Part 31
.
“Mungkin kehadiranmu yang paling aku
butuhkan.” Ucap Disty.
Sore itu, Luke tidak sengaja
mengajak Disty jalan-jalan di kompleks rumah Disty sambil olahraga. Luke tau
keadaan Disty sedang tidak baik. Disty membutuhkan seseorang yang tepat untuk
mengajaknya bicara dan mengeluarkan semua keluh kesalnya. Luke rasa dirinya
orang yang tepat karena sebelumnya Luke berhasil membuat Disty tenang.
“Bicaralah. Kapanpun kau
membutuhkanku, aku akan selalu ada untukmu.” Ucap Luke.
Disty tersenyum sambil menatap Luke.
“Ya. Ku rasa masalah-masalahku hilang ketika aku melihatmu. Kau orang yang
menyenangkan dan bisa membuat orang lain bahagia. Termasuk aku.” Ucapnya.
Luke tertawa. “Aku bukan pelawak.
Tapi ucapanmu bisa saja benar. Setidaknya aku bisa membuat hatimu tenang dan
kau berhenti gelisah.” Ucapnya.
Keduanya pun berhenti di tempat yang
sejuk di dekat lapangan bola yang ramai. Disana banyak anak-anak muda seusia
Luke yang bermain bola dengan lincah. Disty berharap dirinya bisa menjadi
anak-anak yang bermain bola dengan riangnya seperti tidak ada beban sama
sekali. Luke menarik tangan Disty dan mengajaknya duduk di dekat pohon besar.
Disty menghela nafas panjang.
“Hubunganku dengan Harry sangat tidak baik. Aku membenci sikap Harry. Tapi aku
masih mencintainya dan berharap dia mau berubah untukku.” Ucapnya.
Selalu saja Harry yang menjadi beban
pikiran Disty. Luke tau kalau Disty sangat mencintai Harry dan rela melakukan
apapun demi Harry. Tidak peduli apakah hatinya sakit atau yang lebih parah lagi
asalkan ia mencintai Harry dan Harry mencintainya.
“Aku punya cerita.” Ucap Luke
tiba-tiba.
“Cerita apa? Ini bukan pelajaran
sejarah.” Ucap Disty.
Luke tertawa lalu merangkul Disty.
“Ada seorang cowok yang sangat nakal. Karena kenakalannya yang sudah
menjadi-jadi, cowok itu berkali-kali dikeluarkan dari sekolah dan mempunyai
banyak musuh. Sampai cowok itu bertemu dengan seorang gadis cantik yang mampu
meluluhkan hatinya. Tanpa cowok itu sadari, ternyata gadis itu diam-diam
mencintainya dan cowok itu juga mencintai gadis itu. Mereka pun pacaran dan
bahagia. Tapi sayangnya, gadis itu tidak tahan dengan sikap si cowok yang
bukannya bertambah baik, melainkan bertambah buruk dan sering membuatnya
sakit.” Ucapnya.
Kisah yang baru saja diceritakan
Luke tidak lain mirip dengan kisahnya. Atau cewek dan cowok yang dimaksud Harry
disana adalah dirinya dan Harry. Mau Luke apa sih?
“Lalu ending-nya gimana?” Tanya
Disty.
“Endingnya? Sayang sekali. Aku belum
selesai membaca novel-nya karena novel itu lupa aku simpan dimana.” Jawab Luke.
Apa? Teriak Disty dalam hati. Tunggu
dulu. Sejak kapan Luke suka baca novel? Katanya Luke mengetahui cerita itu
karena ia membaca novel. Apa Luke hanya menggodanya saja? Cowok itu kan senang
sekali membuatnya kesal.
“Sejak kapan kau suka baca novel?”
Tanya Disty.
Luke tidak langsung menjawab. Cowok
itu terus saja tersenyum misterius sehingga membuat Disty geregetan. Tapi bagi
Disty, senyum itu sedikit berbeda. Bukan senyum yang selama ini Luke tunjukkan
padanya. Dan Disty tidak sengaja menemukan lesung pipit di pipi kanan Luke.
Sejak kapan cowok itu punya lesung pipit? Kenapa Disty baru memperhatikannya
sekarang?
“Sejak kapan kau punya lesung
pipit?” Tanya Disty.
“Wah pertanyaanmu aneh sekali.” Ucap Luke.
“Aku serius! Ada dua pertanyaanku
dan kau harus menjawabnya.” Ucap Disty.
“Oke. Sebenarnya aku iseng membeli
novel lama di toko buku dan ternyata ceritanya menarik. Sama persis dengan
kisahmu. Sayangnya novel itu hilang padahal aku penasaran bagaimana endingnya.”
Ucap Luke.
Disty terdiam sesaat. “Endingnya
pasti menyedihkan. Sama seperti hubunganku dengan Harry. Kami cukup
menyedihkan.” Ucapnya.
Perlahan, Luke membelai lembut
rambut Disty dan Disty menatap Luke dengan heran. Cara Luke menatapnya berbeda
dengan cara Luke menatapnya sebelumnya. Disty merasa ada sesuatu yang Luke
sembunyikan darinya. Tiba-tiba Disty teringat dengan status Luke.
“You’re
falling in love with someone.” Ucap Disty.
“Ya. Aku sedang jatuh cinta.” Ucap
Luke.
“Oke. Ku harap kisah cintamu
nantinya tidak akan menyedihkan seperti kisah cintaku.” Ucap Disty.
“Tidak. Kisah cintaku tidak akan
menyedihkan atau menyakitkan meski kenyatannya menyakitkan. Bagiku, cinta itu
bukanlah sesuatu yang menyakitkan. Aku mencintainya sekalipun itu membuatku
sakit.” Ucap Luke.
Aku
mencintainya sekalipun itu membuatku sakit. Disty berpikir sesaat. Tentang
Harry. Harry memang sudah keterlaluan padanya, dan itu membuatnya sakit. Tapi
jika ia terus mencintai Harry meski Harry menyakitinya, Disty akan baik-baik
saja karena cinta itu tidaklah menyakiti.
“Tapi bukankah artinya itu lemah?
Kau terlalu mencintainya dan membiarkan dirimu disakiti olehnya. Kenapa kau
tidak berhenti mencintainya saja karena itu menandakan bahwa kau kuat?” Tanya
Disty.
“Karena aku mencintainya, bukan
berarti aku lemah. Bukan berarti aku cowok bodoh yang tidak bisa move on.
Karena aku mencintainya dan cinta bisa mengalahkan segalanya. Mengalahkan
kelemahan itu.” Jawab Luke.
“Jadi, apakah aku tetap mencintai
Harry dan setia pada Harry sekalipun Harry sering menyakitiku dan tidak mau
berubah untukku?” Tanya Disty.
***
Mungkin benar apa yang dikatakan
Luke. Ia akan tetap mencintai Harry meski Harry menyakitinya asalkan ia kuat
dan berpegah teguh pada kesetiaan. Disty akan terus setia pada Harry dan
menjaga cowok itu. Disty tau Harry berbeda dari lainnya dan hidup Harry tertekan
dan harus ada yang menguatkannya. Disty-lah satu-satunya yang bisa
menyelamatkan Harry meski rasanya mustahil.
Di tengah-tengah pelajaran sejarah,
Disty diserang rasa kantuk yang hebat padahal masih pagi. Karena itulah Disty
meminta izin ke kamar mandi untuk mencuci muka. Disty keluar dari kelas dan
berjalan menuju WC sekolah yang ada di belakang. Setelah membasuh muka, Disty
keluar namun ia merasakan suatu keanehan. Tepatnya di kamar mandi cowok. Entah
mengapa ia menjadi merinding padahal disini tidak ada hantu yang mengganggunya.
Tepatnya di WC laki-laki yang
bernomor empat, Disty melihat seorang cowok yang adalah troublemaker di sekolah ini keluar dari kamar mandi dengan seragam
yang berantakan. Pasti cowok itu tidak sendirian di kamar mandi. Setelah cowok
itu pergi, Disty memberanikan diri mendekati WC nomor empat. Kebetulan sedang
sepi dan tidak ada siapa-siapa disana. Kalau saja ada anak laki-laki, pasti
Disty akan merasa malu.
Dan ketika Disty membuka pintu kamar
mandi itu, Disty kaget bukan main mendapati Harry yang terkapar lemah tanpa
pakaian dan hanya mengenakan celana sekolah. Harry! Disty melihat wajah Harry
yang lebam dan darah segar Harry yang masih menempel di mulut Harry.
“Harr! Sadar Harr! Ini aku! Disty!”
Teriak Disty sambil menggoyang-goyangkan tubuh Harry.
Harry tidak langsung bangun. Cowok
itu malah menarik tangan Disty secara perlahan dan menaruhnya di atas dadanya.
Alhasil dada Disty berdesir dan rasanya ingin menangis keras. Bagaimana tidak
ingin menangis melihat orang yang sangat kau cintai terkapar mengerikan di
kamar mandi dan seperti sedang sekarat?
“Disty.. Disty..” Lirih Harry.
“I’m right here. Tenanglah
Harr. Ada aku disini.” Ucap Disty lembut.
Perlahan Harry membuka matanya dan
menyadari ada Disty di sampingnya. Disty tersenyum dan Harry ikutan tersenyum.
Bagaimana bisa Disty menemukannya disini? Disty pasti sangat marah padanya.
“Jangan mengucapkan kata maaf. Aku
tidak membutuhkan kata-kata itu lagi.” Ucap Disty.
“Tapi aku tidak bisa. Aku selalu
ingin meminta maaf padamu. Jadi, maafkan aku.” Ucap Harry.
“Kenapa kau bisa seperti ini? Siapa
cowok tadi? Apa yang kalian lakukan disini? Ini kan jam pelajaran.” Tanya
Disty.
Baru saja Harry menjawab, Harry
merasakan kesakitan di bagian mulutnya dan kepalanya. Sakit sekali. Tapi Harry
tidak ingin membuat Disty khawatir padanya. Disty sudah terlalu baik padanya.
“Dia hanya benci padaku dan dia
menghajarku disini. Aku tidak bisa melawannya.” Jawab Harry.
Disty menghela nafas panjang.
Kemudian ia membelai halus rambut Harry dengan penuh kasih sayang. Harry
memejamkan matanya. “Aku akan terus mencintaimu sekalipun kau tetap
menyakitiku. Kau bebas melakukan apa saja. Aku akan tetap mencintaimu. Selalu.”
Ucapnya.
Kali ini, Harry mengeluarkan air
matanya dan Disty langsung menghapus air mata itu. Jangan menangis. Cowok tidak
pantas menangis dihadapan ceweknya. Sepertinya Harry merasakan penyesalan yang
hebat.
“Dis, kau terlalu baik padaku. Kau masih
mau mencintaiku dengan kondisiku seperti ini. Maaf aku tidak bisa berkorban
sedikitpun untukmu.” Ucap Harry.
“Aku akan terus mencintaimu.” Ucap
Disty.
Entahlah. Yang jelas Disty
menjatuhkan kepalanya tepat di pundak Harry dan memejamkan matanya. Giliran
Harry yang mengelus lembut rambut Disty. Disty. Satu-satunya gadis ajaib yang
ia temukan. Gadis yang tidak nyata tetapi terasa nyata baginya. Disty. Kenapa
ia tidak bisa berkorban demi gadis itu? Kenapa?
Kenapa?
***
Kejadian itu telah diketahui oleh
pihak sekolah. Tetapi Disty tidak terlibat dengan kejadian itu. Ada yang bilang
dua cowok yang salah satunya adalah Harry melakukan hal yang tidak wajar.
Kepala sekolah Hollary memutuskan untuk mengeluarkan keduanya. Parahnya lagi
Harry. Harry sudah merusak nama sekolah. Sudah sering pihak sekolah mendapat
kabar buruk tentang Harry. Harry yang suka tawuran, Harry yang suka pergi ke
bar dan pesta minuman-minuman keras, Harry yang suka bermain dengan cewek dan
sebagainya.
Semua itu adalah benar dan Harry
mengakuinya. Tepat di akhir-akhir bulan September, Harry resmi di keluarkan
dari sekolah itu. Mengetahui hal itu, Disty tidak bisa berbuat apa-apa. Malah
banyak teman-temannya yang mengejeknya. Segala ketidaksukaan mereka terhadap
Harry dilampiaskan pada Disty dan Disty tetap sabar menghadapinya.
“Aku heran. Kenapa kau masih mau
mencintai Harry?” Tanya Michael.
“Entahlah. Tapi satu tujuanku, yaitu
selalu mencintai Harry dalam kondisi apapun. Sekalipun Harry dijebloskan
penjara, Disty masih tetap mencintai Harry karena rasa cinta Disty pada Harry
sangat besar dan tidak bisa dikalahkan oleh apapun.” Jawab Disty.
“Meski Rio mau mengajakmu balikan?”
Tanya Michael.
Disty menatap Michael. Rio? Cowok
itu memang baik padanya. Tapi Disty tidak akan bisa mencintai Rio lagi. Mungkin
perasaan itu bisa saja muncul. Tapi hanya sementara. Di saat perasaan itu
muncul, namun jika teringat dengan Harry, perasaan itu akan hilang. Begitulah
seterusnya.
“Rio
is my past. But he’s my best friend. Disty akan baik-baik saja bersama
Harry. Biarkanlah Harry melakukan apa yang ingin dia lakukan.” Jawab Disty.
“Dis, Harry itu jahat. Kenapa kau berani padanya?” Tanya Michael.
Disty tersenyum. “Kak Mike tidak
akan pernah tau tentang kami. Seburuk-buruknya Harry di mata kak Mike, tapi
bagi Disty Harry adalah cowok yang sangat baik, ramah, lembut, pengertian, dan
penyayang. Lihat. Disty baik-baik aja kan kak meski terkadang Disty dibuat
sakit oleh Harry?” Ucapnya.
Michael terdiam sesaat. “Aku hanya berharap kau bisa berhenti mencintai
Harry dan mencari pengganti yang lebih baik dari Harry.” Ucapnya.
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar