Part 29
.
Perlahan, Disty membuka matanya dan
ia melihat Michael dan Luke yang sedang menatapnya. Kepalanya masih terasa
sakit namun Disty bisa bicara dan memikirkan kejadian yang baru saja
menimpanya. Sungguh ironis.
“Cukup. Aku sudah muak dengan Harry!
Kau hampir saja disentuh oleh cowok itu kalau saja Luke tidak datang
menolongmu.” Ucap Michael.
Disty melirik ke arah Luke dan
disana ada beberapa bekas luka di wajahnya dan entah mengapa hatinya menjadi
sakit. Disty sudah membuat Luke teluka hanya karena kebodohannya. Disty mengira
Harry yang menolongnya dan ingin sekali Harry yang menyelamatkan hidupnya,
bukan Luke ataupun yang lainnya.
Tiba-tiba wajah Michael menjadi
sedih. “Aku kakak yang bodoh. Tidak bisa menjaga adiknya dengan baik. Aku sangat
bodoh Dis dan tidak berguna. Sebaliknya, kau lebih memilih Luke dibandingkan
diriku yang sama sekali tidak berguna.” Ucapnya.
Hati Disty teriris-iris mendengar
ucapan Michael. Jangan. Jangan mengucapkan kalimat itu lagi. Bagi Disty,
Michael adalah sosok kakak yang baik dan Disty sangat menyayangi Michael dan
tidak ingin membuat kakaknya sedih.
“Disty.. Disty.. Maafkan Disty.
Luke..” Ucap Disty.
“Aku hanya ingin menolongmu dan
menjagamu dari jauh. Percayalah Dis. Wherever
you are, I’ll beside you. Aku tidak bisa menjauh darimu.” Ucap Luke.
Kali ini air mata Disty benar-benar
keluar. Luke benar-benar baik padanya dan Luke seperti seseorang yang
diharapkan Disty namun seakan-akan kehadirannya adalah mustahil. Namun Disty
bisa merasakan kehadiran Luke walau tidak nyata. Tapi sekali lagi, yang ia
butuhkan hanyalah Harry. Hanyalah Harry.
“Disty ingin Harry..” Lirih Disty.
Wajah Michael memanas tatkala Disty
menyebut nama Harry. “Kau masih memikirkan cowok itu? Ada apa dengan dirimu
Dis? Kenapa kau lebih mengharapkan seseorang yang sama sekali tidak pernah baik
padamu dan tidak mau berkorban untukmu? Aku dan Luke ada disini. Kami sangat
mencintaimu dan kau masih mengharapkan Harry?” Bentaknya.
“DISTY HANYA MENGINGINKAN HARRY! KAK
MIKE TIDAK AKAN PERNAH TAU BETAPA BESAR RASA CINTA DISTY PADA HARRY! KAK MIKE
TIDAK AKAN PERNAH TAU!!” Bentak Disty lebih keras lagi.
Michael terdiam mendapat bentakan
kasar dari Disty. Kemudian cowok itu bangkit berdiri lalu meninggalkan kamar
Disty. Kini, hanya ada Luke dan Disty.
Luke mengusap lembut kening Disty.
“Rasa cinta itu memang dahsyat. Tidak peduli siapa orang yang kita cintai. Rasa
cintamu pada Harry tidak salah karena cinta tidak memandang orang, waktu
ataupun keadaan. Aku tau kau sangat mencintai Harry dan melakukan apapun demi
Harry. Itu hal yang wajar karena tentu kita akan berkorban demi seseorang yang
kita cintai sekalipun itu terasa sakit. Dan kau sudah melakukannya dengan baik.
Sekarang, kau hanya menjaga dirimu dan bicara baik-baik pada Harry. Aku yakin
sekali, jika dia mencintaimu, maka dia mau melakukan apapun untukmu.
Percayalah.” Ucapnya.
Disty tersenyum mendengar ucapan
Luke. “Luk, you’re my best friend.
Disty tidak akan bisa hidup tanpa Luke. Makasih Luk. Makasih atas segala yang
sudah Luke lakukan untuk Disty. Makasih karena Luke mau mendukung hubungan
Disty dengan Harry di kala semua orang membenci Disty karena hubungan itu. Dan
maafkan Disty jika Disty pernah menyakiti hati Luke.” Ucapnya.
“Tidak. Disty sama sekali tidak
pernah menyakiti Luke.” Ucap Luke.
“Terimakasih Luk. Semoga hari esok
lebih baik dari hari ini dan Disty janji akan menjaga diri Disty dan kejadian
tadi tidak akan terulang.” Ucap Disty.
***
Kejadian buruk yang terjadi seminggu
yang lalu menyebabkan hubungan Disty dengan Harry agak sedikit bermasalah.
Harry jarang mengirimnya pesan dan mengucapkan selamat malam padanya. Ketika
Disty tidak sengaja bertemu Harry, Harry selalu menghindar darinya. Itu cukup
membuat hati Disty perih. Apa Harry sudah tidak mencintainya lagi?
“Sekarang, kau bisa merasakan
kesakitan yang aku rasakan.” Ucap suara seseorang.
Untunglah saat itu Disty bersama
Donna jadi Disty bisa menahan emosinya ketika melihat wajah Rio yang tidak jauh
berbeda dari sebelumnya. Mungkin Rio sedikit berubah. Tapi tidak banyak. Dan
sekarang Rio agak kurusan dan kurang semangat.
“Ohya? Kau menyimpulkan kalau Harry
sudah tidak mencintaiku lagi?” Tanya Disty.
Rio tersenyum. “Aku bisa menebak
dari wajahmu. Kau pasti takut kan kalau-kalau Harry sudah tidak mencintaimu
lagi?” Ucapnya.
Ingin sekali Disty menghajar cowok
di depannya jika saja Donna tidak menenangkannya. “Harry akan terus mencintaiku
sampai kapanpun. Dia sudah janji padaku untuk mencintaiku selama-lamanya.”
Ucapnya.
“Ohya? Dan kau pernah berjanji padaku
untuk selalu setia padaku dan terus mencintaiku tapi kau langgar janjimu. Aku
sakit Dis. Dan sekarang kau yang merasakan sakit itu.” Ucap Rio.
Disty menatap Rio tajam.
Jangan-jangan, di balik sikap Harry itu tidak lain karena perbuatan Rio. Kenapa
Rio seperti sudah bisa memprediksi kalau Harry pasti tidak mencintainya lagi
agar Disty bisa merasakan kesakitan yang Rio rasakan saat ia tidak lagi
mencintai Rio? Apakah itu benar?
“Kau puas sekarang?” Tanya Disty.
“Ya. Aku puas sekarang. Aku puas melihatmu
sedih dan tersakiti. Aku puas sekarang.” Jawab Rio.
“Cowok sialan dan tidak tau diri!”
Bentak Disty lalu pergi meninggalkan Rio disusul Donna.
Sementara itu, Rio menatap punggung
Disty yang mulai menghilang dari penglihatannya. Rio menghela nafas panjang.
Yang dilakukannya adalah kesalahan. Tidak seharusnya ia melakukan ini semua
pada Disty. Tidak seharusnya ia senang melihat Disty sedih dan menyesal.
Bagaimanapun juga, Rio masih mencintai Disty dan ingin kembali dengan Disty.
Tapi keinginan dan harapan itu tak akan pernah terwujud. Tidak akan sekalipun
Disty kembali mencintainya.
***
Entahlah. Yang jelas Disty ingin
menyendiri sambil membaca novel. Jam istirahat yang membosankan. Disty malas
pergi ke kantin. Disty memilih duduk di bangku taman sekolah sambil membaca
novel. Disty sadar. Ia membutuhkan kaca mata karena Disty rasa matanya min.
Disty selalu merasa matanya sakit ketika melihat ke arah papan tulis dan pada
saat bermain laptop. Hah! Menyebalkan! Padahal ia jarang bermain laptop apalagi
bermain game sedangkan Michael matanya sehat-sehat saja meski berjam-jam
bermain game.
Tiba-tiba, Disty tidak sengaja
menangkap seorang cowok yang sedang duduk termenung sambil menatap lurus ke
depan. Disty memperhatikan cowok itu baik-baik. Harry! Batinnya. Disty pun
memberanikan diri menemui Harry.
“Kau..” Ucap Harry kaget tatkala
menemukan Disty yang ada di sampingnya.
Disty mencoba untuk tersenyum ceria.
“Hai apa kabar? Kau jahat Harr tidak pernah memberiku kabar. Apa kau tidak
punya pulsa?” Tanyanya.
Itulah Disty. Selalu ceria dan mudah
menyembunyikan kesedihan. Harry sudah tau kejadian ketika Disty di hadang dua
cowok yang adalah musuhnya. Tentu Disty tau semua itu dan seharusnya Disty
membencinya. Tapi Disty seakan-akan menganggap kejadian itu hanyalah kejadian
biasa. Disty memang hebat dan Harry mulai merasa tidak pantas untuk Disty.
“Kau tidak marah padaku?” Tanya
Harry.
Disty memperbaiki duduknya. “Tentu
saja tidak. Aku ingin kau berubah dan ku rasa kau sedang dalam tahap untuk berubah.
Aku tidak peduli kejadian-kejadian yang menimpaku. Asalkan kita tetap bersama
dan kau masih mencintaiku, semuanya baik-baik saja.” Ucap Disty.
Hati Harry benar-benar sakit dan
seperti diiris oleh pisau tajam. Baginya, Disty terlalu baik dan polos. Gadis
itu hanya mencintainya dengan tulus dan tidak peduli dengan apapun. Jujur,
Harry memang mencintai Disty. Tapi rasanya seperti susah menerima semua
kebaikan Disty, pengorbanan Disty dan apapun yang sudah Disty lakukan padanya.
Harry tidak bisa menerima semua itu.
“Makasih Dis. Kau memang bidadariku.
Tanpa kau mungkin aku sudah mati sekarang.” Ucap Harry.
Mendengar kata ‘mati’, tubuh Disty
langsung bergetar hebat. “Jangan katakan ‘mati’ karena aku membenci kata itu.
Kau akan aman bersamaku dan aku akan aman bersamamu.” Ucapnya.
Harry langsung menyentuh lembut
pundak Disty dan merangkul gadis itu. Disty pun menjatuhkan kepalanya tepat di
atas pundak Harry sambil merasakan cinta dan kasih sayang Harry padanya. Harry
masih mencintainya dan terus mencintainya.
“Aku berjanji kali ini akan berubah
dan tidak akan mengecewakanmu.” Ucap Harry.
***
Hari ini Disty sangat bahagia.
Hubungannya dengan Harry kembali menjadi baik dan Harry kembali menjadi Harry
yang dulu. Harry yang baik, ramah, murah tersenyum dan mencintainya apa adanya.
Malam yang indah ini, Disty membuka laptopnya kemudian browsing internet. Disty
membuka facebook dan menemukan sebuah status yang membuat Disty menjadi bingung
dan heran. Status Rio.
Apa
aku terlalu jahat padanya? Sungguh aku masih mencintainya. Aku masih mencintai
‘D’. Tapi dia sudah tidak mencintaiku lagi dan malah membenciku. Aku berharap
dia tidak membenciku lagi dan kami akan berteman baik. Maafkan aku. Aku tau
kalau aku egois. Maafkan aku. Aku berharap kau mau memaafkanku dan kita menjadi
teman baik.
Itu tulisan Rio? Yang benar saja.
Jadi Rio sudah sadar bahwa selama ini dirinya egois? Tidak ada salahnya untuk
memaafkan Rio. Disty juga lelah membenci cowok yang pernah mengisi hatinya
selama dua tahun. Rio. Kenangan-kenangan itu masih terekam jelas di memorinya.
Dan beberapa fotonya dan Rio masih ia simpan di flashdisk.
Kemudian Disty menemukan status Luke
yang tidak kalah menariknya dari status Rio. Apalagi di status itu Luke seperti
sedang membicarakan seseorang yang diam-diam dicintainya.
Kapan
dia akan sadar Tuhan? Kapan? Tapi aku tetap sabar dan berusaha baik-baik saja
di hadapannya. Cukup melihatnya bahagia saja aku bahagia. Semua rasa cemburu,
kesakitan, dan kesedihan itu sudah tidak berarti lagi. Aku cukup kuat
menghadapi semua itu. Aku sayang dia Tuhan. Jaga dia dan selalu berikan dia
yang terbaik.
Siapa cewek yang dimaksud Luke? Pasti
cewek itu adalah cewek yang beruntung. Luke itu cukup menawan dan banyak yang
menyukai Luke. Semakin hari, Luke semakin terlihat cakep dan keren. Sifanya
juga dewasa dan penyayang. Alangkah bahagianya cewek yang disukai Luke.
Siapapun cewek itu.
Dan kali ini Disty tersenyum puas
menemukan status Harry yang menceritakan tentang dirinya. Harry. Cowok yang
sangat romantis dan membuatnya galau setiap saat karena tidak selalu bisa
melihat senyum Harry.
Ada
seorang gadis cantik yang tiba-tiba masuk ke dalam hatiku dan langsung
membuatku jatuh cinta. Gadis itu sangat hebat. Ku kira gadis itu hanya ada di
dalam dongeng. Tapi gadis itu nyata! Namanya Adisty Christina Clifford dan aku
beruntung memilikinya. Keep be a star in
my heart. You’re my best thing in the
world. Thank you for everything.
Setelah bosan membuka facebook, Disty
iseng membuka emailnya dan melihat ada dua pesan masuk. Dari Lintar!
Cepat-cepat Disty membuka email itu dan membacanya secara teliti.
Email pertama:
From: Star <skyfull888@yahoo.com>
Subject: Almost
Sudah bulan Agustus dan sebentar
lagi bulan September. I can’t wait to see
you.
L
Email kedua:
From: Star <skyfull888@yahoo.com>
Subject: -
Aku harap kau masih mengingatku dan
masih mencintamu. Tunggu aku.
L
Email-email itu tidak bisa berhenti
dan semakin lama Disty semakin penasaran. I
can’t wait to see you. Memangnya kapan si pemilik email itu datang
menemuinya? Bulan September? Lintar akan datang menemuinya bulan September dan
katanya masih mencintainya? Sudahlah. Lupakan saja. Anggap saja email-email itu
hanya lelucon yang tidak lucu. Disty langsung menghapus email itu dan semua
email dari skyfull888@yahoo.com ia hapus tanpa sisa.
Lagipula, tidak ada gunanya menyimpan
email dari seseorang yang sudah tidak berharga lagi baginya.
***
Ini. Saat ini. Ternyata status Rio
kemarin itu adalah benar. Sepulang sekolah, Rio menarik tangannya dan
mengajaknya bicara berdua di tempat yang sepi. Disini, Rio mengaku kalau
dirinya salah dan Disty bisa mengerti. Inilah yang diharapkannya. Rio tidak
lagi jahat padanya dan kembali menjadi cowok yang spesial di hatinya, meski
tidak seperti dulu.
“Kau mau memaafkanku?” Tanya Rio.
“Tentu saja. Tapi ku harap kau
menarik ucapanmu ketika kita putus. Yaitu mengatakan kalau aku akan menyesali
perbuatanku.” Jawab Disty.
Rio tersenyum. “Oke. Aku tarik
ucapanku.” Ucapnya.
Disty ikutan tersenyum. “Tapi, apa
kau tidak membenci hubunganku dengan Rio?” Tanyanya hati-hati.
Rio tidak langsung menjawab.
Kemudian cowok itu meraih tangan Disty dan jarak diantara keduanya hanya
beberapa senti. Disty memberanikan diri membalas tatapan Rio. Rio tidak
berubah. Caranya menatapnya sama dengan caranya menatapnya saat masih menjadi
kekasih Rio. Tiba-tiba Rio memeluk tubuh Disty dengan erat dan Disty tidak bisa
menghindari pelukan itu. Ada apa dengan Rio? Mengapa rasanya Rio sedang sedih
dan satu-satunya cara untuk menghilangkan kesedihannya dengan cara memeluknya?
Tapi jujur, pelukan Rio sangat hangat dan Disty seakan-akan kembali ke masa
itu. Masa saat dimana ia masih menjadi kekasih Rio.
Sialnya, seorang cowok berambut
gondrong yang tidak lain adalah Harry melihat adegan itu dengan rasa sakit yang
tidak biasa. Disty. Disty memang tidak cocok untuknya atau lebih tepatnya lagi
Disty tidak tercipta untuknya dan Tuhan tidak mengizinkannya untuk mencintai
gadis itu.
Disty lebih cocok dengan cowok
seperti Rio. Cowok yang sempurna. Cowok yang kisah hidupnya tidak seperti
kisahnya. Harry meninggalkan tempat itu dan merasa dunia ini runtuh dan Harry
sudah kehilangan cahaya itu. Meski Disty berjanji untuk terus mencintainya,
tapi Harry merasa tidak pantas untuk Disty. Gadis sebaik Disty.
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar