Part 19
.
“I’m out from this band!”
Ucapan tegas dari Rio
membuat personil Boys 124 tampak kaget. Apa ucapan Rio hanya main-main? Tidak
mungkin Rio berani meninggalkan band yang sudah lama di bentuk itu dan semakin
banyak digemari.
“Jangan bercanda, Yo!”
Ucap Gabriel.
“I’m not kidding.
I’m serious.” Ucap Rio dengan tegas.
Theo menatap Rio
dengan tatapan sinis. “Tidak ku sangka. Rio yang dulu, Rio yang selalu bermimpi
mempunyai band yang terkenal akhirnya memilih keluar dari band itu padahal
sudah cukup terkenal dan banyak digemari. Mau-mu apa sih?” Ucapnya.
“Itu keinginanku
semata dan aku ingin fokus dengan sekolah.” Ucap Rio.
“Apa kau terkena virus
Luke? Aku tau hubunganmu dengan Luke sangat baik dan ku lihat kau lebih suka
bergaul dengan Luke dan Michael.” Ucap Robert.
“Apa itu salah?” Tanya
Rio.
“Atau karena Disty
sudah tidak mencintaimu lagi? Disty kan sedang dekat dengan cowok gondrong
itu.” Ucap Theo.
Sebisa mungkin Rio
menahan amarahnya. Ia tidak boleh marah sedikitpun meski ucapan teman-temannya
terdengar pedas. Keputusannya memang sudah bulat. Rio sudah tidak mau lagi
memikirkan masalah band, tetapi ia masih mencintai musik karena musik sudah
mengalir di darahnya.
“Jangan egois Yo. Aku
tau, kau yang paling berpengaruh di band dan kami tidak akan bisa tanpamu.”
Ucap Gabriel merendah diri.
Rio menyentuh pundak
Gabriel. “Maafkan aku. Tapi ini adalah keputusanku. Aku yakin sekali akan ada
sosok pengganti yang lebih baik dariku.” Ucapnya lalu pergi meninggalkan
teman-temannya.
“Tapi kau belum
memberikan alasan yang kuat untuk keluar dari band!” Ucap Theo dengan suara
keras. Tapi mana peduli Rio?
***
Di kantin, Disty tak
habis pikir dengan keputusan Rio untuk keluar dari band. Maunya Rio apa sih?
Disty heran dengan sifat pacarnya itu. Apa Rio sudah lelah? Kebetulan ada
Michael dan Luke yang juga heran dengan keputusan Rio.
“Aku heran denganmu
Yo. Ku kira kalian akan menjadi band terbesar di Inggris seperti The Beatles
dan ternyata begini akhirannya.” Ucap Disty.
“Itulah keputusanku. But
I still love music.” Ucap Rio.
“Apa Rio melakukan ini
semua karena Disty?” Tanya Disty.
Belum saja Rio
menjawab, seseorang yang tidak diduganya datang. Harry datang dan Disty bingung
harus apa. Tapi cepat-cepat Disty memperkenalkan Harry pada Rio, Luke dan
Michael.
“Ini Harry Styles.
Harr, kenalin ini kakakku, namanya Michael Clifford, ini Luke Hemmings
sahabatku, dan ini Mario Haling, my lovely boyfriend.” Ucap Disty.
Sebisa mungkin Rio
tersenyum dan ramah dengan Harry. Harry pun terlihat ramah dan tidak
menampakaan wajah ketidaksukaan. Intinya, Harry selalu santai dan suka
tersenyum. Michael sempat bertatapan dengan Harry dan dia akui Harry memang
manis dan menawan. Beda sekali dengan Rio. Apalagi dirinya.
“I’m so glad to
meet y’all.” Ucap Harry.
Tidak ada yang
membalas ucapan Harry. Akhirnya Luke yang bicara. “Glad to see you too.”
Ucapnya.
“Ohya, aku mau sama
Harry dulu.” Ucap Disty lalu berdiri. Namun Michael menghadangnya.
“Kau lupa Dis siapa
sosok cowok yang sudah lama mencintaimu dan menerimamu apa adanya?” Tanya
Michael. Tentu saja cowok yang dimaksud Michael itu adalah Rio.
Luke langsung menyuruh
Michael duduk dan membiarkan Disty pergi bersama Harry. Sementara Rio, cowok
itu sama sekali tidak menampakkan wajah cemburu atau perasaan tidak suka dengan
Harry. Namun perasaan sedih jelas menghiasi wajah cowok itu.
“Aku tidak suka ada
orang yang menganggu hubungan adikku dengan Rio.” Ucap Michael kesal.
***
“Harry Styles…”
Harry sama sekali
tidak tau bahwa ia sedang berhadapan dengan Michael yang adalah kakak kandung
Disty. Michael sama sekali tidak menampakkan wajah keramahan dan Harry rasa
Michael sangat tidak menyukainya. Tetapi Harry berusaha tenang dan tetap
tersenyum.
“Jauhi adikku! Kau
tidak pantas berteman dengan Disty!” Ucap Michael.
“Aku tau, kau adalah
kakak Disty sedangkan aku bukan siapa-siapa Disty. Tapi apa salahnya jika aku
dekat dengan Disty? Kami hanya berteman saja dan aku tidak pernah membuat hati
Disty sakit. Lagipula, Rio tidak kesal padaku.” Ucap Harry.
Michael menatap tajam
Harry. “Intinya, kau harus menjauhi adikku!” Ucapnya lalu pergi meninggalkan
Harry.
***
Sudah sebulan Disty
berteman dengan Harry dan Disty seakan-akan telah melupakan Rio, cowok yang
sudah lama mencintainya dan menerimanya apa adanya, sama seperti yang diucapkan
Michael. Sekarang memasuki bulan November dan sebentar lagi bulan Desember.
Akankah hubungan Disty dengan Rio bertahan sampai anniv mereka yang ke dua
tahun?
Rio terduduk lesu di
kantin sekolah yang paling ujung karena ia ingin sendirian. Ia ingin sekali
mengatakan yang sejujur-jujurnya pada Disty, tapi sampai saat ini ia berani.
Rio sendiri masih belum bisa menerima kenyataan. Tapi Rio merasa sedih karena
Disty dekat dengan Harry dan Rio rasa Disty sudah tak lagi mencintainya.
Disty sudah tak lagi
mencintainya. Itulah ketakutan terbesarnya. Jujur, Rio tidak sanggup hidup
tanpa Disty dan ia selalu ingin menjadi cowok nomor satu di hati Disty.
Semenjak Disty bertemu dengan Harry, segalanya berubah. Apa ini balasan Tuhan
karena sampai sekarang ia masih menyembunyikan rahasia itu pada Disty?
Setelah keluar dari
band, banyak yang membencinya dan menyindirnya. Teman mantan band-nya itu
seperti memusuhinya dan menganggapnya sebagai seorang pecundang. Oke. Rio
terima semua itu. Tapi Rio tidak menyesali keputusannya ini. Ia hanya ingin
sendiri dan tidak mau memikirkan hal lain seperti band.
“Bagaimanapun juga,
perasaan setiap orang akan berubah.”
Luke datang dan Rio
heran bagaimana Luke bisa menemukannya. Luke memang baik padanya dan baik
dengan siapapun. Termasuk Disty. Rio perhatikan Luke sayang sekali dengan Disty
dan tidak mau gadis itu terluka.
“Kau masih memikirkan
tentang Disty dan Harry?” Tanya Luke.
“Disty. Only
Disty. Dan aku tidak mau peduli dengan Harry.” Jawab Rio.
Luke tersenyum. “Hei!
Kenapa kau keluar dari band? Apa kau sudah tidak nyaman lagi dengan Boys 124?”
Tanyanya.
“Aku tidak tau. Tapi
itu keputusanku. Aku hanya ingin bernyanyi sendiri dan bebas.” Jawab Rio.
“Ku rasa, orang-orang
membencimu hanya karena kau memilih keluar dari band. Terutama fans fanatikmu.
Mereka sangat kecewa padamu.” Ucap Luke.
“Aku tidak peduli
dengan mereka.” Ucap Rio. Luke pun memilih untuk diam. Terlihat Rio menghela
nafas panjang. “Dulu, sewaktu aku masuk di sekolah ini, aku hanyalah seorang
bocah ingusan dan tidak ada satupun yang menyukaiku. Ketika aku berhasil
membentuk band bersama tiga temanku, saat itulah aku terkenal dan suka
menyindir orang yang berada di bawahku. Dan setelah aku keluar dari band,
mereka yang dulu memujiku kini membenciku. Aku benci mereka. Aku benci mereka
yang hanya menilaiku dari penampilan dan bakat yang ku miliki. Disty pun sama.
Dia mencintaiku karena menurutnya aku cakep, keren dan yang paling utama aku
jago main gitar. Dan sekarang? Disty lebih menyukai cowok manis seperti Harry
dan bisa ku tebak Disty tidak lagi tertarik dengan cowok yang jago main gitar.”
Tambahnya.
“Jadi?” Tanya Luke.
“Mereka menilai
seseorang hanya dari luarnya saja. Jika orang itu jelek, aku berani bertaruh
mereka tidak akan menyukai orang itu. Ya. Aku sudah jelek. Aku tidak terkenal
lagi dan mereka membenciku.” Jawab Rio.
“Adakalanya kita hidup
di puncak kehidupan, dan adakalanya kita terjatuh di jurang yang dalam.” Ucap
Luke.
“Jadi, saat ini aku
sedang jatuh di jurang yang dalam?” Tanya Rio.
Luke tertawa. “Aku
tidak bilang seperti itu. Tinggal kau saja yang menyimpulkannya.” Ucapnya.
Rio menarik nafas
dalam-dalam. “Kau tidak pernah merasakan bagaimana sakitnya melihat orang yang
kau cintai bersama orang lain. Apalagi jika orang yang kau cintai adalah orang
yang terlarang.” Ucapnya.
Mendengar ucapan Rio,
Luke teringat dengan kejadian kurang lebih dua tahun yang lalu. Saat
menyaksikan seorang Mario Haling yang menyatakan perasaannya pada seorang gadis
cantik bernama Adisty Clifford dengan sangat romantis. Siapa yang tidak cemburu
melihat mereka? Siapa? Tapi bagi Luke itu adalah masa lalu dan Luke merasa
telah melupakannya.
“Let me tell you
about my secret. Aku pernah bilang bahwa kau orang pertama yang akan ku
ceritakan sebuah rahasia.” Ucap Rio.
“Ya?” Tanya Luke
penasaran. Tapi perasaannya tidak enak.
“Aku dan Disty..
Kami.. Kami…”
***
Salahkah ia? Salahkah
ia pada Rio? Disty duduk termenung di kamarnya. Pikirannya tertuju pada dua
cowok yaitu Rio dan Harry. Salahkah ia dekat dengan Harry sedangkan ia masih
pacaran dengan Rio? Kenapa Michael tidak menyukai jika ia dekat dengan Harry?
Harry sama seperti cowok-cowok lainnya. Dan Harry sama seperti Luke.
Masalah hati adalah
masalah terbesarnya. Disty bingung dengan perasaannya. Sebenarnya, hatinya yang
sekarang lebih memilih Rio atau Harry? Dan mengapa bayangan Harry yang sering
hadir di pikirannya dan bukan bayangan Rio? Apa ia sudah tidak mencintai Rio
lagi?
“Dis..”
Suara Michael. Michael
masuk ke dalam kamarnya lalu duduk di samping Disty. “Maafkan aku. Mungkin aku
terlalu kasar dengan Harry. Baiklah. Itu keputusanmu dan aku tidak bisa
melarangmu menyukai Harry.” Ucapnya.
“Aku tidak menyukai
Harry!” Ucap Disty.
“Tidak? Kalau tidak
kenapa kau begitu bahagia bersama Harry? Kenapa kau jarang bersama Rio? Kenapa
kau lebih meluangkan waktumu untuk Harry dibanding Rio? Apa kau sudah bosan
dengan Rio?” Tanya Michael bertubi-tubi.
Tentu saja Disty
merasa panas mendengar pertanyaan Michael yang ingin sekali mencampuri
hidupnya. Untuk yang pertama kalinya Disty merasa kesal terhadap kakaknya
sendiri dan lebih memilih Luke menjadi kakaknya dibanding Michael. Luke memang
pernah membuatnya kesal, tapi tidak sekesal seperti ini karena Michael lebih
berani ketimbang Luke.
“Aku lebih membutuhkan
kehaidran Luke disini dibanding dirimu.” Ucap Disty.
Entah apa yang
dirasakan Michael saat mendengar ucapan Disty. Tapi cowok itu memilih
meninggalkan kamar Disty dan membiarkan adiknya itu menyendiri.
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar