expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Sabtu, 21 September 2013

Miracle of Rainbown ( Part 4 )

Part 4

.

.

.

Suasana di kantin mulai sepi. Hanya ada lima orang yang masih ada di kantin. Termasuk Ify dan Sivia. Kedua cewek itu masih menikmati kedamaian kantin tanpa ada yang mengganggu. Kata Sivia, ia dan Ify yang berkuasa hari ini.

“Lo yakin Fy nggak mau deketin kak Rio?” Tanya Sivia, lagi.

“Udah lah Vi, jangan bahas soal itu lagi.” Kata Ify.

Lama-lama, Ify kepikiran juga ama omongan Sivia itu. Deketin Kak Rio? Tapi, nggak ada salahnya juga kan deketin Rio. Semua cewek bebas kok ama Rio. Tapi, menurutnya, setiap cewek yang berusaha mendekati Rio ujung-ujungnya gagal. Rio tidak mau menerima cewek manapun. Bahkan Shilla yang mati-matian demi mendapatkan Rio ditolak halus ama Rio.

Cewek cantik dan terkenal macam Shilla saja ditolak ama Rio, apalagi cewek sederhana seperti dirinya? Kalo Shilla ditolak dengan cara halus, kemungkinan besar ia ditolak secara kasar. Itu sih menurut pemikirannya.

“Tapi kan Vi, Kak Rio itu sering menolak cewek yang mendekatinya. Apalagi gue yang nggak punya apa-apa?”

“Lo kan belum berusaha Fy. Jadi, berusahalah demi cinta lo ke Kak Rio. Belum-belum udah nyerah. Jangan liat cewek lain yang udah ditolak ama kak Rio. Mungkin cara mereka yang salah, dan lo harus pake cara lain. Cara yang lain daripada yang lain. Gue yakin, kak Rio tertarik ama lo.” Jelas Sivia.

“Yakin?” Tanya Ify.

“Yakin sekali.”

Apa salahnya juga kan mencoba? Kalo ntar gagal ya nggak apa-apa. Niatnya untuk deketin Rio cuman main-main aja kok. Nggak terlalu berharap banyak toh ia yakin sekali kak Rio nggak bakal suka padanya.

“Balik yuk Fy!” Kata Sivia dan diangguki Ify.

Kedua cewek itu berjalan santai menuju kelas mereka, yaitu kelas 1D. Saat mereka hendak melewati lapangan utama, datang seorang cewek cantik yang merupakan anak buah Febby. Bukannya cewek itu nggak bolos sekolah?

“Ngapain aja kalian ke kantin?” Kata cewek itu sedikit membentak.

Siapa sih yang kenal ama Oik Cahya? Teman bangku Shilla yang lagi semangatnya mengejar Cakka. Pasti ada alasan kenapa hari ini Oik tidak bolos. Biasanya, dia yang paling rajin bolos sekolah dibanding teman-temannya yang lain.

“Ng..Nggak ada kok kak.” Jawab Ify takut.

Walau Oik masih kelas dua, kakak kelas tiga banyak yang berani lawan dia. Pernah lho Oik lawan kakak kelas yang bernama Gita dan akhirnya Gita yang minta maaf dan nggak mau ngulangin kesalahannya. Sebegitu hebatkah Oik?

“Nggak ada?” Oik berputar mengelilingi Ify dan Sivia. “Tampang kalian di bawah rata-rata. Kalian nggak pantas nyebut-nyebut Rio. Kalian harus tau diri dong!” Lanjut Oik.

“Emang kenapa? Suka-suka kita bicarain siapapun.” Kata Sivia. Cewek itu berani juga melawan kakak kelas yang paling ditakutkan di SMA Vega.

Mendengar perkataan Sivia, Oik menatap Sivia dengan tajam. Berani-beraninya adik kelas itu membantah omongannya. Ooo, ia tau. Cewek ini kan adeknya Dayat yang juga termasuk most wanted boy walau nggak seterkenal CRAG. Jadi, mudah saja kan Sivia lapor ke Dayat kalo ia udah dibentaki ama cewek yang bernama Oik Cahya.

“Oke. Tapi masalahnya, temen lo yang satu itu kenapa mau deketin Rio segala? Kayak nggak ada kerjaan aja.”

Jadi, Oik mendengar percakapan mereka di kantin? Seharusnya Sivia lebih berhati-hati. Kantin adalah tempat umum dan kalo mau bicara jangan terlalu rahasia. Ntar kalo ketahuan kan bisa jadi masalah besar. Seperti saat ini.

“Ng..Nggak kok kak. Ify nggak punya niat deketin kak Rio. Ify tau diri kok.” Kata Ify.

“Bohong! Gue nggak percaya. Mana ada cewek yang nggak mau deketin cowok seperti Rio? Tapi tenang aja. Rio bakal jadian ama Shilla secepatnya, dan lo nggak akan bisa menjadi pacarnya. Ohya, mana mungkin juga Rio macarain cewek kayak lo?”

Setelah mengucapkan hal itu, Oik akhirnya pergi. Ingin saja Sivia mencabik-cabik tuh cewek. Mentang-mentang punya wajah cantik dan gue enggak, batin Sivia.

“Lo nggak papa Fy?” Tanya Sivia.

“Ng..Nggak papa kok.” Jawab Ify dengan suara sedikit bergetar. Mungkin Ify sakit hati ama omongan Oik tadi.

“So, lo jadi nggak deketin Rio?”

***

Mulai hari ini, Alvin siap mengubah sifatnya yang buruk. Dalam hati, ia berujar untuk menghapus gelar playboy yang ada dalam dirinya. Dan mulai hari ini juga, Alvin siap mencari seorang cewek yang benar-benar ia cintai.

“Lo putus ma Febby?” Tanya Gabriel.

CRAG sedang ada di markasnya. Gabriel yang pertama membuka awal pembicaraan mengenai hubungan Alvin dan Febby yang sudah berakhir.

“Ya.” Jawab Alvin singkat. Hari ini, ia malas sekali bicara.

“Cepat banget putusnya. Gue aja yang naksir ma Shilla sampai sekarang nggak berhasil juga dapatkan Shilla.” Kata Gabriel tanpa sadar.

“Jadi lo naksir ma Shilla?” Tanya CRA kompak. Gabriel menutup telinganya. Sial! Ia tadi keceplosan dan akibatnya ketiga sahabatnya itu tau kalo ia naksir ama Shilla.

“Iya. Gue emang suka ma Shilla. Puas kalian?”

“Sebaiknya, jangan sama Shilla deh. Kan cewek itu lagi ngejer Rio.” Kata Cakka melirik Rio yang sedang melamun.

“Tenang aja, Rio nggak bakal suka ma Shilla.” Kata Gabriel tenang.

Rio emang sudah berjanji ke Gabriel kalo ia tidak akan menyukai Shilla. Ini membuat Gabriel tenang dan tidak frustrasi demi mendapatkan Shilla. Kalo Rio naksir Shilla kan ia rugi juga? Kehilangan cewek yang ia sukai dan mulai membenci Rio plus CRAG nggak kompak lagi kayak dulu. Syukurlah Rio tidak menyukai Shilla...

“Yo, siapa sih yang lo pikirkan?” Tanya Alvin.

“Mmm, nggak ada.” Jawab Rio.

Rasa penasaran itu kembali menyerangnya. Jujur, Alvin kasian melihat Rio. Pasti sahabatnya itu sedang ada masalah dan tidak mau memberitahu ke siapapun. Termasuk dirinya.


“Gue nggak suka liat lo kayak gini. Gue suka lo yang dulu. Lo yang ramah dan nggak secuek ini.”

“Gue nggak cuek Vin. Gue berusaha ramah. Oke. Gue emang punya masalah besar. Tapi gue nggak akan beritahu kesiapapun. Maafin gue. Kalo gitu, gue mo balik ke kelas.”

Bagaikan angin yang cepat berlalu. Rio udah nggak ada lagi di dalam markas. Gabriel, Cakka dan Alvin tidak mengerti arti dari perubahan Rio itu. Dan masalah itu, sepertinya masalah yang sangat besar. Masalah yang mampu mengubah Rio menjadi seperti ini. Kira-kira, apa masalah Rio?

“Gue mau balik juga.” Kata Alvin akhirnya.

Tuh kan, gara-gara Rio, CRAG nggak seceria dulu lagi. Masalah Rio harus cepat teratasi dan CRAG kembali menjadi seperti dulu lagi. CRAG yang ceria dan saling membantu satu sama lain.

***

Sepertinya, bukan Rio saja tuh yang punya masalah. Cakka juga memiliki sebuah masalah. Sejak ia bertemu cewek yang pernah membetaknya waktu di mall itu, Cakka jadi penasaran ama tuh cewek. Dari Alvin, Cakka baru tau nama cewek yang membuatnya penasaran itu bernama Agni. Cewek tomboi dan sedikit tersinggung. Nggak tau kenapa.

Waktu inilah yang sangat tepat untuk berbicara ama Agni. Sore ini adalah jadwal latihan basket dan untungnya Agni juga ikut ekskull basket. Melihat anak-anak lain yang sedang asyik mendribel bola dan menshoot bola, diam-diam Cakka pergi dan mencari sosok Agni.

Tim ceweknya sedang istirahat di kantin. Disana, Cakka bisa dengan jelas melihat wajah Agni yang sedikit mudah marah. Kalo dilihat dengan seksama, wajah itu manis juga. Rambut Agni yang panjangnya sebahu dikucir kuda dan tentu nggak rapi. Apa ia berani mendekati cewek-cewek itu?

“Wau, ada Cakka. Ada apa?” Tanya Nadia, anak 2IPS-1.

“Mmm, gue mo bicara penting ma Agni.” Kata Cakka.

Tentu, cewek-cewek itu pada kaget. Ngapain Cakka nyari Agni? Bukannya Cakka nggak terlalu akrab ama Agni? Bisa ditebak bagaimana reaksi Agni.

“Mau apa lo?” Bentak Agni garang. Cakka mencoba menebak mengapa Agni membentaknya. Tapi, jawaban itu nggak datang-datang juga. Agni lagi datang bulan kali makanya dia marah dan suka bentak-bentak.

“Kita bicaranya jangan disini.” Kata Cakka berusaha tenang.

“Bicara ama cowok kayak lo? Huek! Males gue. Sono, jauh-jauh dari tempat ini. Sekalian pergi ke planet mars.”

Aneh kan? Padahal, ia bicaranya baik-baik. Kok dibalas dengan kasar ya ama Agni? Sebenarnya, ia punya salah apa sih ama Agni sampai-sampai Agni berani membentaknya tanpa sebab? Dari cerita Alvin, Agni itu anak yang ramah kok. Dia nggak pernah bentakin siapa-siapa.

“Ini penting Ag. Gue mo bicara pentin ma lo.” Mohon Cakka.

Gila! Baru kali ini Cakka memohon ama cewek. Apa.. Apa ia mulai.. Tidak! Ia baru saja kenal ama Agni. Mustahil sekali kan kalo ia suka ama Agni? Cewek yang tiba-tiba membentaknya tanpa alasan.

“Lo pergi ato gue yang pergi?”

“Oke-oke. Bicaranya disini saja. Kenapa lo bentak gue tanpa sebab? Apa gue punya salah ma lo?”

Agni terdiam. Ia berharap, Cakka cepat-cepat pergi dari tempat ini dan hatinya menjadi aman dan lega. Agni lelah membentak Cakka terus.

“Kka, sebaiknya kamu pergi saja ya. Plis, Agni sedang tidak ingin diganggu.” Kata teman dekat Agni yang bernama Zevana.

Dengan terpaksa, Cakka meninggalkan tempat itu. Agni.. Lo cewek aneh! Masa’ gue nggak boleh tau alasan lo bentakin gue? Gue kan nanya baik-baik ama lo? Eh, lonya yang balas dengan cara kasar.

“Ag, sampai kapan lo begini?” Lirih Zevana.

Agni mengangkat bahu.

Sementara itu, Cakka kembali ke lapangan dengan lemas. Ia duduk di pinggir lapangan sambil meneguk air mineral yang dibawanya tadi.

“Lo kenapa?” Tanya Gabriel duduk disamping Cakka.

“Lo kenal Agni?” Cakka balik nanya.

“Agni, sebentar. Agni anak basket juga kan? Yang tomboi itu?”

Cakka mengangguk.

“Gue tau orangnya. Tapi gue nggak pernah ngobrol ma dia. Emangnya kenapa? Lo suka ma Agni?”

Sepertinya pertanyaan kedua itu yang menjadi pikirannya saat ini.

***

Jam yang sengaja ia pasang di kamar menunjukkan pukul lima sore. Ia akui, ia keasyikan tidur siang hingga lupa hari ini ada jadwal latihan basket. Kemana juga Cakka, Rio dan Gabriel? Kok nggak menelponnya atau mengsmsnya. Alvin membuka HPnya.

Astaga! Lima panggilan dari Rio serta dua sms dari Cakka dan dua sms dari Gabriel? Biarkan saja. Terpenting, ia ingin mandi karena suhu tubuhnya sedang kepanasan. Kamarnya itu nggak ada lubang udara apa, kok rasanya seperti berada di neraka?

Ya, hari ini libur dulu latihannya. Alvin ingin menikmati suasana sore yang begitu cerah. Setelah mandi dan memakai baju yang simpel, Alvin keluar dari rumahnya. Dapat ia rasakan hembusan angin sore yang begitu sejuk. Eh, kok ada pelangi ya? Oo, bukannya tadi barusan hujan? Aneh deh. Tahun-tahun ini kota Bandung banyak dikunjungi pelangi.

Ketika ia berjalan menelusuri taman bunga, ia melihat seorang cewek. Cewek itu seperti tak peduli akan kehadirannya. Aneh deh, harusnya tuh cewek histeris atau apa. Kok malah tak peduli gitu? Bisa jadi juga cewek itu tidak sadar kalo ada cowok yang daritadi memerhatikannya.

“Mmm, hai!” Sapa Alvin ramah.

***
TBC....
Kalo ada yang aneh ato gak nyambung komen aja
Ohya, yang berbaik hati Follow ya twitter sayaa @uny_fahda19 , follback just mention (:


Kalo mau baca dari part awal buka aja ya blogku : http://risedirectioners.blogspot.com
ato link notesku : http://m.facebook.com/notes/?id=100004086973604

Free Contact me : 083129582037 ( axis )

Makasiiii (:

Miracle of Rainbown ( Part 3 )

Part 3

.

.

.

Bete pokoknya pagi ini. Tidak ada guru akan menjadi musibah besar bagi cewek berkacamata ini. Bukannya kehilangan ilmu atau apa, tapi, kelasnya ini ramai banget kayak pasar ikan. Cowok maupun cewek sama saja. Mulutnya nggak bisa diem, dan Sivia benci dengan keramaian. Tapi ada pengecualiannya sih, semisal nonton CRAG maen basket.

Kayaknya, Ify tenang-tenang aja tuh. Dalam kekhusyukan Ify membaca novel yang kemarin belum sempat ia selesaikan. Aha! Sivia pun mendapatkan ide.

“Fy, kita ke kelas Kak Dayat yuk!” Ajak Sivia.

Ify menatap Sivia aneh. “Ada apa kesana? Mau minta uang?”

Sivia tetawa. “Ya enggaklah, gue lupa kalo gue belum melaksanakan perintah dari Bu Maya. Kemarin, dia nyuruh gue anterin buku anak kelas 2IPA-1. Yuk deh! Mumpung disana ada Kak Rio. Gue juga mo lakukan aksi gue ke Kak Alvin.”

Ide yang konyol, namun ada benarnya juga sih. Itu kan amanah dari Bu Maya untuk mengantar buku ke kelas 2IPA-1. Akhirnya, Ify menurut aja. Buku itu ada di ruang guru. Sivia mengambil sebagian buku dan sisanya dibawa Ify. Dua cewek itu pun berjalan pelan menuju kelas 2IPA-1 di lantai dua.

Sesampai di depan kelas 2IPA-1...

“Fy, lo yang panggilin Kak Dayat. Berat nih buku.” Kata Sivia.

Buku yang dibawa Sivia jauh lebih banyak dari Ify. Terpaksa deh, Ify yang manggil Kak Dayat walau sejujur-jujurnya malu banget. Apalagi disana ada CRAG. Tapi biarlah. Hitung-hitung sedekah nolongin sahabat. Hihihi...

“Mmm, permisi..” Kata Ify malu-malu. Sementara Sivia ngikik di luar sana.

“Yuhuu... Ada cewek cantik..” Heboh Riko.

Semua mata pun memandang Ify yang lagi salting. Cantik? Kayaknya Kak Riko bercanda deh. Nggak mungkin kakak kelas secakep Riko ngatain dirinya cantik, ya kecuali Kak Dayat yang merupakan Kakak kandung Sivia dan ia akrab banget ama Kak Dayat.

“Ada apa neng?” Tanya Riko mendekati Ify.

Kak Dayat mana ya? Dia nggak masuk deh. Banyak bangku yang kosong. Terus, buku itu akan ia kasih ke siapa? Sivia yang berada di luar segera masuk mendengar kelas 2IPA-1 ribut.

“Kak Dayat mana?” Tanya Sivia. Matanya mencari-cari Dayat, eh salah ding. Sivia nyari Alvin. Tapi yang dicari nggak ada.

“Dayat nggak masuk hari ini. Bukannya lo adeknya Dayat?” Tanya+Jawab Riko.

Kak Dayat nggak masuk? Bukannya tadi dia yang ngantarin gue sekolah? Batin Sivia. Oalaala... Bolos nih ye ceritanya. Awas ya di rumah nanti!

“Ya. Terus, buku ini gimana?”

“Buku ap..”

Seisi kelas menjadi ribut sendiri. Sivia menjadi bingung. Begitu pula Ify. Emangnya, itu buku apa sih? Kok heboh sekali? Karena penasaran, Sivia membuka salah satu dari buku itu. Ternyata, buku itu adalah buku yang dikhusukan untuk ulangan saja.

“Tenang-tenang. Ulangan kalian semua bagus-bagus kok.” Kata Riko pada teman-temannya.

Lalu, seorang cowok mendekati Riko. Cowok itu yang menjadi wakil ketua kelas. Ia mengambil buku yang di bawa Ify dan Sivia. Tentu dua cewek itu bagaikan terbang ke atas langit. Cowok itu tak lain adalah Rio!

“Makasih ya udah antarkan ulangan ini.” Kata Rio ramah. Senyum selalu ia tunjukan. Nah, ini baru sikap baik Rio. Ntar juga sikap lainnya yang berkebalikan muncul juga.

“I..Iya kak.. S..sama-sama.” Jawab Ify gemetaran. Baru kali ini ia berada sangat dekat dengan Rio. Tuhan.. Kenapa aku ini? Apa aku bukan kagum saja sama Kak Rio? Apa aku..

Apa aku benar-benar suka ama Kak Rio dan berharap jadi pacarnya?

“Teman kamu yang satu itu kok cuek amat sih? Gayanya kayak cowok cool aja.” Kata Rio setelah buku yang dibawa Ify dan Sivia sudah ia ambil.

“Eng..Enggak tau kak.” Jawab Ify malu.

“Kelamaan lo Yo ngobrol ama adek kelas itu. Udah deh, cepetan bagiin ulangannya.” Kata Riko tak sabaran. Ia yakin, ulangan kimianya itu bagus. Sangat yakin. Karena, bukan ia yang kerjain ulangan itu. Tapi nyontek di temennya.

Kelas kembali damai dan menjadi penasaran karena buku yang berisi ulangan itu tidak dibagikan Rio. Sifat baru Rio kambuh lagi! Dengan cueknya Rio menyimpan buku itu di mejanya. Nggak tau kapan buku itu dibagikan pada pemiliknya.

“Kenapa sih lo Yo?” Tanya Gabriel. Yang ditanya nggak menjawab.

“Yo..”

“Bagikan ulangan itu.” Kata Rio sedikit dingin.

Gabriel nurut aja. Buku ulangan itu ia bagikan dengan sabar dan pelan. Kalo tidak, dapat ditebak deh semua buku itu rusak dan robek gara-gara direbutin ama anak-anak lain. Juga takut buku ulangannya diliatin ama temennya. Ntar kalo nilainya jelek malu juga.

***

Ketiga cowok itu berjalan santai mengelilingi mall. Karena takut ditangkap ama satpam yang ganas-ganasnya mencari anak yang bolos sekolah, mereka tidak memakai seragam sekolah. Cukup pake kaos dan celana jeans saja. Baju seragam mereka ia titipkan di tempat yang aman. Tapi, bosan juga ya ke mall. Mereka kan cowok, bukan cewek. Mereka nggak maniak shooping seperti cewek.

“Kita kemana?” Tanya Cakka.

“Makan ajalah.” Jawab Dayat dan diangguki Alvin.

“Makan? Makan dimana? Disini mahal. Dan disini nggak ada Rio yang suka neraktir kita.” Kata Cakka.

“Gini aja. Gue mo pergi ke suatu tempat. Ntar gue pulang sendiri. Ya udah, gue pergi dulu.” Kata Dayat seraya meninggalkan Alvin dan Cakka yang saling pandang.

“Kem..”

Belum selesai ia bicara, secepat mungkin Alvin berlari meninggalkannya menuju tempat dimana pacar Alvin sedang ngobrol. Ya, Febby! Tuh cewek and the gengnya bolos juga. Cerminan pelajar yang baik menurut Cakka.

“Hai Feb!” Sapa Alvin ramah. Tapi, wajah Febby sepertinya berbeda dari biasanya.

“Ada apa Feb?” Tanya Alvin.

Tiba-tiba, seorang cowok bule mendekati Febby seraya merangkul Febby. Cowok bule itu cakep banget. Teman-teman Febby jadi ngiri liat Febby rangkulan ama cowok bule itu.

“Siapa cowok itu Feb?” Tanya Alvin penasaran.

Febby menatapnya dengan sinis. “Bukan urusan lo! Dasar playboy!” Lalu Febby dan cowok bule itu meninggalkan tempat itu.

“Itu pacar baru Febby.” Jelas Shilla seperti tau apa yang dipikirkan Alvin.

“Ohya?”

“Ya. Dia nggak betah pacaran ama cowok playboy kayak lo.”

Shilla cs meninggalkan Alvin yang masih tak paham. Jujur, hatinya sedikit terasa sakit setelah tau Febby meninggalkannya. Ayolah Vin, lo kan playboy. Nggak ada gunanya lo tangisin cewek macam dia.

“Makanya, jangan jadi playboy Vin. Carilah cinta sejati lo. Gue yakin, di luar sana banyak cewek yang mengharapkan cinta lo. Tapi lonya harus bisa bedain mana cewek baik dan mana cewek yang tidak baik. Ok?” Kata Cakka tiba-tiba.

Penjelasan itu seperti sebuah nasehat baginya. Selama ini, Alvin macarin cewek yang tidak ia cintai. Mungkin seminggu dua minggu hubungannya berakhir lalu nyari cewek lain. Dapat di kira-kira mantan Alvin berjumlah puluhan. Tapi kali ini, ia berjanji akan mencari cewek yang benar-benar dicintainya. Bukan Febby atau yang lain.

***

“Ide lo aneh Vi.” Kata Ify membuka pembicaraan di kantin.

Kantin itu terasa nyaman. Karena tidak ada CRAG dan geng cewek lain yang selalu menguasai tempat itu. Jadi, Ify dan Sivia bisa tenang. Mereka bebas milih tempat duduk tanpa ada yang melarang.

“Aneh ya? Tadi gimana ekspresi gue? Kak Rio ngomen loh Fy. Asyik..” Bangga Sivia.

Sepertinya, Sivia ingin merubah diri menjadi cewek yang cool dan berwatak penuh misteri agar bisa menarik perhatian cowok. Rio saja tadi langsung berkomentar, apalagi Alvin? Sivia jadi tersenyum sendiri memikirkan hal itu.

“Lo nggak takut jatuh cinta ama Kak Alvin?” Selidik Ify.

“Mmm.. Ya enggak lah Fy. Cowok playboy macam dia gue sukain.”

“Kalo dia udah nggak playboy lagi gimana?”

Waduh.. Bingung juga nih Sivia ngejawab pertanyaan Ify. Nggak mungkinlah Alvin berhenti menjadi playboy. Playboy itu udah di cap dalam diri Alvin dan sulit untuk dipisahkan.

“Tadi, gimana rasanya dekat ama kak Rio? Jantung lo nggak loncat kan?”

Muka Ify memerah. Rio.. Cowok itu emang membuatnya seperti ini. Membuatnya merasakan cinta yang sesungguhnya. Tapi, ia dan Rio tidak akan pernah bisa bersatu. Ify tau diri. Rio tentu tidak mau memiliki cewek seperti dirinya. Yang menjadi tipe cewek Rio itu semacam Kak Shilla atau Kak Febby.

“Hayo, mikirin apa? Udah deh Fy, kalo lo suka ama kak Rio, gue bantuin deh. Ntar gue suruh kak Dayat bantuin lo biar lo bisa dekat ama kak Rio.”

“Ee.. Jangan Vi, jangan. Gue emang suka, tapi gue nggak berharap terlalu banyak. Cukup melihat senyumnya aja, gue merasa bahagia kok.”

Ify emang cewek yang tertutup. Di kelas, dia pendiam dan sedikit malu. Sebenarnya, kalo Ify dandan ala Shilla, tentu wajah Ify tak kalah cantik dengan Shilla cs. Pernah lho ada cowok yang nembak Ify, tapi Ify nolak. Dia nggak mau pacaran.

“Jangan gitu dong Fy. Lo kan mau jadi pacar kak Rio? Lo harus berusaha untuk mendapatkannya.”

“Vi, gue takut ama kak Shilla.”

Lagi-lagi Shilla yang jadi alasan Ify tak berani mendekati Rio. Udah berkali-kali Sivia mengatakan kalo Shilla itu bukan pacar Rio. Semua orang berhak mendekati Rio, dan Shilla nggak mungkin melarang semua cewek mendekati Rio karena Shilla nggak memiliki hak untuk melarang, kecuali kalo dia udah jadi pacar Rio.

“Shilla bukan pacar Rio Fy, jadi Shilla nggak berhak ngelarang siapa saja yang mendekati Rio.”

“Tapi gue malu Vi. Masa’ rumput yang mencari kuda?”

Sivia tertawa. “Jaman udah berubah. Sekarang cewek yang nembak cowok, bukan cowok yang nembak cewek.”

“Nggak deh. Gue nggak berani nyari perhatian Rio. Gue tau diri kok Vi.” Kata Ify akhirnya.

“Ya udah deh Fy. Tapi kalo lo butuh bantuan gue, gue akan bantuin lo kok.”

Ify tersenyum. Sivia emang baik. Sivia selalu mendukungnya. Dan, sekarang Sivia mendukungnya agar ia bisa dekat ama Rio? Buang aja deh harapan Itu. Ify emang sangat menyukai Rio, tapi ia tak berharap banyak. Cinta kan nggak harus memiliki?

***

Sekarang, Alvin paham. Mulai sekarang, ia berjanji untuk mengubah sifat buruknya. Ia berjanji menjadi cowok baik dan nggak playboy lagi. Dan Alvin berjanji akan terus mencari cinta sejatinya.

“Lo benar Kka. Gue emang udah kelewatan. Gue janji kok ngubah sifat gue.” Kata Alvin.

“Gitu dong!” Kata Cakka tersenyum.

 Akhirnya, sahabatnya yang satu itu sadar juga ya. Ya mudah-mudahan saja Alvin benar-benar sadar. Siapa tau kan besoknya kambuh lagi? Maksudnya Alvin masih ngejer-ngejer cewek dan tentu saja playboy.

“Tapi Kka, jangan kasih tau siapa-siapa ya kalo gue udah berubah.”

“Oke. Sekarang, kita kemana? Gabriel ma Rio udah pulang sekolah nggak?”

Yang ditanya mengangkat bahu. Kayaknya sih belum pulang soalnya jam masih menunjukkan pukul sepuluh. SMA Vega mengatur jam kepulangan sekolah pada jam satu siang, kalo yang ikut kelas unggulan pulangnya jam empat.

“Kka, liat deh. Kayaknya gue pernah liat tuh cewek.” Kata Alvin menunjuk ke arah dimana ia melihat cewek yang ditunjuknya.

“Iya ya, pasti anak SMA Vega. Tapi kok wajahnya pucat gitu ya? Gue kesana deh.”

Cakka berlari menuju cewek itu. Ketika cewek itu tau ada seseorang yang datang, cewek itu malah membuang muka. Ini membuat Cakka tidak senang ama cewek itu. Siapa sih tuh cewek? Sok buang muka segala. Padahal, nggak ada tuh cewek manapun yang buang muka ketika bertemu dengannya, melainkan tersenyum plus nyari perhatian.

Sekarang giliran Cakka yang nyari perhatian ke cewek itu.

“Lo siapa? Kok lo kayak nggak suka gitu liat gue.” Kata Cakka memandangi cewek itu.

“Bukan urusan lo!” Bentak cewek itu seraya meninggalkan Cakka yang sedang melongo. Kenal saja tidak kok langsung bentak-bentakan gitu ya?

Tapi, menurutnya cewek itu seperti punya masalah besar. Mungkin saja cewek itu sedang emosi dan nggak sadar membentaknya. Lho? Kok ia jadi mikirin cewek itu sih?

“Ada apa?” Tanya Alvin. Cakka menggeleng.

‘Cewek aneh.’ Batin Cakka. Entah mengapa ia ingin sekali mengenali cewek itu lebih lanjut.

***
TBC....
Kalo ada yang aneh ato gak nyambung komen aja
Ohya, yang berbaik hati Follow ya twitter sayaa @uny_fahda19 , follback just mention (:


Kalo mau baca dari part awal buka aja ya blogku : http://risedirectioners.blogspot.com
ato link notesku : http://m.facebook.com/notes/?id=100004086973604

Free Contact me : 083129582037 ( axis )

Makasiiii (:

Jumat, 13 September 2013

Miracle of Rainbown ( Part 2 )

Part 2

.

.

.

Cewek itu tersenyum manis melihat Rio yang barusan datang. Tumben nih Rio nggak menolak. Apa jangan-jangan Rio udah mulai suka ya ama dia? Ais.. Harapan palsu Shill! Rio itu sekarang aneh deh. Aneh pokoknya. Semua orang juga tau kalo Rio itu berubah menjadi aneh. Bunglon istilahnya.

“Sini Yo..” Kata Shilla ramah.

“Ada apa?” Tanya Rio. Ia duduk disamping Shilla yang membuat jantung Shilla berdegup kencang. Yuhuuu.. Rio suka sih ama aku.. Febby dan lainnya harus tau nih.

“Shilla suka ama kamu Yo.” Kata Shilla.

Perkataan yang setiap hari ia dengar. Kotak masuknya pun dipenuhi bunyi smsan kayak gitu. Apalagi di sekolah. Hal ini membuat pikirannya kacau. Shilla.. Cewek itu harus diberi pelajaran. Cewek itu harus menjauhinya.

“Rio tau kalo kamu suka ama Rio, tapi, Rio nggak bisa Shill..” Jelas Rio. Dan penjelasan itu hampir ia ucapkan setiap hari. Mulutnya sampai bosan mengucapan kalimat itu.

“Kenapa Yo? Apa Shilla kurang cantik?” Tanya Shilla.

Kejadian ini seperti flashback aja. Kemarin-kemarin juga Shilla bicara kayak gitu. Tentu melalui sms kalo yang ini. Shilla bisa malu ntar kalo ia ditolak halus ama Rio. Mana dong most wanted girl yang jadi incaran para cowok? Tuh, yang lagi patah hati plus diketawain ama cewek-cewek yang berada di bawahnya, maksudnya cewek-cewek yang tampang dan kehidupannya jauh dari Shilla.

“Bukan Shilla.. Shilla cantik kok. Kenapa Shilla nggak pacaran ama cowok lain saja?”

Shilla harus sabar menghadapi yang satu ini. Jika ia sedikit tidak sabar, nantinya hancur semua. Sabar itu nomor satu di hidupnya, tapi bukan sabar menghadapi cobaan, bukan juga sabar yang jualan bakso di kantin sekolahnya, tapi sabar dalam menghadapi tolakan Rio. Sabar yang aneh bagi orang lain, tapi baginya sabar yang paling indah.

“Shilla kan maunya sama Rio..”

“Maaf Shilla. Rio nggak bisa.” Kata Rio halus.

Sebagai seorang cowok yang baik, membentak atau menyakiti cewek itu haram ia lakukan. Cewek seperti Shilla saja nggak pernah ia bentak. Apa karena nggak pernah ia bentak Shilla menjadi suka mendekatinya? Dan kalo ia membentak Shilla, apa Shilla akan menjauhinya? Pemikiran yang ada benarnya juga. Tapi, Rio nggak bisa membentaki siapa-siapa.

“Kenapa nggak bisa? Tolong beri Shilla alasan!” Kata Shilla.

“Alasan..” Sebelum melanjutkan pembicaraan, sejenak Rio berpikir. Apa sebaiknya ia ceritakan masalahnya pada Shilla? Terus, kalo Shilla nyebarin gimana? Ya, Shilla bukan cewek yang tepat. Alasan itu rahasia baginya. “Ada alasan yang kuat mengapa Rio nggak menerima Shilla. Bukan karena Shilla kurang cantik atau apa. Alasan ini berlaku bagi semua cewek. Bukan kamu saja. Kamu juga tau kan kenapa Rio nggak mau pacaran? Karena alasan itu.” Jelas Rio.

“Emangnya alasan itu masuk akal?” Tanya Shilla.

Rio menghela nafas panjang. Alasan itu kembali hadir dipikirannya dan membuatnya kembali sedih. Ia teringat dengan foto itu, dan cewek itu.

“Bagi Rio, alasan itu masuk akal.” Jawab Rio.

“Oh ayolah Yo.. Kenapa kita nggak coba pacaran aja? Seminggu kek.”

“Maaf. Rio nggak bisa. Rio harus menjaga cinta Rio.”

Ups! Bicara apa dia? Hampir saja ia membocorkan alasan itu. Oke. Alasannya emang ia sedang mencintai cewek yang ada dalam foto itu. Keberadaan cewek itu sangat jauh darinya.

“Jadi, Rio udah punya pacar?” Tanya Shilla sedih.

“Bukan. Maaf Shill, Rio nggak bisa cerita lebih dalam. Intinya, Rio nggak bisa nerima cinta cewek karena di hidup Rio sudah ada bidadari yang menghiasi hidup Rio. Kamu harus paham Shill. Sekarang, tolong jauhin Rio.”

Sekarang, Shilla kehabisan kata. Jadi, Rio udah punya bidadari? Siapa? Tentu bukan dirinya. Ia ingin tau siapa bidadari itu. Tapi, kenapa ia tidak pernah melihat Rio jalan berdua ama cewek? Lantas, kemana bidadari Rio itu?

“Siapa bidadari kamu itu?” Tanya Shilla.

Rio tidak menjawab, melainkan menunjuk tangannya ke arah langit biru yang luas itu. Disana ada pelangi. Cuaca emang baru selesai hujan dan matahari muncul di kala gerimis. Shilla bingung apa maksud Rio menunjuk langit itu.

“Maksudnya apa? Siapa bidadari kamu itu?” Tanya Shilla.

“Secantik pelangi yang ada di atas sana. Namun, pelangi itu rapuh dan sebentar lagi akan menghilang. Dan Rio tidak suka melihatnya pergi.” Jelas Rio yang tidak bisa dimengerti Shilla.

“Shilla nggak ngerti.” Kata Shilla akhirnya.

“Kamu harus berpikiran dewasa.”

“Udah lah Yo, siapapun bidadari Rio itu, cantik atau enggak, yang penting Rio mau kan jadi pacar Shilla. Ayolah Yo.. Udah lama tau Shilla suka ama Rio.”

Pelangi itu mulai menghilang. Dan Rio benci melihat pemandangan itu. Seakan-akan ada yang mendorongnya untuk meneteskan air mata. Oh, apakah bidadarinya itu seperti pelangi? Tapi, pelangi itu bisa muncul kapan aja. Sedangkan bidadarinya...

“Rio mau balik.” Kata Rio sedikit dingin. Shilla ingin mencegat tapi ia nggak berani. Tuh kan, sifat aneh Rio muncul. Bukannya tadi Rio lembut dan ramah? Sekarang, Rio berubah jadi dingin.

Sepertinya Shilla ingin memecahkan misteri ini. Harus! Ia harus bisa memecahkan misteri ini dan dapat dengan mudah menjadi pacar Rio. Agar predikatnya sebagai kapten cheers dan most wanted girl nggak direbut ama cewek lain.

***

Shilla kembali ke rumah dengan tampang sebal. Ia banting ke lantai tas yang ia bawa. Otomatis Dea, adik kandungnya itu menggeleng-gelengkan kepala melihat tingkah laku kakaknya yang menurutnya kekanak-kananak. Ada masalah apa lagi ama Rio? Rio yang tidak mau membalas cinta kakaknya itu?

“Ada apa kak?” Tanya Dea.

Yang ditanya cuek aja lalu masuk ke dalam kamar yang dikunci rapat. Di dalam kamar itu, cepat-cepat Shilla membuka laptopnya. Setelah nyala, ia colokan modem. Beberapa saat kemudian, laptopnya terkoneksi dengan internet. Pada alat pencarian, Shilla mengetik dua buah kata yang amat penasaran baginya.

Pengertian Pelangi

Sebenarnya, pelangi itu apa sih? Apa pelangi itu ada bidadarinya? Kata teman-temannya sih disana ada bidadari yang sedang mandi. Benar nggak? Tentu saja tidak benar! Pelangi adalah campuran dari air hujan dan sinar matahari. Nggak ada bidadarinya disana. Tapi, mengapa Rio menyukai pelangi?

“Kak, lo ada masalah ama Kak Rio?” Tanya Dea yang tiba-tiba masuk ke dalam kamarnya.

“Gue heran deh ama Rio. Katanya, dia punya bidadari secantik pelangi. Tapi, pelangi itu rapuh dan akan menghilang. Dan Rio nggak suka pelangi itu hilang. Lo tau apa maksudnya?”

Sedikit Dea berpikir. Mungkin, Rio punya cewek dan ceweknya itu suka sekali melihat pelangi. Makanya, Rio jadi suka lihat pelangi, biar sehati sama ceweknya. Itu sih pemikiran Dea. Nggak tau Shilla percaya atau tidak.

“Jadi, maksud lo Rio suka liat pelangi gara-gara ceweknya suka ama pelangi?” Tanya Shilla.

Dea mengangguk.

“Tapi, kenapa Rio bilang pelangi itu rapuh dan dia nggak suka pelangi itu pergi?”

Semakin lama, Dea semakin pusing. Pelangi? Bukannya itu nama judul lagu anak-anak? Ah, bodo amat! Bukan masalahnya. Mau pelangi itu datang, pergi, rapuh, dia nggak peduli. Ngapain juga sih kakaknya mempermasalahkan tentang pelangi?

“Ya udah, pergi sana kalo lo nggak mau bantu.” Usir Shilla.

“Ntar dulu kak. Bukannya Kak Rio nggak punya cewek?” Tanya Dea.

Hampir saja Shilla menceritakan kejadian tadi jika saja ia tidak mengingat Rio. Ya, ia sedikit tau apa rahasia Rio. Yaitu, Rio menyukai pelangi dan Rio memiliki seorang bidadari seperti pelangi yang misterius. Aneh bukan? Shilla ingin tau siapa bidadari itu, tapi bagaimana caranya? Rio sama sekali tidak mau memberitahukan padanya.

Karena Shilla diam saja, Dea memilih meninggalkan kamar Shilla. Capek nungguin penjelasan kakaknya yang mungkin nggak akan pernah dijelaskan. Shilla lega melihat adiknya pergi. Jadi ia bisa memikirkan perkataan Rio tadi. Juga, ada benarnya sedikit pemikiran Dea tadi.

Jadi, bidadari Rio menyukai pelangi? Terus, kemana bidadari itu? Manusiakah? Apa Rio jatuh cinta pada pelangi asli? Ah, gila! Pikiran apa ini? Tapi kan, kata Rio tadi, bidadarinya itu secantik pelangi. Kemungkinan besar bidadarinya itu adalah manusia, bukan pelangi asli. Shilla yakin, suatu saat nanti ia menemukan jawabannya.

Drtrdrtdrt...

Message From : Iyel

Mlm Shilla J 

Dari cowok itu lagi! Batin Shilla. Belakang-belakangan ini Gabriel sering mengsmsnya. Mulai dari ‘malam Shilla’ atau ‘lagi apa’. Bukannya itu berlebihan? Padahal ia bukan siapa-siapa Gabriel. Ah, andai saja Rio seperti Gabriel. Shilla tau, Rio nggak akan pernah membalas cintanya. Oke, ia terima. Tapi, terlebih dahulu ia harus mengetahui siapa bidadari Rio agar rasa penasarannya terjawab.

Pesan dari Gabriel langsung ia hapus. Shilla malas membalas pesan dari Gabriel itu. Sebaiknya, ia mengerjakan tugas fisika yang diberikan Pak Deni. ASTAGA! Bukannya.. Bukannya besok...

Bukannya besok ada ulangan Kimia?

Sekarang, ada dua pilihan. Antara kerjain PR fisika atau belajar kimia. Hmmm, jika ada pilihan ketiga, tentu Shilla memilih pilihan ketiga. Yaitu bolos sekolah. Tapi yah, nilainya yang selama ini hancur sekarang ini ia tata ulang kembali. Kalo gitu, pake pilihan keempat aja deh. Yaitu kerjain dua-duanya. Jadi, malam ini Shilla begadang. Ya, semoga usahanya ini mendapatkan hasil dan kedua orangtuanya tidak marah lagi padanya.

***

Hari ini SMA Vega lagi nggak ada guru. Semua guru pada rapat membahas soal pelangi eh salah ding. Nggak tau bahas soal apa. Di dalam kelas, Rio melamun sambil mencerna mimpinya kemarin. Mimpi yang berkaitan erat dengan seseorang yang dirindunya. Oh, pelangi. Adakah keajaiban disana?

“Lo kok nggak cerewet Yo? Ada apa?” Tanya Gabriel.

“Eh, nggak ada kok Yel. Gue lagi males aja.” Jawab Rio.

Alvin ama Cakka hari itu nggak masuk sekolah. Apa gunanya juga masuk sekolah kalo nggak ada pelajaran? Ya kan? Kalo Rio ama Gabriel sih nggak mau bolos sekolah. Mereka berdua itu tergolong sebagai murid yang rajin.

“Hubungan lo ma Shilla apa sih?” Tanya Gabriel tiba-tiba.

“Just friend. Kenapa?”

Sepertinya Gabriel tidak yakin mendengar jawaban Rio. Ia tau, Shilla sangat menyukai Rio. Tapi Rionya cuek aja. Sebenarnya, yang ada dipikiran Rio itu apa sih?

“Lo nggak suka kan ma Shilla?” Tanya Gabriel.

“Nggak.”

Entah mengapa hatinya menjadi lega saat mendengar jawaban itu. Gabriel sudah lama menyukai Shilla. Hanya saja Shilla tidak peduli dan lebih memilih Rio.

“Lo yakin nggak akan macarin Shilla?”

Lama-lama, Rio bosan juga ya ama omongan Gabriel. Shilla, Shilla dan Shilla. Apa Gabriel naksir ama Shilla?

“Gue nggak akan pacaran ma siapa-siapa. Lo tenang aja. Segala gosip yang mengatakan kalo gue itu jadian ma Shilla adalah bohong. Emangnya, lo naksir ya ma Shilla?”

“Sebelum gue jawab, lo juga harus jawab pertanyaan gue. Kenapa lo nggak mau pacaran ma siapapun? Apa lo gay?”

Rio tidak menjawab. Cintanya pada bidadarinya itu akan terus ia pertahankan, sampai tiba saatnya ia melepas cintanya itu. Tuhan sudah menulis skenario hidupnya. Jadi, kita berdoa saja supaya apa yang kita harapkan akan terwujud. Rio pun memilih menyetel lagu dan kembali pada lamunannya.

“Ya udah kalo lo nggak mau. Itu juga privasi lo.” Kata Gabriel akhirnya.

Ternyata, bosan juga ya di dalam kelas ini. Sekarang, apa yang harus ia lakukan? Melamun seperti Rio? Rugi juga ya dia nggak ikutan Alvin ama Cakka. Mungkin sekarang Alvin ama Cakka lagi bersenang-senang.

“Mmm, permisi..” Kata sebuah suara yang terdengar agak malu.

***
TBC....
Kalo ada yang aneh ato gak nyambung komen aja
Ohya, yang berbaik hati Follow ya twitter sayaa @uny_fahda19 , ntar tak folback (:

Kalo mau baca dari part awal buka aja ya blogku : http://risedirectioners.blogspot.com
ato link notesku : http://m.facebook.com/notes/?id=100004086973604

Free Contact me : 083129582037 ( axis )

Makasiiii (:

Miracle of Rainbown ( Part 1 )

Part 1

.

.

.

“Rio..Rio..Rio..”

Teriakan keras dari mulut cewek-cewek itu membahana di tempat ini, tepatnya di lapangan basket. Siapa sih yang nggak kenal sama cowok manis ini? Namanya Mario Stevano atau yang lebih akrab dipanggil Rio. Dia itu cowok nomor satu di SMA Vega, salah satu SMA favorit di Kota Bandung. Sekarang, Rio menjabat sebagai kapten basket cowok dan ketua ekskull musik. Rio juga pandai menciptakan lagu. Selain itu, dia pinter biologi. Intinya, Rio itu cowok perfect deh ( Emang, cowok gue kan? Wkwkwk.. )

Papanya bekerja di luar negeri sebagai diplomat, tepatnya di Singapura. Sedang Mamanya kerja jadi dokter anak yang sedang diberi tugas di Mataram ( Kota gue! ). Walaupun hidup Rio dikatakan perfect, sebenarnya Rio merasa kesepian di rumah. Dia itu anak tunggal. Di rumah yang luas dan megah, Rio hanya ditemani sama satu tantenya yang bernama Gya dan beberapa pembantu lainnya. Tapi, tante Gya juga jarang lho tinggal di rumah Rio. Semenjak Rio SMA dan tante Gya menikah, Rio hidup dengan kesendirian. Kata Gya sih, Rio kan udah besar dan nggak perlu ditemanin lagi kayak dulu. Tante Gya mengunjungi Rio pas weekend saja, dan Rio nggak keberatan juga.

Sahabat yang paling dekat ama Rio itu Alvin, lalu ada Cakka dan Gabriel. Mereka adalah himpunan cowok keren yang memiliki nama geng yaitu ‘CRAG’. Singkatan dari Cakka, Rio, Alvin, Gabriel yang diketuai Cakka. Mengenai siapa cinta ato pacar Rio ( Gue kan Yo pacar lo! ), sampai saat ini Rio masih sendiri alias jomblo. Rio punya alasan tersendiri mengapa ia nggak mau pacaran. Dan itu adalah sebuah rahasia yang kalo diingat sangat menyakitkan. Tapi, Rio kalo di sekolah nggak cuek-cuek amat kayak Alvin ma Cakka. Rio ramah lho! Dia sering nyebarin senyum manisnya ke semua orang, meskipun ke Pak Joe, satpam sekolah yang galaknya minta ampun. ( Oke, semua ini terlalu lebay! )

Kembali lagi ke pertandingan basket. SMA Vega kini yang menjadi juara melawan SMA Budi. Walau ini hanya pertandingan persahabatan, nggak kalah ramenya lho ama pertandingan sebenarnya. Kini, CRAG pun beristirahat di sebuah markas yang khusus dibuat Gabriel. Lho? Kenapa Gabriel? Karena pemilik sekolah ini adalah Papa Gabriel. Jadi, mudah aja kan Gabriel buat markas sendiri tanpa dimarahin ama guru atau yang lain?

“Lo napa Yo? Kok nyebeng gitu? Tadi gue liat permainan lo payah. Untung kita-kita masih bisa bertahan. Emang loe napa sih Yo?” Tanya Cakka. Yang ditanya malah diam.

“Iya Yo, lo kenapa sih? Sebaiknya loe cerita ke sahabat-sahabat loe ini.” Tambah Alvin.

Memang. Belakang-belakangan ini sikap Rio sedikit berubah. Tapi nggak heran juga sifat Rio itu kayak bunglon. Kadang-kadang ramah dan kadang-kadang cuek. Seperti Rio punya daftar waktu dan tempat saat ia mulai bersikap dingin atau ramah. Tapi kemarin-kemarin Rio ramah plus cerewet kok. Sekarang, Rio berubah jadi pendiam kayak gini?

“Napa lo diem? Loe ada masalah ama keluarga lo?” Kata Gabriel menyenggol lengan Rio. Rio pun sadar juga.

“Eh, gue nggak papa kok.” Jawab Rio.

Alvin dan lainnya menatap Rio tak percaya. Masih sempat bohong juga anak itu? Apa susahnya sih nyeritain masalah? Kan lebih baik empat daripada satu? Maksudnya lebih baik empat orang yang tau masalah itu daripada satu orang biar lebih mudah nyelesaiinnya.

“Lo pasti bohong.” Kata Alvin.

Rio kembali terdiam dan kembali lagi memikirkan masalah itu. Masalah yang kalo diingat-ingat sangat menyakitkan baginya.

“Ya. Gue emang punya masalah. Tapi kalian nggak perlu tau kan masalah gue?” Kata Rio akhirnya.

Semuanya diam mendengar perkataan Rio. Jika Rio berkata demikian, maka mereka nggak berani bantah. Walaupun begitu, Alvin yang paling dekat dengan Rio nggak tahan juga karena ingin tau masalah Rio.

“Gue tau Yo. Tapi apa susahnya sih kasih tau gue aja?” Kata Alvin. Cakka dan Gabriel menatap Alvin tak suka.

“Ya ya.. Biar Rio aja yang tau. Hidup-hidup Rio juga. Ya udah, gue mo nyari pacar gue. Pasti dia sedang ngambek karena gue lama datangnya.” Kata Alvin seraya pergi meninggalkan markas itu.

Febby Rastanti, nama pacar Alvin yang sekarang. Tidak tau kapan hubungan mereka putus. Febby maupun Alvin kan dikenal sebagai playgirl dan playboy? Cocok banget deh playgirl pacaran ama playboy. Kalo Cakka ma Gabriel masih jomblo, sama kayak Rio. Makanya, seisi sekolah heboh nyebarin gosip yaitu tiga cowok cakep incaran para cewek masih jomblo juga. Tapi, ada yang bilang juga Gabriel lagi naksir ama seseorang.

“Besok ada ulangan ato PR?” Tanya Cakka pada Gabriel. Mustahil nanya ke Rio toh nantinya Rio nggak jawab juga. Mana mungin Rio peduli ama ulangan dan PRnya selain biologi?

“Nggak ada. Besok hari bebas. Guru-guru pada rapat. Tapi anehnya, sekolah nggak diliburin.” Jawab Gabriel .

“So, kita bolos aja besok. Gimana?” Kata Cakka semangat.

***

10 Cara Untuk Menaklukan Playboy

Cewek berkacamata itu serius membaca buku yang berjudul di atas. Saking seriusnya membaca, ia nggak sadar kalo namanya dipanggil. Sivia nama cewek berkacamata itu. Wajahnya manis dan pipinya chubby. Coba Sivia nggak pake kacamata, makin tambah manis. Alasannya pake kacamata karena matanya sering terganggu kalo sedang baca. Setelah diperiksa, ternyata matanya minus dua. Akhirnya Sivia pake kacamata walau awalnya terasa berat.

Rumah Sivia sederhana. Di sekolah, dia nggak termasuk wanted girl. Walau wajahnya cantik, anak-anak banyak yang nggak mempedulikannya, dan Sivia sendiri cuek-cuek aja. Kerjaannya cuman baca buku dan belajar. Tapi eh, Sivia itu anaknya pintar lho! Nggak banyak juga sih anak-anak yang mencuekkannya. Karena, mereka ntar rugi nggak dapet contekan dari Sivia.

“VIA!!”

Tunggu! Kayaknya ada suara deh dari luar sana. Sivia memberhentikan bacaannya. Ia pasang kedua telinganya dengan baik. Lagi, ada seseorang yang memanggil namanya. Dan ia tau suara itu adalah suara sahabatnya yang bernama Ify.

“Masuk Py!” Suruh Sivia. Ia malas bukain pintu rumah.

Ify Alyssa. Dia juga sama seperti Sivia. Hanya sebatas cewek biasa dan nggak bisa banget jadi wanted girl di sekolah. Tapi, Ify ternyata ramah lho! Keramahannya itulah membuatnya mendapatkan teman banyak. Ify juga jago motret. Di sekolah, ia ikut ekskull photografer sekaligus gabung di grup mading Adindha.

“Hei! Lagi baca apa? Serius amat.” Kata Ify duduk di samping Sivia.

“Ini loh Py, gue mau taklukin cowok playboy.” Jelas Sivia.

Apa Ify salah dengar? Seorang Sivia yang cuek ingin menaklukan playboy? Apa Sivia lagi jatuh cinta? Pertanyaan itu terus saja memenuhi pikirannya.

“Lo mau naklukin siapa? Kak Alvin?” Tanya+Tebak Ify.

“Tuh kan lo tau.” Jawab Sivia.

Semua orang pasti kenal sama Alvin dan kawan-kawan. Ituloh, CRAG! Ify juga nggak asing lagi mendengar geng cowok itu. Empat bintang sekolah yang sedang digandrungi cewek. Ify sih naksirnya sama Rio, tapi apa boleh buat? Ia dan Rio bagaikan bumi dan langit. Ia hanya cewek sederhana dan nggak punya bakat apa-apa. Sedangkan Rio, cowok nomor satu di sekolahnya plus bak prestasi. Ya begitulah, Ify bisanya mengagumi Rio dari jauh dan nggak berani nyari perhatian kayak anak-anak lain.

Sekarang, Sivia mau naklukin Alvin? Aneh tuh anak. Apa nggak punya rasa malu? Apa jangan-jangan Sivia naksir lagi sama Alvin?

“Lo suka sama Kak Alvin?” Tebak Ify.

Tidak ada respon dari Sivia. Kambuh nih sifat cueknya. Ada nggak enaknya juga ya sahabatan ama orang yang cuek. Tapi bagi Ify, Sivia adalah sahabat sejatinya, selain sahabat lamanya yang berada jauh dari tempatnya kini.

“Via... Jawab dong pertanyaan gue.” Paksa Ify.

“Pertanyaan yang mana?” Sivia pura-pura bego.

“Ya ampun Vi.. Ituloh, lo naksir ya ama Kak Alvin..” Gemes Ify.

“Oo itu, nggak tuh Fy. Gue cuman mau kasih pelajaran aja ama dia. Biar dia kapok. Najis gue suka ama dia. Mending suka ama Kak Rio yang tampangnya nggak bisa hilang dari pikiran gue. Eh, kenapa lo nggak nonton dia tadi? Ah, tapi Kak Rio tadi mainnya nggak maksimal. Padahal gue pengen banget liat aksi-aksinya yang keren itu.”

Lho? Kok malah ngomongin soal Rio? Emang sih tadi Ify nggak nonton Rio. Dianya yang males. Banyak tugas yang harus ia lakukan. Tugas rumah, sekolah, ekskull dan lain-lain yang bikin kepalanya pusing.

“Lo naksir juga ya ama Kak Rio?” Tanya Sivia.

Muka Ify berubah menjadi merah mendengar pertanyaan Sivia. Entah mengapa Ify ingin sekali bisa kenalan dekat dengan Rio. Rio itu sebenarnya temen SMPnya, tapi mulai dari kelas tiga SMP. Rumahnya dengan rumah Rio nggak jauh-jauh amat.

“Mmm, iya sih. Tapi gue nggak berani tumbuhin rasa cinta itu. Ntar ujung-ujungnya gue sakit lagi. Ntar juga, Kak Shilla marah..”

Ashilla Zahrantriara, kakak kelas mereka yang menjadi most wanted girl di SMA Vega. Sudah lama Shilla naksir ama Rio. Tapi Rionya cuek-cuek aja. Ini membuat Shilla sedikit putus asa untuk mendekati Rio. Harus pake cara lain agar Rio bisa takluk padanya. Banyak gosip bilang katanya sih mereka udah jadian tapi kata Rio, itu semua bohong. Rio nggak mau pacaran dan nggak mau jatuh cinta pada cewek. Aneh bukan?  Kata teman-temannya, Rio itu punya alasan kuat untuk nggak pacaran atau jatuh cinta pada cewek. Alasan apakah itu?

“Fy, Kak Shilla itu nggak pernah jadian ama Kak Rio! Lo jangan percaya gosip itu deh.” Kata Sivia.

“Siapa juga bilang kalo Kak Rio pacaran ama Kak Shilla?”

“Ya.. Ya.. Terserah lo. Tapi Fy, ada satu yang mengganjal di hati gue.”

“Apa?”

“Kak Rio, kok dia aneh gitu ya? Nggak kayak Rio yang dulu. Pasti ada sesuatu yang terjadi dengan Kak Rio. Lo tau Fy kenapa Kak Rio itu berubah jadi aneh?”

Pertanyaan yang nggak akan pernah ia temukan jawabannya. Sivia tuh yang aneh, nanya pertanyaan itu ke dia. Mana mungkin ia tau jawabannya? Ia bukan Rio dan bukan teman dekat Rio. CAG pun juga nggak tau jawabannya.

“Terpenting, gue mo kasih pelajaran buat Kak Alvin.” Tekad Sivia.

“Emangnya, Kak Alvin punya salah ama elo? Terus, kalo pacar Kak Alvin marah gimana? Jangan harap lo selamat dari Kak Febby. Apalagi Kak Shilla? Pengikut setia Kak Febby?”

“Tenang Fy, gue punya cara yang simple banget. Cara yang jarang digunakan ama kebanyakan ceweknya. Kalo cara ini berhasil, lo bakalan bisa deh taklukin Kak Rio.” Kata Sivia misterius. Tapi Ify nggak penasaran.

“Emangnya, Kak Rio playboy apa?”

“Enggak sih, cuma...”

“Cuma apa?”

“Ng.. Nggak ada kok.”

Kembali pada buku bacaannya. Menurut Sivia, buku itu nggak ada gunanya. Lebih baik, pake caranya aja sendiri. Cara yang belum pernah di pake ama siapa-siapa. Beruntung kalo cara ini berhasil, walau cara ini ia sendiri masih agak ragu.

***

Kamar yang tak sempat ia urus. Kamar itu seperti kamar hantu. Sprei tak beraturan, bantal guling yang kehilangan bajunya(?), buku-buku yang berserakan di lantai dan lain-lain yang membuat kamar itu seperti tak terurus. Tapi, hanya ada satu barang yang selalu ia urus sesibuk mungkin. Barang itu adalah barang yang paling berharga.

Rio mengambil barang berharga itu yang adalah sebuah foto tua berbingkai kayu. Disana, terlukis fotonya dan seorang cewek cantik. Oh, sampai kapan cewek itu akan bertahan? Pertanyaan yang nggak ada jawabannya. Setelah ia cium foto itu, Rio menaruhnya di tempatnya lagi. Berharap gambar di foto itu adalah nyata. Ia dan cewek itu kembali bersama lagi.

B-E-R-U-B-A-H. Sepertinya kata itu sudah menjadi julukannya. Sekarang, ia dikenal sebagai cowok yang pemurung dan sedikit cuek. Bahkan sahabatnya pun sering ia cuekkan. Rio punya alasan tersendiri mengapa ia berubah menjadi seperti ini. Sebuah alasan yang sangat menyakitkan bila diingat. Tentu ada hubungannya dengan cewek yang ada pada gambar foto itu.

Tapi, Rio berusaha untuk ramah. Di waktu tertentu, ia sering menyapa para sahabatnya dan orang yang nggak ia kenal. Makanya, Alvin menyebutnya sebagai bunglon. Berubah pada tempat yang berbeda. Jika bewarna kuning, maka bunglon itu berubah warna menjadi kuning. Ya, biarkan saja. Mereka-mereka itu belum tau apa masalah besar yang dihadapinya. Ingin saja Rio berbagi kisah dengan Alvin. Tapi, ia agak ragu. Menurutnya, hanya seorang cewek yang tepat ia jadikan tempat berbagi kisah. Nggak tau kenapa.

Drtdrtdrtdrt...

Dengan malas, Rio membuka pesan itu. Sama. Pesan itu dari orang yang sama. Katanya, orang itu mau bertemu  dengannya di taman. Sudah berkali-kali ia menolak ajakan cewek itu. Tapi kali ini ia sedang berbaik hati pada cewek itu. Rio pun mengganti bajunya lalu menstarter motornya menuju tempat yang dimaksudkan cewek itu.

***

TBC....
Kalo ada yang aneh ato gak nyambung komen aja
Ohya, yang berbaik hati Follow ya twitter sayaa @uny_fahda19 , ntar tak folback (:

Kalo mau baca dari part awal buka aja ya blogku : http://risedirectioners.blogspot.com
ato link notesku : http://m.facebook.com/notes/?id=100004086973604

Free Contact me : 083129582037 ( axis )

Makasiiii (:

Sabtu, 07 September 2013

Miracle of Rainbown ( Prolog )


Pelangi tampak jelas terlihat di atas sana. Rintik-rintik air hujan ditambah sinar matahari menjadikan sore itu tampak indah. Pelangi yang mereka cari tiba juga. Kedua cewek itu mencari tempat duduk yang nyaman. Tepatnya di dekat batu besar. Di batu itu, mereka dapat melihat jelas lengkungan pelangi yang sangat mereka sukai.

Mereka memang sejak kecil menyukai pelangi. Menurut mereka, pelangi itu memiliki sebuah keajaiban tersendiri. Pelangi itu menandakan bahwa hal yang mereka harapkan akan terwujud. Hal ini dirasakan oleh cewek pertama. Ia menatap pelangi dengan penuh harapan.

“Pelangi, aku ingin menjadi seperti dulu lagi.” Kata cewek pertama.

Sedangkan cewek kedua juga berharap. Semoga sahabatnya itu baik-baik saja disana. Karena, sebentar lagi sahabatnya itu meninggalkannya. Tidak tau apa alasannya. Sahabatnya itu tidak mau menceritakan padanya tentang masalah yang dialaminya.

“Mengapa kamu pindah? Jauh dari sini. Dan, apa yang kamu harapkan dari pelangi itu?” Tanya cewek kedua.

“Aku.. Aku tidak bisa memberitahukanmu. Maafkan aku. Hanya aku, keluargaku dan seseorang yang tau. Maafkan aku ya..” Jawab cewek pertama.

Cewek kedua tidak berani membantah. Meski ia adalah sahabat dari cewek pertama, ia tidak marah atau tidak kesal karena rahasia sahabatnya itu tidak boleh ia tau. Mungkin, sahabatnya itu belum saatnya menceritakan yang sebenarnya.

“Intinya, selalu ingat pelangi. Aku janji akan memberi kabar padamu.” Kata cewek pertama.

Di atas sana, warna pelangi itu sedikit pudar. Cewek pertama menitikkan air mata. Pelangi yang ia harapkan itu mulai menghilang karena waktu. Padahal, selama-lamanya ia ingin melihat pelangi, dan keajaibannya.

“Aku janji kalo aku pergi, akan aku titipkan seseorang padamu.” Kata cewek pertama.

Cewek kedua mengangguk walau tak paham maksud dari kalimat itu. Seseorang? Siapa? Ia tidak tau persis kehidupan cinta sahabatnya itu. Ya biarlah. Semoga sahabatnya itu baik-baik saja disana dan tidak akan pernah melupakannya.

Selamat tinggal sahabatku!

***

TBC....

Ohya, yang berbaik hati Follow ya twitter sayaa @uny_fahda19 , ntar tak folback (:

Kalo mau baca dari part awal buka aja ya blogku : http://risedirectioners.blogspot.com
ato link notesku : http://m.facebook.com/notes/?id=100004086973604

Free Contact me : 083129582037 ( axis )

Makasiiii (: