expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Minggu, 05 Juli 2015

Like Rain of Hearts ( Part 31 )



Part 31

.

            “Mungkin kehadiranmu yang paling aku butuhkan.” Ucap Disty.

            Sore itu, Luke tidak sengaja mengajak Disty jalan-jalan di kompleks rumah Disty sambil olahraga. Luke tau keadaan Disty sedang tidak baik. Disty membutuhkan seseorang yang tepat untuk mengajaknya bicara dan mengeluarkan semua keluh kesalnya. Luke rasa dirinya orang yang tepat karena sebelumnya Luke berhasil membuat Disty tenang.

            “Bicaralah. Kapanpun kau membutuhkanku, aku akan selalu ada untukmu.” Ucap Luke.

            Disty tersenyum sambil menatap Luke. “Ya. Ku rasa masalah-masalahku hilang ketika aku melihatmu. Kau orang yang menyenangkan dan bisa membuat orang lain bahagia. Termasuk aku.” Ucapnya.

            Luke tertawa. “Aku bukan pelawak. Tapi ucapanmu bisa saja benar. Setidaknya aku bisa membuat hatimu tenang dan kau berhenti gelisah.” Ucapnya.

            Keduanya pun berhenti di tempat yang sejuk di dekat lapangan bola yang ramai. Disana banyak anak-anak muda seusia Luke yang bermain bola dengan lincah. Disty berharap dirinya bisa menjadi anak-anak yang bermain bola dengan riangnya seperti tidak ada beban sama sekali. Luke menarik tangan Disty dan mengajaknya duduk di dekat pohon besar.

            Disty menghela nafas panjang. “Hubunganku dengan Harry sangat tidak baik. Aku membenci sikap Harry. Tapi aku masih mencintainya dan berharap dia mau berubah untukku.” Ucapnya.

            Selalu saja Harry yang menjadi beban pikiran Disty. Luke tau kalau Disty sangat mencintai Harry dan rela melakukan apapun demi Harry. Tidak peduli apakah hatinya sakit atau yang lebih parah lagi asalkan ia mencintai Harry dan Harry mencintainya.

            “Aku punya cerita.” Ucap Luke tiba-tiba.

            “Cerita apa? Ini bukan pelajaran sejarah.” Ucap Disty.

            Luke tertawa lalu merangkul Disty. “Ada seorang cowok yang sangat nakal. Karena kenakalannya yang sudah menjadi-jadi, cowok itu berkali-kali dikeluarkan dari sekolah dan mempunyai banyak musuh. Sampai cowok itu bertemu dengan seorang gadis cantik yang mampu meluluhkan hatinya. Tanpa cowok itu sadari, ternyata gadis itu diam-diam mencintainya dan cowok itu juga mencintai gadis itu. Mereka pun pacaran dan bahagia. Tapi sayangnya, gadis itu tidak tahan dengan sikap si cowok yang bukannya bertambah baik, melainkan bertambah buruk dan sering membuatnya sakit.” Ucapnya.

            Kisah yang baru saja diceritakan Luke tidak lain mirip dengan kisahnya. Atau cewek dan cowok yang dimaksud Harry disana adalah dirinya dan Harry. Mau Luke apa sih?

            “Lalu ending-nya gimana?” Tanya Disty.

            “Endingnya? Sayang sekali. Aku belum selesai membaca novel-nya karena novel itu lupa aku simpan dimana.” Jawab Luke.

            Apa? Teriak Disty dalam hati. Tunggu dulu. Sejak kapan Luke suka baca novel? Katanya Luke mengetahui cerita itu karena ia membaca novel. Apa Luke hanya menggodanya saja? Cowok itu kan senang sekali membuatnya kesal.

            “Sejak kapan kau suka baca novel?” Tanya Disty.

            Luke tidak langsung menjawab. Cowok itu terus saja tersenyum misterius sehingga membuat Disty geregetan. Tapi bagi Disty, senyum itu sedikit berbeda. Bukan senyum yang selama ini Luke tunjukkan padanya. Dan Disty tidak sengaja menemukan lesung pipit di pipi kanan Luke. Sejak kapan cowok itu punya lesung pipit? Kenapa Disty baru memperhatikannya sekarang?

            “Sejak kapan kau punya lesung pipit?” Tanya Disty.

           
“Wah pertanyaanmu aneh sekali.” Ucap Luke.

            “Aku serius! Ada dua pertanyaanku dan kau harus menjawabnya.” Ucap Disty.

            “Oke. Sebenarnya aku iseng membeli novel lama di toko buku dan ternyata ceritanya menarik. Sama persis dengan kisahmu. Sayangnya novel itu hilang padahal aku penasaran bagaimana endingnya.” Ucap Luke.

            Disty terdiam sesaat. “Endingnya pasti menyedihkan. Sama seperti hubunganku dengan Harry. Kami cukup menyedihkan.” Ucapnya.

            Perlahan, Luke membelai lembut rambut Disty dan Disty menatap Luke dengan heran. Cara Luke menatapnya berbeda dengan cara Luke menatapnya sebelumnya. Disty merasa ada sesuatu yang Luke sembunyikan darinya. Tiba-tiba Disty teringat dengan status Luke.

            You’re falling in love with someone.” Ucap Disty.

            “Ya. Aku sedang jatuh cinta.” Ucap Luke.

            “Oke. Ku harap kisah cintamu nantinya tidak akan menyedihkan seperti kisah cintaku.” Ucap Disty.

            “Tidak. Kisah cintaku tidak akan menyedihkan atau menyakitkan meski kenyatannya menyakitkan. Bagiku, cinta itu bukanlah sesuatu yang menyakitkan. Aku mencintainya sekalipun itu membuatku sakit.” Ucap Luke.

            Aku mencintainya sekalipun itu membuatku sakit. Disty berpikir sesaat. Tentang Harry. Harry memang sudah keterlaluan padanya, dan itu membuatnya sakit. Tapi jika ia terus mencintai Harry meski Harry menyakitinya, Disty akan baik-baik saja karena cinta itu tidaklah menyakiti.

            “Tapi bukankah artinya itu lemah? Kau terlalu mencintainya dan membiarkan dirimu disakiti olehnya. Kenapa kau tidak berhenti mencintainya saja karena itu menandakan bahwa kau kuat?” Tanya Disty.

            “Karena aku mencintainya, bukan berarti aku lemah. Bukan berarti aku cowok bodoh yang tidak bisa move on. Karena aku mencintainya dan cinta bisa mengalahkan segalanya. Mengalahkan kelemahan itu.” Jawab Luke.

            “Jadi, apakah aku tetap mencintai Harry dan setia pada Harry sekalipun Harry sering menyakitiku dan tidak mau berubah untukku?” Tanya Disty.

***

            Mungkin benar apa yang dikatakan Luke. Ia akan tetap mencintai Harry meski Harry menyakitinya asalkan ia kuat dan berpegah teguh pada kesetiaan. Disty akan terus setia pada Harry dan menjaga cowok itu. Disty tau Harry berbeda dari lainnya dan hidup Harry tertekan dan harus ada yang menguatkannya. Disty-lah satu-satunya yang bisa menyelamatkan Harry meski rasanya mustahil.

            Di tengah-tengah pelajaran sejarah, Disty diserang rasa kantuk yang hebat padahal masih pagi. Karena itulah Disty meminta izin ke kamar mandi untuk mencuci muka. Disty keluar dari kelas dan berjalan menuju WC sekolah yang ada di belakang. Setelah membasuh muka, Disty keluar namun ia merasakan suatu keanehan. Tepatnya di kamar mandi cowok. Entah mengapa ia menjadi merinding padahal disini tidak ada hantu yang mengganggunya.

            Tepatnya di WC laki-laki yang bernomor empat, Disty melihat seorang cowok yang adalah troublemaker di sekolah ini keluar dari kamar mandi dengan seragam yang berantakan. Pasti cowok itu tidak sendirian di kamar mandi. Setelah cowok itu pergi, Disty memberanikan diri mendekati WC nomor empat. Kebetulan sedang sepi dan tidak ada siapa-siapa disana. Kalau saja ada anak laki-laki, pasti Disty akan merasa malu.

            Dan ketika Disty membuka pintu kamar mandi itu, Disty kaget bukan main mendapati Harry yang terkapar lemah tanpa pakaian dan hanya mengenakan celana sekolah. Harry! Disty melihat wajah Harry yang lebam dan darah segar Harry yang masih menempel di mulut Harry.

            “Harr! Sadar Harr! Ini aku! Disty!” Teriak Disty sambil menggoyang-goyangkan tubuh Harry.

            Harry tidak langsung bangun. Cowok itu malah menarik tangan Disty secara perlahan dan menaruhnya di atas dadanya. Alhasil dada Disty berdesir dan rasanya ingin menangis keras. Bagaimana tidak ingin menangis melihat orang yang sangat kau cintai terkapar mengerikan di kamar mandi dan seperti sedang sekarat?

            “Disty.. Disty..” Lirih Harry.
           
I’m right here. Tenanglah Harr. Ada aku disini.” Ucap Disty lembut.

            Perlahan Harry membuka matanya dan menyadari ada Disty di sampingnya. Disty tersenyum dan Harry ikutan tersenyum. Bagaimana bisa Disty menemukannya disini? Disty pasti sangat marah padanya.

            “Jangan mengucapkan kata maaf. Aku tidak membutuhkan kata-kata itu lagi.” Ucap Disty.

            “Tapi aku tidak bisa. Aku selalu ingin meminta maaf padamu. Jadi, maafkan aku.” Ucap Harry.

            “Kenapa kau bisa seperti ini? Siapa cowok tadi? Apa yang kalian lakukan disini? Ini kan jam pelajaran.” Tanya Disty.

            Baru saja Harry menjawab, Harry merasakan kesakitan di bagian mulutnya dan kepalanya. Sakit sekali. Tapi Harry tidak ingin membuat Disty khawatir padanya. Disty sudah terlalu baik padanya.

            “Dia hanya benci padaku dan dia menghajarku disini. Aku tidak bisa melawannya.” Jawab Harry.

            Disty menghela nafas panjang. Kemudian ia membelai halus rambut Harry dengan penuh kasih sayang. Harry memejamkan matanya. “Aku akan terus mencintaimu sekalipun kau tetap menyakitiku. Kau bebas melakukan apa saja. Aku akan tetap mencintaimu. Selalu.” Ucapnya.

            Kali ini, Harry mengeluarkan air matanya dan Disty langsung menghapus air mata itu. Jangan menangis. Cowok tidak pantas menangis dihadapan ceweknya. Sepertinya Harry merasakan penyesalan yang hebat.

            “Dis, kau terlalu baik padaku. Kau masih mau mencintaiku dengan kondisiku seperti ini. Maaf aku tidak bisa berkorban sedikitpun untukmu.” Ucap Harry.

            “Aku akan terus mencintaimu.” Ucap Disty.

            Entahlah. Yang jelas Disty menjatuhkan kepalanya tepat di pundak Harry dan memejamkan matanya. Giliran Harry yang mengelus lembut rambut Disty. Disty. Satu-satunya gadis ajaib yang ia temukan. Gadis yang tidak nyata tetapi terasa nyata baginya. Disty. Kenapa ia tidak bisa berkorban demi gadis itu? Kenapa?

            Kenapa?

***

            Kejadian itu telah diketahui oleh pihak sekolah. Tetapi Disty tidak terlibat dengan kejadian itu. Ada yang bilang dua cowok yang salah satunya adalah Harry melakukan hal yang tidak wajar. Kepala sekolah Hollary memutuskan untuk mengeluarkan keduanya. Parahnya lagi Harry. Harry sudah merusak nama sekolah. Sudah sering pihak sekolah mendapat kabar buruk tentang Harry. Harry yang suka tawuran, Harry yang suka pergi ke bar dan pesta minuman-minuman keras, Harry yang suka bermain dengan cewek dan sebagainya.

            Semua itu adalah benar dan Harry mengakuinya. Tepat di akhir-akhir bulan September, Harry resmi di keluarkan dari sekolah itu. Mengetahui hal itu, Disty tidak bisa berbuat apa-apa. Malah banyak teman-temannya yang mengejeknya. Segala ketidaksukaan mereka terhadap Harry dilampiaskan pada Disty dan Disty tetap sabar menghadapinya.

            “Aku heran. Kenapa kau masih mau mencintai Harry?” Tanya Michael.

            “Entahlah. Tapi satu tujuanku, yaitu selalu mencintai Harry dalam kondisi apapun. Sekalipun Harry dijebloskan penjara, Disty masih tetap mencintai Harry karena rasa cinta Disty pada Harry sangat besar dan tidak bisa dikalahkan oleh apapun.” Jawab Disty.

            “Meski Rio mau mengajakmu balikan?” Tanya Michael.

            Disty menatap Michael. Rio? Cowok itu memang baik padanya. Tapi Disty tidak akan bisa mencintai Rio lagi. Mungkin perasaan itu bisa saja muncul. Tapi hanya sementara. Di saat perasaan itu muncul, namun jika teringat dengan Harry, perasaan itu akan hilang. Begitulah seterusnya.

            Rio is my past. But he’s my best friend. Disty akan baik-baik saja bersama Harry. Biarkanlah Harry melakukan apa yang ingin dia lakukan.” Jawab Disty.
           
“Dis, Harry itu jahat. Kenapa kau berani padanya?” Tanya Michael.

            Disty tersenyum. “Kak Mike tidak akan pernah tau tentang kami. Seburuk-buruknya Harry di mata kak Mike, tapi bagi Disty Harry adalah cowok yang sangat baik, ramah, lembut, pengertian, dan penyayang. Lihat. Disty baik-baik aja kan kak meski terkadang Disty dibuat sakit oleh Harry?” Ucapnya.
           
Michael terdiam sesaat. “Aku hanya berharap kau bisa berhenti mencintai Harry dan mencari pengganti yang lebih baik dari Harry.” Ucapnya.

***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar