Gelap. Malam itu sangat gelap, sunyi
dan mengerikan. Sedikit terdengar suara jangkrik yang bernyanyi namun tidak
mampu mengalahkan kesunyian malam itu. Api telah padam. Abu kesedihan-lah yang
tersisa. Desa terpencil itu sedang bersedih karena satu rumah milik warga
mereka hangus terbakar api. Entah apa penyebabnya. Namun, si jago merah itu
telah memakan dua korban.
Seorang gadis kecil berumur tiga
tahun menangis sambil mengeratkan tangannya di genggaman Ibunya yang tampak
tegar. Tampak tegar. Ya. Namun itu hanyalah sebuah topeng yang sengaja ia
tutupi agar wanita itu terlihat kuat dan tegar. Baginya, kebahagiaan itu
hanyalah mimpi yang tidak akan bisa diraih. Wanita malang itu sudah kehilangan
satu-satunya tempat tinggalnya, juga seorang suami yang sangat mencintainya,
dan satu anak laki-lakinya. Hilang. Semuanya hilang.
“Mom, apa benar mereka mati?” Lirih
suara seorang anak laki-laki yang tidak lain adalah anak dari wanita itu.
Wanita itu memang mempunyai dua anak
laki-laki dan satu anak perempuan. Seharusnya ia bersyukur karena masih
ditemani oleh dua anaknya yang sangat menyayanginya dan mencintainya. Ya.
Setidaknya ia masih memiliki dua anaknya.
Dengan rasa keibuan, wanita itu
mengelus rambut putranya. “Tuhan sudah menakdirkan semua ini dan kita harus
menerimanya. Kamu harus kuat. Kamu adalah laki-laki dan laki-laki harus kuat.”
Ucapnya.
Di tempat lain, yang tidak jauh dari
rumah malang yang telah hangus itu, tepatnya di sebuah jurang yang dalam,
seorang pria misterius berkaca mata hitam tidak sengaja menemukan seorang anak
laki-laki malang yang tubuhnya dipenuhi abu. Ajaibnya, anak laki-laki itu masih
hidup. Pria itu tersenyum. Tugasnya kini telah selesai. Ya.
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar