Part 11
.
.
.
Malam
ini adalah malam yang terindah bagi Shilla. Alvin mengajaknya
jalan-jalan ke taman malam yang khusus ramai pada malam hari. Sesampai
disana, Alvin menraktir Shilla semangkuk mie ayam dan secangkit teh
hangat. Nggak nyambung malam-malam gini minum jus.
Alvin
menatap Shilla dalam-dalam. Shilla emang cantik, Alvin akui Shilla
sangat cantik. Sama seperti dulu. Alvin kagum dengan Shilla. Tapi ia
rasa, cowok macam dia nggak pantas jadi sahabat Shilla. Orang yang cocok
menjadi sahabat Shilla yaitu orang yang kaya, tidak jelek, ataupun
pintar.
Dulu memang berbeda dari sekarang. Alvin bukanlah
Alvin yang dulu. Alvin bukanlah cowok jelek berkacamata. Tetapi Alvin
sekarang adalah Alvin yang mampu menarik perhatian para cewek. Semua ia
lakukan atas pembalas dendaman pada dua cewek yang telah menghinanya dan
adiknya dulu. Ify dan Shilla.
“Kok nggak dimakan Vin?” Tanya Shilla.
Alvin
tersadar. Ia menatap Shilla yang juga sedang menatapnya. Entah mengapa
ada rasa aneh yang datang memenuhi relung sukmanya. Ah, jangan! Alvin
sudah berjanji untuk tidak terpengaruh dengan kecantikan cewek ini.
Karena Alvin sangat dendam sama Shilla.
“Ini gue makan.”
Jawab Alvin segera menyantap mie ayam yang tadi belum disentuhnya.
Shilla tertawa melihat cara makan Alvin. Tiba-tiba ingatannya kembali
pada masa itu. Muncul keraguan dipikirannya.
“Vin..” Ucap Shilla.
“Ya?”
“Lo masih dendam ma gue dan Ify?”
Pertanyaaan
yang paling susah dijawab. Jujur aja, Alvin sangat dendam. Apalagi
didukung keinginan Dea yang juga ingin membalas dendam. Tapi, Alvin
begitu bahagia bersama Shilla. Alvin bingung dengan perasaannya.
“Vin..”
“Eh,
nggak kok. Gue udah maafin Lo sejak dulu.” Jawab Alvin ragu. Shilla
percaya apa yang dikatakan Alvin tadi. Shilla yakin Alvin adalah orang
yang selama ini dicarinya, pangeran hidupnya.
Setelah itu,
mereka disibukkan dengan acara makan-makan. Alvin maupun Shilla tidak
ada yang bicara. Tiba-tiba kepala Alvin menjadi pusing. Alvin merasakan
tubuhnya menjadi lemah.
“Lo kenapa Vin?” Tanya Shilla.
“Eng..
Gue nggak papa. Shill, gue kesana sebentar ya. Lo duduk aja dibangku
itu.” Kata Alvin. Shilla nurut aja tanpa mencurigai Alvin.
Alvin pergi ke suatu tempat. Tempat yang jauh dari keramaian.
***
Cowok
itu melihat bangku kenangannya bersama mantannya. Oik. Entah rasa cinta
itu belum juga mengilang. Lalu, ia melihat disana ada cewek yang duduk
menyendiri. Menatap sejuta bintang diangkasa. Cakka tertarik menemui
cewek itu.
“Kamuu..” Cewek itu begitu kaget melihat cowok cakep di depannya.
“Ya. Gue Cakka, salah satu personil blackboy.” Kata Cakka ramah.
Shilla
begitu senang didatangi cowok cakep seperti Cakka. Hei! Dia orang
terkenal. Dia salah satu personil blackboy. Ah, minta tanda tangan nggak
ya?
“Ngg.. Ngapain kamu kesini?” Tanya Shilla.
“Nggak ada kok.” Jawab Cakka. Ia duduk disamping Shilla sambil merasakan udara dingin yang menerpa tulang rusuknya.
Jauh
dari tempat itu, seorang cowok menatap pemandangan itu dengan dua
perasaan. Takut dan cemburu. Ia takut Shilla dekat dengan personil
blackboy itu.
“Pulang ma gue yuk!” Ajak Cakka.
Shilla bingung mau jawab apa. Tapi, bukankah ini merupakan kesempatan besar baginya? Pulang bareng Cakka?
Message To : My Prince
Vin, shilla mo pulang bareng temen. Gpp ya nnti Alvin pulang tnpa Shilla, oke? J
Belum semenit Alvin langsung membalasnya.
Message From : My Prince
Gpp kok, jaga dirimu J
Alvin
sangat baik. Eh, tapi, itu sama artinya membohongi Alvin. Cakka kan
bukan temannya. Mungkin Alvin mengira ia pulang sama Ify.
“Gimana?” Tanya Cakka.
“Mmm, baiklah.” Jawab Shilla.
***
“Makasih ya..” Kata Shilla tersenyum.
“Sama-sama.” Jawab Cakka.
Sebelum
balik, diam-diam Cakka memerhatikan wajah cewek itu. Wajahnya nggak
kalah cantik dengan wajah Oik. Entah mengapa, Cakka begitu nyaman dan
tenang melihat wajah itu.
‘Jatuh cinta? Secepat itukah gue jatuh cinta?’ Batin Cakka.
***
Wajahnya
begitu pucat. Namun Alvin berusaha seperti biasanya. Pagi ini ia akan
menjemput Shilla. Sesuai kesepakatan. Selama ia menjadi pacar Shilla,
setiap harinya ia mengantar Shilla sekolah. Kan ia dan Shilla juga satu
sekolah. Jadi Alvin nggak rugi, justru Alvin merasa bahagia.
“Pagi Vin...” Sapa Shilla.
“Pagi juga..” Jawab Alvin. Alvin tau Shilla sedang bahagia. Ya, siapa lagi kalo bukan Cakka?
“Kenapa
muka Lo pucat?” Tanya Shilla. Ia takut terjadi apa-apa pada Alvin.
Karena ia tau, ia sangat mencintai Alvin dan nggak mau kehilangan Alvin.
“Gue nggak papa. Ya udah, kita berangkat aja.” Kata Alvin dan diangguki Shilla.
***
Di
kelas 1D, gosip-gosip menyebar. Shilla yang nggak tau apa-apa tiba-tiba
aja kaget. Tiga temannya menatap Shilla dengan tatapan tak biasa. Ada
apa ini? Tanya Shilla dalam hati. Sumpah demi apa, ia nggak tau kenapa
teman sekelasnya memandangnya dengan tatapan lain, ya kecuali Ify. Cewek
itu cuek aja dan nggak mau tau apa masalah Shilla.
“Ada apa sih Fy?” Tanya Shilla penasaran. Berharap sahabatnya itu mau menjelaskan.
Ify mengangkat bahu. Ia disibukkan dengan membaca buku biologi (lagi).
“Ada apa sih?” Tanya Shilla, nggak tau nanyanya ke siapa.
“Hei! Lo kemaren kan jalan-jalan berdua ma Alvin, terus, kenapa Lo pulang ma Cakka?” Kata Zahra, teman sekelasnya.
Oalawala.. Ternyata itu to.. Shilla hanya tersenyum saja. Zahra memandang aneh wajah Shilla. Kok malah ketawa sih?
“Kenapa Lo?” Tanya Zahra.
“Bilang aja cemburu.” Goda Shilla. Zahra semakin kesal.
“Emang Lo ma Cakka ada hubungan apa sih? Terus, Alvin Lo apain?”
“Denger
ya, Cakka itu bukan apa-apa gue. Kebetulan dia ngajak gue pulang
bareng. Ya gue nurut aja. Alvin juga lagi ada urusan. Tapi, bukan
artinya gue selingkuh. Bukan. Gue nggak suka sama Cakka. Alvin baru
cowok yang paling gue cintai. Ngerti nggak? Emangnya Lo tau darimana
kalo gue pulang ma Cakka?” Jelas+Shilla.
Belum sempat
Zahra menjawab, suara sepatu Bu Devi terdengar memenuhi ruang itu. Semua
murid kembali keasalnya. Tapi, Zahra masih sempat membisikkan Shilla
dari jarak jauh, dan Shilla tau apa yang dibisikkan Zahra.
“Gue taunya dari Kak Oik..”
***
PLANG !!!
Suara
piring pecah membuat telinganya sakit. Sivia melihat pecahan piring
itu. Lalu, perlahan ia membersihkan pecahan itu. Mama keluar dari
kamarnya langsung membentak Sivia.
“Kamu itu, bikin ribut
aja. Kamu belum tau ya harga piring itu?” Bentak Mama, atau lebih
tepatnya lagi, Mama tirinya. Sivia berasa jadi cinderella jaman
sekarang. Kedua orangtuanya sudah meninggal karena kecelakaan. Tapi,
untungnya anak Bu Hesti-Mama tiri-yang bernama Gabriel baik padanya. Dan
ajaibnya, nggak heran Gabriel juga sering dibentaki Mama. Gabriel
maupun Sivia sama sekali nggak tau kenapa sifat Mama seperti itu.
Padahal, dulu Mama itu orangnya baik, pengertian, dan lemah lembut.
“Maafin Sivia Ma..” Kata Sivia.
“Maaf..Maaf.. Kalau kamu ulangi lagi, saya nggak segan-segan kasih hukuman berat buat kamu. SEMINGGU TIDAK SEKOLAH!!”
“Jangan
Ma.. Sivia nggak mau.. Sivia mau sekolah..” Tangis Sivia. Sekarang aja
dia nggak sekolah karena ia melakukan suatu kesalahan kecil. Kemarin
sempat ia telat karena kesalahan kecil itu juga.
Dari pintu masuk, datang seorang cowok dengan tampang khawatir. Cowok itu begitu khawatir dengan adik tirinya, Sivia.
“Lo nggak papa Vi?” Tanya Gabriel.
Sivia hanya mengangguk pasrah.
“Noh urusin cewek itu! Mama banyak urusan!” Kata Mama seraya meninggalkan Gabriel dan Sivia.
“Mama emang aneh Vi, gue nggak tau kenapa dia bisa begitu..” Lirih Gabriel.
***
Sepulang
sekolah, Shilla mengajak Ify dan Febby jalan-jalan ke Mall. Tentu Febby
nggak bisa menolak. Sementara Ify tentu menolak. Ify juga baru tau kalo
Febby maniak shoping kayak Shilla.
“Ayolah Fy.. Ikut gue ya..” Mohon Shilla.
“Nggak bisa Shilla..” Jawab Ify.
“Kenapa nggak bisa sih? Ntar kita ditraktir Shilla lho.” Tambah Febby.
“Gue nggak mau.” Ify tetap pada pendiriannya.
Akhirnya, Shilla memiliki ide cemerlang. “Ntar kalo Lo ikut, gue bakal beliin Lo novel. Gimana?”
***
Motor
revo itu terparkir di halaman rumah. Sang pemilik motor segera masuk ke
dalam rumah. Keringat dingin membasahi sebagian tubuh sang pemilik.
Setelah ia tau apa yang telah terjadi pada dirinya, setelah ia tau
umurnya nggak panjang lagi.. Ah Vin, Lo ngomong apa? Bukannya Lo
berjanji untuk terus bertahan?
Ya, tadi Alvin sempat pergi ke rumah sakit karena kondisinya makin parah. Alvin begitu tersiksa dengan cobaan ini.
“Kak Alvin.. Baru datang?” Teriak Dea.
“E.. Iya.. Ada apa?” Jawab+Tanya Alvin.
Dea tersenyum penuh harap. “Mmm, siapa nama panjang temen Lo yang nama panggilannya Rio itu?”
“Ada apa sih? Lo naksir ya ma dia?” Goda Alvin. Ia berusaha untuk ceria.
“Gue kan cuman mo nanya aja, masa’ nggak boleh?”
“Mmm, namanya Mario Stevano.” Jawab Alvin.
Cihuiii... Jadi Rio yang dimaksud Keke adalah Rio temannya Alvin. Wah, perfect banget nih..
“Ada apa emang?” Tanya Alvin.
“Nggak kok. Lo punya Fbnya? Soalnya gue pengin liat wajahnya. Cakep enggak.”
Alvin tertawa mendengar perkataan adiknya.
“Cakep kok De.”
Tiba-tiba, sebuah ide muncul dibenaknya.
‘Ya, walaupun umur gue dikit, gue masih bisa balas dendam.’
***
Siang
ini, Rio duduk bersila di pinggir kolam renang. Tempat inilah tempat
kesayangannya. Disini, Rio bisa mencurhatkan segala masalahnya. Termasuk
masalah cinta. Rio yakini. Ia telah jatuh cinta pada Ify. Ya, cinta
pertamanya.
Meskipun Ify cuek padanya, Rio menangkap
sesuatu dari mata Ify. Kedua mata itu seakan-akan tersenyum saat
melihatnya. Rio tau dari cerita Shilla kalo Ify itu anti cowok karena
Ify sudah disakiti oleh cowok yang bernama Gabriel.
Rio
tau itu semua. Tapi Rio bukan cowok seperti Gabriel. Rio yakin, di
hidupnya hanya sekali ia jatuh cinta. Yaitu pada seorang cewek yang
bernama Alyssa Saufika.
Drtdrt...
Hpnya berdering. Ada pesan baru. Rio membukanya dengan malas. Dan benarkan, ada nomor asing yang iseng mengerjainya.
From : 08198xxxxxxx
Hy cwo! Lgie apa tuu ???? J
***
TBC....
Nah, siapa yang sms Rio ???
Kalo ada yang aneh ato nggak nyambung komen ajj J
@fahdastevadit ( http://risedirectioners.blogspot.com )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar