Part 22
.
Baginya, dunia sudah
kiamat. Baginya, dunia sudah berakhir dan ia merasa menjadi makhluk termalang
di muka bumi ini. Libur panjang sudah tiba dan Rio merasa bosan di rumah. Ia
sangat bosan dan tidak tau apa yang harus ia lakukan agar rasa bosannya itu
hilang. Kenapa Tuhan tidak mencabut nyawanya saja? Kenapa?
Rio duduk termenung di
sebuah pinggir jalan yang tidak terlalu ramai. Mungkin ada beberapa orang yang
lewat tapi Rio rasa mereka tidak akan mempedulikannya. Untuk apa orang seperti
dirinya dipedulikan?
Dua tahun yang
sia-sia. Tapi Rio tidak menyesal karena sudah mengenal Disty dan mencintai
gadis itu. Dua tahun bukanlah waktu yang singkat. Banyak sekali
kenangan-kenangan indahnya bersama Disty dan ia tidak akan bisa melupakan
kenangan-kenangan itu. Disty. Keputusan Disty memang benar. Hubungan ini memang
harus berakhir mau tidak mau. Tapi sekali lagi, Rio belum mengikhlaskan semua
yang telah terjadi. Bisakah ia terbangun dari tidurnya dan ada Disty di
sampingnya?
“Kau baik-baik saja?”
Tanya Luke.
“Bagaimana caramu bisa
menemukanku disini?” Tanya Rio heran.
“Sejak tadi aku
memperhatikanmu. Percayalah. Ini jalan yang terbaik dan kau harus bangkit
lagi.” Ucap Luke.
Bagaimanapun juga, Rio
harus bangkit dan tidak bersedih seperti ini. Tapi bagaimana caranya bangkit
jika bayangan Disty masih bermain-main di pikirannya? Bagaimana cara
menghilangkan bayangan gadis itu?
“Jujur, aku masih
mencintai Disty dan selalu ingin berada di samping Disty. Tidak mungkin aku
bisa melupakannya.” Ucap Rio.
Tiba-tiba Luke mengeluarkan sesuatu dari
tasnya. Yaitu sebuah CD yang tidak tau isinya apa. Luke pun memberikan CD itu
ke Rio dan Rio menerimanya dengan heran.
“Ini apa? CD apa?” Tanya Rio.
“Mungkin kau bisa sedikit tersenyum melihat
isi dari CD itu. Hanya sebentar memang.” Jawab Luke.
“Oh, ini karyamu?” Tanya Rio yang sepertinya
mulai mengerti.
Luke tersenyum. “Tentu saja.” Ucapnya.
***
Untunglah masih memasuki musim liburan dan
Disty merasa tenang karena dirinya tidak digosipkan di sekolah. Disty memang
membutuhkan waktu yang cukup banyak untuk mengatakan kalau ia baik-baik saja.
Rasanya sedih memang berpisah dengan Rio. Tetapi ini keputusannya dan ia
berjanji untuk tidak menyesali keputusannya. Ucapan Rio hanyalah kebohongan
belaka. Ia tidak akan menyesal. Tidak akan!
Seperti biasa. Hanya gitar-lah yang selalu
mengerti perasaannya dan selalu menemaninya. Jari-jarinya memang sudah tercipta
untuk senar-senar itu dan Disty sudah banyak membuat lagu. Nah, lagu apa yang
cocok ia buat untuk Harry?
Michael sudah tau tentang hubungannya dengan
Rio yang sudah berakhir dan Michael tidak berkomentar apapun. Baguslah. Tapi
ada beberapa teman sekolahnya yang menyindirnya dan mengata-ngatainnya sebagai
cewek yang tidak mau bersyukur, bitch-lah, cewek yang tidak setia di facebook.
Disty terima semua itu.
1 Message
From: Harry
So sad to hear you broke up with Rio. Apa itu karena aku?
Satu pesan dari Harry. Cowok itu masih suka merendah-rendahkan
diri dan tidak mau menjadi penganggu hubungannya dengan Rio. Tapi hubungannya
dengan Rio sudah berakhir dan Harry tidak perlu menyalahkan dirinya sendiri. Ia
sudah bebas sekarang.
Message
To: Harry
No. Itu keputusanku semata and I want to feel a freedom. Jangan
menyalahkan dirimu sendiri. Justru aku sangat beruntung bertemu denganmu J
Berharap di sebrang sana Harry sudah tidak
lagi menyalahkan diri sendiri. Disty bisa menilai Harry bahwa Harry tidak
percaya diri dan suka mengalah. Ya. Harry memang berbeda dari lainnya tapi that’s
what she likes about Harry Styles.
***
“Sometimes I start to wonder, was it just a
lie?
If what we had was real, how could you be fine?
'Cause I'm not fine at all
I remember the day you told me you were leaving
I remember the make-up running down your face
And the dreams you left behind you didn't need them
Like every single wish we ever made
I wish that I could wake up with amnesia
And forget about the stupid little things
Like the way it felt to fall asleep next to you
And the memories I never can escape
'Cause I'm not fine at all..”
***
Libur panjang telah berakhir dan seperti biasa
murid-murid kembali bersekolah demi masa depan mereka. Hal itu berlaku bagi
Disty. Disty tidak menyangka libur panjang sudah berakhir tapi rasanya ia belum
siap untuk sekolah. Disty masih ingin menikmati hari-hari libur panjangnya dan
malas bertemu dengan teman-temannya. Pasti teman-temannya membicarakan putusnya
hubungannya dengan Rio.
Benar saja. Setiba di kelas, Donna dan Miley
langsung memberinya pertanyaan secara berturut-turut sehingga dapat membuat
kepala Disty sakit. Teman-temannya yang lain juga menatapnya dengan tatapan
heran.
“Tapi aku suka karena itu dari hatimu sendiri.
Lebih baik kalian putus daripada menjalani hubungan yang tidak jelas.” Ucap
Donna.
“Ya. Tapi bagaimanapun juga, Rio pernah
mengisi hatiku dan aku tidak akan melupakannya. Dua tahun yang sangat lama dan
penuh kenangan indah.” Ucap Disty.
“Apa ini.. Apa ini semua karena Harry?” Tanya
Miley hati-hati.
Disty tidak langsung menjawab pertanyaan
Miley. Jujur, memang ia putus dengan Rio karena Harry. Disty lebih nyaman
berada di samping Harry dibanding Rio. Disty ingin sekali menjadi gadis yang
spesial di hati Harry, se-spesial saat ia ada di hati Rio. Disty yakin sekali
cowok itu mempunyai perasaan untuknya, bahkan hanya sedikit saja.
“Entahlah. Maybe yes, maybe no.” Jawab
Disty.
“Terus bagaimana tanggapan Rio?” Tanya Donna.
“Tentu saja Rio tidak suka jika harus putus.
Dia malah bersumpah kalau suatu hari nanti aku akan menyesali perbuatanku.”
Jawab Disty.
“Wah, artinya Rio bukan cowok yang baik.
Seharusnya dia menerima apapun keputusanmu dan tidak usah bersumpah seperti
itu. Mungkin kau lebih cocok bersama Harry dibanding Rio. Setelah
dipikir-pikir, Harry anaknya baik juga, ramah, dan murah senyum. Kau benar.
Lesung pipitnya itu sangat menggemaskan. Pantasan saja kau tergila-gila
padanya.” Ucap Miley.
Disty tersenyum. “Terimakasih. Semoga aku dan
Harry baik-baik saja. Dan kalau seandainya dia ingin menjadikanku sebagai
pacarnya, tidak ada salahnya kan jika aku menerima?” Ucapnya.
***
Keputusannya ternyata tidak salah. Semenjak
putus dengan Rio, hidup Disty berwarna lagi dan kembali ceria. Disty merasa
bebas. Ayahnya juga senang mendengar berita ia putus dengan Rio dan sampai
sekarang ia tidak tau alasan Ayahnya yang sangat tidak menyukai hubungannya
dengan Rio. Tapi baginya itu sudah tidak penting lagi. Yang jelas sekarang ia
merasa bahagia dan bebas.
Walau sudah putus dengan Rio, Disty dan Rio
berteman baik. Mungkin ya Rio terkadang suka menatapnya dengan tatapan
ketidaksukaan dan sedikit kebencian. Terserah. Artinya Rio adalah seseorang
yang egois dan tidak mau mengerti perasaan orang lain. Dan Harry, ia dan Harry
semakin baik dan orang-orang mengira ia dan Harry adalah sepasang kekasih.
Jujur. Disty ingin sekali mendengar suara
Harry yang mengatakan bahwa Harry ingin menjadi cowok spesial di hatinya. Disty
ingin sekali Harry mengatakan bahwa Harry mencintainya dan ingin menjadikannya
sebagai kekasihnya. Tapi kapan? Disty merasa Harry anaknya tidak serius. Apa
mungkin Harry sama sekali tidak menyimpan perasaan apapun padanya?
Disty pernah berpikir jika sebenarnya Harry
sedang menyukai seorang gadis tetapi Harry tidak mau menyatakan perasaannya dan
gadis itu bukan dirinya. Tentu hatinya pasti sakit. Selama ini Disty tidak
pernah disakiti oleh cowok. Lintar karena salahnya. Walau jujur hatinya sakit
karena Lintar tidak mau membalas emailnya atau mengabarinya pesan, tapi
salahnya yang meninggalkan Lintar.
Besok adalah bulan februari. Disty baru ingat
kalau besok adalah hari ulang tahun Harry yang ke tujuh belas. Harry pernah
bilang padanya bahwa hari kelahirannya yaitu tanggal satu Februari, tepat di
awal bulan. Ingin sekali Disty memberi kejutan untuk Harry. Tapi dengan cara
apa? Ia hanya sendiri, tidak ada siapapun yang akan ia ajak. Sebenarnya Disty
agak sedikit heran dengan kehidupan Harry. Apa Harry tidak mempunyai teman?
Mengapa seakan-akan hidup Harry ditemani oleh kesepian?
Tidak terasa sudah memasuki bulan Februari dan
Disty tersenyum bahagia. Sekarang bulan Februari menjadi bulan yang spesial,
sama seperti bulan Desember. Entah apa yang akan terjadi di bulan ini. Yang
jelas Disty merasa bahagia. Untunglah hari ini libur dan Disty bisa langsung
pergi menuju rumah Harry hanya untuk mengucapkan selamat ulang tahun dan
mengirimkannya kado.
***
“Harry ada?” Tanya Disty.
Seperti biasa Gemma selalu tersenyum menyambut
kedatangan Disty. Ya. Disty sudah menganggap Gemma sebagai kakaknya sendiri dan
keduanya berteman akrab. Bagi Gemma, Disty enak diajak ngobrol dan nyambung
dengannya. Tapi Disty tidak pernah menanyakan soal Harry pada Gemma.
“Tentu saja. Wah, aku hampir lupa kalau adik
nakal-ku itu ulang tahun hari ini. Ayo masuk!” Ucap Gemma.
Disty tersenyum mendengar ucapan Gemma.
Keduanya pun masuk ke dalam kamar Harry. Entah mengapa Harry sangat suka
menghabiskan waktunya di kamar. Harry suka membaca novel, menggambar dan
melukis. Di dinding kamarnya pun banyak sekali hasil-hasil karyanya dan menurut
Disty, Harry sangat berbakat di bidang seni.
“Surprise!” Seru Disty.
Harry yang sedang serius melukis kaget dengan
kedatangan Disty. Gadis itu… Tentu Harry merasa senang karena Disty mengingat
hari ulang tahunnya. Harry kira ulang tahunnya kali ini sama seperti ulang
tahunnya yang sebelumnya. Sepi dan menyedihkan. Tapi Disty mampu mengubah
segalanya.
“Aku tak menyangka kau masih ingat dengan
ulang tahunku. Bahkan aku saja cuek dengan hari kelahiranku.” Ucap Harry.
Kemudian Disty membuka kotak yang berisi kue
tart dan atasnya tertulis ‘Happy Birthday Harry!’. Cukup sederhana memang tapi
Disty merasa senang. Disty juga sudah mempersiapkan kado untuk Harry. Gemma
juga tidak mau kalah. Dia menyalakan lilin yang berbentuk angka satu dan tujuh
lalu Harry meniup lilin itu sambil membuat harapan. Harapan yang hanya ia
sendiri yang tau.
“Terimakasih. Aku sangat senang.” Ucap Harry.
Lalu Disty memberikan kado yang berbentuk
kotak kecil dan diterima oleh Harry. Tapi Disty tidak ingin Harry membukanya
sekarang. Tunggu ia pergi baru Harry boleh membukanya.
“Ulang tahun terbaikku. Bagaimana kalau kita
jalan-jalan keluar?” Usul Harry.
***
Awal Februari yang indah. Disty merasakan
kenyamanan dan kebahagiaan. Sejak tadi ia tidak mau lepas dengan genggaman
tangan Harry yang baginya terasa hangat. Harry pun seperti enggan melepaskan
genggaman tangannya pada tangan Disty.
“Kau memang gadis yang paling baik yang pernah
aku kenal.” Ucap Harry.
Disty sedikit tersipu dan malu mendengar
ucapan Harry. “Ohya? Apa selama ini tidak ada gadis yang baik padamu?”
Tanyanya.
Harry tidak menjawab pertanyaan Disty dan
Disty merasa bodoh karena menanyakan hal itu pada Harry, tapi ia penasaran juga
bagaimana masa lalu Harry. Pasti masa lalu Harry sangat buruk. Rumah Harry saja
sepi dan Disty tidak pernah melihat kedua orang tua Harry.
“Tidak. Hanya saja ku rasa.. Kau sedikit
spesial dan sulit menemukan gadis seperti dirimu.” Ucap Harry.
Spesial, ya. Harry sudah menganggapnya sebagai
gadis yang sedikit spesial. Hanya sedikit saja tapi itu mampu membuat Disty
senang. Setidaknya ada kata spesial di hati Harry untuknya.
“Kau juga spesial. Bahkan sangat spesial.
Setelah putus dengan Rio, aku merasa kesepian. Tapi ketika aku melihatmu, hatiku
menjadi tidak sepi lagi.” Ucap Disty.
Mendengar ucapan Disty, Harry langsung
menghentikan langkahnya dan menatap Disty dengan lekat. Melihat tatapan yang
mematikan itu, Disty merasa tidak kuat. Mata hijau Harry terlalu indah baginya.
Entah apa yang dilakukan Harry selanjutnya tetapi Disty merasakan sesuatu yang
selama ini belum pernah ia rasakan. Sesuatu yang mungkin harus didapatkan oleh
setiap gadis dari cowok yang dicintainya.
Ya. Harry menciumnya dan Disty merasakan
ciuman pertama yang begitu indah dan manis. Ciuman pertama. Cukup lama dan
Disty bisa tau bahwa sebentar lagi ia akan menjadi satu-satunya gadis yang
spesial di hati Harry. Bukan sedikit spesial. Tapi spesial.
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar