expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Minggu, 05 Juli 2015

Like Rain of Hearts ( Part 22 )



Part 22

.

            Baginya, dunia sudah kiamat. Baginya, dunia sudah berakhir dan ia merasa menjadi makhluk termalang di muka bumi ini. Libur panjang sudah tiba dan Rio merasa bosan di rumah. Ia sangat bosan dan tidak tau apa yang harus ia lakukan agar rasa bosannya itu hilang. Kenapa Tuhan tidak mencabut nyawanya saja? Kenapa?

            Rio duduk termenung di sebuah pinggir jalan yang tidak terlalu ramai. Mungkin ada beberapa orang yang lewat tapi Rio rasa mereka tidak akan mempedulikannya. Untuk apa orang seperti dirinya dipedulikan?

            Dua tahun yang sia-sia. Tapi Rio tidak menyesal karena sudah mengenal Disty dan mencintai gadis itu. Dua tahun bukanlah waktu yang singkat. Banyak sekali kenangan-kenangan indahnya bersama Disty dan ia tidak akan bisa melupakan kenangan-kenangan itu. Disty. Keputusan Disty memang benar. Hubungan ini memang harus berakhir mau tidak mau. Tapi sekali lagi, Rio belum mengikhlaskan semua yang telah terjadi. Bisakah ia terbangun dari tidurnya dan ada Disty di sampingnya?

            “Kau baik-baik saja?” Tanya Luke.

            “Bagaimana caramu bisa menemukanku disini?” Tanya Rio heran.

            “Sejak tadi aku memperhatikanmu. Percayalah. Ini jalan yang terbaik dan kau harus bangkit lagi.” Ucap Luke.

            Bagaimanapun juga, Rio harus bangkit dan tidak bersedih seperti ini. Tapi bagaimana caranya bangkit jika bayangan Disty masih bermain-main di pikirannya? Bagaimana cara menghilangkan bayangan gadis itu?

            “Jujur, aku masih mencintai Disty dan selalu ingin berada di samping Disty. Tidak mungkin aku bisa melupakannya.” Ucap Rio.

Tiba-tiba Luke mengeluarkan sesuatu dari tasnya. Yaitu sebuah CD yang tidak tau isinya apa. Luke pun memberikan CD itu ke Rio dan Rio menerimanya dengan heran.

“Ini apa? CD apa?” Tanya Rio.

“Mungkin kau bisa sedikit tersenyum melihat isi dari CD itu. Hanya sebentar memang.” Jawab Luke.

“Oh, ini karyamu?” Tanya Rio yang sepertinya mulai mengerti.

Luke tersenyum. “Tentu saja.” Ucapnya.

***

Untunglah masih memasuki musim liburan dan Disty merasa tenang karena dirinya tidak digosipkan di sekolah. Disty memang membutuhkan waktu yang cukup banyak untuk mengatakan kalau ia baik-baik saja. Rasanya sedih memang berpisah dengan Rio. Tetapi ini keputusannya dan ia berjanji untuk tidak menyesali keputusannya. Ucapan Rio hanyalah kebohongan belaka. Ia tidak akan menyesal. Tidak akan!

Seperti biasa. Hanya gitar-lah yang selalu mengerti perasaannya dan selalu menemaninya. Jari-jarinya memang sudah tercipta untuk senar-senar itu dan Disty sudah banyak membuat lagu. Nah, lagu apa yang cocok ia buat untuk Harry?

Michael sudah tau tentang hubungannya dengan Rio yang sudah berakhir dan Michael tidak berkomentar apapun. Baguslah. Tapi ada beberapa teman sekolahnya yang menyindirnya dan mengata-ngatainnya sebagai cewek yang tidak mau bersyukur, bitch-lah, cewek yang tidak setia di facebook. Disty terima semua itu.

1 Message From: Harry

So sad to hear you broke up with Rio. Apa itu karena aku?

Satu pesan dari Harry. Cowok itu masih suka merendah-rendahkan diri dan tidak mau menjadi penganggu hubungannya dengan Rio. Tapi hubungannya dengan Rio sudah berakhir dan Harry tidak perlu menyalahkan dirinya sendiri. Ia sudah bebas sekarang.

Message To: Harry

No. Itu keputusanku semata and I want to feel a freedom. Jangan menyalahkan dirimu sendiri. Justru aku sangat beruntung bertemu denganmu J

Berharap di sebrang sana Harry sudah tidak lagi menyalahkan diri sendiri. Disty bisa menilai Harry bahwa Harry tidak percaya diri dan suka mengalah. Ya. Harry memang berbeda dari lainnya tapi that’s what she likes about Harry Styles.

***

Sometimes I start to wonder, was it just a lie?

If what we had was real, how could you be fine?

'Cause I'm not fine at all



I remember the day you told me you were leaving

I remember the make-up running down your face

And the dreams you left behind you didn't need them

Like every single wish we ever made


I wish that I could wake up with amnesia

And forget about the stupid little things

Like the way it felt to fall asleep next to you

And the memories I never can escape

'Cause I'm not fine at all..

***

Libur panjang telah berakhir dan seperti biasa murid-murid kembali bersekolah demi masa depan mereka. Hal itu berlaku bagi Disty. Disty tidak menyangka libur panjang sudah berakhir tapi rasanya ia belum siap untuk sekolah. Disty masih ingin menikmati hari-hari libur panjangnya dan malas bertemu dengan teman-temannya. Pasti teman-temannya membicarakan putusnya hubungannya dengan Rio.

Benar saja. Setiba di kelas, Donna dan Miley langsung memberinya pertanyaan secara berturut-turut sehingga dapat membuat kepala Disty sakit. Teman-temannya yang lain juga menatapnya dengan tatapan heran.

“Tapi aku suka karena itu dari hatimu sendiri. Lebih baik kalian putus daripada menjalani hubungan yang tidak jelas.” Ucap Donna.

“Ya. Tapi bagaimanapun juga, Rio pernah mengisi hatiku dan aku tidak akan melupakannya. Dua tahun yang sangat lama dan penuh kenangan indah.” Ucap Disty.

“Apa ini.. Apa ini semua karena Harry?” Tanya Miley hati-hati.

Disty tidak langsung menjawab pertanyaan Miley. Jujur, memang ia putus dengan Rio karena Harry. Disty lebih nyaman berada di samping Harry dibanding Rio. Disty ingin sekali menjadi gadis yang spesial di hati Harry, se-spesial saat ia ada di hati Rio. Disty yakin sekali cowok itu mempunyai perasaan untuknya, bahkan hanya sedikit saja.

“Entahlah. Maybe yes, maybe no.” Jawab Disty.

“Terus bagaimana tanggapan Rio?” Tanya Donna.

“Tentu saja Rio tidak suka jika harus putus. Dia malah bersumpah kalau suatu hari nanti aku akan menyesali perbuatanku.” Jawab Disty.

“Wah, artinya Rio bukan cowok yang baik. Seharusnya dia menerima apapun keputusanmu dan tidak usah bersumpah seperti itu. Mungkin kau lebih cocok bersama Harry dibanding Rio. Setelah dipikir-pikir, Harry anaknya baik juga, ramah, dan murah senyum. Kau benar. Lesung pipitnya itu sangat menggemaskan. Pantasan saja kau tergila-gila padanya.” Ucap Miley.

Disty tersenyum. “Terimakasih. Semoga aku dan Harry baik-baik saja. Dan kalau seandainya dia ingin menjadikanku sebagai pacarnya, tidak ada salahnya kan jika aku menerima?” Ucapnya.

***

Keputusannya ternyata tidak salah. Semenjak putus dengan Rio, hidup Disty berwarna lagi dan kembali ceria. Disty merasa bebas. Ayahnya juga senang mendengar berita ia putus dengan Rio dan sampai sekarang ia tidak tau alasan Ayahnya yang sangat tidak menyukai hubungannya dengan Rio. Tapi baginya itu sudah tidak penting lagi. Yang jelas sekarang ia merasa bahagia dan bebas.

Walau sudah putus dengan Rio, Disty dan Rio berteman baik. Mungkin ya Rio terkadang suka menatapnya dengan tatapan ketidaksukaan dan sedikit kebencian. Terserah. Artinya Rio adalah seseorang yang egois dan tidak mau mengerti perasaan orang lain. Dan Harry, ia dan Harry semakin baik dan orang-orang mengira ia dan Harry adalah sepasang kekasih.

Jujur. Disty ingin sekali mendengar suara Harry yang mengatakan bahwa Harry ingin menjadi cowok spesial di hatinya. Disty ingin sekali Harry mengatakan bahwa Harry mencintainya dan ingin menjadikannya sebagai kekasihnya. Tapi kapan? Disty merasa Harry anaknya tidak serius. Apa mungkin Harry sama sekali tidak menyimpan perasaan apapun padanya?

Disty pernah berpikir jika sebenarnya Harry sedang menyukai seorang gadis tetapi Harry tidak mau menyatakan perasaannya dan gadis itu bukan dirinya. Tentu hatinya pasti sakit. Selama ini Disty tidak pernah disakiti oleh cowok. Lintar karena salahnya. Walau jujur hatinya sakit karena Lintar tidak mau membalas emailnya atau mengabarinya pesan, tapi salahnya yang meninggalkan Lintar.

Besok adalah bulan februari. Disty baru ingat kalau besok adalah hari ulang tahun Harry yang ke tujuh belas. Harry pernah bilang padanya bahwa hari kelahirannya yaitu tanggal satu Februari, tepat di awal bulan. Ingin sekali Disty memberi kejutan untuk Harry. Tapi dengan cara apa? Ia hanya sendiri, tidak ada siapapun yang akan ia ajak. Sebenarnya Disty agak sedikit heran dengan kehidupan Harry. Apa Harry tidak mempunyai teman? Mengapa seakan-akan hidup Harry ditemani oleh kesepian?

Tidak terasa sudah memasuki bulan Februari dan Disty tersenyum bahagia. Sekarang bulan Februari menjadi bulan yang spesial, sama seperti bulan Desember. Entah apa yang akan terjadi di bulan ini. Yang jelas Disty merasa bahagia. Untunglah hari ini libur dan Disty bisa langsung pergi menuju rumah Harry hanya untuk mengucapkan selamat ulang tahun dan mengirimkannya kado.

***

“Harry ada?” Tanya Disty.

Seperti biasa Gemma selalu tersenyum menyambut kedatangan Disty. Ya. Disty sudah menganggap Gemma sebagai kakaknya sendiri dan keduanya berteman akrab. Bagi Gemma, Disty enak diajak ngobrol dan nyambung dengannya. Tapi Disty tidak pernah menanyakan soal Harry pada Gemma.

“Tentu saja. Wah, aku hampir lupa kalau adik nakal-ku itu ulang tahun hari ini. Ayo masuk!” Ucap Gemma.

Disty tersenyum mendengar ucapan Gemma. Keduanya pun masuk ke dalam kamar Harry. Entah mengapa Harry sangat suka menghabiskan waktunya di kamar. Harry suka membaca novel, menggambar dan melukis. Di dinding kamarnya pun banyak sekali hasil-hasil karyanya dan menurut Disty, Harry sangat berbakat di bidang seni.

Surprise!” Seru Disty.

Harry yang sedang serius melukis kaget dengan kedatangan Disty. Gadis itu… Tentu Harry merasa senang karena Disty mengingat hari ulang tahunnya. Harry kira ulang tahunnya kali ini sama seperti ulang tahunnya yang sebelumnya. Sepi dan menyedihkan. Tapi Disty mampu mengubah segalanya.

“Aku tak menyangka kau masih ingat dengan ulang tahunku. Bahkan aku saja cuek dengan hari kelahiranku.” Ucap Harry.

Kemudian Disty membuka kotak yang berisi kue tart dan atasnya tertulis ‘Happy Birthday Harry!’. Cukup sederhana memang tapi Disty merasa senang. Disty juga sudah mempersiapkan kado untuk Harry. Gemma juga tidak mau kalah. Dia menyalakan lilin yang berbentuk angka satu dan tujuh lalu Harry meniup lilin itu sambil membuat harapan. Harapan yang hanya ia sendiri yang tau.

“Terimakasih. Aku sangat senang.” Ucap Harry.

Lalu Disty memberikan kado yang berbentuk kotak kecil dan diterima oleh Harry. Tapi Disty tidak ingin Harry membukanya sekarang. Tunggu ia pergi baru Harry boleh membukanya.

“Ulang tahun terbaikku. Bagaimana kalau kita jalan-jalan keluar?” Usul Harry.

***

Awal Februari yang indah. Disty merasakan kenyamanan dan kebahagiaan. Sejak tadi ia tidak mau lepas dengan genggaman tangan Harry yang baginya terasa hangat. Harry pun seperti enggan melepaskan genggaman tangannya pada tangan Disty.

“Kau memang gadis yang paling baik yang pernah aku kenal.” Ucap Harry.

Disty sedikit tersipu dan malu mendengar ucapan Harry. “Ohya? Apa selama ini tidak ada gadis yang baik padamu?” Tanyanya.

Harry tidak menjawab pertanyaan Disty dan Disty merasa bodoh karena menanyakan hal itu pada Harry, tapi ia penasaran juga bagaimana masa lalu Harry. Pasti masa lalu Harry sangat buruk. Rumah Harry saja sepi dan Disty tidak pernah melihat kedua orang tua Harry.

“Tidak. Hanya saja ku rasa.. Kau sedikit spesial dan sulit menemukan gadis seperti dirimu.” Ucap Harry.

Spesial, ya. Harry sudah menganggapnya sebagai gadis yang sedikit spesial. Hanya sedikit saja tapi itu mampu membuat Disty senang. Setidaknya ada kata spesial di hati Harry untuknya.

“Kau juga spesial. Bahkan sangat spesial. Setelah putus dengan Rio, aku merasa kesepian. Tapi ketika aku melihatmu, hatiku menjadi tidak sepi lagi.” Ucap Disty.

Mendengar ucapan Disty, Harry langsung menghentikan langkahnya dan menatap Disty dengan lekat. Melihat tatapan yang mematikan itu, Disty merasa tidak kuat. Mata hijau Harry terlalu indah baginya. Entah apa yang dilakukan Harry selanjutnya tetapi Disty merasakan sesuatu yang selama ini belum pernah ia rasakan. Sesuatu yang mungkin harus didapatkan oleh setiap gadis dari cowok yang dicintainya.

Ya. Harry menciumnya dan Disty merasakan ciuman pertama yang begitu indah dan manis. Ciuman pertama. Cukup lama dan Disty bisa tau bahwa sebentar lagi ia akan menjadi satu-satunya gadis yang spesial di hati Harry. Bukan sedikit spesial. Tapi spesial.

***




Tidak ada komentar:

Posting Komentar