Part 14
.
.
.
Shilla
maupun Febby dek-dekan menunggu jawaban Ify. Riko dan Dayat pun tak
ketinggalan. Diam-diam mereka mengintip pembicaraan RiFy. Tapi, Shilla
yakin seratus persen kalo Ify pasti menjawab ‘ya’. Berani taruhan?
“Fy, Lo belum siap jadi pacar gue?” Tanya Rio memastikan.
Ify belum juga bicara. Batinnya berperang. Antara ‘iya’ atau ‘tidak’. Oh Ify, jawab dong! Kasian Rio..
“Mmm..” Ify mulai membuka mulutnya.
“Ya?” Tanya Rio. Jantungnya kembali berdetak lebih cepat.
Ify menatap Rio. “Gue nggak tau.” Jawabnya.
“Hemm,
apa Lo pengin gue nyanyi lagu Percaya Padaku? Sumpah Fy, gue cinta mati
ma elo. Ya meskipun Lo nggak mau jadi pacar gue, gue akan baik-baik aja
dan terus mencintai Lo dari jauh.”
Katakan yang
sebenarnya Fy, katakan! Perasaan Lo yang sebenarnya, ayo katakan! Lo
harus menyadari bahwa Rio adalah orang yang selama ini Lo cari. Katakan
yang sebenarnya Fy!
RiFy saling bertatapan. Rio masih
sempat tersenyum. Pelan-pelan Ify memberanikan diri menatap wajah Rio
dengan waktu yang cukup lama.
“Ngg.. Lo janji nggak akan tinggalin gue?” Tanya Ify memastikan.
Rio mengangguk sambil tersenyum ( Sulee.. Penulis ini ngefansnya sama senyuman Rio :D)
“Lo janji akan terus mencintai gue? Apapun keadaan gue?”
Rio mengangguk.
“Dan
Lo janji nggak akan mengingkari janji Lo untuk terus mencintai gue?
Selamanya? Kalo Lo ingkar janji Lo, gue nggak segan-segan bunuh diri.”
Rio
tertawa mendengar omongan Ify. Lalu dipeluknya Ify dengan penuh kasih
sayang. Ify pun merasakan aliran hangat yang menjalar di seluruh
sarafnya. Ya, apa susahnya bilang ‘ya’?
“Baiklah Yo, mulai sekarang Lo adalah cowok gue. Dan Lo nggak boleh suka sama cewek selain gue atau saudara Lo. Oke?” Kata Ify.
“Oke
sayang!” Kata Rio senang. Shilla cs terharu melihat aksi Rio yang
berjalan lancar. Bahkan melebihi sempurna. Ah Fy, akhirnya Lo takluk
juga ya sama cowok!
***
Pagi yang indah.
Pagi yang mengawali seluruh aktifitas. Ify bangun dari mimpi indahnya.
Tentu di mimpi itu ada pangerannya. Siapa lagi kalo bukan Rio? Ify
bangkit dari tidurnya lalu pergi menuju kamar mandi. Setelah itu ia
sarapan bersama kedua orangtuanya.
“Siapa pacar kamu itu Fy?” Tanya Mama.
Ify tersenyum malu. “Rio Ma namanya.”
“Anaknya cakep nggak? Cakepan mana sama Papa?” Goda Papa. Ify cuman ketawa.
“Ya
udah, Ify mau berangkat dulu. Rio udah nunggu diluar.” Pamit Ify. Tak
lupa ia mencium tangan orangtuanya. Ify berlari ke teras rumahnya.
Disana ada pangeran tampan yang menunggunya.
“Nggak nunggu lama?” Tanya Ify.
“Nggak. Ayo berangkat.” Jawab Rio. Ify tersenyum lalu menaiki motor Rio.
***
Di
kelas 1D, tentu Ify disuruh meneraktir Shilla, Febby dan Sivia. Ya,
Sivia mulai kembali menjadi Sivia yang dulu. Walau nggak sepenuhnya
kembali.
“Ntar dah Rio yang neraktir kalian semua.” Kata Ify.
“Ah, jahat Lo.” Kata Febby.
“Yee, makanya Lo punya pacar.” Kata Ify dan Febby ketawa.
Suara sepatu Pak Heru memberhentikan obrolan mereka. Masing-masing kembali pada bangkunya. Ify berbisik di telinga Shilla.
“Ntar sore kita shopping!”
Tentu Shilla nggak nolak. Ify mau shooping? Nggak salah denger tuh?
***
Cakka
berjalan pelan mengitari sekeliling villa itu. Karena bosan juga, Cakka
memutuskan keluar villa. Ia ingin menikmati pemandangan di luar villa.
Mungkin ada hal baru yang dapat ia temukan disana.
Oik
makin lama makin aneh. Cewek itu jarang pulang ke villa, dan Ray semakin
curiga pada Oik. Ray berisi keras kalo ia bukanlah orang yang
menghamlili Oik. Tapi Cakka sudah tidak peduli dengan masalah itu. Ah,
ingat Oik, Cakka jadi ingat dengan cewek yang ia temukan duduk dibangku
taman. Cakka ingat wajah cewek itu, tapi sayang ia belum sempat
menanyakan nama cewek itu.
Ada sebuah suara yang ia
dengar. Suara itu seperti suara... Gesekan biola. Cakka begitu tersentuh
mendengar gesekan indah dari biola itu. Pasti disekitar ini ada
seseorang yang sedang memainkan biola.
Benar kan! Cakka
melihat seorang cewek serius menggesekan biola berwarna cokelat. Tampang
cewek itu familiar. Tunggu! Bukannya dia, bukannya dia...
***
“Agni
cinta Cakka!!” Teriak seorang cewek yang memakai seragam putih abu-abu.
Cewek itu terlihat lelah. Namun yang diteriaki cuek aja. Agni berlari
mendekati Cakka.
“Apaan sih Lo?” Ketus Cakka.
“Agni cuman mo bilang kalo Agni cinta sama Cakka. Agni pengin jadi pacar Cakka.” Jelas Agni.
Cakka tersenyum sinis.
“Sorry ya, gue udah punya gebetan. Nah, itu dia!”
Seorang
cewek berpenampilan girly mendekati Cakka, lantas memegang lengan Cakka
manja. Melihat hal itu, Agni menjadi cemburu. Oik adalah rivalnya sejak
SMP. Sekarang, Oik telah merebut cowok impiannya?
“Jauhi Cakka ya Agni..” Kata Oik tersenyum licik.
“Kurang
ajar Lo!” Bentak Agni seraya meninggalkan dua manusia itu. Air matanya
menetes turun membasahi pipinya. Sementara Oik tersenyum puas melihar
rivalnya menangis tanda kekalahan.
“Yuk
kita pergi!” Kata Oik. Cakka pun menurut dan meninggalkan tempat itu.
Sejak itu, ia nyaris melupakan Agni. Nyaris saja ia melupakan Agni.
***
“Agni!” Teriak Cakka. Cewek yang sedang bermain biola itu terserentak kaget. Siapa sih yang tega menganggunya?
“Cakka?” Kata cewek itu nggak yakin. Cakka duduk disamping Agni.
“Ag, maafin gue. Maaf, gue udah nyakitin Lo.” Kata Cakka.
Agni
memadangi cowok disampingnya ini. Perasaannya saat ini sedang tak
karuan. Agni tak mau menambah beban pikirannya. Cukup masalah keluarga
saja yang dialaminya.
“Ya, gue maafin.” Jawab Agni. Ia kembali menggesekan biolanya.
Cakka
belum puas mendengar jawaban Agni. “Lo serius maafin gue? Dulu, gue
emang bodoh Ag. Oik udah gila. Gue nyesel milih dia. Seharusnya gue
milih elo.”
“Permisi.” Ucap Agni seraya meninggalkan Cakka.
“AGNI!!”
***
Dea
berkutat pada layar laptopnya. Tugas sekolahnya banyak sekali. Belum
lagi ntar mo ujian. Ah, capek! Tapi ia harus bisa mendapatkan nilai
bagus. Ya, Dea akan bersekolah di SMA Himalaya. Demi mewujudkan pembalas
dendamannya.
“Malam De! Sibuk ya?” Tanya Alvin mendekati Dea.
Dea tak bergeming. Ia masih sibuk dengan layar laptopnya. Hah! Kayak orang kantoran aja. Baca tuh buku, bukan laptop!
“Rio sukses nembak Ify.” Kata Alvin.
“Ohya? Syukurlah.” Kata Dea.
“Lo nggak cemburu?” Tanya Alvin.
“Cemburulah, Rio itu cowok gue. Ntar lagi hubungan mereka hancur juga. Saat gue diterima di SMA Lo.”
“Cowok Lo? Kapan jadiannya?”
“Plis Vin, Lo pergi aja. Gue sibuk nih.” Kata Dea.
“Halah!
Sibuk chatting ma Keke. Dasar!” Kata Alvin mengacak-acak rambut Dea
lalu pergi begitu aja. Tentu Dea kesal dengan kelakuan kakaknya.
Saat
situasi aman, maksudnya nggak ada siapa-siapa disini, Dea diam-diam
chatting bersama seorang preman yang ia kenali. Namanya Deka. Deka
memiliki anak buah yang banyak. Dea tersenyum penuh kemenangan. Memang,
ia dilahirkan sebagai anak yang licik.
Tenang aja, hidup Lo akan hancur Fy. Suatu hari nanti.
***
BRAAKK!!
Agni membating biolanya. Tentu hal itu mengundang banyak orang. Mama yang penasaran segera menemui Agni.
“Kamu kenapa sayang?” Tanya Mama Agni.
“Agni nggak papa. Ohya, apakah perjodohan itu masih berlaku?” Tanya Agni.
“Jadi kamu mau dinikahkan sama Sion?” Tanya Mama.
“Ya. Agni udah capek Ma. Ya udah, bilang aja pertunangan itu segera dilaksanakan.”
Agni
tiduran di atas kasurnya. Sesekali melihat biolanya setengah hancur.
Tapi Agni tak peduli. Pertemuannya tadi membuat masa lalunya kembali ia
rasakan. Oh, jadi Cakka baru sadar kalo Oik bukan cewek baik?
“Biola kamu kenapa? Hayo.. Ntar Mama nggak mau beliin lagi.”
“Terserah.” Jawab Agni cuek lantas menarik selimut dan membelakangi Mama. Mama melihat Agni sambil menggeleng-gelengkan kepala.
‘Ada-ada aja anak itu.’
***
“Gue nggak tahan lagi Yel. Gue mau bebas.” Kata Pricilla.
Gabriel
terdiam melihat cewek itu yang sedang memohon. Tapi apa boleh buat?
Keluarganya udah sepakat untuk meminang Pricilla, walau umurnya masih
dikatakan muda. Gabriel juga membantah perjodohan itu. Kayak zaman dulu
aja. Lalu, bagaimana dengan Sivia? Gabriel harus mendamaikan Mama dan
Sivia agar hidup Sivia menjadi tenang.
“Papa kenapa?” Tanya Gabriel.
Pricilla menghela nafas panjang. Sudah saatnya hal ini ia beritahu kepada Gabriel. Tapi ia takut. Gabriel menjadi frustasi.
“Mama pernah cerita ke gue tentang tante Hesti. Katanya, mantan suaminya menuduhnya.” Pricilla memberhentikan pembicaraan.
“Menuduhnya apa?” Tanya Gabriel semakin tak mengerti.
“Gue
nggak tau beneran apa nggak. Papa Lo menuduh Mama sebagai wanita
murahan. Wanita yang nggak baik. Wanita yang tak peduli dengan
kehormatannya.”
“Gue nggak percaya.” Bantah Gabriel.
“Gue juga. Parahnya lagi, Papa Lo menuduh tante Hesti.. Tante Hesti hamil di luar nikah. Dan bayi itu adalah elo.”
Otomatis
Gabriel menjadi kaget. Itu tidak benar. Ia adalah anak dari pasangan
Rafael Hendri dan Hesti Kurnia. Bukan dari orang lain. Sungguh, ini
adalah fitnah. Mama wanita yang baik.
“Nggak mungkin Priss.. Nggak mungkin. Darimana Papa tau kalo gue bukan anaknya?”
“Gue nggak tau Yel. Sewaktu Papa Lo tau, Papa langsung menceraikan Mama. Gue juga bingung sama Papa Lo.”
“Papa pasti bohong. Gue yakin.” Kata Gabriel.
“Sayangnya tidak. Rafael tidak pernah berbohong.” Kata sebuah suara dari dalam sana.
***
TBC....
Agni udah muncul tuh (:
Kalo ada yang aneh ato nggak nyambung komen ajj J
@fahdastevadit ( http://risedirectioners.blogspot.com )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar