Part 11
.
Disini-lah ia. Mempelampiaskan
seluruh perasaannya tepat di sebuah bar yang sering didatangi Brandon dan
kawan-kawan. Tristan sudah tidak peduli lagi. Tristan sudah tidak peduli pada
janjinya yang mengatakan bahwa ia tidak ingin pergi ke bar dan meminum sesuatu
yang membahayakannya meski pada dasarnya pemuda seusianya menganggap hal itu
adalah biasa dan wajib dilakukan. Tristan memang anak yang alim.
Di tempat ini Tristan bertemu dengan
Brandon bersama beberapa gadis. Tristan menelan ludahnya. Katakan saja bahwa
dia adalah anak yang bodoh karena ketakutan berada di tempat ini. Tapi sebisa
mungkin Tristan tenang dan mencoba untuk meminum apa yang harusnya ia minum di
tempat ini.
Awalnya memang terasa aneh dan
membuat tenggorokannya sakit. Tetapi Tristan tetap memaksakan diri dan meminum
lebih banyak lagi. Tidak peduli dengan tenggorokannya yang sakit dan kepalanya
yang sedang berputar-putar. Tetapi rasanya agak lebih tenang dan ternyata
tempat ini ada gunanya juga.
Seseorang menepuk bahunya. Tristan
yang setengah sadar menatap si pemilik tangan. Ternyata Brandon yang sedang
tersenyum padanya. Tristan membalas senyuman Brandon kemudian meminum sisa bir
yang tadi belum ia habiskan.
“Kau tidak cocok berada di tempat ini.
Kau terlalu alim.” Ucap Brandon.
“Terserah kau mau bicara apa. Yang
penting aku ingin menenangkan diriku di tempat ini dan sepertinya berhasil.”
Ucap Tristan.
“Kalau Ibumu tau, dia pasti kecewa
padamu.” Ucap Brandon.
Walau kondisi Tristan parah seperti
ini, Tristan masih bisa mengingat Liza dan Ashley. Tentu saja jika mereka tau,
mereka akan marah padanya dan kecewa. Tristan sadar bahwa dirinya salah. Tapi
mau bagaimana lagi?
“Aku mau keluar.” Ucap Tristan lalu
meninggalkan tempat itu.
***
Malam yang memang penuh dengan air
mata. Novela masih menangis di kamarnya dan tidak mau keluar kamar sejak
kepulangannya dari bertemu Tristan. Tapi Novela lega karena sudah menyatakan
perasaannya pada Tristan. Entahlah bagaimana reaksi Tristan saat mendengar
kejujurannya. Novela tidak berani melihat reaksi Tristan dan memilih untuk
meninggalkan Tristan.
Sepertinya Ibunya sudah benar-benar
marah padanya karena Tristan. Tapi Novela tidak peduli. Biarkan saja Ibunya
marah. Toh hatinya sudah sakit dan kemarahan Ibunya itu tidak berarti apa-apa.
Mengapa sih kisah cintanya serumit ini? Dulu, Novela amat mudah menemukan
lelaki impiannya, dan sekarang?
Tristan itu berbeda. Begitulah yang
Novela pikirkan. Tristan itu berbeda dengan cowok-cowok yang pernah dicintainya
dulu. Tristan itu terlihat agak misterius dan susah ditebak. Tapi bagaimanapun
juga, Novela tidak menyesal karena sudah jatuh cinta pada Tristan.
Sekarang, apa yang harus ia lakukan?
Apa sebaiknya ia melupakan Tristan dan mencari cinta yang baru? Seandainya ia
bisa amnesia dan melupakan Tristan. Tiba-tiba ponselnya berdering. Satu pesan
masuk dari Phoebe.
From:
Phoebe
To:
Novela
Are
you okay?
Mungkin Novela sedang membutuhkan
hiburan untuk mengobati kesedihannya ini. Satu-satunya hiburan yang dapat
membuatnya tersenyum adalah musik. Entahlah apakah ia bermain piano, menyanyi
atau mendengarkan lagu.
To:
Phoebe
Request
lagu biar bisa amnesia dong
EntaHlah apa yang sedang dipikirkan
Phoebe di sebrang sana. Tetapi Novela berharap mendapat balasan yang ia
harapkan dari Phoebe. Setidaknya Novela bisa mendengar lagu baru yang dapat
membuatnya tersenyum.
To:
Novela
Ada.
Luke Flemmings – Amnesia. Lagunya keren. Dijamin kau bisa tersenyum.
Luke Flemmings? Sepertinya Novela
sudah tidak asing lagi dengan nama itu. Ohya. Novela teringat sesuatu. Beberapa
temannya pernah membicarakan tentang Luke Flemmings yang adalah penyanyi baru
dari Amerika yang albumnya berada di urutan paling atas. Novela pun memutuskan
untuk mendownload lagu itu dan berharap dirinya akan baik-baik saja setelah
mendengar lagu itu.
***
Setidaknya Tristan merasa lebih baik
dari sebelumnya dan melupakan masalah-masalah yang dialaminya walau sementara.
Meski ia merasa pusing dan kepalanya sakit karena pengaruh bir tadi, tapi
Tristan masih bisa sadar dan pulang ke rumah tanpa adanya tatapan curiga baik
dari Liza maupun Ashley.
Hari ini memang benar-benar membuat
Tristan merasa dibuat bingung oleh berbagai masalah. Entah itu Luke dan Novela.
Rasanya seperti mimpi. Semua masalah-masalah yang tidak pernah di duganya
bagaikan mimpi. Luke. Tristan sudah meyakini saudaranya itu meninggal akibat
kebakaran rumah bersama Ayahnya. Mustahil jika Luke hidup atau bangkit lagi.
Tetapi mengapa Tristan menjadi bingung ketika menemukan sebuah foto yang
melukiskan sesosok Luke Flemmings yang entah mengapa mengingatkannya pada Luke
Hemmings?
Dan Novela. Tristan mengira gadis
itu hanya bercanda. Tetapi tampaknya Novela begitu serius karena gadis itu
tidak pernah serius. Setelah Novela menyatakan perasaannya, Novela langsung
pergi dan membuat Tristan bingung. Oke. Anggap saja Novela tadi hanyalah sebuah
gurauan dan Tristan berjanji untuk tidak menemui Novela dan menghindari Novela.
Ketika Tristan berjalan, Tristan
tidak sengaja menemukan tiga cowok yang sepertinya seumuran dengannya. Mereka,
tiga cowok itu sedang tertawa bersama dan sepertinya mereka adalah sahabat
sejati. Tristan selalu iri dengan siapapun yang mempunyai sahabat sejati.
Selama ini Tristan tidak pernah memiliki seorang sahabat. Bahkan teman pun
tidak.
Tristan berniat untuk mendekati
ketiganya. Siapa tau rumah mereka tidak jauh dari rumahnya. Dan ketika Tristan
sudah berada dekat dengan mereka, salah satu diantara ketiganya sedang bermain
gitar. Tepatnya seorang cowok dengan model rambut sasuke. Di tengahnya ada
seorang cowok berambut hitam dan berwajah Asia. Selanjutnya ada cowok berambut
agak gondrong yang tengah memukul benda entah itu apa. Tristan tidak tau. Tetapi
sepertinya mereka menyukai musik.
“Wah.. Wah.. Ada tamu rupanya..”
Ucap cowok yang membawa gitar itu.
Sebisa mungkin Tristan menampilkan
senyum terbaiknya. “Hai. Namaku Tristan. Kalian sedang apa disini?” Tanyanya.
Cowok berambut gondrong itu langsung
saja berdiri dan memperkenalkan dirinya dan teman-temannya. Tristan dapat
menyimpulkan bahwa mereka adalah orang-orang yang ramah dan mudah bergaul.
“Namaku Ashton. Ini Calum, dan yang
lagi bawa gitar itu Michael. Kedatanganmu kami sambut dengan baik.” Ucap
Ashton.
Tentu Tristan tidak bisa berhenti
tersenyum melihat sikap Ashton yang menurutnya lucu dan berlebihan. Tetapi
Tristan begitu senang bertemu dengan mereka yang adalah Ashton, Calum dan
Michael. Lagipula mereka seumuran dengannya.
“Hmm.. Sepertinya aku sudah tidak
asing lagi dengan wajahmu..” Gumam Calum sambil menatap wajah Tristan dengan
teliti.
Tristan menatap Calum dengan heran.
“Ohya? Tapi kita tidak pernah bertemu sebelumnya.” Ucapnya.
Michael yang sedaritadi terdiam
tiba-tiba mengangkat tangannya dan sepertinya telah menemukan sesuatu yang
berhubungan dengan Tristan.
“Aku tau! Kau mirip sekali dengan
idolaku aka Luke Flemmings! Dia akan datang kesini dan mengadakan konser.
Tiketnya terjual laris dan aku bisa dipasktikan tidak akan bisa menonton
konsernya..” Ucap Michael.
Mendengar Michael mengucapkan nama
‘Luke Flemmings’, mendadak Tristan gemetaran dan wajahnya menjadi pucat. Untung
saja sekarang malam hari. Coba kalau siang, pasti Michael dan lainnya heran
akan perubahan wajahnya. Dan keringat dingin mulai keluar membasahi wajahnya.
Mengapa Michael dapat menyimpulkan secepat itu?
“Mike benar! Kau mirip sekali dengan
Luke. Lihat. Mata kalian, hidung kalian, senyum kalian.. Hanya rambut kalian
saja yang berbeda.” Tambah Calum.
Sebisa mungkin Tristan tenang.
“Mungkin itu hanya kebetulan saja. Kalian terlalu berlebihan.” Ucapnya.
“Memangnya kau tidak kenal Luke
Flemmings? Dia terkenal lho disini.” Ucap Ashton.
“Tidak. Mungkin aku terlalu kudet
karena aku tidak suka membahas soal penyanyi ataupun musik.” Ucap Tristan
jujur.
“Jadi, kau tidak menyukai musik?”
Tanya Calum.
“Tidak. Bahkan aku jarang
mendengarkan lagu.” Jawab Tristan.
Ketiganya menggeleng-gelengkan
kepala. Mungkin menurut mereka orang seperti Tristan adalah sesosok yang aneh
karena tidak menyukai musik. Tentu saja. Calum, Ashton dan Michael sejak kecil
sudah menyukai musik dan selalu bernyanyi bersama. Pernah terlintas di benak
mereka bahwa mereka ingin membentuk sebuah band. Calum, Ashton dan Michael
sudah bersahabat sejak kecil dan hobi mereka sama, yaitu musik. Makanya mereka
kelihatan kompak sekali.
“Tapi adikku, Ashley sedang terkena
virus Luke. Kau bilang tadi Luke mau konser kesini?” Tanya Tristan.
“Ya. Sayangnya kami bertiga tidak bisa
menontonnya.” Ucap Calum sedih sambil merangkul dua sahabatnya. “Kami itu orang
miskin. Orangtuaku sudah meninggal. Aku tinggal bersama Michael. Pekerjaan kami
hanyalah menyanyi. Ya seperti inilah.” Sambungnya.
Jadi, tadi si Ashley membicarakan
seorang penyanyi Amerika yang akan datang kesini. Ternyata itu Luke. Tristan
berani bertaruh adiknya ingin sekali menonton konser itu. Jujur, Tristan pun
ingin menonton konser itu karena penasaran akan sosok Luke. Tristan ingin
sekali melihat Luke secara langsung dan membuktikan bahwa Luke itu nyata, bukan
ilusinya saja.
“Aku juga orang miskin. Aku tinggal
bersama Ibu dan satu adik perempuanku.” Ucap Tristan.
“Kita sama. Sepertinya kau anak
baik. Apa kau mau bergabung dengan kami?” Tanya Michael.
Calum dan Ashton tampak setuju
dengan usulan Michael. Menurut mereka Tristan cocok bergabung dengan mereka ya
walau Tristan mengatakan bahwa dia tidak menyukai musik dan sudah dipastikan
Tristan tidak bisa menyanyi. Tapi entah hal apa yang membuat mereka ingin mengajak
Tristan bergabung dengan mereka.
“Maksud kalian bergabung dengan band
kalian?” Tanya Tristan.
“Kalau kau mau. Kau bisa menjadi
vokalisnya disini. Siapa tau kan suaramu mirip dengan Luke..” Ucap Ashton
sambil tertawa.
“Tapi, kalian melakukannya untuk
mendapatkan uang kan?” Tanya Tristan.
***
Lagu yang benar-benar membuat dada
Novela menjadi sesak dan hampir menangis. Phoebe benar. Lagu yang berjudul
Amnesia itu sesuai dengan apa yang ia rasakan walau tidak semuanya. Benar.
Novela ingin amnesia dan ingin bisa melupakan Tristan. Novela berharap setelah
terbangun dari tidur, ia ingin amnesia dan melupakan semua hal bodoh tentang
Tristan. Apa perlu ia membenturkan kepalanya di tembok agar bisa amnesia?
Suara Luke terdengar lembut di
telinganya dan membuatnya nyaman. Bodoh sekali Novela tidak mengenai penyanyi
muda yang sedang naik daun bernama Luke Flemmings. Flemmings? Langsung saja
Novela teringat dengan nama keluarga Tristan. Tristan Hemmings. Mirip bukan?
Mungkin hanya kebetulan saja.
Setelah berkali-kali menyetel lagu
itu dan rasanya sudah baikan, Novela membuka laptopnya dan langsung mencari tau
sosok Luke Flemmings. Siapa tau kan Novela bisa menjadi salah satu fans dari
Luke?
Luke Flemmings. Klik. Loading sebentar
kemudian Novela menemukan beberapa foto Luke disana dan tepat di bawah foto itu
ada biodata singkat Luke. Tiba-tiba tubuhnya gemetaran. Jantungnya serasa
berheni berdetak melihat beberapa foto Luke yang terlihat begitu sempurna.
Kemudian Novela meng-klik images dan menemukan banyak foto Luke disana.
Mata Luke, hidung Luke, senyum
Luke…. Mengapa seakan-akan…. Mengapa seakan-akan Luke adalah Tristan? Dan
lesung pipit yang ada di pipi kanan Luke sama seperti Tristan. Ya Tuhan… Apa ia
salah lihat? Apa matanya yang salah?
Apa karena terlalu sedih akan sosok
Tristan sehingga membuatnya menganggap Luke adalah Tristan?
***
Tristan pulang ke rumah tepat jam
satu pagi. Tentu saja Liza khawatir. Wanita itu belum juga tidur. Berkali-kali
Tristan meminta maaf dengan Ibunya dan berjanji untuk tidak akan mengulangi
kesalahannya. Tapi Tristan mendapatkan berita bahagia.
Bahwa mulai besok ia akan ikut
dengan Calum cs untuk bernyanyi dan mencari uang. Tristan harap semuanya akan
berjalan baik-baik saja dan membantu keuangan keluarganya sekaligus membuat
Ibunya bangga.
Hanya ada satu tantangannya. Yaitu
Tristan harus mau menyanyi dan menghafal lagu-lagu yang diberikan oleh Calum.
Lagu yang kebanyakan lagu milik Luke dan band-band rock lainnya karena mereka
senang sekali lagu yang bergenre rock.
Luke. Bisakah ia melihat sosok Luke
secara langsung?
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar