expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Minggu, 05 Juli 2015

Like Rain of Hearts ( Part 34 )



Part 34

.

            Yang Disty lakukan adalah jalan terbaik. Ia harus bisa melupakan Harry. Rasanya teramat susah melupakan seseorang yang kita cintai. Tapi Disty harus melakukannya. Kali ini ia mengorbankan untuk Lintar. Lintar yang sudah tiada. Lintar yang sudah tenang di alam sana. Sekarang, statusnya adalah single. Tapi Disty tidak terlalu berharap menjadi kekasih Rio. Tentu nantinya akan banyak yang membencinya.

            Namun, senyum Harry, tawa Harry, suara Harry, pelukan Harry, genggaman tangan Harry dan lesung pipit Harry yang indah masih tidak bisa hilang dari pikirannya. Sekuat apapun ia melupakan Harry, maka semakin kuat bayangan Harry di pikirannya. Tapi Disty agak tenang karena sudah tidak mengkhawatirkan Harry. Disana, Harry akan baik-baik saja. Baik-baik saja.

            Michael, Luke, Miley, Donna dan teman-temannya yang lain mendukung keputusannya yaitu mengakhiri hubungan dengan Harry. Michael yang paling senang dan menggoda Disty untuk balikan dengan Rio. Michael cukup membuatnya tersenyum. Walau Disty akui itu senyum palsu. Disty hanya membutuhkan waktu.

            “Adisty Christina Clifford..” Ucap sebuah suara yang tidak lain adalah Rio.

            Tentu saja Disty kaget melihat Rio yang sudah ada di dekatnya. Pulang sekolah, Disty sedang menunggu Michael yang belum keluar sejak tadi. Entah apa yang dikerjakan Michael di dalam sana sementara Rio sudah duluan pulang. Luke juga tidak kelihatan.

            “Rio! Aku sudah menepati janjiku.” Ucap Disty.

            Rio tersenyum. Namun senyumnya terasa lain. Bukan senyum kebahagiaan. Seperti senyum kesinisan. “Kau cukup pintar untuk aku bodohi. Dan kau cukup bodoh untuk memutusi cowok yang sangat kau cintai.” Ucapnya. Nada suaranya terdengar berbeda.

            Tentu saja Disty heran dengan ucapan Rio. Apa maksudnya itu? “Aku tidak mengerti.” Ucapnya.

            Belum sempat Rio menjawab, datang seorang gadis cantik berambut pirang yang tingginya hampir sama dengan Rio. Langsung saja Rio merangkul gadis itu dan mencium rambut gadis itu dengan mesra. Gadis itu juga memegang lengan Rio dengan mesra. Disty melihat semua itu dengan jelas dan entah apa yang dirasakannya saat ini.

            “Ini Tara. Pacar baruku.” Ucap Rio memperkenalkan gadis itu pada Disty.

            Gadis yang bernama Tara itu tersenyum lalu menjabat tangan Disty. Disty menerima jabatan tangan itu dan sama sekali tidak marah atau kesal. Disty hanya kebingungan dengan apa yang dilihatnya.

            “Kau..” Ucap Disty.

            “Gadis cantik, aku jelaskan ya agar kau mengerti. Dia Tara. Pacar baruku. Kami baru jadian kemarin. Sebenarnya aku masih kesal padamu dan ingin melihatmu semakin sedih. Aku sudah tidak mencintaimu lagi dan selama ini aku hanya pura-pura baik padamu. Setelah kita putus, saat itulah aku membenci dirimu. Sampai sekarang ini. Lihat. Kau sudah kehilangan Harry dan sekarang kau kehilanganku. Biar aku perjelas. Kau sudah kehilanga tiga cowok yang kau cintai. Pertama: Lintar, kedua: Rio, dan ketiga: Harry. Apa yang kau rasakan sekarang?” Jelas Rio.

            Baru Disty sadar dan mengerti bahwa cowok dihadapannya ini tidak jauh beda dari setan! Setan jahat yang senang melihatnya sengsara. Jadi, selama ini Rio pura-pura baik dan pengertian padanya? Jadi perminta maafan Rio itu palsu? Bahkan Rio jauh lebih kejam dari Harry. Harry. Perlahan, air mata Disty keluar. Hatinya sangat-sangat sakit. Sakit sekali.

            Sorry. We gotta go. Bye!” Ucap Rio lalu meninggalkan Disty.

            Rasanya seperti slow motion. Disty melihat punggung Rio dan Tara dari kejauhan. Dadanya begitu sesak. Rio. Teganya dia! Teganya Rio melakukan semua ini! Disty sudah menuruti permintaan Rio untuk mengakhiri hubungan dengan Harry. Lantas, inikah balasan atas perbuatannya? Inikah balasannya?

            “Hei kau belum pulang? Maaf membuatmu menunggu.” Ucap Michael diikuti Luke dari belakang.

            Disty tidak mempedulikan ucapan Michael. Tiba-tiba kepalanya pusing. Disty merasa apa yang dilihatnya tidak jelas dan berputar-putar, kemudian Disty pingsan. Pingsan untuk yang kedua kalinya.

***

            Tanggal berapakah sekarang? Setaunya, sekarang bulan Oktober. Oktober. Bulan yang berisi kepiluan dan kesedihan. Disty menatap kosong pemandangan di depannya dengan kantung mata panda. Sudah jelas-jelas ia hancur dan kehilangan semuanya. Lintar, Rio, dan Harry. Disty benar-benar tidak menyangka teganya Rio berbuat seperti itu. Seharusnya Disty sadar. Seharusnya ia sadar bahwa Rio adalah makhluk terjahat dan ia tidak boleh mempercayai Rio.
           
“Aku sudah tau semuanya. Aku menyesal menganggap Rio adalah cowok yang baik. Rio lebih jahat dibanding Harry.” Ucap Michael yang tiba-tiba sudah duduk di sampingnya.
           
Langsung saja Michael memeluk adiknya itu. Disty menangis di pelukan Michael. Belakang-belakangan ini ia sering menangis dan menangis adalah hobi barunya. Tidak apa-apa. Menangis dapat membuatnya lega dan tenang. Bukan berarti ia adalah gadis yang lemah dan hanya bisa menangis menghadapi masalah.

            It’s okay, it’s okay. Setidaknya masih ada yang menyayangimu. Aku, Mom, Dad, Luke, Donna, Miley..” Ucap Michael menghibur Disty.

            Sebisa mungkin Disty mengatur nafasnya yang naik turun. “Iya. Aku tau kak. Aku tau. Seperti apa yang dikatakan Lintar. Aku adalah gadis beruntung dan aku tidak boleh bersedih dalam hal apapun. Aku harus kuat menghadapi semuanya. Tapi aku membutuhkan waktu untuk bisa bangkit kembali.” Ucapnya.

            Michael tersenyum lalu mencium rambut Disty dengan penuh cinta. “We just gotta get out. Semangat Dis! Aku yakin Tuhan sedang menyusun sebuah rencana indah untukmu. Kau hanya menunggu kapan Tuhan akan mengirimkan kebahagiaan yang sebenarnya untukmu.” Ucapnya.

            “Iya, aku tau kak, aku tau. Aku memang sudah kehilangan tiga cowok yang aku cintai. Tapi aku tetap berusaha untuk tersenyum. Lintar, Rio, Harry…” Ucap Disty.

            “Kau harus membuat lagu Dis. Aku tidak keberatan meminjamkan gitarku padamu.” Ucap Michael.

            Disty terdiam mendengar ucapan Michael. Di kala hatinya sedang tidak baik seperti ini, Disty suka membuat lagu. Tapi sekarang tidak lagi. Disty rasa dirinya tidak mampu membuat lagu, bahkan bermain gitar! Sudah hampir setahun Disty tidak menyentuh alat musik itu. Tapi Disty bersumpah jika gitar yang dijualnya kembali, Disty janji akan menjadi gadis yang bahagia dan kembali menjadi dirinya yang dulu. Namun sayangnya gitar itu sudah hilang dan Disty tidak tau dimana ia harus mencari. Jade benar-benar tidak mau memberitahukannya dan gadis itu keras kepala.

             “Tidak kak. Disty hanya ingin gitar Disty sendiri. Bukan yang lain. Tapi Disty kira Disty tidak akan bisa mendapatkannya.” Ucap Disty.

            “Tapi, jika aku berhasil menemukan gitar itu kau akan kembali ceria?” Tanya Michael.

            “Ya. Mungkin itu satu-satunya cara untuk mengembalikan semangat Disty dan menjadi diri Disty yang dulu.” Jawab Disty.

            “Kalau begitu aku akan memohon pada Jade bahkan jika aku harus bersimpuh dihadapannya.” Ucap Michael.

***

            Apakah ia telah kehilangan cahaya hidupnya? Banyak teman-teman di sekolahnya merasa simpati padanya. Terutama Donna dan Miley. Sebisa mungkin dua sahabatnya itu menceriakannya dan membuatnya tersenyum. Namun usaha mereka tidak membuahkan hasil. Sangat susah untuk tersenyum, sekalipun itu senyum palsu.

            Sepulang sekolah, Disty berjalan sendirian. Berharap ia menemukan keajaiban. Entahlah apa itu. Namun ketika ia tiba di sebuah warung kecil yang kata orang adalah warung yang suka dikunjungi ‘orang-orang yang tidak baik’, Disty langsung menghentikan langkahnya dan menatap Harry yang sedang asyik menghirup rokok. Di samping kanan kirinya ada dua cewek yang pakaiannya terbuka. Itulah kebahagiaan Harry yang sesungguhnya. Bukan dirinya. Harry tidak akan bisa bahagia dengannya karena Disty hanya bisa membuat beban Harry semakin berat.

            “Dis, kau salah jalan pulang. Mana Michael?”

            Tiba-tiba Luke sudah ada di sampingnya. Saat ini Disty malas bicara dengan Luke atau siapapun. Entahlah apa yang diinginkan hatinya. Disty tidak bisa menebak apa yang sesungguhnya diinginkan oleh hatinya.

            “Kau lihat. Disana ada Harry. Sementara di luar sana, Rio sedang bermesraan dengan cewek. Dan Lintar, dia sudah ada di surga.” Ucap Disty.

            Luke bisa merasakan semua kesakitan yang dirasakan Disty. Gadis itu sedang tidak baik. Kali ini Luke ingin sekali membuat gadis itu tersenyum. Disty sedang hancur dan Luke ingin menjadi obat Disty.

            “Apa yang kau inginkan Dis? Aku janji akan memenuhi keinginanmu. Bahkan jika aku harus mencarinya di ujung dunia.” Ucap Luke.

            Disty menatap Luke. “Terimakasih atas segala perhatianmu. Tapi aku tidak membutuhkan apapun.” Ucapnya lalu pergi meninggalkan Luke.

            Gadis itu benar-benar tidak bisa diajak bicara karena hatinya sudah sangat sakit. “Aku tau hal yang paling kau inginkan. Pasti gitar itu kan?” Teriak Luke. Namun Disty tidak mempedulikan teriakan Luke.

***

            Entah berapa lama Disty menjalani hidup tanpa arah yang jelas. Seakan-akan nyawanya tidak menyatu dengan tubuhnya. Sebenarnya banyak sekali yang berusaha membuat Disty bahagia. Tapi tidak ada satupun yang berhasil. Diam-diam, Disty merindukan Lintar dan sangat menyesal pindah ke Inggris. Jika saja ia masih tinggal di Indonesia.. Jika saja ia tidak bertemu Rio dan Harry…

            Jika saja pesawat yang ditumpangi Lintar tidak jatuh… Jika saja ia bisa berhadapan dengan Lintar.. Mengapa hidup ini penuh dengan kata ‘seandainya’? Apa makna hidup yang sebenarnya adalah berandai-andai? Berandai-andaikan sesuatu yang mustahil terjadi. Itulah yang dirasakan Disty saat ini.

            Disty membuka kenop pintu kamarnya dan ingin tidur sampai malam tiba. Meski sekarang masih bisa di bilang pagi. Disty suka menghabiskan waktu di kamarnya jika tidak sekolah. Tapi rasanya lebih baik sekolah dibanding berada di kamar terus tanpa ada kegiatan yang jelas. Dan saat ia melihat tepat di atas kasurnya…..

            Rasanya bagaikan mimpi. Yang ia lihat dan rasakan hanyalah mimpi. Tidak. Ini nyata. Ini bukan mimpi. Tapi rasanya sangat mustahil. Disty terdiam dan heran sekaligus tidak percaya mendapati gitar yang selama ini diharapkannya hadir di sisinya dan kini ada di atas kasurnya. Tidak. Ini semua tidak nyata.

            Perlahan, Disty menyentuh gitar itu dan rasanya nyata. Tiba-tiba air matanya mengalir tatkala menemukan stiker berhuruf L yang masih setia menempel di gitarnya tanpa cela sedikitpun. Lintar. Lintar kembali! Disty menyentuh stiker itu dan seakan-akan Lintar ada di sampingnya sambil tersenyum padanya.

            Setelah yakin bahwa semua ini nyata, timbul satu pertanyaan di kepalanya. Siapa orang yang membawa gitar ini ke dalam kamarnya? Apakah Michael? Apakah Michael berhasil memohon dengan sangat pada Jade dan Jade akhirnya luluh dan memberitahu Michael? Cepat-cepat Disty berlari keluar dan mendapati Michael yang sedang menonton TV.

            “Siapa yang menaruh gitar itu? Siapa yang mengembalikannya?” Tanya Disty.

            Langsung saja Michael membalikkan badan dan menatap Disty. “Yang jelas bukan aku orangnya.” Jawabnya.

            “Aku serius kak! Gitarku kembali! Siapa yang mengembalikannya? Kau tentu tau siapa orang yang masuk ke kamarku! Apakah Mom atau Dad?” Tanya Disty.

            “Bukan Mom atau Dad. Bukan aku.” Jawab Michael.

            Disty jadi geregetan melihat ekspresi datar Michael. Michael pastinya tau siapa orang itu. Mustahil jika Michael tidak tau. Kalau tidak tau, tentu Michael kaget dan heran. Sama seperti dirinya. Dan ini, ekspresi Michael datar dan tidak menampakkan kekagetan, kebahagiaan atau ekspresi lainnya.

            “Lantas siapa?” Tanya Disty.

            “Aku tanya ke kamu. Kalau kau sudah tau orangnya, akan kau apakan orang itu?” Tanya Michael.

            Disty tidak langsung menjawab. “Aku.. Aku akan berterimakasih banyak padanya dan aku berharap aku kenal dengan orang itu. Kalau cowok, aku janji akan jatuh cinta dengannya.” Jawabnya.

            Michael tertawa kecil mendengar kalimat terakhir Disty namun Disty malah menatapnya dengan tajam. “Dis.. Kau jauh lebih pintar dariku. Tentunya kau tau siapa orangnya. Coba kau simpulkan sendiri. Sejak pertama kau member paksa gitar itu pada Jade dan esoknya gitar itu sudah tidak ada.” Ucap Michael.

            “Jade? Jade yang mengantarnya?” Tanya Disty.

            “Bukan. Bukan Jade. Aku juga kaget dan tidak menyangka menyadari siapa seseorang yang selama ini merawat dan menyimpan gitarmu dengan baik. Aku tidak menyangka.” Ucap Michael.

            Percuma bicara dengan Michael. Michael tidak mau memberitahunya. Tapi tak apa. Mungkin Disty tidak ditakdirkan untuk mengetahui siapa seseorang yang menyelamatkannya. Terpenting, apa yang ia inginkan dan satu-satunya obat untuknya sudah kembali

            Ya. Selanjutnya pasti akan terasa lebih ringan dari sebelumnya.

***





Tidak ada komentar:

Posting Komentar