Part 4
.
.
.
Suasana
di kantin mulai sepi. Hanya ada lima orang yang masih ada di kantin.
Termasuk Ify dan Sivia. Kedua cewek itu masih menikmati kedamaian kantin
tanpa ada yang mengganggu. Kata Sivia, ia dan Ify yang berkuasa hari
ini.
“Lo yakin Fy nggak mau deketin kak Rio?” Tanya Sivia, lagi.
“Udah lah Vi, jangan bahas soal itu lagi.” Kata Ify.
Lama-lama,
Ify kepikiran juga ama omongan Sivia itu. Deketin Kak Rio? Tapi, nggak
ada salahnya juga kan deketin Rio. Semua cewek bebas kok ama Rio. Tapi,
menurutnya, setiap cewek yang berusaha mendekati Rio ujung-ujungnya
gagal. Rio tidak mau menerima cewek manapun. Bahkan Shilla yang
mati-matian demi mendapatkan Rio ditolak halus ama Rio.
Cewek
cantik dan terkenal macam Shilla saja ditolak ama Rio, apalagi cewek
sederhana seperti dirinya? Kalo Shilla ditolak dengan cara halus,
kemungkinan besar ia ditolak secara kasar. Itu sih menurut pemikirannya.
“Tapi kan Vi, Kak Rio itu sering menolak cewek yang mendekatinya. Apalagi gue yang nggak punya apa-apa?”
“Lo
kan belum berusaha Fy. Jadi, berusahalah demi cinta lo ke Kak Rio.
Belum-belum udah nyerah. Jangan liat cewek lain yang udah ditolak ama
kak Rio. Mungkin cara mereka yang salah, dan lo harus pake cara lain.
Cara yang lain daripada yang lain. Gue yakin, kak Rio tertarik ama lo.”
Jelas Sivia.
“Yakin?” Tanya Ify.
“Yakin sekali.”
Apa
salahnya juga kan mencoba? Kalo ntar gagal ya nggak apa-apa. Niatnya
untuk deketin Rio cuman main-main aja kok. Nggak terlalu berharap banyak
toh ia yakin sekali kak Rio nggak bakal suka padanya.
“Balik yuk Fy!” Kata Sivia dan diangguki Ify.
Kedua
cewek itu berjalan santai menuju kelas mereka, yaitu kelas 1D. Saat
mereka hendak melewati lapangan utama, datang seorang cewek cantik yang
merupakan anak buah Febby. Bukannya cewek itu nggak bolos sekolah?
“Ngapain aja kalian ke kantin?” Kata cewek itu sedikit membentak.
Siapa
sih yang kenal ama Oik Cahya? Teman bangku Shilla yang lagi semangatnya
mengejar Cakka. Pasti ada alasan kenapa hari ini Oik tidak bolos.
Biasanya, dia yang paling rajin bolos sekolah dibanding teman-temannya
yang lain.
“Ng..Nggak ada kok kak.” Jawab Ify takut.
Walau
Oik masih kelas dua, kakak kelas tiga banyak yang berani lawan dia.
Pernah lho Oik lawan kakak kelas yang bernama Gita dan akhirnya Gita
yang minta maaf dan nggak mau ngulangin kesalahannya. Sebegitu hebatkah
Oik?
“Nggak ada?” Oik berputar mengelilingi Ify dan Sivia.
“Tampang kalian di bawah rata-rata. Kalian nggak pantas nyebut-nyebut
Rio. Kalian harus tau diri dong!” Lanjut Oik.
“Emang
kenapa? Suka-suka kita bicarain siapapun.” Kata Sivia. Cewek itu berani
juga melawan kakak kelas yang paling ditakutkan di SMA Vega.
Mendengar
perkataan Sivia, Oik menatap Sivia dengan tajam. Berani-beraninya adik
kelas itu membantah omongannya. Ooo, ia tau. Cewek ini kan adeknya Dayat
yang juga termasuk most wanted boy walau nggak seterkenal CRAG. Jadi,
mudah saja kan Sivia lapor ke Dayat kalo ia udah dibentaki ama cewek
yang bernama Oik Cahya.
“Oke. Tapi masalahnya, temen lo yang satu itu kenapa mau deketin Rio segala? Kayak nggak ada kerjaan aja.”
Jadi,
Oik mendengar percakapan mereka di kantin? Seharusnya Sivia lebih
berhati-hati. Kantin adalah tempat umum dan kalo mau bicara jangan
terlalu rahasia. Ntar kalo ketahuan kan bisa jadi masalah besar. Seperti
saat ini.
“Ng..Nggak kok kak. Ify nggak punya niat deketin kak Rio. Ify tau diri kok.” Kata Ify.
“Bohong!
Gue nggak percaya. Mana ada cewek yang nggak mau deketin cowok seperti
Rio? Tapi tenang aja. Rio bakal jadian ama Shilla secepatnya, dan lo
nggak akan bisa menjadi pacarnya. Ohya, mana mungkin juga Rio macarain
cewek kayak lo?”
Setelah mengucapkan hal itu, Oik akhirnya
pergi. Ingin saja Sivia mencabik-cabik tuh cewek. Mentang-mentang punya
wajah cantik dan gue enggak, batin Sivia.
“Lo nggak papa Fy?” Tanya Sivia.
“Ng..Nggak papa kok.” Jawab Ify dengan suara sedikit bergetar. Mungkin Ify sakit hati ama omongan Oik tadi.
“So, lo jadi nggak deketin Rio?”
***
Mulai
hari ini, Alvin siap mengubah sifatnya yang buruk. Dalam hati, ia
berujar untuk menghapus gelar playboy yang ada dalam dirinya. Dan mulai
hari ini juga, Alvin siap mencari seorang cewek yang benar-benar ia
cintai.
“Lo putus ma Febby?” Tanya Gabriel.
CRAG
sedang ada di markasnya. Gabriel yang pertama membuka awal pembicaraan
mengenai hubungan Alvin dan Febby yang sudah berakhir.
“Ya.” Jawab Alvin singkat. Hari ini, ia malas sekali bicara.
“Cepat
banget putusnya. Gue aja yang naksir ma Shilla sampai sekarang nggak
berhasil juga dapatkan Shilla.” Kata Gabriel tanpa sadar.
“Jadi
lo naksir ma Shilla?” Tanya CRA kompak. Gabriel menutup telinganya.
Sial! Ia tadi keceplosan dan akibatnya ketiga sahabatnya itu tau kalo ia
naksir ama Shilla.
“Iya. Gue emang suka ma Shilla. Puas kalian?”
“Sebaiknya, jangan sama Shilla deh. Kan cewek itu lagi ngejer Rio.” Kata Cakka melirik Rio yang sedang melamun.
“Tenang aja, Rio nggak bakal suka ma Shilla.” Kata Gabriel tenang.
Rio
emang sudah berjanji ke Gabriel kalo ia tidak akan menyukai Shilla. Ini
membuat Gabriel tenang dan tidak frustrasi demi mendapatkan Shilla.
Kalo Rio naksir Shilla kan ia rugi juga? Kehilangan cewek yang ia sukai
dan mulai membenci Rio plus CRAG nggak kompak lagi kayak dulu. Syukurlah
Rio tidak menyukai Shilla...
“Yo, siapa sih yang lo pikirkan?” Tanya Alvin.
“Mmm, nggak ada.” Jawab Rio.
Rasa
penasaran itu kembali menyerangnya. Jujur, Alvin kasian melihat Rio.
Pasti sahabatnya itu sedang ada masalah dan tidak mau memberitahu ke
siapapun. Termasuk dirinya.
“Gue nggak suka liat lo kayak gini. Gue suka lo yang dulu. Lo yang ramah dan nggak secuek ini.”
“Gue
nggak cuek Vin. Gue berusaha ramah. Oke. Gue emang punya masalah besar.
Tapi gue nggak akan beritahu kesiapapun. Maafin gue. Kalo gitu, gue mo
balik ke kelas.”
Bagaikan angin yang cepat berlalu. Rio
udah nggak ada lagi di dalam markas. Gabriel, Cakka dan Alvin tidak
mengerti arti dari perubahan Rio itu. Dan masalah itu, sepertinya
masalah yang sangat besar. Masalah yang mampu mengubah Rio menjadi
seperti ini. Kira-kira, apa masalah Rio?
“Gue mau balik juga.” Kata Alvin akhirnya.
Tuh
kan, gara-gara Rio, CRAG nggak seceria dulu lagi. Masalah Rio harus
cepat teratasi dan CRAG kembali menjadi seperti dulu lagi. CRAG yang
ceria dan saling membantu satu sama lain.
***
Sepertinya,
bukan Rio saja tuh yang punya masalah. Cakka juga memiliki sebuah
masalah. Sejak ia bertemu cewek yang pernah membetaknya waktu di mall
itu, Cakka jadi penasaran ama tuh cewek. Dari Alvin, Cakka baru tau nama
cewek yang membuatnya penasaran itu bernama Agni. Cewek tomboi dan
sedikit tersinggung. Nggak tau kenapa.
Waktu inilah yang
sangat tepat untuk berbicara ama Agni. Sore ini adalah jadwal latihan
basket dan untungnya Agni juga ikut ekskull basket. Melihat anak-anak
lain yang sedang asyik mendribel bola dan menshoot bola, diam-diam Cakka
pergi dan mencari sosok Agni.
Tim ceweknya sedang
istirahat di kantin. Disana, Cakka bisa dengan jelas melihat wajah Agni
yang sedikit mudah marah. Kalo dilihat dengan seksama, wajah itu manis
juga. Rambut Agni yang panjangnya sebahu dikucir kuda dan tentu nggak
rapi. Apa ia berani mendekati cewek-cewek itu?
“Wau, ada Cakka. Ada apa?” Tanya Nadia, anak 2IPS-1.
“Mmm, gue mo bicara penting ma Agni.” Kata Cakka.
Tentu,
cewek-cewek itu pada kaget. Ngapain Cakka nyari Agni? Bukannya Cakka
nggak terlalu akrab ama Agni? Bisa ditebak bagaimana reaksi Agni.
“Mau
apa lo?” Bentak Agni garang. Cakka mencoba menebak mengapa Agni
membentaknya. Tapi, jawaban itu nggak datang-datang juga. Agni lagi
datang bulan kali makanya dia marah dan suka bentak-bentak.
“Kita bicaranya jangan disini.” Kata Cakka berusaha tenang.
“Bicara ama cowok kayak lo? Huek! Males gue. Sono, jauh-jauh dari tempat ini. Sekalian pergi ke planet mars.”
Aneh
kan? Padahal, ia bicaranya baik-baik. Kok dibalas dengan kasar ya ama
Agni? Sebenarnya, ia punya salah apa sih ama Agni sampai-sampai Agni
berani membentaknya tanpa sebab? Dari cerita Alvin, Agni itu anak yang
ramah kok. Dia nggak pernah bentakin siapa-siapa.
“Ini penting Ag. Gue mo bicara pentin ma lo.” Mohon Cakka.
Gila!
Baru kali ini Cakka memohon ama cewek. Apa.. Apa ia mulai.. Tidak! Ia
baru saja kenal ama Agni. Mustahil sekali kan kalo ia suka ama Agni?
Cewek yang tiba-tiba membentaknya tanpa alasan.
“Lo pergi ato gue yang pergi?”
“Oke-oke. Bicaranya disini saja. Kenapa lo bentak gue tanpa sebab? Apa gue punya salah ma lo?”
Agni
terdiam. Ia berharap, Cakka cepat-cepat pergi dari tempat ini dan
hatinya menjadi aman dan lega. Agni lelah membentak Cakka terus.
“Kka, sebaiknya kamu pergi saja ya. Plis, Agni sedang tidak ingin diganggu.” Kata teman dekat Agni yang bernama Zevana.
Dengan
terpaksa, Cakka meninggalkan tempat itu. Agni.. Lo cewek aneh! Masa’
gue nggak boleh tau alasan lo bentakin gue? Gue kan nanya baik-baik ama
lo? Eh, lonya yang balas dengan cara kasar.
“Ag, sampai kapan lo begini?” Lirih Zevana.
Agni mengangkat bahu.
Sementara
itu, Cakka kembali ke lapangan dengan lemas. Ia duduk di pinggir
lapangan sambil meneguk air mineral yang dibawanya tadi.
“Lo kenapa?” Tanya Gabriel duduk disamping Cakka.
“Lo kenal Agni?” Cakka balik nanya.
“Agni, sebentar. Agni anak basket juga kan? Yang tomboi itu?”
Cakka mengangguk.
“Gue tau orangnya. Tapi gue nggak pernah ngobrol ma dia. Emangnya kenapa? Lo suka ma Agni?”
Sepertinya pertanyaan kedua itu yang menjadi pikirannya saat ini.
***
Jam
yang sengaja ia pasang di kamar menunjukkan pukul lima sore. Ia akui,
ia keasyikan tidur siang hingga lupa hari ini ada jadwal latihan basket.
Kemana juga Cakka, Rio dan Gabriel? Kok nggak menelponnya atau
mengsmsnya. Alvin membuka HPnya.
Astaga! Lima panggilan
dari Rio serta dua sms dari Cakka dan dua sms dari Gabriel? Biarkan
saja. Terpenting, ia ingin mandi karena suhu tubuhnya sedang kepanasan.
Kamarnya itu nggak ada lubang udara apa, kok rasanya seperti berada di
neraka?
Ya, hari ini libur dulu latihannya. Alvin ingin
menikmati suasana sore yang begitu cerah. Setelah mandi dan memakai baju
yang simpel, Alvin keluar dari rumahnya. Dapat ia rasakan hembusan
angin sore yang begitu sejuk. Eh, kok ada pelangi ya? Oo, bukannya tadi
barusan hujan? Aneh deh. Tahun-tahun ini kota Bandung banyak dikunjungi
pelangi.
Ketika ia berjalan menelusuri taman bunga, ia
melihat seorang cewek. Cewek itu seperti tak peduli akan kehadirannya.
Aneh deh, harusnya tuh cewek histeris atau apa. Kok malah tak peduli
gitu? Bisa jadi juga cewek itu tidak sadar kalo ada cowok yang daritadi
memerhatikannya.
“Mmm, hai!” Sapa Alvin ramah.
***
TBC....
Kalo ada yang aneh ato gak nyambung komen aja
Ohya, yang berbaik hati Follow ya twitter sayaa @uny_fahda19 , follback just mention (:
Kalo mau baca dari part awal buka aja ya blogku : http://risedirectioners.blogspot.com
ato link notesku : http://m.facebook.com/notes/?id=100004086973604
Free Contact me : 083129582037 ( axis )
Makasiiii (:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar