. Rio dapat menduga, pasti ada hubungannya
dengan Agni. Ah, dunia ini aneh. Alvin aneh, Cakka aneh.
“Siapa?” Tanya Cakka malas.
“Ini gue Kak. Rio.” Jawab Rio.
“Masuk.”
Yes!
Jarang-jarang Cakka mengizinkannya masuk ke dalam kamar. Mungkin Cakka
butuh teman untuk curhat. Ya, walau umurnya lebih muda dari umur Cakka,
tapi Rio suka berteman sama Cakka. Menurutnya, Cakka anaknya baik dan
suka bercanda.
“Kenapa kak?” Tanya Rio. Ia duduk di samping Cakka.
Cakka menghela nafas panjang.
“Sepertinya.. Sepertinya hubungan gue ma Agni udah berakhir.” Kata Cakka.
“Hah? Yang bener? Padahal kakak ma mbak Agni cocok.” Kecewa Rio.
“Gue nggak tau Yo. Tapi, gue salah mencintai seseorang.”
“Maksudnya?”
“Entahlah. Gue merasa Agni bukan cewek yang pantas gue cintai. Gue ragu jalanin hubungan ma dia.”
“Lo
ngomong apa sih kak? Padahal kalian baru jadian. Kalian pasangan yang
cocok. Ntar kalo kak Agni sedih gimana? Kak Agni cinta mati ma kak
Cakka.”
Agni cinta mati ma Cakka. Apa itu benar? Tiba-tiba
kepalanya terasa sakit. Cakka harus menetralkan pikirannya. Lupakan
dulu sejenak masalah ini. Anggap aja kejadian di Dufan hanya sebuah
mimpi buruk.
Tapi.. Cewek yang ditabraknya kemarin.. Cewek
yang pertama kali ia selamatkan dari preman.. Cewek yang pertama kali
ia lihat di bangku.. Cewek yang telah membuat hatinya merasakan suatu
getaran asing.. Diakah jodoh yang akan dikirimkan Tuhan untuknya? Cakka
tak tau. Tapi, entah mengapa ia begitu ingin memiliki cewek itu.
Meskipun Cakka belum mengetahui siapa nama cewek itu.
***
Sama
halnya dengan cewek ini. Agni duduk termenung di kasur kamarnya. Ia
masih memikirkan kejadian di Dufan beberapa hari yang lalu. Cakka.. Apa
salah gue ke elo? Dan, pecahan permata itu, ia simpan di tempat yang
aman. Ia bungkus pecahan itu menjadi satu. Agni tak rela pecahan ini
hilang. Pasti pecahan ini yang membuat Cakka benci padanya.
Tapi,
apa salahnya yang sebenarnya? Ia tidak tau sama sekali tentang pecahan
permata ini. Dan ia tidak tau siapa yang memecahkannya. Agni berusaha
menelpon Cakka. Tapi Cakka tidak mau mengangkat. Bahkan mungkin sekarang
Cakka udah ganti nomer HP. Argh! Lo kenapa sih Kka?
Lama-lama
ia takut. Hubungannya dengan Cakka berakhir tanpa ada sebab. Walau ia
tidak tau dimana letak kesalahannya, Agni pasti bersalah besar. Ya,
nelpon Rio aja. Mungkin Rio tau penyebab mengapa Cakka tiba-tiba
membencinya.
Agni menekan ponselnya. Berharap Rio tau dan mau menjelaskannya.
“Halo Rio? Ini gue, Agni. Gue mo ngomong ma Lo.”
“.........”
“Tentang Cakka. Kok dia bisa benci gue? Lo mungkin tau.”
“..........”
“Apa?”
Langsung
saja Agni menekan tombol merah di HPnya. Benar kan, Cakka mau
memutuskan hubungan ini. Tapi, apa salah gue Kka? Apa salah gue? Gue
nggak tau sama sekali tentang pecahan itu. Kenapa Lo nggak mau
menjelaskannya?
HPnya pun berdering. Sebuah nomor asing menelponnya.
***
‘Memang
benar. Hubungan RiFy sangat susah untuk gue hancurkan.’ Batin Dea. Ia
melihat RiFy sedang duduk di bangku taman. Sesekali Rio tersenyum lalu
tertawa. Jujur, Dea amat cemburu. Bukan saja ingin balas dendam, tapi
Dea ingin memiliki Rio.
“Gimana?” Tanya Keke.
“Nggak tau. Gue ntar dianggap hancurin hubungan mereka.” Kata Dea.
“Yah.. Udah deh, Lo fitnah aja Rio selingkuh.” Desak Keke.
“Tapi nggak semudah itu Ke.”
Ya,
nggak mudah memang menghancurkan hubungan RiFy. Tapi bukan namanya Dea
kalo tidak menyerah. Ia harus bisa menghancurkan hubungan RiFy. Tanpa
pake rencana B.
***
Cewek itu melihat-lihat
disekelilingnya. Kemana Rio? Dea yakin cowok itu ada disekitar tempat
ini. Dea mengulangi penglihatannya. Nah, itu dia! Dea bersiap-siap untuk
melakukan rencananya. Semoga rencana ini berjalan lancar seperti
harapannya.
“Rio..” Sapa Dea seramah mungkin. Rio yang
lagi asyik mengutak-atik laptop tiba-tiba mendadak kaget. Cewek ini
lagi.. Makin lama Rio makin takut jika Ify menaruh curiga padanya.
“Mau apa?” Tanya Rio.
“Mmmm..” Dea memegang lengan Rio lalu bersandar dibahu Rio. Banyak orang mengira mereka adalah sepasang kekasih.
“Lo
mau apa sih?” Rio berusaha melepaskan tangan Dea. Tapi Dea tidak mau.
Cewek itu amat manja jika dilihat. Rio enek betul liat cewek
disampingnya ini. Ia bersumpah untuk tidak tersenyum atau ramah pada
Dea. Karena Rio tau, Dea akan merusak hubungannya. Kalau saja ia sampai
tersenyum pada Dea, dunia pasti kiamat. Apalagi jika Ify tau.
“Dea mau minta maaf aja.” Kata Dea. Rio tak mengerti.
“Maksudnya, Dea janji kok nggak akan ganggu Rio lagi. Dea sadar hubungan kalian klop banget. Maafin Dea ya..”
Entah
apakah ini beneran atau hanya ide Dea aja. Tapi mendengar kalimat yang
diucapkan Dea tadi, Rio menjadi lega. Dea mungkin lelah mengganggu
hidupnya dengan Ify.
“Tapi, Dea mau Rio senyum ma Dea. Dea mau Rio menjadi sahabat Dea.”
Apa dia bilang tadi? Senyum? Rio agak-agak mencurigai cewek ini.
“Maaf, Rio nggak bisa senyum.”
“Ah,
ayolah Kak. Dea janji kok nggak akan ganggu kalian lagi. Sumpah deh
kak. Kalo Dea ganggu kak Rio lagi, silahkan kak Rio bunuh Dea.”
Sepertinya
Dea emang sungguh-sungguh. Dilihat dari wajahnya saja, keliatannya Dea
udah nyerah. Akhirnya, Rio tersenyum pada Dea. Walaupun secara paksaan.
“Makasih ya Yo. Maaf sekali lagi.” Kata Dea.
“Nggak papa kok De. Ohya, gimana kabar Alvin?”
“Alvin..” Dea memiliki sebuah ide. “Alvin baik-baik aja kok kak. Kak Alvin titip salam lho sama kakak. Dan satu lagi.”
“Apa
itu?” Tanya Rio penasaran. Cowok itu entah sadar atau tidak sadar terus
tersenyum pada Dea. Dan tertawa kecil mendengar cerita Dea. Mereka
terlihat sangat akrab.
Dari jarak yang lumayan dekat,
seorang cewek melihat pemandangan itu dengan penuh kebencian. Oh, jadi
ini yang namanya janji? Jadi orang itu hanya memanfaatkannya saja? Jadi
orang itu udah bosan padanya?
“Tuh kan, udah gue bilang,
Rio itu sebenarnya naksir sama Dea. Lo liat kan, mereka akrab banget.
Jarang lho Rio tertawa lepas ketika ngobrol ma cewek selain Lo.”
***
TBC....
Kalo ada yang aneh ato nggak nyambung komen ajj J
@fahdastevadit ( http://risedirectioners.blogspot.com )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar