expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Minggu, 05 Juli 2015

Like Rain of Hearts ( Part 29 )



Part 29

.

            Perlahan, Disty membuka matanya dan ia melihat Michael dan Luke yang sedang menatapnya. Kepalanya masih terasa sakit namun Disty bisa bicara dan memikirkan kejadian yang baru saja menimpanya. Sungguh ironis.

            “Cukup. Aku sudah muak dengan Harry! Kau hampir saja disentuh oleh cowok itu kalau saja Luke tidak datang menolongmu.” Ucap Michael.

            Disty melirik ke arah Luke dan disana ada beberapa bekas luka di wajahnya dan entah mengapa hatinya menjadi sakit. Disty sudah membuat Luke teluka hanya karena kebodohannya. Disty mengira Harry yang menolongnya dan ingin sekali Harry yang menyelamatkan hidupnya, bukan Luke ataupun yang lainnya.

            Tiba-tiba wajah Michael menjadi sedih. “Aku kakak yang bodoh. Tidak bisa menjaga adiknya dengan baik. Aku sangat bodoh Dis dan tidak berguna. Sebaliknya, kau lebih memilih Luke dibandingkan diriku yang sama sekali tidak berguna.” Ucapnya.

            Hati Disty teriris-iris mendengar ucapan Michael. Jangan. Jangan mengucapkan kalimat itu lagi. Bagi Disty, Michael adalah sosok kakak yang baik dan Disty sangat menyayangi Michael dan tidak ingin membuat kakaknya sedih.

            “Disty.. Disty.. Maafkan Disty. Luke..” Ucap Disty.

            “Aku hanya ingin menolongmu dan menjagamu dari jauh. Percayalah Dis. Wherever you are, I’ll beside you. Aku tidak bisa menjauh darimu.” Ucap Luke.

            Kali ini air mata Disty benar-benar keluar. Luke benar-benar baik padanya dan Luke seperti seseorang yang diharapkan Disty namun seakan-akan kehadirannya adalah mustahil. Namun Disty bisa merasakan kehadiran Luke walau tidak nyata. Tapi sekali lagi, yang ia butuhkan hanyalah Harry. Hanyalah Harry.

            “Disty ingin Harry..” Lirih Disty.

            Wajah Michael memanas tatkala Disty menyebut nama Harry. “Kau masih memikirkan cowok itu? Ada apa dengan dirimu Dis? Kenapa kau lebih mengharapkan seseorang yang sama sekali tidak pernah baik padamu dan tidak mau berkorban untukmu? Aku dan Luke ada disini. Kami sangat mencintaimu dan kau masih mengharapkan Harry?” Bentaknya.

            “DISTY HANYA MENGINGINKAN HARRY! KAK MIKE TIDAK AKAN PERNAH TAU BETAPA BESAR RASA CINTA DISTY PADA HARRY! KAK MIKE TIDAK AKAN PERNAH TAU!!” Bentak Disty lebih keras lagi.

            Michael terdiam mendapat bentakan kasar dari Disty. Kemudian cowok itu bangkit berdiri lalu meninggalkan kamar Disty. Kini, hanya ada Luke dan Disty.

            Luke mengusap lembut kening Disty. “Rasa cinta itu memang dahsyat. Tidak peduli siapa orang yang kita cintai. Rasa cintamu pada Harry tidak salah karena cinta tidak memandang orang, waktu ataupun keadaan. Aku tau kau sangat mencintai Harry dan melakukan apapun demi Harry. Itu hal yang wajar karena tentu kita akan berkorban demi seseorang yang kita cintai sekalipun itu terasa sakit. Dan kau sudah melakukannya dengan baik. Sekarang, kau hanya menjaga dirimu dan bicara baik-baik pada Harry. Aku yakin sekali, jika dia mencintaimu, maka dia mau melakukan apapun untukmu. Percayalah.” Ucapnya.

            Disty tersenyum mendengar ucapan Luke. “Luk, you’re my best friend. Disty tidak akan bisa hidup tanpa Luke. Makasih Luk. Makasih atas segala yang sudah Luke lakukan untuk Disty. Makasih karena Luke mau mendukung hubungan Disty dengan Harry di kala semua orang membenci Disty karena hubungan itu. Dan maafkan Disty jika Disty pernah menyakiti hati Luke.” Ucapnya.

            “Tidak. Disty sama sekali tidak pernah menyakiti Luke.” Ucap Luke.

            “Terimakasih Luk. Semoga hari esok lebih baik dari hari ini dan Disty janji akan menjaga diri Disty dan kejadian tadi tidak akan terulang.” Ucap Disty.

***

                Kejadian buruk yang terjadi seminggu yang lalu menyebabkan hubungan Disty dengan Harry agak sedikit bermasalah. Harry jarang mengirimnya pesan dan mengucapkan selamat malam padanya. Ketika Disty tidak sengaja bertemu Harry, Harry selalu menghindar darinya. Itu cukup membuat hati Disty perih. Apa Harry sudah tidak mencintainya lagi?

            “Sekarang, kau bisa merasakan kesakitan yang aku rasakan.” Ucap suara seseorang.

            Untunglah saat itu Disty bersama Donna jadi Disty bisa menahan emosinya ketika melihat wajah Rio yang tidak jauh berbeda dari sebelumnya. Mungkin Rio sedikit berubah. Tapi tidak banyak. Dan sekarang Rio agak kurusan dan kurang semangat.

            “Ohya? Kau menyimpulkan kalau Harry sudah tidak mencintaiku lagi?” Tanya Disty.

            Rio tersenyum. “Aku bisa menebak dari wajahmu. Kau pasti takut kan kalau-kalau Harry sudah tidak mencintaimu lagi?” Ucapnya.

            Ingin sekali Disty menghajar cowok di depannya jika saja Donna tidak menenangkannya. “Harry akan terus mencintaiku sampai kapanpun. Dia sudah janji padaku untuk mencintaiku selama-lamanya.” Ucapnya.

            “Ohya? Dan kau pernah berjanji padaku untuk selalu setia padaku dan terus mencintaiku tapi kau langgar janjimu. Aku sakit Dis. Dan sekarang kau yang merasakan sakit itu.” Ucap Rio.

            Disty menatap Rio tajam. Jangan-jangan, di balik sikap Harry itu tidak lain karena perbuatan Rio. Kenapa Rio seperti sudah bisa memprediksi kalau Harry pasti tidak mencintainya lagi agar Disty bisa merasakan kesakitan yang Rio rasakan saat ia tidak lagi mencintai Rio? Apakah itu benar?

            “Kau puas sekarang?” Tanya Disty.

            “Ya. Aku puas sekarang. Aku puas melihatmu sedih dan tersakiti. Aku puas sekarang.” Jawab Rio.

            “Cowok sialan dan tidak tau diri!” Bentak Disty lalu pergi meninggalkan Rio disusul Donna.

            Sementara itu, Rio menatap punggung Disty yang mulai menghilang dari penglihatannya. Rio menghela nafas panjang. Yang dilakukannya adalah kesalahan. Tidak seharusnya ia melakukan ini semua pada Disty. Tidak seharusnya ia senang melihat Disty sedih dan menyesal. Bagaimanapun juga, Rio masih mencintai Disty dan ingin kembali dengan Disty. Tapi keinginan dan harapan itu tak akan pernah terwujud. Tidak akan sekalipun Disty kembali mencintainya.

***

            Entahlah. Yang jelas Disty ingin menyendiri sambil membaca novel. Jam istirahat yang membosankan. Disty malas pergi ke kantin. Disty memilih duduk di bangku taman sekolah sambil membaca novel. Disty sadar. Ia membutuhkan kaca mata karena Disty rasa matanya min. Disty selalu merasa matanya sakit ketika melihat ke arah papan tulis dan pada saat bermain laptop. Hah! Menyebalkan! Padahal ia jarang bermain laptop apalagi bermain game sedangkan Michael matanya sehat-sehat saja meski berjam-jam bermain game.

            Tiba-tiba, Disty tidak sengaja menangkap seorang cowok yang sedang duduk termenung sambil menatap lurus ke depan. Disty memperhatikan cowok itu baik-baik. Harry! Batinnya. Disty pun memberanikan diri menemui Harry.

            “Kau..” Ucap Harry kaget tatkala menemukan Disty yang ada di sampingnya.

            Disty mencoba untuk tersenyum ceria. “Hai apa kabar? Kau jahat Harr tidak pernah memberiku kabar. Apa kau tidak punya pulsa?” Tanyanya.

            Itulah Disty. Selalu ceria dan mudah menyembunyikan kesedihan. Harry sudah tau kejadian ketika Disty di hadang dua cowok yang adalah musuhnya. Tentu Disty tau semua itu dan seharusnya Disty membencinya. Tapi Disty seakan-akan menganggap kejadian itu hanyalah kejadian biasa. Disty memang hebat dan Harry mulai merasa tidak pantas untuk Disty.

            “Kau tidak marah padaku?” Tanya Harry.

            Disty memperbaiki duduknya. “Tentu saja tidak. Aku ingin kau berubah dan ku rasa kau sedang dalam tahap untuk berubah. Aku tidak peduli kejadian-kejadian yang menimpaku. Asalkan kita tetap bersama dan kau masih mencintaiku, semuanya baik-baik saja.” Ucap Disty.

            Hati Harry benar-benar sakit dan seperti diiris oleh pisau tajam. Baginya, Disty terlalu baik dan polos. Gadis itu hanya mencintainya dengan tulus dan tidak peduli dengan apapun. Jujur, Harry memang mencintai Disty. Tapi rasanya seperti susah menerima semua kebaikan Disty, pengorbanan Disty dan apapun yang sudah Disty lakukan padanya. Harry tidak bisa menerima semua itu.

            “Makasih Dis. Kau memang bidadariku. Tanpa kau mungkin aku sudah mati sekarang.” Ucap Harry.

            Mendengar kata ‘mati’, tubuh Disty langsung bergetar hebat. “Jangan katakan ‘mati’ karena aku membenci kata itu. Kau akan aman bersamaku dan aku akan aman bersamamu.” Ucapnya.

            Harry langsung menyentuh lembut pundak Disty dan merangkul gadis itu. Disty pun menjatuhkan kepalanya tepat di atas pundak Harry sambil merasakan cinta dan kasih sayang Harry padanya. Harry masih mencintainya dan terus mencintainya.

            “Aku berjanji kali ini akan berubah dan tidak akan mengecewakanmu.” Ucap Harry.

***

            Hari ini Disty sangat bahagia. Hubungannya dengan Harry kembali menjadi baik dan Harry kembali menjadi Harry yang dulu. Harry yang baik, ramah, murah tersenyum dan mencintainya apa adanya. Malam yang indah ini, Disty membuka laptopnya kemudian browsing internet. Disty membuka facebook dan menemukan sebuah status yang membuat Disty menjadi bingung dan heran. Status Rio.

            Apa aku terlalu jahat padanya? Sungguh aku masih mencintainya. Aku masih mencintai ‘D’. Tapi dia sudah tidak mencintaiku lagi dan malah membenciku. Aku berharap dia tidak membenciku lagi dan kami akan berteman baik. Maafkan aku. Aku tau kalau aku egois. Maafkan aku. Aku berharap kau mau memaafkanku dan kita menjadi teman baik.

            Itu tulisan Rio? Yang benar saja. Jadi Rio sudah sadar bahwa selama ini dirinya egois? Tidak ada salahnya untuk memaafkan Rio. Disty juga lelah membenci cowok yang pernah mengisi hatinya selama dua tahun. Rio. Kenangan-kenangan itu masih terekam jelas di memorinya. Dan beberapa fotonya dan Rio masih ia simpan di flashdisk.

            Kemudian Disty menemukan status Luke yang tidak kalah menariknya dari status Rio. Apalagi di status itu Luke seperti sedang membicarakan seseorang yang diam-diam dicintainya.

            Kapan dia akan sadar Tuhan? Kapan? Tapi aku tetap sabar dan berusaha baik-baik saja di hadapannya. Cukup melihatnya bahagia saja aku bahagia. Semua rasa cemburu, kesakitan, dan kesedihan itu sudah tidak berarti lagi. Aku cukup kuat menghadapi semua itu. Aku sayang dia Tuhan. Jaga dia dan selalu berikan dia yang terbaik.

            Siapa cewek yang dimaksud Luke? Pasti cewek itu adalah cewek yang beruntung. Luke itu cukup menawan dan banyak yang menyukai Luke. Semakin hari, Luke semakin terlihat cakep dan keren. Sifanya juga dewasa dan penyayang. Alangkah bahagianya cewek yang disukai Luke. Siapapun cewek itu.

            Dan kali ini Disty tersenyum puas menemukan status Harry yang menceritakan tentang dirinya. Harry. Cowok yang sangat romantis dan membuatnya galau setiap saat karena tidak selalu bisa melihat senyum Harry.

            Ada seorang gadis cantik yang tiba-tiba masuk ke dalam hatiku dan langsung membuatku jatuh cinta. Gadis itu sangat hebat. Ku kira gadis itu hanya ada di dalam dongeng. Tapi gadis itu nyata! Namanya Adisty Christina Clifford dan aku beruntung memilikinya. Keep be a star in my heart. You’re my best thing in the world. Thank you for everything.

            Setelah bosan membuka facebook, Disty iseng membuka emailnya dan melihat ada dua pesan masuk. Dari Lintar! Cepat-cepat Disty membuka email itu dan membacanya secara teliti.

            Email pertama:

From: Star <skyfull888@yahoo.com>
           
To: Disty <distyC224@yahoo.com>

            Subject: Almost

            Sudah bulan Agustus dan sebentar lagi bulan September. I can’t wait to see you.

            L

            Email kedua:

From: Star <skyfull888@yahoo.com>

            To: Disty <distyC224@yahoo.com>

            Subject: -

            Aku harap kau masih mengingatku dan masih mencintamu. Tunggu aku.

            L

            Email-email itu tidak bisa berhenti dan semakin lama Disty semakin penasaran. I can’t wait to see you. Memangnya kapan si pemilik email itu datang menemuinya? Bulan September? Lintar akan datang menemuinya bulan September dan katanya masih mencintainya? Sudahlah. Lupakan saja. Anggap saja email-email itu hanya lelucon yang tidak lucu. Disty langsung menghapus email itu dan semua email dari skyfull888@yahoo.com ia hapus tanpa sisa.

            Lagipula, tidak ada gunanya menyimpan email dari seseorang yang sudah tidak berharga lagi baginya.

***

            Ini. Saat ini. Ternyata status Rio kemarin itu adalah benar. Sepulang sekolah, Rio menarik tangannya dan mengajaknya bicara berdua di tempat yang sepi. Disini, Rio mengaku kalau dirinya salah dan Disty bisa mengerti. Inilah yang diharapkannya. Rio tidak lagi jahat padanya dan kembali menjadi cowok yang spesial di hatinya, meski tidak seperti dulu.

            “Kau mau memaafkanku?” Tanya Rio.

            “Tentu saja. Tapi ku harap kau menarik ucapanmu ketika kita putus. Yaitu mengatakan kalau aku akan menyesali perbuatanku.” Jawab Disty.

            Rio tersenyum. “Oke. Aku tarik ucapanku.” Ucapnya.

            Disty ikutan tersenyum. “Tapi, apa kau tidak membenci hubunganku dengan Rio?” Tanyanya hati-hati.

            Rio tidak langsung menjawab. Kemudian cowok itu meraih tangan Disty dan jarak diantara keduanya hanya beberapa senti. Disty memberanikan diri membalas tatapan Rio. Rio tidak berubah. Caranya menatapnya sama dengan caranya menatapnya saat masih menjadi kekasih Rio. Tiba-tiba Rio memeluk tubuh Disty dengan erat dan Disty tidak bisa menghindari pelukan itu. Ada apa dengan Rio? Mengapa rasanya Rio sedang sedih dan satu-satunya cara untuk menghilangkan kesedihannya dengan cara memeluknya? Tapi jujur, pelukan Rio sangat hangat dan Disty seakan-akan kembali ke masa itu. Masa saat dimana ia masih menjadi kekasih Rio.

            Sialnya, seorang cowok berambut gondrong yang tidak lain adalah Harry melihat adegan itu dengan rasa sakit yang tidak biasa. Disty. Disty memang tidak cocok untuknya atau lebih tepatnya lagi Disty tidak tercipta untuknya dan Tuhan tidak mengizinkannya untuk mencintai gadis itu.

            Disty lebih cocok dengan cowok seperti Rio. Cowok yang sempurna. Cowok yang kisah hidupnya tidak seperti kisahnya. Harry meninggalkan tempat itu dan merasa dunia ini runtuh dan Harry sudah kehilangan cahaya itu. Meski Disty berjanji untuk terus mencintainya, tapi Harry merasa tidak pantas untuk Disty. Gadis sebaik Disty.

***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar