expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Senin, 10 Juni 2013

Please, Don't Forget Me! ( Part 8+9 )

Hy all !!!

Sorry baru pos sekarang cz nggak sempet isi pulsa modem ..

Yang berhenti tag komen ajj ..

Happy reading ...

Yang baca wajib like+komen #maksabanget#






Part 8

.

.

.

Cakka mengerjap-ngerjapkan mata. Kepalanya tampak pening. Cakka berusaha mengingat kejadian kemarin. Dapur, pisau... Apa? Bunuh diri? Cakka nggak yakin kemarin ia mau bunuh diri. Tiba-tiba ada tangan yang memegang bahunya.

“Lo nggak papa? Kenapa Lo kemarin?” Tanya Ray.

“Oh, gue nggak papa.” Jawab Cakka memaksakan senyum.

“Bohong. Kenapa ada darah?”

Benar, sudah tidak dapat diragukan lagi. Kemarin ia membuat ide gila, yaitu bunuh diri. Eh, tapi kok di dapur ya? Bukan di kolong jembatan atau di gedung lantai tujuh kek?

“Udahlah Kka.. Ubah hidup Lo, gue yakin Ayah Lo mau nerima Lo lagi.”

Cakka ragu apa yang dikatakan Ray. Ada sebuah rahasia yang selama ini ia tutupi. Tidak, bukan salah Ayah. Tapi salahnya. Cakka berhak mendapat hukuman. Apa.. Apa rahasia itu akan ia bocorkan ke Ray?

“Kka.. Ada yang Lo sembunyiin dari gue?”

“Mmm...” Jangan. Jangan kasih tau siapa-siapa. Rahasia itu, hanya ia yang tau. Tidak ada satupun orang yang boleh tau tentang rahasia itu.

“Morning All!” Sapa suara Lintar. Cowok itu segar banget. Lalu, ada tiga cowok dibelakang Lintar.

“Nggak ngeband?” Tanya Ozy.

“Kalian aja lah, gue masih banyak urusan sama temen gue ini.” Jawab Ray.

Ozy dan lainnya seperti ingin tau apa masalah Cakka. Tentu hal ini bikin Cakka merasa terganggu.

“Kalian pergi aja, ok?” Kata Ray lagi. Kali ini disertai anggukan keempatnya.

“Maaf. Anak buah gue itu pengin tau masalah orang aja. Ya udah, Lo nggak kepikiran buat lanjutin sekolah? Atau.. Gabung ke Band gue?”

Kali ini Cakka tersenyum penuh arti.

***

Deg..Deg..Deg...

Semalaman Ify tidak bisa tidur memikirkan hasil tesnya. Hari ini juga ia akan lihat pengumuman. Antara lulus dan tidak lulus. Seandainya lulus, ada keuntungan dan kerugian. Juga kalo nggak lulus, ada keuntungan dan kerugian pula.

Lulus, untungya.. Ia bisa membuktikan kepada Ibu dan Ayah kalo ia adalah anak yang dapat membanggakan. Ify diterima di SMA Himalaya bukan karena nyogok atau apa. Tapi karena ia telah berusaha. Rugi.. Ini sih kalo Rio juga lulus, ruginya sih ia bakal satu sekolah sama Rio. Ah, yang benar aja Rio sekolah disana..

Tidak lulus, untungnya.. Jika Rio lulus nih, Ify bisa nyari sekolah lain. Jauh-jauh dari SMA Himalaya. Sekali lagi, itupun kalo Rio daftar disana dan lulus. Ruginya... Ify bakal malu sama Shilla. Pintar-pintar kok nggak lulus sih..

Oh God! Lulus tidak lulus, itu adalah keputusan-Mu. Ify pasrah saja.

Ify mencari-cari namanya pada kertas yang ditempel di mading. Sekolah ini nggak terlalu ramai. Shilla juga nggak ada disini. Tapi Ify bisa melihat nama Ashilla Zahrantiara terpampang manis di nomer dua ratus tiga belas. Shill.. Lo berhasil. Kembali lagi mencari nama Alyssa Saufika. Hemmm.. Mana ya... Kok perasaan gue nggak enak ya???

Ada sebuah tangan menunjuk ke nama bernomor urut seratus dua puluh. Ify baru tau kalo ada orang disampingnya. Iseng, Ify membaca nomor urut seratus dua puluh. Disana tertulis : Mario Stevano. Hemmm, nama yang bagus. Pasti orangnya bagus juga, keren maksudnya. Namanya aja udah keren. Lho? Kok muji cowok sih?

Nah, ini dia! Alyssa Saufika, akhirnya ketemu juga. Namanya berada di atas nama Mario Stevano itu. Kok sedikit aneh gitu ya?

“Oh, hei! Kita ketemu lagi!” Sapa cowok bernama Mario Stevano itu. Ify melihat wajah cowok itu. Betapa kagetnya ia melihat tampang yang selama ini... Yang selama ini... Ah, entahlah..

“Lo..” Ify menunjuk cowok itu, oh bukan, Rio!

“Kaget ya?” Tanya Rio tersenyum. Ify melihat senyum itu. Sangat menyejukkan baginya.

“Lo.. Lo sekolah disini?” Tanya Ify tak percaya.

“Ya. Kita ketemu lagi, hehe.. Jodoh kali..”

Kalimat terakhir itu serasa kembang api yang meledak pada pergantian tahun. Kenapa.. Kenapa ia bisa ketemu cowok itu? Dan kenapa.. Kenapa ia bisa satu sekolah dengan Rio? Apa jadinya ke depan? Stres, galau, bimbang, gelisah...

“Ify! Ciee.. Sama cowok...”

Sudah ia simpulkan, suara itu adalah suara Shilla. Shilla? Sial! Kenapa di suasana kayak gini ada Shilla? Bakal di taruh mana mukanya? Ify mencoba untuk biasa. Ia nggak mau Shilla curiga padanya.

“Cowok yang Lo ceritain ke gue ya? Asyik... Ify pas...#^*&%$#$%%”

Saking marahnya Ify membekap mulut ember Shilla. Kalo Rio sampai tau ia pusing karenanya, hari itu juga ia malu besar. Ingat Fy, anti cowok sejati.

“Ada apa ini?” Tanya sebuah suara yang tak lain adalah Alvin. Ohya, nggak mungkin Shilla datang kemari kalo nggak bersama Alvin. Dimana ada Shilla, pasti ada Alvin.

“Pergi Lo sana! Nih, bawa pacar Lo!” Kata Ify lalu membebaskan Shilla. Shilla tersenyum jahil menatap Ify.

“Gue belum jadian kok ma Alvin.. Eh ya, kenalin dong Fy cowok itu, tampangnya keren juga..” Kata Shilla menunjuk ke arah cowok yang terlihat bingung.

“Lo aja sana!” Kesal Ify meninggalkan Shilla. Tapi jujur, Ify masih ingin terus melihat senyuman manis Rio. Argh!

Shilla melihat cowok tadi. Secara tiba-tiba Shilla langsung menjabat tangan cowok itu.

“Nama gue Shilla. Lo siapa? Ohya, ini Alvin.” Kata Shilla.

“Gue Rio.” Jawab cowok itu singkat.

“Rio ya, hehe.. Lo tau nggak, temen gue tadi salting banget ngeliat Lo. Maklum, temen gue tadi naksir sama Lo.” Kata Shilla. Kalo sampe di denger Ify, bakal mati deh Shilla sekarang. Tapi Rio nggak menanggapi serius perkataan Shilla. Rio melihat jam ditangannya.

“Sorry, gue mau pergi dulu.” Kata Rio seraya pergi meninggalkan Alvin dan Shilla.

“Mmm, Ify naksir ya ma Rio?” Tanya Alvin. Ia berharap Ify naksir sama Rio agar rencananya berjalan lancar.

“Nggak tau, hehe.. Kita pergi aja ya..” Kata Shilla menarik tangan Alvin.

***

Ya ampuunn....

Lagi-lagi Ify terbebani dengan masalah cowok. Cowok lagi? Kepalanya terasa sakit. Ify emang benci cowok, tapi kalo dilihat dari senyuman itu, ngalahin rasa bencinya. Oh God! Bagaimana ini? What should I do? Pintu kamar terbuka.

“Kamu kenapa sayang?” Tanya Mama.

“Ify nggak papa. Cuman capek aja.”

Tentu Mama nggak langsung percaya dengan jawaban Ify. Mama tau Ify lagi punya masalah besar. Cinta kali.. Sekarang kan jamannya cinta.

“Bohong. Kamu pasti punya masalah serius. Apa karena Gabriel lagi?”

Oh, please.. Jangan omongin cowok itu lagi. Dulu, Mama sayang banget sama Gabriel. Mama menganggap Gabriel sebagai anaknya sendiri. Dan sekarang, Gabriel udah melupakannya. Gabriel lebih memelih cewek Korea yang lebih cantik. Yeah, Ify emang patah hati, tapi cuman sebentar.

“Ng..” Jujur atu bohong ya?

“Apa kamu nggak lulus?” Tanya Mama meninggikan suara. Uh, kirain apa.

“Lulus kok Ma. Udah ah, Ify istirahat aja ya.” Ify berkata seperti mengusir Mama pergi dari kamarnya.

“Ya sudah, kalo ada masalah cerita aja ya ke Mama..”

Mama memang cocok dijadikan teman curhat, selain Shilla. Enaknya curhat sama Mama, Mama bisa ngasih masukan yang masuk akal. Kalo sama Shilla, dijamin mulut embernya bakal nyebarin cerita curhatnya itu. Hemm, gimana nasib Shilla, Rio, dan Alvin ya disana? Semoga hal buruk nggak terjadi disana.

***

Angel duduk bersila di tepi kolam renang. Di tangannya ada novel yang berjudul I For You karya Orizuka. Akhir-akhir ini ia jarang baca novel, dan kesempatan sekarang ini ia gunakan untuk baca novel. Angel juga udah nerbitin dua novel. Kata teman-temannya, Angel berbakat dibidang itu.

Rumah ini memang sepi. Ada yang lain rasanya. Angel mengalihkan pandangannya pada sebuah lapangan basket. Dulu, lapangan itu ramai. Banyak tetangganya yang main iseng disana. Sekarang tidak lagi, sejak kepergian Cakka di rumah ini.

Angel membaca novelnya, sesekali tangan kanannya mengambil donat yang sengaja ia bawa tadi. Lumayan, untuk penghilang rasa lapar. Angel nggak bisa baca novel kalo nggak ada makanan disampingnya.

“Lagi santai ya kak?” Tanya Rio seraya duduk di samping Angel.

Angel mengalihkan pandangan ke arah cowok disampingnya.

“Ya. Kamu sendiri? Diterima?”

Rio tersenyum. Dari senyuman itu Angel dapat menyimpulkan kalo Rio pasti lulus. Angel nggak percaya kalo cowok itu nggak lulus tes. Dari cerita Marto, Angel tau siapa sosok Rio yang sebenarnya. Rio adalah cowok periang, ceria, baik, dan pengertian. Berbalikan dengan sifat Cakka.

Cakka? Entah mengapa Angel kangen sama cowok yang udah lama ia anggap sebagai keluarganya. Sampai sekarang ini Angel tidak tau apa yang membuat Cakka beruba menjadi cowok tidak baik. Ada sesuatu yang belum ia ketahui dari Cakka.

“Kok bengong?” Tanya Rio yang tiba-tiba mengambil donat Angel.

“Eng.. Cuman keinget Cakka aja.” Jawab Angel jujur, lalu ia menutup novelnya.

“Kenapa Cakka? Kok Cakka bisa kabur dari sini?” Tanya Rio.

“Kakak juga nggak tau. Kakak bingung liat perilakunya. Aneh gitu..”

Sesaat keduanya diam. Keheningan itu dipecahkan oleh deringan HP. Ternyata HP Angel berbunyi. Panggilan dari kampus katanya.

“Kakak ada urusan. Ya udah, kakak pergi dulu ya.” Kata Angel seraya meninggalkan Rio.

Rio mengangguk. Lalu pikirannya melayang pada cinta pertamanya. Tadi, saat melihat pengumuman. Takdir menyatukan mereka. Tidak sia-sia ia merantau ke Jakarta. Selain menimba ilmu, ia juga telah menemukan cintanya. Dan semoga cintanya itu tidak salah pilih.

***

Suara drum membahana di ruang itu. Siapa lagi kalo bukan Ray? Sejak kecil dia jago ngedrum. Nggak heran dulu ia sering memukuli panci Ibunya. Cakka mendengar suara ribut itu. Ah, ternyata Ray! Cakka sampai lupa ia telah mendapatkan berita yang heboh.

“Ray! Kita mau nggak buat Boy Band? Kayak smash gitu, gue ditawarin nih sama ayah dari temen gue!” Teriak Cakka.

“Yang bener?” Tanya Ray tidak percaya.

“Ya, Lo ajak deh anak-anak yang lain.”

“Gajinya?”

“Masalah itu gampang. Pokoknya, kita harus berusaha agar masyarakat ataupun seluruh Indonesia mengenal kita. Kita harus bisa populer seperti smash, Coboy Junior dan lainnya. Gimana?”

Ray tampak berpkir. “Tapi suara gue nggak bagus-bagus amat.”

“Gampang kok Ray. Ntar itu bisa diatur. Yang penting Lo mau ya? Gue pengin bisa banggain semua orang. Gue pengin nunjukin ke mereka semua kalo gue itu orang yang berguna. Bukan bodoh di mata mereka.”

Cakka sudah sadar. Tentu Ray tidak menolak kesempatan emas ini. Juga, mungkin ia bisa melanjutkan sekolah lagi yang sempat tertunda.

***

Masa depan cerah di matanya. Cowok itu berjalan santai mengelilingi sebuah danau. Tempat ini lumayan sepi. Membentuk sebuah boyband, mungkin itu yang akan merubah hidupnya menjadi lebih baik. Cakka yakin, sifat buruknya akan menghilang. Kecuali.. Kecuali...

Sebuah dosa besar menggentayanginya. Walaupun ke depannya ia terkenal, tapi Cakka tidak bisa lepas begitu aja dari dosa itu. Sampai kapanpun ia tercatat sebagai manusia yang telah melakukan suatu dosa besar. Karena itulah, Cakka sampai kabur dari rumah. Kalo Ayahnya sampai tau, Cakka nggak tau apa jadinya sekarang.

Kejadian itu sudah lama. Sekitar setahun yang lalu. Cakka tidak berani mengingat kejadian itu. Toh, bukan dirinya juga yang salah. Bukan sepenuhnya ia yang salah. Okey Kka, lupain semua itu. Sekarang, buka lembaran baru. Kejarlah cita-citamu agar semua orang tau kalo kamu bukan sekedar cowok yang nggak berguna.

Ia ingin orang membicarakan hal baik tentangnya.

“Apa kabar mantanku yang sempat menghilang?” Kata sebuah suara.

***

Part 9

.

.

.

MOS ( Masa Orientasi Siswa ) pagi ini juga akan dilaksanakan. Calon murid baru SMA Himalaya terlihat lucu. Apalagi yang cewek. Rambutnya diikat kelabang dua dan di kasih pita berwarna merah putih. Tak lupa juga, bawa tas dari kardus. Shilla yang paling benci dengan kegiatan satu ini mendadak sakit. Tapi, karena dipaksa Ify dan tentunya Alvin, akhirnya Shilla mau juga. Tau-taunya, Shilla hanya pura-pura sakit.

Sehari penuh mereka dibentak, dimarahin sama Kakak sosis, eh maksudnya osis. Tapi, nggak heran juga ya, ada lho cewek yang tampangnya dikategorikan cantik mendapat perlakuan khusus oleh osis cowok. Shilla nggak ketinggalan. Udah banyak osis cowok yang naksir padanya. Tapi Shilla hanya suka sama satu cowok, yaitu Alvin. Entah kapan si Alvin menembaknya.

“Shill, nggak pulang sama Alvin?” Tanya Ify saat MOS pertama selesai.

“Nggak. Katanya Alvin ada urusan mendadak. Gue dijemput sama sopir gue.” Jawab Shilla sedikit kecewa.

Ify hanya meng’o’kan jawaban Shilla. Matanya pun beralih melihat sosok cowok. Cowok itu mendekatinya, terus mendekatinya.

“Hai Fy, Shill!” Sapa cowok itu.

‘Rio’ Batin Ify. Ngapain sih cowok itu kesini? Bikin pusing aja. Kemarin, Ify udah berjanji nggak akan tergoda sama orang yang satu ini. Tapi hasilnya sekarang...

“Pulang sama gue aja yuk!” Ajak Rio. Benar-benar ajakan yang manis. Setiap cewek tentu nggak nolak ajakan cowok cakep seperti Rio.

“Shilla aja Lo ajak pulang.” Kata Ify menggerakkan dagunya ke arah Shilla. Shilla menatap Ify dengan heran.

“Kok gue?” Tanya Shilla.

“Iya Fy, kok Shilla sih?” Tambah Rio.

Gila... Dua orang ini bener-bener buat otaknya pusing tujuh keliling. Ternyata Shilla menyuruhnya pulang sama Rio. Bukannya membantu tapi menambah beban pikiran aja. Sejenak, Ify berpikir. Apa salahnya juga sih pulang bareng Rio? Ya kan? Toh ini hanya pulang aja, bukan dinner atau yang romantis gitu.

“Ya udah.” Jawab Ify.

“Horeee.. Akhirnya neng Ify menemukan cintanya..”

Ify melotot ke arah Shilla, sementara Rio senyum aja. Tuhan, kalo gini caranya.. Kalo gini caranya.. Gue bisa.. Gue bisa jatuh cinta sama Rio! Oh no! Ify mencoba berusaha menjadi cewek yang dingin dan cuek terhadap cowok. Ya, ia akan berusaha.

“Makasih ya.” Kata Ify seadanya ketika motor Rio sudah sampai di rumahnya.

“Urwell. Kapan-kapan pulang bareng lagi ya.” Jawab Rio.

‘Enak aja Lo ngomong.’ Batin Ify. Emangnya, Rio itu siapanya sih? Temannya aja bukan. Kok malah bilang kapan-kapan pulang bareng lagi. Dasar cowok! Awalnya aja baik, tetapi ujung-ujungnya pahit. Sama seperti Gabriel. Awal ia berjumpa dengan cowok itu saat ia dikenalin sama Shilla tentunya. Teman cowok Shilla itu banyak lho...

Nggak tau kenapa, Ify lama-lama jatuh cinta sama Gabriel. Begitu pula dengan Gabriel. Gimana jatuh cinta wong setiap hari Gabriel selalu mengantarnya sekolah. Dan senyumannya itu, bikin Ify terbang ke atas langit. Ditambah lagi sifat baiknya itu. Perfect deh. Namun, setelah lama mereka pacaran, Gabriel semakin menjauhinya. Katanya sih sedang sibuk. Tapi nyatanya, Gabriel asyik-asyikan sama cewek lain.

Karena kejadian itu, Ify putus sama Gabriel, dan Gabriel juga nggak keberatan. Dan sejak kejadian itu, Ify membenci kaum Adam. Ify bersumpah untuk nggak pacaran. Dekat-dekat sama cowok aja ia nggak mau. Tapi, ada satu kelemahannya.

Ify mudah kagum sama cowok, dan grogi betul kalo ketemu sama cowok keren. Alvin udah membuktikannya.

***

Kejadian kemarin membuatnya pusing. Cakka tidak menyangka. Ia bertemu mantannya. OIK. Lalu, dosa itu menghantuinya lagi. Tapi, Cakka melihat Oik dalam keadaan baik-baik aja. Dan satu hal yang membuatnya sesengsara ini, Oik mau ia kembali menjadi pacarnya. Titik. Cakka nggak tau harus buat apa. Tapi, kalo ia pacaran sama cewek itu, Cakka nggak yakin masa depannya cerah. Oik itu bukan cewek baik-baik.

Satu masalah lagi, Cakka nggak gampang jatuh cinta. Di dunia ini, ia hanya mencintai Oik. Itu aja. Nggak ada cewek lain. Dan, rasa cintanya pada Oik masih ada. Cakka masih menyayangi Oik. Tapi, apa benar ia akan menerima permintaan Oik?

Ray memberi nasehat padanya.

“Sudahlah Kka, Lo jangan nurutin ajakan dia. Lo nggak mau kan jadi cowok nggak baik? Lo kan pengin jadi cowok yang berguna? Lupakan Oik. Masih banyak cewek lain yang harus Lo temui..”

“Tapi Ray, gue nggak gampang jatuh cinta.”

“Gue tau, tapi apa salahnya sih Lo buang nama Oik dari hidup Lo?”

‘Nggak ada salahnya juga.’ Batin Cakka. Tapi, apa ia rela melepas Oik? Bukannya karena ia putus sama cewek itu kehidupannya menjadi kacau balau? Dan, dosa itu, apa yang harus ia lakukan?

“Kka..”

“Akan gue coba.” Kata Cakka akhirnya.

“Bagus. Ohya, gimana boyband kita?” Tanya Ray mengubah topik.

***

MOS telah selesai. Murid-murid baru bersengkokol untuk membalas dendam pada Kakak osis. Tapi nggak semua sih. Ify dan Shilla dijadikan satu kelas. Tepatnya di kelas 1D. Untungnya, Rio tidak ada di kelas itu. Rio berada di kelas 3D, sekelas sama Alvin.

Ify dan Shilla memilih duduk dibangku nomor dua. Sekelas itu jumlahnya kurang lebih tiga puluh orang. Kepala sekolah melarang satu kelas berjumlah lebih dari tiga puluh lima. Shilla mengeluarkan Ipodnya.

“Hai! Nama kalian siapa?” Tanya sebuah suara.

“Gue Ify, ini Shilla.” Jawab Ify.

“Gue Febby, ini temen gue, namanya Sivia.” Kata cewek itu yang mengaku sebagai Febby.

Nggak terasa, keempatnya menjadi akrab. Febby yang cerewet bercerita panjang-lebar mengenai hidupnya. Sementara Sivia yang agak pendiam hanya sesekali berbicara. Kata Febby, Sivia memang pendiam dari kecil. Tapi otak jangan ditanya. Sivia sering memenangkan olimpiade sains selain bakatnya dalam menyanyi.

Seorang guru masuk ke dalam kelas 1D. Usia guru itu terbilang muda. Rambut pendeknya tersisir rapi. Guru itu membawa absensi siswa.

“Selamat pagi anak-anak!” Kata guru itu ramah dan disambut oleh semua murid. “Selamat datang ya di sekolah ini. Kalian tau, SMA Himalaya termasuk SMA unggulan di Jakarta. Untuk itu, kalian sebagai murid baru harus menjaga nama baik sekolah ini. Kalian juga harus berprestasi. Nah, disini ibu akan membagikan daftar ekstrakulikuler. Silahkan diisi.”

Belum milih ketua kelas malah ngisi ekskull segala, semangat benar guru itu. Namanya aja belum tau. Untung ada seorang murid yang bertanya.

“Bu, siapa nama Ibu?”

“Ohya, nama saya Citra Harum Asih, panggil saja Bu Citra. Disini saya memegang mata pelajaran Matematika.”

Ify mendapat selembar pengisian ekskull siswa. Gawat ini, Ify sama sekali belum menemukan pilihan yang tepat. Kalau Shilla sih sudah siap apa yang dia pilih.

VOCAL GRUP.

Suara Shilla emang bagus, cewek itu juga jago main gitar. Febby pun memilih ekskull itu. Tinggal dirinya aja yang belum memilih. Ify bingung menghadapi kertas di tangannya itu.

“Lo mau pilih apa?” Tanya Shilla.

“Ng..Nggak tau juga. Bingung.” Jawab Ify.

“KIR aja deh Fy.” Tiba-tiba Sivia berbicara.

“Mmm..” Ify tengah berpkir. Hmmm, KIR.. Boleh juga. KIR kan gabungan murid-murid pintar. Akhirnya Ify memilih ekskull yang disarankan Sivia.

“Kok KIR sih? Nggak ada kerjaan aja.” Kata Shilla.

“Eit, terserah gue dong Shill. Emang cocoknya gue ikut apa?”

“Mmm..”

“Cheers aja! Tubuh Lo lumayan tinggi Fy.” Kata Febby.

Idih, Ify muntah mendengar kata CHEERS. Setaunya, cheers itu gabungan cewek yang sok-sok’an gitu. Udah tubuhnya seksi, setiap hari pergi ke salon, ngecengin cowok-cowok cakep, dan yang paling parah lagi, pergaulan anak cheers bebas. Tapi nggak semua sih, Ify berani menyimpulkan seperti itu karena di novel yang ia baca, anak cheers emang begitu. Tapi yah, bukannya Ify nggak suka cheers. Ify oke-oke aja ada ekskull itu.

Bel keluar main berbunyi. Ify cs berlari ke kantin karena perut udah bunyi daritadi. Kantin lumayan ramai. Bagi siswa baru, ada perasaan malu atau ragu. Biasa, karena baru pertama kali berbelanja di kantin ini bersama kakak kelas.

Ify membeli bakso dan jus jeruk diikuti Shilla, Febby dan Sivia. Mereka memilih duduk dibangku yang jauh dari keramaian.

“Eh, btw, kalian udah punya pacar belum?” Tanya Febby.

Ify, Shilla, dan Sivia menggeleng.

“Payah. Kalian tau siapa MWB di sekolah ini?” Tanya Febby lagi.

“MWB? Apa itu?” Tanya Ify sambil menyeruput jus jeruknya.

“Masa’ Lo nggak tau? MWB itu singkatan dari Most Wanted Boy.” Jelas Febby.

“Ooo, emang siapa Feb?” Tanya Shilla.

“Itu loh, Kak Gabriel, yang jadi anggota osis paling cakep itu.” Kata Febby bangga.

Mendengar jawaban Febby, bakso yang ia telan keluar dari mulutnya. Ify keselek. Cepat-cepat ia meminum jus jeruknya. Shilla, Febby dan Sivia menatap Ify dengan penuh tanda tanya.

“Kenapa Fy?” Tanya Febby.

“Ng..Nggak ada kok.” Jawab Ify.

Gabriel? Bukannya.. Bukannya Gabriel mantannya itu? Dan, kok Gabriel bisa sekolah disini? Apa dianya sendiri yang kurang informasi? Sudah lama Ify tidak bertegur sapa dengan Gabriel, kecuali di Bandara itu. Shilla sepertinya mulai paham.

“Gabriel Damanik kan? Dia mantannya Ify. Sudah lama mereka putus.” Kata Shilla yang membuat mata Febby melebar.

“Ya ampun Fy, dia mantan Lo?” Tanya Febby tak percaya.

Ify menatap malas wajah Febby. “Kalo ya kenapa? Bosen gue denger nama itu lagi.”

“Hebat Fy, Lo udah pacaran sama cowok idola satu sekolah. Hebat-hebat.” Puji Febby.

Dalam hati Ify bertanya, apa hebatnya pacaran sama cowok itu?

“Sudah-sudah, jangan bahas Gabriel lagi. Bahas yang lain aja, gue juga enek denger nama itu.” Kata Shilla.

“Oh, emangnya kenapa sih? Gabriel itu kenapa?” Tanya Febby heran. Ia melirik Sivia yang sedang mengangkat bahu. Namun, di wajah cewek itu terlukis sebuah jawaban pasti.

Sivia tau siapa Gabriel itu, dan Sivia sekarang tau siapa cewek yang dimaksud Gabriel.

***

Coba bukan karena paksaan Shilla, Febby maupun Sivia yang udah mulai cerewet, Ify nggak bakal pulang sama Rio. Tapi, Ify tidak tega melihat wajah Rio. Akhirnya ya nurut aja. Lumayan kan ngirit pengeluaran.

“Makan dulu yuk Fy, gue traktir deh.” Ajak Rio semangat.

“Hei! Lo siapa gue sih? Nganter ya nganter, bukannya neraktir.” Kesal Ify.

“Oh.” Sepertinya Rio kaget mendengar perkataan Ify barusan.

“Gue emang gitu orangnya, gue anti yang namanya cowok. Termasuk Lo.” Kata Ify. Cewek itu secara tak sadar mengucapkan semua itu. Ia baru sadar saat melihat tampang kekecewaan di wajah Rio. Entah mengapa Ify kasian sama cowok itu. Selama ini, Ify selalu tidak peduli. Tapi ini...

“Ya udah. Kita pulang aja.” Kata Rio segera menghidupkan mesin motornya.

“Eh.. Makan aja deh, hehe.. Gue juga laper.” Lagi-lagi Ify mengucapkan kalimat itu secara tidak sadar. Rio memandang Ify aneh.

“Ya udah.” Kata Rio.

Dalam perjalanan, jantung Ify berdetak-detak tak karuan. Rio..Rio.. Secepat inikah gue jatuh cinta? Kenapa kita bisa bertemu lagi? Gue udah cukup ditinggal dan dilupakan Gabriel.
Motor itu berhenti di sebuah rumah makan yang terbilang mewah. Ify ragu sejenak. Namun Rio langsung menarik tangannya.
“Kenapa tangan Lo dingin?” Tanya Rio yang membuat Ify salting. Argh! Ify tersihir dengan wajah manis itu.
“Ng..Nggak papa kok.”Jawab Ify kikuk.
“Santai aja Fy.”
Rio memesan soto ayam dan jus sirsak diikuti Ify. Saat ini, suasana hati Ify campur aduk. Antara senang, malas, kesal, ragu, dan malu. Ify melihat Rio sedang memainkan ponsel. Ya, Ify tidak perlu mengganggu Rio. Lalu, sebuah mobil jazz hitam terparkir di samping motor Rio. Ify memerhatikan mobil itu.

Cowok itu...

Ify melihatnya bersama seorang cewek yang berlagak manja sambil memegang lengan si cowok. Cowok itu juga melihatnya. Ify langsung mengalihkan pandangan.

“Mmm, Ify ya?” Tanya cowok itu sedikit ragu.

***
TBC....
Nah lho?
Siapa cowok itu?
Kalo ada yang aneh ato nggak nyambung komen ajj J

@fahdastevadit      ( http://risedirectioners.blogspot.com )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar