Epilog
.
.
.
Danau...
Sebuah
tempat yang sering mereka kunjungi. Sebuah tempat yang menyimpan banyak
kenangan. Sepasang kekasih itu berjalan mendekati danau. Sang lelaki
yang menggendong gadis kecil berumur sekitar lima tahun, sedang si cewek
mengamit lengan si lelaki itu.
Setelah menemukan tempat
yang dirasa nyaman, mereka duduk sambil menikmati pemandangan senja yang
indah, di danau. Gadis kecil itu asyik bermain bersama Papanya. Sedang
Mamanya sibuk mengelus-elus perutnya yang udah mulai besar. Ya sekitar
enam bulanlah.
“Tempat yang terindah.” Gumam Ify. Ia memandang lurus ke arah danau yang luas itu.
“Ya. Tempat yang paling terindah.” Tambah Rio.
Matahari
mulai menghilang di barat sana. Menandakan, pergantian waktu. Senja
menjadi malam yang gelap gulita. Namun danau itu selalu terang. Jutaan
bintang bertaburan di atas sana. Dan lampu-lampu yang tersusun panjang
demi menerangkan tempat itu.
“Gimana Fy? Anak kedua kita?”
Tanya Rio. Ia meletakkan telinganya di perut Ify. Dan, sebuah tendangan
kecil melayang mengenai telinganya. Rio tertawa merasakan semua itu.
“Semoga cowok.” Kata Ify penuh harap.
“Ya.
Kalo cowok kita beri nama Fio. Fio adalah singkatan dari Ify dan Rio.
Dan Rify..” Rio tersenyum melihat gadis kecilnya itu yang duduk
dipangkuannya. Rio mencium rambut Rify. “Adalah singkatan dari Rio dan
Ify. Rio berharap Fio menjadi pemain sepak bola yang hebat. Rio pengin
Fio bisa membanggakan orangtua dan Indonesia.” Lanjut Rio sambil menatap
langit yang mulai gelap.
Sepertinya Ify tidak setuju. “Ify mau Fio jadi dokter.”
Rio pun tidak setuju. “Rio nggak mau Fy.. Rio mau Fio jadi pemain sepak bola.”
Sepasang
kekasih itu berdebat dalam candaan. Rify yang tadi terdiam ikut
berkomentar. Suaranya yang terdengar lucu membuat Rio dan Ify tertawa
mendengarnya.
“Dede Fio ntal jadi plogamel komputel, kan kayak Papa..”
Hihihi..
Rify belum bisa nyebut huruf ‘R’. Sekali lagi, mereka tertawa bahagia.
Tawa mereka beriringan dengan terbenamnya matahari. Yang mengubah
sebagian bumi menjadi gelap.
***
“Aku
nggak percaya Shill. Ternyata kamu pemilik akun itu. Tara Hayuningsih.”
Kata Gabriel. Saat ini mereka ngobrol di sebuah kafe.
Shilla
tersenyum menanggapi perkataan Gabriel. “Hehehe, maaf ya. Lasingan
Shilla lagi bete. Mana Cagni lagi liburan ke Paris lagi..”
“Kamu
mau liburan kesana juga? Atau mengelilingi seluruh penjuru dunia?”
Tanya Gabriel serius. Padahal, Shilla cuman bercanda aja.
“Pengin sih. Tapi Shilla nggak punya uang.”
Lalu, tangannya digenggam oleh tangan Gabriel. Mendadak Shilla kaget. Jantungnya pun berdetak lebih cepat dari biasanya.
“Shilla bisa kok keliling dunia tanpa harus ngeluarin uang serupiah pun. Tapi ada satu syarat” Kata Gabriel.
“Syaratnya apa? Jadi babu Iyel?” Tanya Shilla.
“Syaratnya..”
Sebuah ciuman lembut mendarat di pipi Shilla. Shilla berusaha
menghindar, tapi gerakan Gabriel sangat cepat. “Shilla harus menjadi
cinta Iyel dan hidup bersama Iyel untuk selamanya.” Lanjutnya.
Mendengar hal itu, Shilla tersipu malu. “Bilang aja kalo Iyel naksir sama Shilla..”
Keduanya
pun tertawa. Tak peduli dengan pengunjung kafe lainnya. Oh God! Thanks
so much! Shilla bersyukur karena pangeran yang telah lama ditunggunya
kini datang juga. Tidak sia-sia ia menunggu. Kini, Shilla pun menemukan
cinta sejatinya. Cinta yang sebenarnya. :: Gabriel ::
________________END____________________
Makasih ya buat kalian yang udah baca cerbungku ini, doa’in aja supaya cerbungku yang lain akan aku pos (:
@uny_fahda19
Tidak ada komentar:
Posting Komentar