expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Sabtu, 21 September 2013

Miracle of Rainbown ( Part 3 )

Part 3

.

.

.

Bete pokoknya pagi ini. Tidak ada guru akan menjadi musibah besar bagi cewek berkacamata ini. Bukannya kehilangan ilmu atau apa, tapi, kelasnya ini ramai banget kayak pasar ikan. Cowok maupun cewek sama saja. Mulutnya nggak bisa diem, dan Sivia benci dengan keramaian. Tapi ada pengecualiannya sih, semisal nonton CRAG maen basket.

Kayaknya, Ify tenang-tenang aja tuh. Dalam kekhusyukan Ify membaca novel yang kemarin belum sempat ia selesaikan. Aha! Sivia pun mendapatkan ide.

“Fy, kita ke kelas Kak Dayat yuk!” Ajak Sivia.

Ify menatap Sivia aneh. “Ada apa kesana? Mau minta uang?”

Sivia tetawa. “Ya enggaklah, gue lupa kalo gue belum melaksanakan perintah dari Bu Maya. Kemarin, dia nyuruh gue anterin buku anak kelas 2IPA-1. Yuk deh! Mumpung disana ada Kak Rio. Gue juga mo lakukan aksi gue ke Kak Alvin.”

Ide yang konyol, namun ada benarnya juga sih. Itu kan amanah dari Bu Maya untuk mengantar buku ke kelas 2IPA-1. Akhirnya, Ify menurut aja. Buku itu ada di ruang guru. Sivia mengambil sebagian buku dan sisanya dibawa Ify. Dua cewek itu pun berjalan pelan menuju kelas 2IPA-1 di lantai dua.

Sesampai di depan kelas 2IPA-1...

“Fy, lo yang panggilin Kak Dayat. Berat nih buku.” Kata Sivia.

Buku yang dibawa Sivia jauh lebih banyak dari Ify. Terpaksa deh, Ify yang manggil Kak Dayat walau sejujur-jujurnya malu banget. Apalagi disana ada CRAG. Tapi biarlah. Hitung-hitung sedekah nolongin sahabat. Hihihi...

“Mmm, permisi..” Kata Ify malu-malu. Sementara Sivia ngikik di luar sana.

“Yuhuu... Ada cewek cantik..” Heboh Riko.

Semua mata pun memandang Ify yang lagi salting. Cantik? Kayaknya Kak Riko bercanda deh. Nggak mungkin kakak kelas secakep Riko ngatain dirinya cantik, ya kecuali Kak Dayat yang merupakan Kakak kandung Sivia dan ia akrab banget ama Kak Dayat.

“Ada apa neng?” Tanya Riko mendekati Ify.

Kak Dayat mana ya? Dia nggak masuk deh. Banyak bangku yang kosong. Terus, buku itu akan ia kasih ke siapa? Sivia yang berada di luar segera masuk mendengar kelas 2IPA-1 ribut.

“Kak Dayat mana?” Tanya Sivia. Matanya mencari-cari Dayat, eh salah ding. Sivia nyari Alvin. Tapi yang dicari nggak ada.

“Dayat nggak masuk hari ini. Bukannya lo adeknya Dayat?” Tanya+Jawab Riko.

Kak Dayat nggak masuk? Bukannya tadi dia yang ngantarin gue sekolah? Batin Sivia. Oalaala... Bolos nih ye ceritanya. Awas ya di rumah nanti!

“Ya. Terus, buku ini gimana?”

“Buku ap..”

Seisi kelas menjadi ribut sendiri. Sivia menjadi bingung. Begitu pula Ify. Emangnya, itu buku apa sih? Kok heboh sekali? Karena penasaran, Sivia membuka salah satu dari buku itu. Ternyata, buku itu adalah buku yang dikhusukan untuk ulangan saja.

“Tenang-tenang. Ulangan kalian semua bagus-bagus kok.” Kata Riko pada teman-temannya.

Lalu, seorang cowok mendekati Riko. Cowok itu yang menjadi wakil ketua kelas. Ia mengambil buku yang di bawa Ify dan Sivia. Tentu dua cewek itu bagaikan terbang ke atas langit. Cowok itu tak lain adalah Rio!

“Makasih ya udah antarkan ulangan ini.” Kata Rio ramah. Senyum selalu ia tunjukan. Nah, ini baru sikap baik Rio. Ntar juga sikap lainnya yang berkebalikan muncul juga.

“I..Iya kak.. S..sama-sama.” Jawab Ify gemetaran. Baru kali ini ia berada sangat dekat dengan Rio. Tuhan.. Kenapa aku ini? Apa aku bukan kagum saja sama Kak Rio? Apa aku..

Apa aku benar-benar suka ama Kak Rio dan berharap jadi pacarnya?

“Teman kamu yang satu itu kok cuek amat sih? Gayanya kayak cowok cool aja.” Kata Rio setelah buku yang dibawa Ify dan Sivia sudah ia ambil.

“Eng..Enggak tau kak.” Jawab Ify malu.

“Kelamaan lo Yo ngobrol ama adek kelas itu. Udah deh, cepetan bagiin ulangannya.” Kata Riko tak sabaran. Ia yakin, ulangan kimianya itu bagus. Sangat yakin. Karena, bukan ia yang kerjain ulangan itu. Tapi nyontek di temennya.

Kelas kembali damai dan menjadi penasaran karena buku yang berisi ulangan itu tidak dibagikan Rio. Sifat baru Rio kambuh lagi! Dengan cueknya Rio menyimpan buku itu di mejanya. Nggak tau kapan buku itu dibagikan pada pemiliknya.

“Kenapa sih lo Yo?” Tanya Gabriel. Yang ditanya nggak menjawab.

“Yo..”

“Bagikan ulangan itu.” Kata Rio sedikit dingin.

Gabriel nurut aja. Buku ulangan itu ia bagikan dengan sabar dan pelan. Kalo tidak, dapat ditebak deh semua buku itu rusak dan robek gara-gara direbutin ama anak-anak lain. Juga takut buku ulangannya diliatin ama temennya. Ntar kalo nilainya jelek malu juga.

***

Ketiga cowok itu berjalan santai mengelilingi mall. Karena takut ditangkap ama satpam yang ganas-ganasnya mencari anak yang bolos sekolah, mereka tidak memakai seragam sekolah. Cukup pake kaos dan celana jeans saja. Baju seragam mereka ia titipkan di tempat yang aman. Tapi, bosan juga ya ke mall. Mereka kan cowok, bukan cewek. Mereka nggak maniak shooping seperti cewek.

“Kita kemana?” Tanya Cakka.

“Makan ajalah.” Jawab Dayat dan diangguki Alvin.

“Makan? Makan dimana? Disini mahal. Dan disini nggak ada Rio yang suka neraktir kita.” Kata Cakka.

“Gini aja. Gue mo pergi ke suatu tempat. Ntar gue pulang sendiri. Ya udah, gue pergi dulu.” Kata Dayat seraya meninggalkan Alvin dan Cakka yang saling pandang.

“Kem..”

Belum selesai ia bicara, secepat mungkin Alvin berlari meninggalkannya menuju tempat dimana pacar Alvin sedang ngobrol. Ya, Febby! Tuh cewek and the gengnya bolos juga. Cerminan pelajar yang baik menurut Cakka.

“Hai Feb!” Sapa Alvin ramah. Tapi, wajah Febby sepertinya berbeda dari biasanya.

“Ada apa Feb?” Tanya Alvin.

Tiba-tiba, seorang cowok bule mendekati Febby seraya merangkul Febby. Cowok bule itu cakep banget. Teman-teman Febby jadi ngiri liat Febby rangkulan ama cowok bule itu.

“Siapa cowok itu Feb?” Tanya Alvin penasaran.

Febby menatapnya dengan sinis. “Bukan urusan lo! Dasar playboy!” Lalu Febby dan cowok bule itu meninggalkan tempat itu.

“Itu pacar baru Febby.” Jelas Shilla seperti tau apa yang dipikirkan Alvin.

“Ohya?”

“Ya. Dia nggak betah pacaran ama cowok playboy kayak lo.”

Shilla cs meninggalkan Alvin yang masih tak paham. Jujur, hatinya sedikit terasa sakit setelah tau Febby meninggalkannya. Ayolah Vin, lo kan playboy. Nggak ada gunanya lo tangisin cewek macam dia.

“Makanya, jangan jadi playboy Vin. Carilah cinta sejati lo. Gue yakin, di luar sana banyak cewek yang mengharapkan cinta lo. Tapi lonya harus bisa bedain mana cewek baik dan mana cewek yang tidak baik. Ok?” Kata Cakka tiba-tiba.

Penjelasan itu seperti sebuah nasehat baginya. Selama ini, Alvin macarin cewek yang tidak ia cintai. Mungkin seminggu dua minggu hubungannya berakhir lalu nyari cewek lain. Dapat di kira-kira mantan Alvin berjumlah puluhan. Tapi kali ini, ia berjanji akan mencari cewek yang benar-benar dicintainya. Bukan Febby atau yang lain.

***

“Ide lo aneh Vi.” Kata Ify membuka pembicaraan di kantin.

Kantin itu terasa nyaman. Karena tidak ada CRAG dan geng cewek lain yang selalu menguasai tempat itu. Jadi, Ify dan Sivia bisa tenang. Mereka bebas milih tempat duduk tanpa ada yang melarang.

“Aneh ya? Tadi gimana ekspresi gue? Kak Rio ngomen loh Fy. Asyik..” Bangga Sivia.

Sepertinya, Sivia ingin merubah diri menjadi cewek yang cool dan berwatak penuh misteri agar bisa menarik perhatian cowok. Rio saja tadi langsung berkomentar, apalagi Alvin? Sivia jadi tersenyum sendiri memikirkan hal itu.

“Lo nggak takut jatuh cinta ama Kak Alvin?” Selidik Ify.

“Mmm.. Ya enggak lah Fy. Cowok playboy macam dia gue sukain.”

“Kalo dia udah nggak playboy lagi gimana?”

Waduh.. Bingung juga nih Sivia ngejawab pertanyaan Ify. Nggak mungkinlah Alvin berhenti menjadi playboy. Playboy itu udah di cap dalam diri Alvin dan sulit untuk dipisahkan.

“Tadi, gimana rasanya dekat ama kak Rio? Jantung lo nggak loncat kan?”

Muka Ify memerah. Rio.. Cowok itu emang membuatnya seperti ini. Membuatnya merasakan cinta yang sesungguhnya. Tapi, ia dan Rio tidak akan pernah bisa bersatu. Ify tau diri. Rio tentu tidak mau memiliki cewek seperti dirinya. Yang menjadi tipe cewek Rio itu semacam Kak Shilla atau Kak Febby.

“Hayo, mikirin apa? Udah deh Fy, kalo lo suka ama kak Rio, gue bantuin deh. Ntar gue suruh kak Dayat bantuin lo biar lo bisa dekat ama kak Rio.”

“Ee.. Jangan Vi, jangan. Gue emang suka, tapi gue nggak berharap terlalu banyak. Cukup melihat senyumnya aja, gue merasa bahagia kok.”

Ify emang cewek yang tertutup. Di kelas, dia pendiam dan sedikit malu. Sebenarnya, kalo Ify dandan ala Shilla, tentu wajah Ify tak kalah cantik dengan Shilla cs. Pernah lho ada cowok yang nembak Ify, tapi Ify nolak. Dia nggak mau pacaran.

“Jangan gitu dong Fy. Lo kan mau jadi pacar kak Rio? Lo harus berusaha untuk mendapatkannya.”

“Vi, gue takut ama kak Shilla.”

Lagi-lagi Shilla yang jadi alasan Ify tak berani mendekati Rio. Udah berkali-kali Sivia mengatakan kalo Shilla itu bukan pacar Rio. Semua orang berhak mendekati Rio, dan Shilla nggak mungkin melarang semua cewek mendekati Rio karena Shilla nggak memiliki hak untuk melarang, kecuali kalo dia udah jadi pacar Rio.

“Shilla bukan pacar Rio Fy, jadi Shilla nggak berhak ngelarang siapa saja yang mendekati Rio.”

“Tapi gue malu Vi. Masa’ rumput yang mencari kuda?”

Sivia tertawa. “Jaman udah berubah. Sekarang cewek yang nembak cowok, bukan cowok yang nembak cewek.”

“Nggak deh. Gue nggak berani nyari perhatian Rio. Gue tau diri kok Vi.” Kata Ify akhirnya.

“Ya udah deh Fy. Tapi kalo lo butuh bantuan gue, gue akan bantuin lo kok.”

Ify tersenyum. Sivia emang baik. Sivia selalu mendukungnya. Dan, sekarang Sivia mendukungnya agar ia bisa dekat ama Rio? Buang aja deh harapan Itu. Ify emang sangat menyukai Rio, tapi ia tak berharap banyak. Cinta kan nggak harus memiliki?

***

Sekarang, Alvin paham. Mulai sekarang, ia berjanji untuk mengubah sifat buruknya. Ia berjanji menjadi cowok baik dan nggak playboy lagi. Dan Alvin berjanji akan terus mencari cinta sejatinya.

“Lo benar Kka. Gue emang udah kelewatan. Gue janji kok ngubah sifat gue.” Kata Alvin.

“Gitu dong!” Kata Cakka tersenyum.

 Akhirnya, sahabatnya yang satu itu sadar juga ya. Ya mudah-mudahan saja Alvin benar-benar sadar. Siapa tau kan besoknya kambuh lagi? Maksudnya Alvin masih ngejer-ngejer cewek dan tentu saja playboy.

“Tapi Kka, jangan kasih tau siapa-siapa ya kalo gue udah berubah.”

“Oke. Sekarang, kita kemana? Gabriel ma Rio udah pulang sekolah nggak?”

Yang ditanya mengangkat bahu. Kayaknya sih belum pulang soalnya jam masih menunjukkan pukul sepuluh. SMA Vega mengatur jam kepulangan sekolah pada jam satu siang, kalo yang ikut kelas unggulan pulangnya jam empat.

“Kka, liat deh. Kayaknya gue pernah liat tuh cewek.” Kata Alvin menunjuk ke arah dimana ia melihat cewek yang ditunjuknya.

“Iya ya, pasti anak SMA Vega. Tapi kok wajahnya pucat gitu ya? Gue kesana deh.”

Cakka berlari menuju cewek itu. Ketika cewek itu tau ada seseorang yang datang, cewek itu malah membuang muka. Ini membuat Cakka tidak senang ama cewek itu. Siapa sih tuh cewek? Sok buang muka segala. Padahal, nggak ada tuh cewek manapun yang buang muka ketika bertemu dengannya, melainkan tersenyum plus nyari perhatian.

Sekarang giliran Cakka yang nyari perhatian ke cewek itu.

“Lo siapa? Kok lo kayak nggak suka gitu liat gue.” Kata Cakka memandangi cewek itu.

“Bukan urusan lo!” Bentak cewek itu seraya meninggalkan Cakka yang sedang melongo. Kenal saja tidak kok langsung bentak-bentakan gitu ya?

Tapi, menurutnya cewek itu seperti punya masalah besar. Mungkin saja cewek itu sedang emosi dan nggak sadar membentaknya. Lho? Kok ia jadi mikirin cewek itu sih?

“Ada apa?” Tanya Alvin. Cakka menggeleng.

‘Cewek aneh.’ Batin Cakka. Entah mengapa ia ingin sekali mengenali cewek itu lebih lanjut.

***
TBC....
Kalo ada yang aneh ato gak nyambung komen aja
Ohya, yang berbaik hati Follow ya twitter sayaa @uny_fahda19 , follback just mention (:


Kalo mau baca dari part awal buka aja ya blogku : http://risedirectioners.blogspot.com
ato link notesku : http://m.facebook.com/notes/?id=100004086973604

Free Contact me : 083129582037 ( axis )

Makasiiii (:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar