expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Selasa, 03 September 2013

Please, Don't Forget Me! ( Part 33 )

Hy all !!!

Ini part 33 nya ..

Dan maaf kalo ceritanya pendek atau kurang memuaskan (:



Part 33

.

.

.

Perlahan, ia membuka matanya yang terasa berat. Kepalanya berkunang-kunang. Terakhir kali ia ingat, ia berada di dalam taksi bersama Gabriel. Apa? Ini sudah pagi? Ify melihat jam di HPnya. Astaga! Jam delapan pagi. Dan, dimana ia sekarang? Rumah siapa ini? Ah Fy, ini kan rumahmu. Ingatannya pun mulai membaik setelah sakit di kepalanya berkurang.

Ify mencari-cari Gabriel. Tidak ada. Gabriel pasti sudah bangun lebih dulu. Tiba-tiba, terlintas di pikirannya tentang hal itu. Apa.. Apa Gabriel sudah... Tidak! Pagi ini ia tidak merasakan perbedaan. Hanya saja kepalanya yang sakit. Lalu, di luar ruangan, ia mencium sebuah aroma masakan yang lezat. Nasi goreng! Apa Gabriel yang memasak makanan itu untuknya? Tidak! Itu bukan tugas Gabriel. Itu adalah tugasnya sebagai seorang istri.

Dan benar saja! Di meja makan ia melihat dua piring nasi goreng yang sangat menggiyurkan. Ify duduk di kursi yang sudah disediakan. Sedang Gabriel melihat Ify dengan senyuman kebahagiaan. Tiba-tiba, ia ingat kemarin. Sewaktu Ify mengigau menyebut nama ‘Rio’. Gabriel ragu menceritakannya.

“Gimana? Apa rumah ini kurang bagus?” Tanya Gabriel membuka pembicaraan.

Ify mengedarkan pandangan ke seluruh penjuru rumah ini. Benar-benar rumah yang indah dan besar. Siapapun tak akan mau menolak tinggal disini. Ify tau, Gabriel kaya raya. Perusahan yang dirintis Gabriel berkembang pesat. Nggak heran rumah semewah ini dapat dibeli oleh Gabriel Stevent Damanik.

“Bagus kok Yel.” Jawab Ify jujur.

“Eit. Ify salah bicara.” Kata Gabriel.

“Salah apa?” Tanya Ify heran.

“Seharusnya, Ify manggil Iyel pake awalan ‘Mas’. Ify kan sekarang udah jadi istri Iyel.” Jawab Gabriel dan Ify tertawa kecil.

“Iya..Iya.. Mas Iyel yang baik, cakep, ramah, kaya dan tidak sombong..”

Suasana di pagi hari itu terasa hangat. Pagi ini Ify terlihat ceria. Bahkan sangat ceria. Gabriel berharap, Ify telah melupakan semua masalahnya itu. Termasuk Rio. Gabriel tidak tau harus berbuat apa jika Ify tak henti-hentinya memikirkan Rio.

“Ohya Mas, apa Mas sudah..” Perkataan Ify di potong oleh Gabriel.

“Belum kok sayang.. Memang kamu mau sekarang? Atau nanti malam?” Jawab+Tanya Gabriel sedikit menggoda.

Syukurlah. Gabriel sama sekali belum melakukannya. Jujur, Ify tidak mau Gabriel yang pertama kali menyentuhnya. Tidak! Ify ingin orang yang ia cintai yang pertama kali menyentuhnya. Rio... Kembali Ify mengingat lelaki itu. Wajah yang tadi ceria berubah menjadi pucat.

“Kenapa?” Tanya Gabriel melihat perubahan wajah Ify.

“Ng.. Nggak ada kok Mas.” Jawab Ify berbohong. Ia memilih memakan nasi goreng yang mulai dingin. Gabriel tau apa yang sebenarnya dipikirkan Ify, tapi ia diam saja.

“Terus, apa jawabanmu?” Tanya Gabriel.

“Jawaban apa?” Tanya Ify.

“Itu tadi..”

Wajah Ify bertambah pucat. Sekarang, alasan apa lagi yang akan ia keluarkan? Bilang kalau ia sedang capek? Mustahil sekali. Lantas, apa alasan masuk akal selanjutnya?

“Mmm, nggak tau. Kapan-kapan aja. Ify lagi malas.” Jawab Ify melanjutkan sarapannya.

“Malas? Fy, kamu pengantin baru yang aneh. Seharusnya Ify semangat dong.” Kata Gabriel.

“Mmm, maaf Mas. Ify emang belum siap.” Kata Ify jujur. Ya, ia memang belum siap.

“Belum siap apanya?”

Tuhan.. Lelaki dihadapannya ini membuat kepalanya kehabisan ide. Apa Gabriel tidak paham maksud dari perkataannya? Tidak siap ya tidak siap! Ya, mungkin selama-lamanya ia tidak akan siap.

“Ya sudah. Mas tidak bisa memaksamu.” Kata Gabriel akhirnya. Ia pun meninggalkan Ify lalu menaiki tangga. Beberapa menit kemudian, Gabriel muncul dengan pakaian yang rapi.

“Mas pergi dulu. Ada yang harus Mas urus.” Kata Gabriel tanpa ekspresi lalu meninggalkan Ify yang serba salah.

Oh, aku memang salah. Maafkan aku Mas.. Selama-lamanya Ify belum siap. Ify tidak berani melakukannya tanpa cinta. Maafkan Ify, Mas..

***

Lelaki itu berjalan mencari sebuah toko bunga. Bunga itu akan ia beri kepada Shilla, kekasihnya. Cakka begitu bahagia hari ini. Sebentar lagi, ia akan melamar dan menikahi Shilla lalu hidup bahagia tanpa ada keraguan. Shilla lah cinta yang selama ini dicarinya, dan bukan Oik ataupun Agni. Tapi Shilla.

Kini, ia berjalan santai menuju Toko Bunga Fuji. Toko bunga yang menyediakan berbagai macam jenis bunga. Mulai dari bunga mawar, sampai bunga asing yang jarang tumbuh di Indonesia. Lalu, matanya terpusat pada seorang wanita yang kira-kira berumuran lebih muda dua tahun darinya. Astaga! Sepertinya ia tak asing lagi dengan wanita itu. Dia kan.. Dia kan...

Sekarang, ada dua pilihan. Antara dekatin dia atau tidak. Tapi, Cakka penasaran sekali. Mengapa Agni sampai disini? Bukannya Agni bahagia tinggal di Yogyakarta bersama Sion? Apa yang ia lihat salah? Keputusannya yaitu dekatin dia.

“Oh, hai! Maaf..” Kata Cakka ragu. Wanita itu mendadak kaget. Cakka pun ikutan kaget. Ia berasa kembali pada masa-masa itu. Masa-masa dimana ia trauma dengan cinta.

“Kau.. Kau Cakka?” Tanya wanita itu.

“Ya. Saya Cakka. Bukannya Kau bernama Agni?” Jawab+Tanya Cakka.

Yang ditanya mengangguk. Tuhan baik padanya. Tuhan telah mempertemukannya dengan Cakka. Tapi Agni ragu apakah Cakka belum menikah. Hei! Maksudnya apa? Ia masih memiliki ikatan dengan Sion. Dan ia tidak mungki lagi bisa bersama Cakka. Oh, buang-buang. Ia kesini bukan mencari Cakka, tetapi melarika diri sekaligus meminta bantuan Cakka, bukan mengharapkan cinta Cakka.

“Saya Agni. Agni Tri Nubuwati. Saya senang sekali bertemu kamu karena saya ingin mengharapkan bantuan kamu.” Kata Agni. Ia begitu gugup berbicara dengan Cakka.

“Oh, bantuan apa?” Tanya Cakka. Ia memilih duduk di samping Agni. Awalnya, Agni kaget. Namun ia berusaha menutupi kekagetannya itu.

Agni pun menceritakan hidupnya di Yogyakarta. Tentang Sion dan masalahnya dengan Sion. Cakka mendengarkannya dengan seksama. Ternyata, kehidupan Agni tidak sesuai dengan tebakannya. Cakka mengira disana Agni hidup bahagia, tapi semuanya salah. Di Yogya, Agni hidup menderita.

“Jadi, Agni kesini mau minta bantuan Cakka?” Tanya Cakka.

“Iya. Agni mau kok dijadiin pembantu Cakka di rumah. Agni yakin Cakka sudah berkeluarga.” Jawab Agni.

Berkeluarga? Entah mengapa, Cakka ingin sekali menjadikan Agni sebagai istrinya. Jujur, ia masih mencintai Agni. Dulu, ia terlambat untuk mengatakannya. Agni pergi dan ia menyesal. Sekarang, Agni kembali ke tempat ini. Dan Cakka bingung menghadapi cintanya itu. Shilla.. Agni..

“Ngg.. Cakka belum nikah kok.”

Sial! Mengapa ia mengatakan hal yang salah itu? Ia memang belum menikah, tapi ia sudah mempunyai calon istri yang bernama Ashilla Zahrantiara. Tentu Agni kaget mendengar pengakuan Cakka.

“Cakka.. Belum menikah?” Tanya Agni tak percaya. Oh, sedikit harapan muncul. Ia bisa saja kembali pada Cakka, tapi... Masalahnya dengan Sion... Dan, apakah Cakka mencintainya?

“Belum. Cakka belum menikah. Tapi sebentar lagi Cakka mau menikah. Sudah ada calonnya, namanya Ashilla Zahrantiara..”

Entah mengapa hatinya terasa perih. Ingin saja ia menangis. Jadi.. Cakka sudah punya calon? Oh, lengkap sudah penderitaannya. Tapi hei! Ingat tujuanmu kesini. Agni berusaha tenang dan tidak kaget. Kedatangannya ke Jakarta bukan mencari Cakka, tapi meminta bantuan Cakka. Ingat, meminta bantuan Cakka bukan mencari Cakka.

“Oh, Agni doain deh Cakka bahagia bersama calon Cakka. Tapi Kka, Agni boleh ya jadi pembantu rumah Cakka. Agni takut Kka, disini Agni tidak punya siapa-siapa. Orangtua Agni meninggal. Tolong bantu Agni Kka..”

Cakka merasa kasihan mendengar kalimat demi kalimat yang barusan diucapkan Agni. Memang, Agni tidak memiliki siapa-siapa disini, selain dirinya. Agni terlalu takut menjalani hidup di Kota ini tanpa ada teman yang membantunya.

“Ngg Ag..” Kata Cakka.

“Ya?”

“Ngg.. Cakka.. Cakka..”

“Cakka apa?”

“Cakka... Cakka masih mencintai Agni..”

***

Bagai disambar petir, gadis itu mendengar pengakuan yang diucapkan Cakka. Shilla dapat menyimpulkan bahwa Cakka benar-benar tidak mencintainya. Kembali ia merasakan kesakitan yang luar biasa sakitnya. Pertama, karena Alvin, dan yang kedua karena Cakka. Shilla tau, ia tak pantas dicintai oleh lelaki. Tidak pantas!

Kini, hidupnya dihiasi kesedihan. Shilla tidak tau bagaimana kisah hidupnya nanti. Apa ia akan melakukan suatu hal yang pernah Dea lakukan? Tidak! Kau bukan Dea, kau Shilla. Seorang gadis yang tegar dan tak kenal putus asa.

Ingin sekali ia menghampiri Cakka dan menamparnya. Tapi ia tidak berani melakukannya. Biarkan saja hatinya yang sakit. Shilla kuat menghadapi rasa sakit ini. Alvin yang telah mengajarinya. Oh Vin.. Andai dirimu ada disampingku... Vin, aku butuh kamu...

‘ku tak percaya kau ada disini..’

“Hallo?” Kata Shilla serak. Mbak Dian menelponnya. Mungkin ia harus kembali bekerja.

“Hallo Shilla, cepat kesini. Ada hal penting yang harus kamu lakukan.” Kata suara disebrang sana.

“Baiklah mbak, Shilla segera kesana.”

“Kau tak apa?”

“Shilla baik-baik saja mbak.”

Klik. Shilla menekan tombol merah. Ia tidak sanggup bicara lagi. Lalu, ia melirik ke arah bangku tadi. Ada wajah ceria di bangku itu. Siapa lagi kalau bukan cewek itu? Shilla tau, cewek itu bukan cewek sembarangan. Pasti cewek itu memiliki hubungan khusus dengan Cakka.

Shilla pun meninggalkan tempat itu.

***

“Ini rumahku!” Kata Cakka. Agni melihat-lihat rumah itu. Rumah yang indah dan nyaman. Keduanya pun memasuki rumah itu.

“Eh Yo, sana kerja. Jangan mainin laptop mulu di ruang tamu.” Kata Cakka.

“Ini kan aku kerja.” Kata Rio. Lalu, yang ia lihat adalah seorang cewek yang pernah ia lihat sebelumnya. Cewek itu seperti mantan Cakka. Siapa namanya? Untuk sementara, ingatannya belum pulih benar.

“Maaf ya ganggu.” Kata Agni melihat cowok di sampingnya yang menurutnya sedang sibuk.

“Nggak papa kok mbak.” Jawab Rio.

Cakka kembali ke ruang tamu dan membawa minuman dingin dan beberapa makanan kecil. Rio melihatnya dengan aneh. Siapa sih cewek itu? Bukan calonnya kan?

“Diminum dulu.” Kata Cakka. Agni mengangguk.

“Kamu ngapain sih Yo?” Tanya Cakka heran. Ia melirik pada layar laptop Rio yang tidak ia mengerti.

“Sampai kapanpun juga kakak melihat, kakak nggak akan pernah paham. Kalo gitu, Rio masuk dulu.” Kata Rio seraya meninggalkan ruang tamu.

“Rio? Itu Rio?” Tanya Agni. Yang ditanya mengangguk. “Bukannya Rio pacaran sama Ify?”

Cakka pun menjelaskan sejarah hidup Rio dari A sampai Z. Agni mendengarkannya dengan baik. Sesekali ia kaget mendengar cerita Cakka. Dari Cakka, Agni jadi tau bahwa hubungan Rio dengan Ify sudah putus dan tidak akan pernah kembali. Oh, jadi Rio pernah terkena amnesia juga ya?

“Mmm, Agni mau kok jadi pembantu Cakka.” Kata Agni.

“Mmm, Cakka tidak tau.” Jawab Cakka.

“Apakah.. Apakah Cakka memang masih mencintai Agni? Bukannya Cakka sudah punya calon?”

Shilla. Cakka hampir saja melupakan cewek itu. Bagaimana reaksi Shilla jika tau ia sedang bersama Agni? Apakah Shilla cemburu? Jelas lah. Tapi, hatinya mulai berkurang terhadap Shilla. Maksudnya, Cakka lebih menyayangi Agni dibanding Shilla. Oh, mengapa cinta yang membingungkan itu datang lagi?

“Iya sih, tapi..”

“Sebaiknya Anda memutusi Shilla dan langsung menikahi cewek itu. Saya tidak ingin hubungan Anda dengan cewek itu hancur karena Shilla.” Kata sebuah suara.

***
TBC....

Kalo ada yang aneh ato nggak nyambung komen ajj (:

Ohya, yang berbaik hati Follow ya twitter sayaa @Uny_Fahda19 , ntar tak folback (:

Kalo mau baca dari part awal buka aja ya blogku : http://risedirectioners.blogspot.com

Free Contact me : 083129582037

Makasiiii (:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar