Part 19
.
Beberapa menit kemudian, seorang
dokter berkepala botak keluar dari ruangan Luke dan bergantian menatap Michael,
Calum, Ashton dan Tristan. Dokter itu sedikit kaget melihat Tristan. Mungkin
Tristan adalah saudara kembar Luke, batin dokter itu walau tidak yakin.
“Dok apa yang terjadi dengan Luke?
Apakah Luke baik-baik saja?” Tanya Michael.
“Dimana keluraga Luke?” Tanya dokter
itu.
Tidak ada yang menjawab. Michael,
Calum, Ashton dan Tristan sama-sama bingung. Akhirnya Tristan mengangkat tangannya
dan hal itu membuat Michael, Calum dan Ashton menjadi kaget.
“Saya dok, saya saudara kembarnya.”
Jawab Tristan tanpa ragu-ragu.
Dokter itu terdiam sambil menatap
Tristan dengan teliti. Memang benar Tristan adalah saudara kembar Luke karena
keduanya sangat mirip. Dokter itu pun mempersilahkan Tristan masuk ke dalam
ruangannya. Sementara itu, Michael, Calum dan Ashton menunggu di luar dengan
jantung yang berdetak tidak normal. Semoga Luke baik-baik saja.
***
Rasanya seperti berada di sebuah
tempat yang asing dan tidak pernah ia datangi sebelumnya. Tristan duduk tepat
di hadapan dokter itu dengan detakan jantung yang melaju cepat. Telapak
tangannya terasa dingin sekali. Tristan mencuri pandang ke arah dokter yang
menyiratkan suatu hal yang buruk.
“Dari hasil tes tadi, Luke mengalami
gagal ginjal yang sudah sangat parah. Ginjal kirinya sudah tidak berfungsi
lagi. Sekarang ini Luke mengalami koma dan kita tidak tau kapan Luke akan
sadar.” Jelas dokter itu.
Bagaikan sebuah mimpi buruk. Meski
Tristan tidak pernah melihat Luke secara langsung, tetapi Tristan merasakan
kekhawatiran yang teramat sangat. Luke, seseorang yang sudah sangat ia yakini
adalah saudara kembarnya, dan sekarang Luke mengalami koma. Hati Tristan begitu
perih mendengarnya. Tristan tidak ingin kehilangan Luke untuk yang kedua
kalinya, meski Tristan tidak tau bagaimana kronologi tiga belas tahun yang
lalu.
“Gimana caranya agar Luke bisa
hidup?” Tanya Tristan.
“Satu-satunya cara adalah
mendonorkannya ginjal. Tetapi kami tidak yakin apakah nantinya berhasil atau
tidak karena beresiko juga.” Jawab dokter itu.
“Kalau tidak mendonorkan ginjal
apakah Luke bisa sembuh?” Tanya Tristan.
Dokter itu berpikir sebentar.
“Mungkin saja bisa. Tetapi Luke hanya memiliki satu ginjal dan itu sangat
berbahaya. Luke tentu tidak bisa melakukan aktivitas seperti biasa dan
selama-lamanya harus istirahat di rumah demi keselamatannya. Juga Luke tidak
boleh minum sembarangan. Di tambah lagi Luke harus sering mencuci darah karena
ginjal kanannya tidak bisa menyaring darah seutuhnya.” Ucapnya.
Tristan benar-benar tidak menyangka
Luke bisa terkena penyakit itu. Apakah selama ini Luke tidak pernah
menyadarinya? Jika saja tidak ada yang mendonorkan ginjal pada Luke, hidup Luke
akan berubah 180 derajat dan Luke tidak akan bisa meneruskan impiannya. Itu
sama saja dengan membunuh Luke secara perlahan.
“Carikan pendonor ginjal yang cocok
untuk Luke. Aku tidak ingin kehilangannya.” Ucap Tristan.
“Akan kami usahakan.” Jawab dokter
itu.
Tristan menghela nafas lega.
“Bolekah saya menjenguk Luke?” Tanyanya.
***
Tami sudah ada di rumah sakit dan
menemukan Tristan disana. Tristan yang berwajah sendu dan pucat. Pasti ada yang
tidak beres dengan Luke. Tami menjadi khawatir. Tami takut jika Luke terkena
penyakit serius.
“Tristan?” Tanya Tami.
Tristan tersenyum lemah. “Kalian
bisa melihat Luke, ayo!” Ajaknya.
***
Entah mengapa perasaan Liza menjadi
tidak enak. Sudah berjam-jam lamanya Liza berdiam diri di ruang rawat Ashley
dan tidak keluar sama sekali. Liza merasa di luar sana sedang ramai dan
entahlah apa yang menyebabkan keramaian itu.
Tiba-tiba kelopak mata Ashley
bergerak secara perlahan dan sepertinya Ashley terbangun dari tidurnya. Liza
tersenyum melihat Ashley yang sudah membuka kedua matanya. Namun setetes demi
setetes air keluar membahasi pipinya yang putih pucat.
“Ma..” Lirih Ashley.
“Iya sayang? Ada apa?” Tanya Liza.
Tampak Ashley yang tengah berusaha
menahan tangisnya. Sepertinya Ashley telah mendapatkan mimpi buruk yang
membuatnya menangis seperti ini. Sebisa mungkin Liza menenangkan Ashley dan
berdoa agar Ashley baik-baik saja.
“Ma.. Kenapa kak Tristan dan kak
Luke tidak bisa bersama? Kenapa Tuhan menginginkan mereka berpisah?” Tanya
Ashley sambil menangis.
Luke lagi. Kali ini Liza penasaran
dengan apa yang ada di pikiran Ashley. Kenapa selama berada di rumah sakit
Ashley selalu membahas soal Luke? Luke sudah mati. Titik! Dan tidak ada yang
boleh membahas soal Luke seperti apa yang dikatakan Tristan.
“Sudah mama bilang. Luke sudah mati.
Kamu tidak perlu membahas Luke.” Ucap Liza.
“Ma! Ada satu hal yang tidak Mama
tau. Kak Luke masih hidup. Waktu kebakaran itu, kak Luke tidak mati. Ashley
tidak tau siapa yang menculik kak Luke dan kak Luke jadi amnesia. Tapi pada
akhirnya kak Luke tau siapa kak Tristan begitu pula sebaliknya.” Jelas Ashley.
Liza merinding mendengar penjelasan
Ashley. Benarkah itu? Benarkah Luke yang selama ini Liza kira sudah mati
ternyata masih hidup? Darimana Ashley bisa menyimpulkan semua itu?
“Darimana kamu tau kalau Luke masih
hidup?” Tanya Liza.
Kali ini air matanya benar-benar
turun seperti hujan. Tetapi Ashley berusaha untuk kuat. “Ashley mimpi Ma. Ada
seseorang yang mengatakan suatu kebenaran pada Ashley..” Tangisnya.
“Tapi itu hanya mimpi. Mama tidak
percaya kalau kau tau dari mimpi.” Ucap Liza.
Tangis Ashley semakin kencang.
“Terserah Mama mau percaya atau tidak. Tapi seseorang itu mengatakan bahwa
sebentar lagi kak Luke akan mati..” Ucapnya lalu tidak sadarkan diri.
***
Perlahan, Tristan membuka pintu rawat
Luke dengan jatung yang berdetak tak karuan. Begitu pula dengan Tami, Michael,
Calum dan Ashton. Tristan belum juga memberikan jawaban yang pasti mengenai
keadaan Luke dan apa yang sebenarnya terjadi dengan Luke.
Dan disinilah ia. Tristan terpaku
menatap sosok yang sangat mirip dengannya dengan gaya rambut yang tidak jauh
beda dengannya. Dia-kah Luke? Tristan terduduk lemah di samping ranjang Luke
sambil menunduk dan berusaha menahan tangisnya. Betapa malunya jika ia
menangis.
Sementara itu, Tami dan lainnya
menyusul Tristan dan mendekati ranjang Luke. Tami tidak bisa menahan air
matanya dan gadis itu pun menangis. Michael, Ashton dan Calum sama seperti
Tristan. Sama-sama berusaha menahan air mata agar tidak turun.
Tapi sepertinya Tristan tidak
sanggup lagi menahan air matanya dan pemuda itu pun menangis. Menangis dalam
kesepian dan kesunyian. Kemudian Tristan menyentuh wajah Luke dan sentuhan itu
terasa nyata. Luke adalah nyata. Luke belum mati sewaktu tragedy tiga belas
tahun yang lalu. Luke masih hidup. Tetapi mengapa ia harus bertemu dengan Luke
dalam kondisi seperti ini? Bisakah Luke membuka matanya?
Calum menepuk pelan bahu Tristan.
“Tris, Luke kenapa? Luke baik-baik saja kan? Jangan membuat kami takut dan
khawatir.” Ucapnya.
Sebelum menjawab, Tristan berusaha
menenangkan dirinya. “Luke… Dia… Dia terkena gagal ginjal. Ginjal kirinya rusak
dan sudah tidak berfungsi lagi. Sekarang Luke sedang koma.” Jawabnya.
Keempatnya kaget mendengar jawaban
yang diberikan Tristan. Tristan sedang tidak bercanda kan? Luke terkena
penyakit gagal ginjal? Tami yang paling dekat dengan Luke merasa bodoh karena
selama ini tidak bisa menjaga Luke dengan baik. Luke memang tidak suka minum
air putih dan lebih banyak minum minuman yang tidak sehat. Bahkan Tami harus
mengikhlaskan Luke yang memang senang sekali masuk keluar bar dan itu dapat
menyakiti diri Luke sendiri. Luke juga cepat lelah dan suka memaksakan diri.
Semua itu salahnya. Salahnya!
“Semua itu salahku. Seharusnya aku
bisa menjaga Luke dengan baik.” Ucap Tami.
“Tidak. Itu bukan salahmu.” Ucap
Tristan.
Semuanya pun terdiam. Kemudian Calum
bicara. “Aku mau mendonorkan ginjalku untuk Luke. Demi Luke.” Ucapnya mantap.
Tentu saja Tristan dan lainnya
menjadi kaget. Calum sangat berani mengambil sebuah keputusan yang sangat
sulit. Tapi jika Calum sanggup mendonorkan salah satu ginjalnya ke Luke, Calum
tidak akan mati. Tapi hidup Calum akan berubah dan hanya bisa bertahan dengan
satu ginjal. Itupun jika Calum sanggup.
“Aku juga!” Tambah Michael.
Ashton yang diam pun ikutan bicara.
“Aku juga mau!” Ucapnya.
Mengapa tiba-tiba berubah menjadi
ajang perlombaan untuk mendonorkan ginjal? Apa mereka tidak tau resiko jika
mendonorkan ginjal? Tami menyimpulkan tiga cowok itu tidak memikirkan hal apa
yang akan terjadi setelah salah satu diantara mereka hanya memiliki satu
ginjal. Kalaupun mereka sudah tau resikonya, belum tentu ginjal mereka cocok
dengan Luke.
“Apa kalian siap hidup dengan satu
ginjal?” Tanya Tami.
Calum, Michael dan Ashton sama-sama
mengangguk. Tami sudah yakin tiga pemuda hebat itu dengan ikhlas mau memberikan
satu ginjal mereka untuk Luke. Demi Luke. Demi kebahagiaan Luke dan
impian-impian Luke. Dan mereka melakukan ini semua agar Luke bisa tersenyum
kembali karena telah menemukan siapa keluarganya, dan Tristan.
Sementara itu Tristan merasa dirinya
sangat bodoh karena tidak berani mengatakan bahwa ia berniat mendonorkan
ginjalnya untuk Luke. Semua ini terjadi begitu cepat dan Tristan ingin semua
ini hanyalah sebuah mimpi.
Sebuah mimpi buruk yang sebentar
lagi akan berakhir.
***
Yang dirasakan Tristan sama seperti
dengan apa yang dirasakan fans Luke. Semua ini terjadi begitu cepat dan mereka
berharap semua ini hanyalah sebuah mimpi. Mereka menangis mendengar berita bahwa
saat ini Luke sedang mengalami koma di rumah sakit dan ginjal kirinya sudah
tidak berfungsi lagi. Mereka hanya bisa berdoa agar Luke cepat sembuh dan
kembali beraksi di atas panggung.
Tristan yang sudah menjelaskan
semuanya tentang Luke mampu membuat Liza menangis dan merasa bahwa Luke yang
dimaksud Tristan adalah Luke Hemmings, anaknya yang selama ini ia kira sudah
meninggal. Liza sempat pergi ke ruang rawat Luke dan wanita itu langsung
menangis. Pemuda yang sedang terbaring lemah di ranjang rumah sakit dengan
berbagai selang infus adalah anaknya. Sangat mirip dengan Tristan dan Liza
merasa bodoh karena baru menyadarinya.
Ashley yang sudah sadar dan bisa
dibawa pulang ke rumah begitu syok melihat keadaan Luke. Sama seperti
mimpi-mimpinya selama ia di rawat di rumah sakit. Dan Ashley merasa takut jika
Luke harus meninggalkannya. Dulu, Luke sudah meninggalkannya untuk yang pertama
kalinya dan sekarang Luke tidak boleh lagi meninggalkannya.
Niat Calum, Ashton dan Michael untuk
mendonorkan ginjal ke Luke berujung kesedihan. Ginjal mereka tidak cocok untuk
Luke karena golongan darah mereka berbeda dengan Luke. Ternyata, mendonorkan
darah tidak semudah seperti memberikan barang yang kita miliki. Mereka hanya
berdoa agar Luke cepat sembuh dan menemukan pendonor yang tepat.
Sore hari yang sedang diguyur hujan
itu, Tristan duduk di samping Ashley yang di matanya masih ada bekas air mata.
Sudah dua minggu Luke koma dan Luke belum sadar juga. Sebisa mungkin Tristan
menenangkan adiknya.
“Luke akan baik-baik saja..” Ucap
Tristan.
Ashley mengelap bekas air mata di
pipinya. “Kak, kenapa di saat kita menemukan kak Luke namun dalam kondisi
seperti ini?” Tanyanya.
“Ya mungkin ini memang sudah menjadi
sekenario Tuhan. Luke akan sadar dan kita akan tersenyum bersama. Kau, aku,
Luke dan Mama.” Ucap Tristan.
“Kak Tris sudah yakin kalau Luke
adalah saudara kita?” Tanya Ashley.
Tristan tersenyum mendengar
pertanyaan Ashley. “Ash, aku dan Luke adalah saudara kembar dan kita sangat
mirip. Tentu aku dan dia ada semacam ikatan batin yang sangat kuat. Pertama
kali melihat wajah Luke saja aku sudah yakin kalau dia adalah saudara kembarku.
Luke masih hidup. Aku senang sekali.” Jawab Tristan.
Ashley tersenyum sedih. “Tidak. Kak
Luke akan mati.” Ucapnya.
Tristan kaget mendengar ucapan
Ashley. “Mati? Luke baik-baik saja. Luke tidak akan mati.” Ucapnya.
“Kak, selama Ashley di rumah sakit,
Ashley mendapatkan sebuah mimpi buruk tetapi mimpi itu menyampaikan suatu
kebenaran. Mimpi itu menyampaikan bahwa sewaktu rumah kita terbakar, kak Luke
memang ada di dalam. Tetapi kak Luke bisa menyelamatkan dirinya. Sayangnya kak
Luke diculik oleh seseorang. Terus, mimpi itu menyampaikan bahwa tidak lama
lagi Luke akan mati.” Jelas Ashley sambil menangis.
‘Salah
satu diantara kalian harus mati. Kau harus memilih: mengorbankan dirimu atau
mengorbankan dirinya’
Tiba-tiba kata-kata itu mucul di
pikirannya dan sepertinya Tristan mulai mengerti. Maksud ‘kalian’ di kalimat
itu adalah dirinya dan Luke. ‘dirinya’ itu adalah Luke. Artinya, Luke bisa
diselamatkan jika ia… Jika ia mau mengorbankan nyawanya untuk Luke. Tristan
tersenyum sedih. Adakah pilihan lain? Sungguh Tristan tidak ingin mati.
“Kak, Luke akan mati! Kak Luke akan
mati!” Tangis Ashley.
Namun Tristan sudah tidak terpengaruh
dengan kalimat yang diucapkan Ashley. Ia harus mencari cara untuk menyelamatkan
Luke, juga menyelamatkan dirinya.
Karena Tristan ingin melihat Luke
dan ingin bersama seperti dulu.
***