expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Jumat, 14 Juni 2013

Please, Don't Forget Me! ( Part 11 )

Part 11

.

.

.

Malam ini adalah malam yang terindah bagi Shilla. Alvin mengajaknya jalan-jalan ke taman malam yang khusus ramai pada malam hari. Sesampai disana, Alvin menraktir Shilla semangkuk mie ayam dan secangkit teh hangat. Nggak nyambung malam-malam gini minum jus.

Alvin menatap Shilla dalam-dalam. Shilla emang cantik, Alvin akui Shilla sangat cantik. Sama seperti dulu. Alvin kagum dengan Shilla. Tapi ia rasa, cowok macam dia nggak pantas jadi sahabat Shilla. Orang yang cocok menjadi sahabat Shilla yaitu orang yang kaya, tidak jelek, ataupun pintar.

Dulu memang berbeda dari sekarang. Alvin bukanlah Alvin yang dulu. Alvin bukanlah cowok jelek berkacamata. Tetapi Alvin sekarang adalah Alvin yang mampu menarik perhatian para cewek. Semua ia lakukan atas pembalas dendaman pada dua cewek yang telah menghinanya dan adiknya dulu. Ify dan Shilla.

“Kok nggak dimakan Vin?” Tanya Shilla.

Alvin tersadar. Ia menatap Shilla yang juga sedang menatapnya. Entah mengapa ada rasa aneh yang datang memenuhi relung sukmanya. Ah, jangan! Alvin sudah berjanji untuk tidak terpengaruh dengan kecantikan cewek ini. Karena Alvin sangat dendam sama Shilla.

“Ini gue makan.” Jawab Alvin segera menyantap mie ayam yang tadi belum disentuhnya. Shilla tertawa melihat cara makan Alvin. Tiba-tiba ingatannya kembali pada masa itu. Muncul keraguan dipikirannya.

“Vin..” Ucap Shilla.

“Ya?”

“Lo masih dendam ma gue dan Ify?”

Pertanyaaan yang paling susah dijawab. Jujur aja, Alvin sangat dendam. Apalagi didukung keinginan Dea yang juga ingin membalas dendam. Tapi, Alvin begitu bahagia bersama Shilla. Alvin bingung dengan perasaannya.

“Vin..”

“Eh, nggak kok. Gue udah maafin Lo sejak dulu.” Jawab Alvin ragu. Shilla percaya apa yang dikatakan Alvin tadi. Shilla yakin Alvin adalah orang yang selama ini dicarinya, pangeran hidupnya.

Setelah itu, mereka disibukkan dengan acara makan-makan. Alvin maupun Shilla tidak ada yang bicara. Tiba-tiba kepala Alvin menjadi pusing. Alvin merasakan tubuhnya menjadi lemah.

“Lo kenapa Vin?” Tanya Shilla.

“Eng.. Gue nggak papa. Shill, gue kesana sebentar ya. Lo duduk aja dibangku itu.” Kata Alvin. Shilla nurut aja tanpa mencurigai Alvin.

Alvin pergi ke suatu tempat. Tempat yang jauh dari keramaian.

***

Cowok itu melihat bangku kenangannya bersama mantannya. Oik. Entah rasa cinta itu belum juga mengilang. Lalu, ia melihat disana ada cewek yang duduk menyendiri. Menatap sejuta bintang diangkasa. Cakka tertarik menemui cewek itu.

“Kamuu..” Cewek itu begitu kaget melihat cowok cakep di depannya.

“Ya. Gue Cakka, salah satu personil blackboy.” Kata Cakka ramah.

Shilla begitu senang didatangi cowok cakep seperti Cakka. Hei! Dia orang terkenal. Dia salah satu personil blackboy. Ah, minta tanda tangan nggak ya?

“Ngg.. Ngapain kamu kesini?” Tanya Shilla.

“Nggak ada kok.” Jawab Cakka. Ia duduk disamping Shilla sambil merasakan udara dingin yang menerpa tulang rusuknya.

Jauh dari tempat itu, seorang cowok menatap pemandangan itu dengan dua perasaan. Takut dan cemburu. Ia takut Shilla dekat dengan personil blackboy itu.

“Pulang ma gue yuk!” Ajak Cakka.

Shilla bingung mau jawab apa. Tapi, bukankah ini merupakan kesempatan besar baginya? Pulang bareng Cakka?

Message To : My Prince

Vin, shilla mo pulang bareng temen. Gpp ya nnti Alvin pulang tnpa Shilla, oke? J 

Belum semenit Alvin langsung membalasnya.

Message From : My Prince

Gpp kok, jaga dirimu J 

Alvin sangat baik. Eh, tapi, itu sama artinya membohongi Alvin. Cakka kan bukan temannya. Mungkin Alvin mengira ia pulang sama Ify.

“Gimana?” Tanya Cakka.

“Mmm, baiklah.” Jawab Shilla.

***

“Makasih ya..” Kata Shilla tersenyum.

“Sama-sama.” Jawab Cakka.

Sebelum balik, diam-diam Cakka memerhatikan wajah cewek itu. Wajahnya nggak kalah cantik dengan wajah Oik. Entah mengapa, Cakka begitu nyaman dan tenang melihat wajah itu.

‘Jatuh cinta? Secepat itukah gue jatuh cinta?’ Batin Cakka.

***

Wajahnya begitu pucat. Namun Alvin berusaha seperti biasanya. Pagi ini ia akan menjemput Shilla. Sesuai kesepakatan. Selama ia menjadi pacar Shilla, setiap harinya ia mengantar Shilla sekolah. Kan ia dan Shilla juga satu sekolah. Jadi Alvin nggak rugi, justru Alvin merasa bahagia.

“Pagi Vin...” Sapa Shilla.

“Pagi juga..” Jawab Alvin. Alvin tau Shilla sedang bahagia. Ya, siapa lagi kalo bukan Cakka?

“Kenapa muka Lo pucat?” Tanya Shilla. Ia takut terjadi apa-apa pada Alvin. Karena ia tau, ia sangat mencintai Alvin dan nggak mau kehilangan Alvin.

“Gue nggak papa. Ya udah, kita berangkat aja.” Kata Alvin dan diangguki Shilla.

***

Di kelas 1D, gosip-gosip menyebar. Shilla yang nggak tau apa-apa tiba-tiba aja kaget. Tiga temannya menatap Shilla dengan tatapan tak biasa. Ada apa ini? Tanya Shilla dalam hati. Sumpah demi apa, ia nggak tau kenapa teman sekelasnya memandangnya dengan tatapan lain, ya kecuali Ify. Cewek itu cuek aja dan nggak mau tau apa masalah Shilla.

“Ada apa sih Fy?” Tanya Shilla penasaran. Berharap sahabatnya itu mau menjelaskan.

Ify mengangkat bahu. Ia disibukkan dengan membaca buku biologi (lagi).

“Ada apa sih?” Tanya Shilla, nggak tau nanyanya ke siapa.

“Hei! Lo kemaren kan jalan-jalan berdua ma Alvin, terus, kenapa Lo pulang ma Cakka?” Kata Zahra, teman sekelasnya.

Oalawala.. Ternyata itu to.. Shilla hanya tersenyum saja. Zahra memandang aneh wajah Shilla. Kok malah ketawa sih?

“Kenapa Lo?” Tanya Zahra.

“Bilang aja cemburu.” Goda Shilla. Zahra semakin kesal.

“Emang Lo ma Cakka ada hubungan apa sih? Terus, Alvin Lo apain?”

“Denger ya, Cakka itu bukan apa-apa gue. Kebetulan dia ngajak gue pulang bareng. Ya gue nurut aja. Alvin juga lagi ada urusan. Tapi, bukan artinya gue selingkuh. Bukan. Gue nggak suka sama Cakka. Alvin baru cowok yang paling gue cintai. Ngerti nggak? Emangnya Lo tau darimana kalo gue pulang ma Cakka?” Jelas+Shilla.

Belum sempat Zahra menjawab, suara sepatu Bu Devi terdengar memenuhi ruang itu. Semua murid kembali keasalnya. Tapi, Zahra masih sempat membisikkan Shilla dari jarak jauh, dan Shilla tau apa yang dibisikkan Zahra.

“Gue taunya dari Kak Oik..”

***

PLANG !!!

Suara piring pecah membuat telinganya sakit. Sivia melihat pecahan piring itu. Lalu, perlahan ia membersihkan pecahan itu. Mama keluar dari kamarnya langsung membentak Sivia.

“Kamu itu, bikin ribut aja. Kamu belum tau ya harga piring itu?” Bentak Mama, atau lebih tepatnya lagi, Mama tirinya. Sivia berasa jadi cinderella jaman sekarang. Kedua orangtuanya sudah meninggal karena kecelakaan. Tapi, untungnya anak Bu Hesti-Mama tiri-yang bernama Gabriel baik padanya. Dan ajaibnya, nggak heran Gabriel juga sering dibentaki Mama. Gabriel maupun Sivia sama sekali nggak tau kenapa sifat Mama seperti itu. Padahal, dulu Mama itu orangnya baik, pengertian, dan lemah lembut.

“Maafin Sivia Ma..” Kata Sivia.

“Maaf..Maaf.. Kalau kamu ulangi lagi, saya nggak segan-segan kasih hukuman berat buat kamu. SEMINGGU TIDAK SEKOLAH!!”

“Jangan Ma.. Sivia nggak mau.. Sivia mau sekolah..” Tangis Sivia. Sekarang aja dia nggak sekolah karena ia melakukan suatu kesalahan kecil. Kemarin sempat ia telat karena kesalahan kecil itu juga.

Dari pintu masuk, datang seorang cowok dengan tampang khawatir. Cowok itu begitu khawatir dengan adik tirinya, Sivia.

“Lo nggak papa Vi?” Tanya Gabriel.

Sivia hanya mengangguk pasrah.

“Noh urusin cewek itu! Mama banyak urusan!” Kata Mama seraya meninggalkan Gabriel dan Sivia.

“Mama emang aneh Vi, gue nggak tau kenapa dia bisa begitu..” Lirih Gabriel.

***

Sepulang sekolah, Shilla mengajak Ify dan Febby jalan-jalan ke Mall. Tentu Febby nggak bisa menolak. Sementara Ify tentu menolak. Ify juga baru tau kalo Febby maniak shoping kayak Shilla.

“Ayolah Fy.. Ikut gue ya..” Mohon Shilla.

“Nggak bisa Shilla..” Jawab Ify.

“Kenapa nggak bisa sih? Ntar kita ditraktir Shilla lho.” Tambah Febby.

“Gue nggak mau.” Ify tetap pada pendiriannya.

Akhirnya, Shilla memiliki ide cemerlang. “Ntar kalo Lo ikut, gue bakal beliin Lo novel. Gimana?”

***

Motor revo itu terparkir di halaman rumah. Sang pemilik motor segera masuk ke dalam rumah. Keringat dingin membasahi sebagian tubuh sang pemilik. Setelah ia tau apa yang telah terjadi pada dirinya, setelah ia tau umurnya nggak panjang lagi.. Ah Vin, Lo ngomong apa? Bukannya Lo berjanji untuk terus bertahan?

Ya, tadi Alvin sempat pergi ke rumah sakit karena kondisinya makin parah. Alvin begitu tersiksa dengan cobaan ini.

“Kak Alvin.. Baru datang?” Teriak Dea.

“E.. Iya.. Ada apa?” Jawab+Tanya Alvin.

Dea tersenyum penuh harap. “Mmm, siapa nama panjang temen Lo yang nama panggilannya Rio itu?”

“Ada apa sih? Lo naksir ya ma dia?” Goda Alvin. Ia berusaha untuk ceria.

“Gue kan cuman mo nanya aja, masa’ nggak boleh?”

“Mmm, namanya Mario Stevano.” Jawab Alvin.

Cihuiii... Jadi Rio yang dimaksud Keke adalah Rio temannya Alvin. Wah, perfect banget nih..

“Ada apa emang?” Tanya Alvin.

“Nggak kok. Lo punya Fbnya? Soalnya gue pengin liat wajahnya. Cakep enggak.”

Alvin tertawa mendengar perkataan adiknya.

“Cakep kok De.”

Tiba-tiba, sebuah ide muncul dibenaknya.

‘Ya, walaupun umur gue dikit, gue masih bisa balas dendam.’

***

Siang ini, Rio duduk bersila di pinggir kolam renang. Tempat inilah tempat kesayangannya. Disini, Rio bisa mencurhatkan segala masalahnya. Termasuk masalah cinta. Rio yakini. Ia telah jatuh cinta pada Ify. Ya, cinta pertamanya.

Meskipun Ify cuek padanya, Rio menangkap sesuatu dari mata Ify. Kedua mata itu seakan-akan tersenyum saat melihatnya. Rio tau dari cerita Shilla kalo Ify itu anti cowok karena Ify sudah disakiti oleh cowok yang bernama Gabriel.

Rio tau itu semua. Tapi Rio bukan cowok seperti Gabriel. Rio yakin, di hidupnya hanya sekali ia jatuh cinta. Yaitu pada seorang cewek yang bernama Alyssa Saufika.

Drtdrt...

Hpnya berdering. Ada pesan baru. Rio membukanya dengan malas. Dan benarkan, ada nomor asing yang iseng mengerjainya.

From : 08198xxxxxxx

Hy cwo! Lgie apa tuu ???? J 

***
TBC....

Nah, siapa yang sms Rio ???

Kalo ada yang aneh ato nggak nyambung komen ajj J

@fahdastevadit      ( http://risedirectioners.blogspot.com )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar