expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Selasa, 03 September 2013

Please, Don't Forget Me! ( Part 34 )

Part 34

.

.

.

“Zevana?” Kaget Cakka. Begitupun Agni. Ia kaget dirinya diketahui oleh orang lain.

Zevana menatap Cakka dan cewek itu tanpa ekspresi. Tapi di wajah itu terlukis sebuah keinginan untuk segera menyelesaikan permasalahan. Zevana sebenarnya tau sedikit tentang Agni. Tapi ia tak mengerti mengapa Agni kembali ke tempat ini.

“Shilla sudah mendengar semuanya. Tadi, dia menceritakan semuanya. Sebaiknya secepatnya Anda menyelesaikan permasalahan ini.” Kata Zevana.

“Tidak! Saya yang salah. Maafkan saya. Saya salah datang kesini. Saya hanya menganggu hubungan Cakka. Maafkan saya.” Kata Agni sedih. Zevana merasa iba dengan cewek itu.

“Sebenarnya, apa yang terjadi pada Anda?” Tanya Zevana pada Agni.

Sedikit Agni ragu untuk menceritakan. Namun, kedua bola mata ramah Zevana memaksanya untuk menceritakan. Akhirnya Agni menceritakan kehidupannya di Yogyakarta. Permasalahnnya dengan Sion dan semuanya.

“Hmmm, suamimu benar-benar aneh. Tapi tak apa, saya punya teman disana. Namanya Ian. Mungkin saya bisa membantumu untuk menyelesaikan masalah ini.” Kata Zevana.

Senyum terbentuk dibibirnya. Agni bersyukur karena masih banyak orang yang peduli padanya. Termasuk Zevana, orang yang tidak ia kenali dan menolongnya.

“Lalu, apakah kamu mencintai Cakka?” Tanya Zevana.

Iya. Begitulah jawaban yang sejujur-jujurnya. Tapi Agni nggak enak sama calon Cakka. Ia sama saja perusak hubungan orang. Masih syukur ia diberi bantuan. Ya, ia boleh mencintai Cakka tetapi tidak diizinkan untuk hidup bersama Cakka.

“Iya sih. Tapi saya ikhlas kok Cakka menikah sama calonnya. Kalo hidup saya sudah mulai aman, saya bisa bekerja di Kota ini. Makasih ya karena sudah menolong saya.” Kata Agni.

Sepertinya, Cakka tidak rela Agni mengatakan hal itu. Hatinya memaksanya untuk bersama Agni, dan bukan bersama Shilla. Ya, cintanya pada Shilla mulai berkurang saat ia bertemu Agni. Oh, cinta rumit itu kembali lagi dalam hidupnya. Cintanya yang membingungkan.

“Bagaimana?” Tanya Zevana. Ia tidak tau bertanya pada siapa.

“Bagaimana apanya? Kok bisa Shilla tau saya bertemu Agni?” Tanya Cakka.

“Nggak tau Shilla. Gini saja, setelah masalah Agni beres, kita akan bermusyawarah. Dan Cakka harus menemukan pilihan yang tepat. Agni atau Shilla.” Jawab Zevana.

Disini, ada dua pilihan. Agni atau Shilla. Mudah saja ia menjawab ‘Agni’ karena toh hatinya saat ini ingin terus bersama cewek itu. Lalu, jika ia memilih Agni, bagaimana dengan Shilla? Dan, apakah masalah Agni dapat terselesaikan? Lalu, bagaimana jika suami Agni berubah menjadi baik dan tidak jahat lagi pada Agni?

Pusing tujuh kuadrat mikirinnya. Padahal ia sudah dewasa dan bisa memutuskan suatu keputusan yang paling benar. Ah Kka, umurmu saja yang dewasa, tapi sikapmu seperti anak-anak remaja!

***

Shilla mencoba membahagiakan diri. Mungkin benar. Ia tidak pantas untuk Cakka. Tadi, jelas sudah Cakka mengaku kalo ia masih mencintai cewek itu. Lalu, hubungannya ini.. Lupakanlah! Hidup-hidup Cakka. Jika Cakka memilih untuk mengakhiri hubungan ini ya boleh-boleh saja. Shilla kuat menghadapi masalah ini. Baginya, masalah ini merupakan masalah kecil. Bukan masalah besar lagi sampai-sampai ia berkeinginan bunuh diri.

Karena bete, Shilla menyalakan laptopnya dan menancapkan modemnya di laptop itu. Setelah terhubung, Shilla memilih membuka akun facebooknya. Di beranda, ia tertawa kecil membaca status-status sahabatnya. Mulai dari gaji belum keluar, ketemu cowok cakep di gang sana, ataupun habis ditembak ama cowok cakep dan para komenannya meminta traktiran.

Timbul keinginannya untuk menulis status. Hmmm, apa yang Anda pikirkan? Apa ya? Ohya, gimana kalo status itu saja? Shilla menekan-nekan keyboard laptopnya dan membentuk suatu kalimat pendek, namun terkesan menyakitkan.

Ashilla

“Aku memang bukan untuknya”

Belum semenit udah banyak yang ngelike. Ada juga yang ngomen status itu. Ohya, Shilla teringat Ify. Apa kabar dia di Makassar sana? Apa Ify betah dan keadaannya disana mulai membaik? Maksudnya Ify mulai bisa beradaptasi dengan lingkungan barunya dan sedikit bisa melupakan Rio.

Benar hari yang pas! Ify lagi on disana. Shilla pun mengajak Ify ngobrol. Tentu, ia kangen sekali sama sahabatnya itu. Jujur, ia nggak rela Ify tinggal di Makassar. Kota yang merupakan kota asing baginya.

Shilla : Ify.. Gmn kbrnya?

Ify : Baik kok Shill. Kmu?

Shilla : Baik. Hayoo, udah punya anak blom? Wkwkwkw :D

Ify : Blom. Memangnya knp?

Di Makassar sana, Ify membaca tulisan Shilla dengan raut muka sedih. Bagaimana bisa punya anak wong ia sendiri nggak pernah berhubungan ama Gabriel. Bahkan, ia jarang ngobrol ma Gabriel. Gabriel banyak menghabiskan waktu di luar rumah. Sedangkan ia banyak menghabiskan waktu di rumah dengan lamunannya dan imajinasinya yang nggak akan bisa terwujud.

Ya, Gabriel memang berubah! Dari cara bicaranya saja, terkesan dingin. Tapi Gabriel tidak pelit senyum. Ify tau, ini semua karena kesalahannya. Ia yakin, Gabriel nggak akan betah hidup bersamanya. Oh Fy, betapa jahatnya dirimu, sama saja artinya kau membunuh Gabriel secara perlahan, membunuh kebahagiaan Gabriel tepatnya.

Shilla : Nggak ada kok. Eh Fy, kmu kerasan nggk tnggl dsana? Aq kangen nh ma kmu..

Jakarta.. Orangtuanya.. Teman dekatnya.. Shilla.. Dan satu nama lagi yang membuatnya serapuh ini, Rio... Rio? Bagaimana kabarnya? Ify berharap Rio baik-baik saja dan kembali melupakannya. Harapan yang bertolak belakangan dengan hatinya. Jujur, ia ingi balik ke Jakarta. Makassar bukan tempatnya. Ify yakin, ia tidak bisa bertahan untuk ke depannya.

Ify : Kerasan sih, kn ada suami q yg cakep itu, hehe..

Shilla membacanya dengan sedikit sedih. Ia tau, Ify berbohong. Ify tidak mau menampakkan kesedihannya, kepada siapapun. Termasuk sahabatnya yang adalah dirinya sendiri. Tapi apa boleh buat, Shilla tidak bisa melarang Ify untuk berbohong ataupun lainnya. Asalkan, jika Ify sedih atau butuh teman curhat, tentu ia bisa diandalkan. Dua puluh empat jam ia siap sedia mendengarkan curhat Ify.

Shilla : Ya udah..

Ify : Kalo kmu sendiri? Udh nikah?

Pertanyaan yang sulit untuk ia jawab. Shilla ingin menceritakan hubungannya pada Ify. Hanya saja ia malas. Entah mengapa Shilla sedikit tidak suka pada Cakka. Cakka itu berbeda dari cowok yang pernah ia kenal. Cakka itu sedikit... Ah, gimana ya ngejelasinnya? Sedikit aneh gitu. Ya, mungkin Cakka bukan jodohnya.

Shilla : Aq dh putus ma Cakka.

Tentu di seberang sana Ify mendadak kaget. Shilla putus ma Cakka? Padahal menurutnya pasangan itu klop.

Ify : Kok bisa putus?

Shilla : Mngkn kami tdk cocok. Gpp. Mngkn Cakka bkn jodoh Shilla.

Putus? Apa ia memang sudah putus sama Cakka? Secaranya kenyataannya sih belum. Hubungannya dengan Cakka masih gantung. Dan, Cakka mencintai cewek itu juga tidak jelas. Shilla ingin sekali bertemu cewek itu. Ya, untuk sekedar tau siapa cewek itu yang sebenarnya.

Ify : Oh, semoga Shilla dpt mnemukn pngganti Cakka yg sesuai dg harapan Shilla.

Dalam hati, Shilla mengamini. Pengganti Cakka? Apa ia sudah tidak mencintai Cakka lagi? Dan apa memang benar Cakka mencintai cewek itu? Atau, Cakka hanya main-main saja?

Shilla : Amin.

Ingat Shilla, Ify kembali teringat Rio. Apa ia berani menanyakan kabar Rio pada Shilla? Apa nanti ia tidak jantungan kalo Rio udah mempunyai cewek dan sebentar lagi akan menikah?

Ify : Gmn kabar Rio?

Argh! Pertanyaan terbodoh yang pernah ia buat. Untuk apa menanyakan kabar Rio? Untuk menambah rasa perih di hatinya ini?

Shilla : Rio baik. Tp aq jarang liat dia.

Lagi. Satu pertanyaan yang harus ia ketahui sekarang juga. Kembali Ify menekan-nekan keyboard laptopnya dengan tangan yang sedikit bergetar.

Ify : Apa Rio udh pny pacar?

Shilla tertawa kecil membaca kiriman Ify. Ah Fy, sebegitunya kamu khawatir sama Rio. Aku tau, kamu masih mencintai Rio.

Shilla : Nggak tau. Shilla kn jarang liat Rio. Ntar deh klo ktemu Shilla tnyain.

Jawaban yang tidak puas. Jawaban yang mestinya harus ia dapatkan sekarang. Apa ia menanyakan langsung ke Rio? Rio kan punya facebook. Ya, Shilla yang suruh tanyain ke Rio.

Ify : Kmu tanyain ajj lwt fb.

Shilla : Hmmm, iya deh.

Obrolan panjang mereka berakhir pukul empat sore. Katanya, Shilla disuruh atasannya untuk kembali bekerja. Ada tugas penting yang harus ia selesaikan. Begitu pula Ify. Ada tugas yang penting harus ia lakukan. Yaitu melamun nggak jelas.

***

BUG !!!

Kelima lelaki itu memukulinya dengan penuh kemarahan. Yang dipukuli hanya pasrah. Ia tau, tak ada gunanya hidup di dunia ini tanpa kebahagiaan. Sekarang, pukulan yang membuatnya jatuh ke tanah. Ia mencoba menahan rasa sakit. Darah segar keluar dari mulutnya. Tubuhnya menjadi lemas.

“Kamu memang lelaki bejat! Teganya kamu menyiksa istrimu sendiri. Sekarang, kamu malah ingin memperkosai gadis SMA itu?” Bentak salah satu dari lelaki itu.

Ia tidak menjawab. Ia usahakan agar sakitnya tidak diketahui kelima orang itu. Ia memilih untuk diam. Tidak ada gunanya berkomentar toh ntar omongannya langsung dipotong sama mereka.

“Sekarang, kamu harus meminta maaf pada istrimu yang kabur entah kemana itu. Kalau tidak ketemu..” Lelaki itu menggantungnkan pembicaraannya. “Jangan harap bisa lepas dari saya.”

Oke. Tidak ada gunanya juga mencari istrinya. Ia tau, ia memiliki dosa besar pada istrinya itu. Tapi, ia termasuk orang baik. Jika ia melakukan itu, jangan harap Agni bisa hidup bahagia layaknya manusia lainnya. Ia ingin Agni hidup bersama pria lain, bukan dirinya.

Ya. Ia memang bodoh menikahi Agni dan melupakan penyakitnya itu. Penyakit yang nggak ada obatnya. Penyakit yang membuat umurnya berkurang. Tapi tak apa. Ia banyak mengambil hikmah dari deritanya ini.

“Kami akan memberikanmu waktu selama seminggu.” Kata lelaki itu lagi.

“Tidak! Saya tidak akan mencarinya.” Jawabnya lantang. Meski suaranya sedikit serak.

“Ooo, jadi kamu tidak mau bertanggung jawab atas segala kesalahanmu?”

“Saya memang salah. Tapi jika Agni kembali, artinya saya bertambah salah. Untuk itu, saya berharap Agni tak akan kembali ke tempat ini lagi.”

Lelaki itu tidak paham maksud dari perkataan Sion yang dulu adalah sahabatnya. Sion, cowok ramah dan periang kini berubah menjadi cowok yang tak berperikemanusiaan. Mudah saja Sion melakukan aksi jahatnya itu. Dan, sampai sekarang ini ia belum paham mengapa sikap Sion berubah.

“Apa kamu memilik sebuah rahasia?” Tanyanya.

Rahasia? Tiba-tiba keringat dingin muncul membasahi tubuhnya yang lemah. Darah segar keluar dari hidungnya. Lelaki itu tampak kaget melihat Sion yang sedang menggigil. Padahal cuaca hari ini panasnya bukan main.

“Kamu kenapa?”

“Rahasia itu..” Lirih Sion menahan sakitnya.

“Rahasia apa?”

“Ian.. Kamulah orang yang saya percayai saat ini. Saya butuh bantuanmu.”

“Bantuan apa?”

***

Tak disangka. Ternyata Ian adalah sabahat Sion, suami Agni. Dari Ian, Agni jadi tau apa penyebab Sion sering menyiksanya. Sion telah menjelaskan semuanya pada Ian. Tentang penyakitnya. Astaga! Penyakit itu...

“Mas Si.. Sion..” Lirih Agni. Cewek itu terbaring lemah di ranjang rumah sakit karena cerita yang ia dengar. Cerita yang membuatnya pingsan mendadak kayak gini.

“Udah sadar Ag?” Tanya Cakka.

“Ca..Cakka.. Mas Si..Sion..”

“Dia sudah tenang disana.” Kata Cakka lembut seraya mengelus-elus rambut Agni. Di sampingnya, ada Shilla yang sedang tersenyum melihat dua manusia itu. Ia tau, Cakka sangat mencintai Agni. Cewek itu membutuhkan Cakka.

Sion, lelaki itu terkena penyakit HIV akibat dari hubungan dengan seorang wanita asing. Saat itulah, Sion sadar. Penyakit itu tak akan pernah sembuh. Dan, ia merasa bodoh karena telah menikahi Agni.

“Kka, Agni butuh kamu. Apa kamu siap menerima Agni dan melupakan Shilla?” Tanya Zevana.

Cakka terdiam.

“Kka, jika Cakka lebih mencintai Agni, Shilla rela kok Cakka sama Agni. Lagipula, Shilla juga merasa nggak cocok sama Cakka. Mungkin Cakka bukan jodoh Shilla.” Kata Shilla.

“Gimana? Kka, jangan takut mengahapi cinta.” Kata Zevana tersenyum. Ia mengelus-ngelus perutnya. Shilla tau, sepupunya itu hamil.

Cakka menatap Agni dan Shilla secara bergantian. Agni menatapnya pasrah. Ia menerima apapun jawaban Cakka. Sementara Shilla, tersenyum padanya. Senyum itu memiliki arti tersendiri baginya. Dan, dari senyum itulah ia mendapatkan suatu keputusannya. Keputusannya yang tak akan ia sesali.

***
TBC....

Kalo ada yang aneh ato nggak nyambung komen ajj (:

Ohya, yang berbaik hati Follow ya twitter sayaa @Uny_Fahda19 , ntar tak folback (:

Kalo mau baca dari part awal buka aja ya blogku : http://risedirectioners.blogspot.com

Free Contact me : 083129582037

Makasiiii (:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar