Part 3
.
.
.
Bete
pokoknya pagi ini. Tidak ada guru akan menjadi musibah besar bagi cewek
berkacamata ini. Bukannya kehilangan ilmu atau apa, tapi, kelasnya ini
ramai banget kayak pasar ikan. Cowok maupun cewek sama saja. Mulutnya
nggak bisa diem, dan Sivia benci dengan keramaian. Tapi ada
pengecualiannya sih, semisal nonton CRAG maen basket.
Kayaknya,
Ify tenang-tenang aja tuh. Dalam kekhusyukan Ify membaca novel yang
kemarin belum sempat ia selesaikan. Aha! Sivia pun mendapatkan ide.
“Fy, kita ke kelas Kak Dayat yuk!” Ajak Sivia.
Ify menatap Sivia aneh. “Ada apa kesana? Mau minta uang?”
Sivia
tetawa. “Ya enggaklah, gue lupa kalo gue belum melaksanakan perintah
dari Bu Maya. Kemarin, dia nyuruh gue anterin buku anak kelas 2IPA-1.
Yuk deh! Mumpung disana ada Kak Rio. Gue juga mo lakukan aksi gue ke Kak
Alvin.”
Ide yang konyol, namun ada benarnya juga sih. Itu
kan amanah dari Bu Maya untuk mengantar buku ke kelas 2IPA-1. Akhirnya,
Ify menurut aja. Buku itu ada di ruang guru. Sivia mengambil sebagian
buku dan sisanya dibawa Ify. Dua cewek itu pun berjalan pelan menuju
kelas 2IPA-1 di lantai dua.
Sesampai di depan kelas 2IPA-1...
“Fy, lo yang panggilin Kak Dayat. Berat nih buku.” Kata Sivia.
Buku
yang dibawa Sivia jauh lebih banyak dari Ify. Terpaksa deh, Ify yang
manggil Kak Dayat walau sejujur-jujurnya malu banget. Apalagi disana ada
CRAG. Tapi biarlah. Hitung-hitung sedekah nolongin sahabat. Hihihi...
“Mmm, permisi..” Kata Ify malu-malu. Sementara Sivia ngikik di luar sana.
“Yuhuu... Ada cewek cantik..” Heboh Riko.
Semua
mata pun memandang Ify yang lagi salting. Cantik? Kayaknya Kak Riko
bercanda deh. Nggak mungkin kakak kelas secakep Riko ngatain dirinya
cantik, ya kecuali Kak Dayat yang merupakan Kakak kandung Sivia dan ia
akrab banget ama Kak Dayat.
“Ada apa neng?” Tanya Riko mendekati Ify.
Kak
Dayat mana ya? Dia nggak masuk deh. Banyak bangku yang kosong. Terus,
buku itu akan ia kasih ke siapa? Sivia yang berada di luar segera masuk
mendengar kelas 2IPA-1 ribut.
“Kak Dayat mana?” Tanya Sivia. Matanya mencari-cari Dayat, eh salah ding. Sivia nyari Alvin. Tapi yang dicari nggak ada.
“Dayat nggak masuk hari ini. Bukannya lo adeknya Dayat?” Tanya+Jawab Riko.
Kak
Dayat nggak masuk? Bukannya tadi dia yang ngantarin gue sekolah? Batin
Sivia. Oalaala... Bolos nih ye ceritanya. Awas ya di rumah nanti!
“Ya. Terus, buku ini gimana?”
“Buku ap..”
Seisi
kelas menjadi ribut sendiri. Sivia menjadi bingung. Begitu pula Ify.
Emangnya, itu buku apa sih? Kok heboh sekali? Karena penasaran, Sivia
membuka salah satu dari buku itu. Ternyata, buku itu adalah buku yang
dikhusukan untuk ulangan saja.
“Tenang-tenang. Ulangan kalian semua bagus-bagus kok.” Kata Riko pada teman-temannya.
Lalu,
seorang cowok mendekati Riko. Cowok itu yang menjadi wakil ketua kelas.
Ia mengambil buku yang di bawa Ify dan Sivia. Tentu dua cewek itu
bagaikan terbang ke atas langit. Cowok itu tak lain adalah Rio!
“Makasih
ya udah antarkan ulangan ini.” Kata Rio ramah. Senyum selalu ia
tunjukan. Nah, ini baru sikap baik Rio. Ntar juga sikap lainnya yang
berkebalikan muncul juga.
“I..Iya kak.. S..sama-sama.”
Jawab Ify gemetaran. Baru kali ini ia berada sangat dekat dengan Rio.
Tuhan.. Kenapa aku ini? Apa aku bukan kagum saja sama Kak Rio? Apa aku..
Apa aku benar-benar suka ama Kak Rio dan berharap jadi pacarnya?
“Teman
kamu yang satu itu kok cuek amat sih? Gayanya kayak cowok cool aja.”
Kata Rio setelah buku yang dibawa Ify dan Sivia sudah ia ambil.
“Eng..Enggak tau kak.” Jawab Ify malu.
“Kelamaan
lo Yo ngobrol ama adek kelas itu. Udah deh, cepetan bagiin ulangannya.”
Kata Riko tak sabaran. Ia yakin, ulangan kimianya itu bagus. Sangat
yakin. Karena, bukan ia yang kerjain ulangan itu. Tapi nyontek di
temennya.
Kelas kembali damai dan menjadi penasaran karena
buku yang berisi ulangan itu tidak dibagikan Rio. Sifat baru Rio kambuh
lagi! Dengan cueknya Rio menyimpan buku itu di mejanya. Nggak tau kapan
buku itu dibagikan pada pemiliknya.
“Kenapa sih lo Yo?” Tanya Gabriel. Yang ditanya nggak menjawab.
“Yo..”
“Bagikan ulangan itu.” Kata Rio sedikit dingin.
Gabriel
nurut aja. Buku ulangan itu ia bagikan dengan sabar dan pelan. Kalo
tidak, dapat ditebak deh semua buku itu rusak dan robek gara-gara
direbutin ama anak-anak lain. Juga takut buku ulangannya diliatin ama
temennya. Ntar kalo nilainya jelek malu juga.
***
Ketiga
cowok itu berjalan santai mengelilingi mall. Karena takut ditangkap ama
satpam yang ganas-ganasnya mencari anak yang bolos sekolah, mereka
tidak memakai seragam sekolah. Cukup pake kaos dan celana jeans saja.
Baju seragam mereka ia titipkan di tempat yang aman. Tapi, bosan juga ya
ke mall. Mereka kan cowok, bukan cewek. Mereka nggak maniak shooping
seperti cewek.
“Kita kemana?” Tanya Cakka.
“Makan ajalah.” Jawab Dayat dan diangguki Alvin.
“Makan? Makan dimana? Disini mahal. Dan disini nggak ada Rio yang suka neraktir kita.” Kata Cakka.
“Gini
aja. Gue mo pergi ke suatu tempat. Ntar gue pulang sendiri. Ya udah,
gue pergi dulu.” Kata Dayat seraya meninggalkan Alvin dan Cakka yang
saling pandang.
“Kem..”
Belum selesai ia
bicara, secepat mungkin Alvin berlari meninggalkannya menuju tempat
dimana pacar Alvin sedang ngobrol. Ya, Febby! Tuh cewek and the gengnya
bolos juga. Cerminan pelajar yang baik menurut Cakka.
“Hai Feb!” Sapa Alvin ramah. Tapi, wajah Febby sepertinya berbeda dari biasanya.
“Ada apa Feb?” Tanya Alvin.
Tiba-tiba,
seorang cowok bule mendekati Febby seraya merangkul Febby. Cowok bule
itu cakep banget. Teman-teman Febby jadi ngiri liat Febby rangkulan ama
cowok bule itu.
“Siapa cowok itu Feb?” Tanya Alvin penasaran.
Febby menatapnya dengan sinis. “Bukan urusan lo! Dasar playboy!” Lalu Febby dan cowok bule itu meninggalkan tempat itu.
“Itu pacar baru Febby.” Jelas Shilla seperti tau apa yang dipikirkan Alvin.
“Ohya?”
“Ya. Dia nggak betah pacaran ama cowok playboy kayak lo.”
Shilla
cs meninggalkan Alvin yang masih tak paham. Jujur, hatinya sedikit
terasa sakit setelah tau Febby meninggalkannya. Ayolah Vin, lo kan
playboy. Nggak ada gunanya lo tangisin cewek macam dia.
“Makanya,
jangan jadi playboy Vin. Carilah cinta sejati lo. Gue yakin, di luar
sana banyak cewek yang mengharapkan cinta lo. Tapi lonya harus bisa
bedain mana cewek baik dan mana cewek yang tidak baik. Ok?” Kata Cakka
tiba-tiba.
Penjelasan itu seperti sebuah nasehat baginya.
Selama ini, Alvin macarin cewek yang tidak ia cintai. Mungkin seminggu
dua minggu hubungannya berakhir lalu nyari cewek lain. Dapat di
kira-kira mantan Alvin berjumlah puluhan. Tapi kali ini, ia berjanji
akan mencari cewek yang benar-benar dicintainya. Bukan Febby atau yang
lain.
***
“Ide lo aneh Vi.” Kata Ify membuka pembicaraan di kantin.
Kantin
itu terasa nyaman. Karena tidak ada CRAG dan geng cewek lain yang
selalu menguasai tempat itu. Jadi, Ify dan Sivia bisa tenang. Mereka
bebas milih tempat duduk tanpa ada yang melarang.
“Aneh ya? Tadi gimana ekspresi gue? Kak Rio ngomen loh Fy. Asyik..” Bangga Sivia.
Sepertinya,
Sivia ingin merubah diri menjadi cewek yang cool dan berwatak penuh
misteri agar bisa menarik perhatian cowok. Rio saja tadi langsung
berkomentar, apalagi Alvin? Sivia jadi tersenyum sendiri memikirkan hal
itu.
“Lo nggak takut jatuh cinta ama Kak Alvin?” Selidik Ify.
“Mmm.. Ya enggak lah Fy. Cowok playboy macam dia gue sukain.”
“Kalo dia udah nggak playboy lagi gimana?”
Waduh..
Bingung juga nih Sivia ngejawab pertanyaan Ify. Nggak mungkinlah Alvin
berhenti menjadi playboy. Playboy itu udah di cap dalam diri Alvin dan
sulit untuk dipisahkan.
“Tadi, gimana rasanya dekat ama kak Rio? Jantung lo nggak loncat kan?”
Muka
Ify memerah. Rio.. Cowok itu emang membuatnya seperti ini. Membuatnya
merasakan cinta yang sesungguhnya. Tapi, ia dan Rio tidak akan pernah
bisa bersatu. Ify tau diri. Rio tentu tidak mau memiliki cewek seperti
dirinya. Yang menjadi tipe cewek Rio itu semacam Kak Shilla atau Kak
Febby.
“Hayo, mikirin apa? Udah deh Fy, kalo lo suka ama
kak Rio, gue bantuin deh. Ntar gue suruh kak Dayat bantuin lo biar lo
bisa dekat ama kak Rio.”
“Ee.. Jangan Vi, jangan. Gue
emang suka, tapi gue nggak berharap terlalu banyak. Cukup melihat
senyumnya aja, gue merasa bahagia kok.”
Ify emang cewek
yang tertutup. Di kelas, dia pendiam dan sedikit malu. Sebenarnya, kalo
Ify dandan ala Shilla, tentu wajah Ify tak kalah cantik dengan Shilla
cs. Pernah lho ada cowok yang nembak Ify, tapi Ify nolak. Dia nggak mau
pacaran.
“Jangan gitu dong Fy. Lo kan mau jadi pacar kak Rio? Lo harus berusaha untuk mendapatkannya.”
“Vi, gue takut ama kak Shilla.”
Lagi-lagi
Shilla yang jadi alasan Ify tak berani mendekati Rio. Udah berkali-kali
Sivia mengatakan kalo Shilla itu bukan pacar Rio. Semua orang berhak
mendekati Rio, dan Shilla nggak mungkin melarang semua cewek mendekati
Rio karena Shilla nggak memiliki hak untuk melarang, kecuali kalo dia
udah jadi pacar Rio.
“Shilla bukan pacar Rio Fy, jadi Shilla nggak berhak ngelarang siapa saja yang mendekati Rio.”
“Tapi gue malu Vi. Masa’ rumput yang mencari kuda?”
Sivia tertawa. “Jaman udah berubah. Sekarang cewek yang nembak cowok, bukan cowok yang nembak cewek.”
“Nggak deh. Gue nggak berani nyari perhatian Rio. Gue tau diri kok Vi.” Kata Ify akhirnya.
“Ya udah deh Fy. Tapi kalo lo butuh bantuan gue, gue akan bantuin lo kok.”
Ify
tersenyum. Sivia emang baik. Sivia selalu mendukungnya. Dan, sekarang
Sivia mendukungnya agar ia bisa dekat ama Rio? Buang aja deh harapan
Itu. Ify emang sangat menyukai Rio, tapi ia tak berharap banyak. Cinta
kan nggak harus memiliki?
***
Sekarang,
Alvin paham. Mulai sekarang, ia berjanji untuk mengubah sifat buruknya.
Ia berjanji menjadi cowok baik dan nggak playboy lagi. Dan Alvin
berjanji akan terus mencari cinta sejatinya.
“Lo benar Kka. Gue emang udah kelewatan. Gue janji kok ngubah sifat gue.” Kata Alvin.
“Gitu dong!” Kata Cakka tersenyum.
Akhirnya,
sahabatnya yang satu itu sadar juga ya. Ya mudah-mudahan saja Alvin
benar-benar sadar. Siapa tau kan besoknya kambuh lagi? Maksudnya Alvin
masih ngejer-ngejer cewek dan tentu saja playboy.
“Tapi Kka, jangan kasih tau siapa-siapa ya kalo gue udah berubah.”
“Oke. Sekarang, kita kemana? Gabriel ma Rio udah pulang sekolah nggak?”
Yang
ditanya mengangkat bahu. Kayaknya sih belum pulang soalnya jam masih
menunjukkan pukul sepuluh. SMA Vega mengatur jam kepulangan sekolah pada
jam satu siang, kalo yang ikut kelas unggulan pulangnya jam empat.
“Kka, liat deh. Kayaknya gue pernah liat tuh cewek.” Kata Alvin menunjuk ke arah dimana ia melihat cewek yang ditunjuknya.
“Iya ya, pasti anak SMA Vega. Tapi kok wajahnya pucat gitu ya? Gue kesana deh.”
Cakka
berlari menuju cewek itu. Ketika cewek itu tau ada seseorang yang
datang, cewek itu malah membuang muka. Ini membuat Cakka tidak senang
ama cewek itu. Siapa sih tuh cewek? Sok buang muka segala. Padahal,
nggak ada tuh cewek manapun yang buang muka ketika bertemu dengannya,
melainkan tersenyum plus nyari perhatian.
Sekarang giliran Cakka yang nyari perhatian ke cewek itu.
“Lo siapa? Kok lo kayak nggak suka gitu liat gue.” Kata Cakka memandangi cewek itu.
“Bukan
urusan lo!” Bentak cewek itu seraya meninggalkan Cakka yang sedang
melongo. Kenal saja tidak kok langsung bentak-bentakan gitu ya?
Tapi,
menurutnya cewek itu seperti punya masalah besar. Mungkin saja cewek
itu sedang emosi dan nggak sadar membentaknya. Lho? Kok ia jadi mikirin
cewek itu sih?
“Ada apa?” Tanya Alvin. Cakka menggeleng.
‘Cewek aneh.’ Batin Cakka. Entah mengapa ia ingin sekali mengenali cewek itu lebih lanjut.
***
TBC....
Kalo ada yang aneh ato gak nyambung komen aja
Ohya, yang berbaik hati Follow ya twitter sayaa @uny_fahda19 , follback just mention (:
Kalo mau baca dari part awal buka aja ya blogku : http://risedirectioners.blogspot.com
ato link notesku : http://m.facebook.com/notes/?id=100004086973604
Free Contact me : 083129582037 ( axis )
Makasiiii (:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar