expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Sabtu, 04 Juli 2015

Like Rain of Hearts ( Part 14 )



Part 14

.

            Sebentar lagi pergantian tahun. Tinggal menunggu beberapa menit saja. Setelah selesai acara, Rio mengajak Disty jalan-jalan di putaran Kota London. Ya. Pergantian tahun ini begitu ramai. Di pinggir jalan banyak sekali yang menjual berbagai makanan dan barang-barang khas London. Banyak juga permainan-permainan yang seru dan cocok dinaiki oleh anak-anak.

            Rio berhenti sebentar dan membeli kentang goreng lalu ia makan bersama Disty di sepanjang perjalanan. Perjalanan yang begitu romantis. Disty selalu saja dibuat bahagia oleh Rio apapun yang dilakukan Rio padanya walau hanya sederhana. Baginya, Rio suka membuatnya kejutan sehingga ia semakin cinta dengan Rio.

            Keduanya berhenti tepat di bawah sungai Themes yang begitu luas. Disty dan Rio bisa melihat ke bawah sungai yang mengalir tenang itu. Kemudian, Rio menggenggam tangan Disty dengan erat dan Disty langsung menjatuhkan kepalanya di atas bahu Rio.

            “2013 sebentar lagi datang.” Ucap Disty.

            “Iya. Cepat sekali tahun berganti. Aku rasa baru saja kemarin memasuki tahun 2013.” Ucap Rio.

            Disty menghela nafas panjang. “Iya. Waktu cepat sekali berjalan dan Disty rasa usia Disty semakin bertambah. Jujur, Disty tidak mau menjadi gadis yang dewasa.” Ucapnya.

            Sometimes, be an adult is so boring. But we should through this.” Ucap Rio.

            “Iya. Aku ngerti kok. Lihat!”

            Kembang api mulai terlihat di langit yang gelap itu. Warna kembang api yang menyala dengan indah dan terang membuat Disty semakin bahagia. Ia suka kembang api dan musim favoritnya yaitu musim panas. Tapi ya di bulan Desember ini biasanya memasuki musim dingin, bukan musim panas sehingga Disty harus memakai baju yang tebal.

            Itulah perbedaan antara Indonesia dengan Inggris. Di Indonesia hanya ada dua musim yaitu musim hujan dan musim kemarau, sedangkan di Inggris ada empat musim yaitu musim panas, dingin, semi dan gugur. Tapi Disty sanggup dengan pergantian musim walau kadang-kadang tubuhnya tidak kuat misalnya saat memasuki musim salju ia suka demam dan kedinginan.

            Happy new year babe!” Ucap Rio.

            Happy new year too!” Balas Disty sambil tersenyum.

            Kemudian keduanya berpelukan dengan erat. Ya. Sekarang sudah tahun 2013. Tahun baru. Harus ada suasana baru, pengalaman baru, ide baru dan intinya lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya. Disty begitu nyaman berada di pelukan Rio. Semoga di tahun ini, hubungannya dengan Rio semakin baik dan ia semakin cinta dengan Rio.

            “Ohya Dis, harapanmu di tahun ini apa?” Tanya Rio.

            “Disty berharap di tahun ini orang-orang yang Disty sayangi akan selalu baik-baik saja dan tentunya hubungan kita juga harus baik-baik saja.” Jawab Disty.

            Rio tersenyum. “Harapan Rio sama seperti harapan Disty. Ininya semuanya harus baik-baik saja.” Ucapnya.

            Kembali Rio menggenggam tangan Disty dan keduanya kembali menyaksikan kembang api yang terlihat meriah itu. Ya. Semua orang bahagia di pergantian tahun ini. Ya.

***

            “Stop! Jangan ganggu aku lagi!”

            Mendadak suasana berubah menjadi gelap gulita. Disty merasa ketakutan. Dimana ia sekarang? Terakhir kali ia ingat, ia sedang belajar kelompok bersama Donna dan Miley. Lantas mengapa tiba-tiba ia bisa berada di tempat yang gelap ini? Juga Disty merasa ada seseorang yang sedang menganggunya.

            “Si.. Siapa kau?” Tanya Disty dengan suara ketakutan.

            Terdengar suara langkah kaki seseorang. Disty rasa jaraknya dengan orang itu sudah dekat. Tetapi Disty tidak bisa menebak siapa orang itu karena gelap. Yang hanya bisa ia lakukan hanyalah berdoa dan berharap semuanya akan baik-baik saja.

            “Jauhi Rio! Kalian tidak pantas mencintai satu sama lain!”

            Itu suara yang ia dengar. Suara seorang laki-laki dan suaranya terdengar tua. Siapa laki-laki itu? Mengapa laki-laki itu menyuruhnya untuk menjauhi Rio? Apa hak laki-laki itu sehingga sekenanya menyuruhnya jauh dari Rio?

            “Siapa kau? Mengapa kau menyuruhku menjauhi cowok yang aku cintai?” Tany Disty.

            Laki-laki itu tidak menjawab. Yang ada suasana berubah menjadi terang dan Disty membuka kelopak matanya, melihat dimana ia sekarang. Ternyata ia berada di kamarnya sendiri. Mimpi buruk! Perasaannya menjadi tidak enak. Bagaimana jika mimpi itu mengandung sebuah arti penting yang ada hubungannya dengan Rio?

            Cepat-cepat Disty bangun dari tidurnya dan langsung mandi. Tidak terasa liburan pergantian tahun sekaligus natal telah berakhir dan saatnya kembali sekolah. Menyebalkan. Tetapi Disty sangat merindukan ocehan Miley dan Donna.

            Morning Adisty!” Sapa Michael ceria.

            Morning too.” Jawab Disty datar lalu duduk dan mengambil roti.

            “Wajahmu kok lemas begitu? Ada apa?” Tanya Michael sambil memakan rotinya.

            Disty tidak menjawab. Gadis itu malah asyik dengan roti dan selai. Namun dipikirannya masih terlihat jelas mimpi aneh itu. Sepertinya dulu ia sudah pernah memimpikan hal itu, tapi sudah lama sekali. Setelah selesai sarapan, Disty tersenyum senang melihat Rio yang sudah menunggunya dengan motor kerennya.

            Morning Dis.” Sapa Rio.

            “Iya. Berangkat yuk! Tidak sabaran bertemu teman-teman.” Ucap Disty lalu menaiki motor Rio.

            Sebenarnya pagi ini Disty sangat tidak bersemangat karena mimpi aneh itu. Tadi Disty hanya berpura-pura semangat saja agar Rio tidak heran padanya. Ia selalu ceria dan bersemangat dan jarang lesu.

            Mimpi itu…

            Sebenarnya mimpi itu hanya sebagai bunga tidur atau… Sebuah peringatan?

***

            Berkali-kali Luke menggeleng-gelengkan kepalanya saat melihat hasil tes matematika Disty di sekolah. Ini yang kesekian kalinya Disty mendapatkan nilai C! Bahkan Disty pernah mendapatkan nilai D. Sedangkan Disty cuek aja menghadapi nilai yang baginya tidak terlalu penting. Baginya, nilai C itu sudah cukup.

            “Matematika pelajaran yang menyebalkan.” Ucap Disty.

            “Iya tapi kenapa nilaimu bisa seperti ini? Bukannya aku sudah mengajarimu? Soal seperti ini mudah sekali.” Ucap Luke sambil menunjukkan hasil tes matematika Disty.

            Disty memandang Luke dengan tajam. Entah kenapa tiba-tiba ia menjadi kesal dengan Luke, sama seperti dulu. Ditambah lagi mood-nya hari ini sangat buruk. Mimpi aneh itu juga masih menggentayanginya dan mau tidak mau Disty harus bicara dengan Rio. Siapa tau Rio bisa menanggapinya dan menenangkannya.

            “Kau jadi menyebalkan. Kalau nilaiku jelek, pengaruhnya bagimu apa? Tidak ada kan. Aku aja dapat nilai jelek biasa-biasa saja.” Ucap Disty.

            “Dis, sekolah itu nomor satu. Pelajaran itu penting sekali dan menentukan masa depanmu. Kalau kau tidak pintar, bagaimana kau bisa lulus? Bagaimana kau bisa mengikuti jejak kakakmu, James?”

            Lagi dan lagi. Disty sangat tidak suka jika ada yang membandingkannya dengan Michael atau James. Iya. Disty mengaku tidak sepintar James. Tapi ia juga tidak bodoh-bodoh amat kan? Lagipula nilai mata pelajaran lainnya banyak yang bagus. Memangnya matematika adalah segala-galanya?

            “Kalau aku tidak lulus-lulus, aku bisa menjadi penyanyi dan tidak perlu menghafal rumus-rumus yang gila itu.” Ucap Disty.

            “Memangnya siapa yang bisa menjamin kau akan bisa menjadi penyanyi terkenal? Kau kira menjadi penyanyi itu mudah?” Tanya Luke.

            Darah Disty semakin naik. “Aku heran deh dengan kau. Aku ini bukan apa-apa bagimu, oke? Aku hanya temanmu. Bukan adikmu atau pacarmu! Rio saja tidak pernah melakukan ini padaku dan dia tidak pernah menyebalkan dan membuatku kesal sepertimu.” Ucapnya.

            Luke terdiam mendengar ucapan Disty. Lalu ia bicara. “Kurangi pacaran dengan Rio. Kau ini masih sekolah. Hidupmu masih panjang Dis. Seharusnya kau tidak perlu memikirkan pacaran, cowok atau apalah. Tugasmu sebagai pelajar adalah belajar, bukan pacaran.”

            “Ohya? Kehidupan seperti apa itu? Ingat Luk, kita itu beda. Aku tidak bisa disama-samakan denganmu. Dan kenapa kau ingin aku mengurangi pacaran dengan Rio seakan-akan kau ingin aku putus dengan Rio? Kenapa? Apa kau tidak suka aku pacaran dengan Rio?”

            Disty teringat dengan mimpinya. Apa mimpi itu ada hubungannya dengan Luke? Di dalam mimpinya itu ia disuruh mengakhiri hubungannya dengan Rio dan menjauhi Rio, sementara itu Luke seakan-akan seperti seorang laki-laki yang ada di mimpinya itu.

            “Aku capek. Aku mau tidur.” Ucap Disty lalu berdiri dan hendak berjalan ke kamarnya.

            “Kau belum belajar Dis! Sekarang jadwalnya belajar, bukan tidur!” Ucap Luke.

            Namun Disty tidak mempedulikan ucapan Luke. Persetan dengan ucapan Luke. Disty begitu merasa sebal dengan cowok itu dan merasa lelah belajar dengan Luke. Oke. Ia akui Luke sangat pandai mengajarinya tetapi ia suka tidak serius karena pikirannya kemana-mana. Tapi tidak semua orang kan harus pandai matematika?

***

            Ruang musik…

            Perlahan Disty membuka kenop pintu ruang musik itu dan tersenyum melihat berbagai macam alat musik disana. Tempat favoritnya. Jika ia sedang jenuh dan kesal, Disty selalu datang kemari. Untungnya ruang musik ini tidak di kunci. Disty mengambil gitar yang selalu dimainkannya ketika ia berada di ruang musik ini.

            Nada-nada indah pun mulai terdengar. Disty memainkan gitarnya dengan penuh penghayatan. Tiba-tiba bayangan Rio melintas. Rio, mimpi itu… Sampai sekarang Disty belum menceritakan mimpinya ke Rio. Entahlah apa yang membuatnya enggan untuk menceritakan mimpinya pada Rio.

            “Hai Dis!”

            Itu Rio. Cowok itu selalu datang tepat waktu. Disty tersenyum. Mungkin ini adalah waktu yang tepat untuk menceritakan mimpinya pada Rio dan berharap Rio mau memberinya masukan agar ia tidak takut.

            “Kau semakin jago aja Dis.” Ucap Rio.

            “Terimakasih. Hatiku menjadi tenang dan damai jika aku memainkan gitar ini.” Ucap Disty.

            Rio tersenyum. “Sejak lahir kau memang ditakdirkan mencintai musik dan tidak bisa hidup tanpa musik. Sama sepertiku. Bagiku, musik itu segalanya.” Ucapnya.

            “Ya. Aku heran dengan orang yang tidak menyukai musik.” Ucap Disty.

            “Hmm.. Kau lagi kesal ya dengan Luke?” Tanya Rio.

            Sial. Ternyata Rio mengetahui masalahnya dengan Luke. Belakang-belakangan ini Disty memang suka menulis status tentang kekesalannya pada Luke dan Disty merasa sudah berhenti menjadi murid Luke. Jujur, ia malas bertemu cowok itu.

            “Cowok itu memang menyebalkan dan aku tidak mau diajar lagi dengannya.” Ucap Disty.

            Sayangnya, Luke tidak sengaja melewati ruang musik dan mendengar dengan jelas ucapan Disty. Entah apa yang dirasakan cowok itu yang jelas bukan perasaan bahagia. Luke menelan ludahnya lalu kembali menuju kelasnya dan membiarkan Disty bahagia bersama Rio dan tidak peduli jika Disty menceritakan kekesalan karenanya pada Rio.

            “Yo..” Ucap Disty.

            “Iya?”

            “Disty kepikiran dengan mimpi Disty yang belakang-belakangan ini menghantui Disty, dan mimpi itu ada hubungannya dengan hubungan kita.”

            “Ohya?” Tanya Rio.

            “Di dalam mimpi itu, Disty selalu diganggu oleh laki-laki asing yang menyuruh agar Disty menjauhi Rio dan hubungan kita tidak seharusnya terjadi. Mimpi itu terjadi secara berulang-ulang. Disty takut.” Jawab Disty.

            Mendengar jawaban Disty, Rio memejamkan matanya. Ia yakin sekali gadis itu akan mengerti. Bodohnya ia tidak memberitahu Disty sejak awal, dan seharusnya hubungan ini tidak boleh ada. Tapi karena Rio terlalu mencintai Disty dan tidak mau kehilangan gadis itu, maka Rio memilih untuk melanggar aturan.

            “Suatu hari kau akan mengerti Dis.” Lirih Rio.

            “Apa? Disty tidak mengerti.” Ucap Disty.

            “Anggap aja mimpi itu tidak ada artinya, oke? Jangan takut dengan mimpi itu. Aku akan selalu ada di sampingmu dan tidak akan pernah meninggalkanmu.” Ucap Rio.

            “Tapi…”

            “Sudahlah. Percaya dengan kata-kata Rio. Lupakan mimpi itu dan jadilah Disty yang ceria, semangat dan Disty yang Rio inginkan.” Ucap Rio.

            Disty tidak bisa berkata apa-apa lagi. Tapi ucapan Rio terdengar begitu ganjil. Suatu hari kau akan mengerti Dis. Maksudnya apa? Kenapa mendadak Rio jadi orang yang misterius dan tidak mau jujur dengannya?

***



Tidak ada komentar:

Posting Komentar