expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Sabtu, 04 Juli 2015

Like Rain of Hearts ( Part 19 )



Part 19

.

            I’m out from this band!”

            Ucapan tegas dari Rio membuat personil Boys 124 tampak kaget. Apa ucapan Rio hanya main-main? Tidak mungkin Rio berani meninggalkan band yang sudah lama di bentuk itu dan semakin banyak digemari.

            “Jangan bercanda, Yo!” Ucap Gabriel.

            I’m not kidding. I’m serious.” Ucap Rio dengan tegas.

            Theo menatap Rio dengan tatapan sinis. “Tidak ku sangka. Rio yang dulu, Rio yang selalu bermimpi mempunyai band yang terkenal akhirnya memilih keluar dari band itu padahal sudah cukup terkenal dan banyak digemari. Mau-mu apa sih?” Ucapnya.

            “Itu keinginanku semata dan aku ingin fokus dengan sekolah.” Ucap Rio.

            “Apa kau terkena virus Luke? Aku tau hubunganmu dengan Luke sangat baik dan ku lihat kau lebih suka bergaul dengan Luke dan Michael.” Ucap Robert.

            “Apa itu salah?” Tanya Rio.

            “Atau karena Disty sudah tidak mencintaimu lagi? Disty kan sedang dekat dengan cowok gondrong itu.” Ucap Theo.

            Sebisa mungkin Rio menahan amarahnya. Ia tidak boleh marah sedikitpun meski ucapan teman-temannya terdengar pedas. Keputusannya memang sudah bulat. Rio sudah tidak mau lagi memikirkan masalah band, tetapi ia masih mencintai musik karena musik sudah mengalir di darahnya.

            “Jangan egois Yo. Aku tau, kau yang paling berpengaruh di band dan kami tidak akan bisa tanpamu.” Ucap Gabriel merendah diri.

            Rio menyentuh pundak Gabriel. “Maafkan aku. Tapi ini adalah keputusanku. Aku yakin sekali akan ada sosok pengganti yang lebih baik dariku.” Ucapnya lalu pergi meninggalkan teman-temannya.

            “Tapi kau belum memberikan alasan yang kuat untuk keluar dari band!” Ucap Theo dengan suara keras. Tapi mana peduli Rio?

***

            Di kantin, Disty tak habis pikir dengan keputusan Rio untuk keluar dari band. Maunya Rio apa sih? Disty heran dengan sifat pacarnya itu. Apa Rio sudah lelah? Kebetulan ada Michael dan Luke yang juga heran dengan keputusan Rio.

            “Aku heran denganmu Yo. Ku kira kalian akan menjadi band terbesar di Inggris seperti The Beatles dan ternyata begini akhirannya.” Ucap Disty.

            “Itulah keputusanku. But I still love music.” Ucap Rio.

            “Apa Rio melakukan ini semua karena Disty?” Tanya Disty.

            Belum saja Rio menjawab, seseorang yang tidak diduganya datang. Harry datang dan Disty bingung harus apa. Tapi cepat-cepat Disty memperkenalkan Harry pada Rio, Luke dan Michael.

            “Ini Harry Styles. Harr, kenalin ini kakakku, namanya Michael Clifford, ini Luke Hemmings sahabatku, dan ini Mario Haling, my lovely boyfriend.” Ucap Disty.

            Sebisa mungkin Rio tersenyum dan ramah dengan Harry. Harry pun terlihat ramah dan tidak menampakaan wajah ketidaksukaan. Intinya, Harry selalu santai dan suka tersenyum. Michael sempat bertatapan dengan Harry dan dia akui Harry memang manis dan menawan. Beda sekali dengan Rio. Apalagi dirinya.

            I’m so glad to meet y’all.” Ucap Harry.

            Tidak ada yang membalas ucapan Harry. Akhirnya Luke yang bicara. “Glad to see you too.” Ucapnya.

            “Ohya, aku mau sama Harry dulu.” Ucap Disty lalu berdiri. Namun Michael menghadangnya.

            “Kau lupa Dis siapa sosok cowok yang sudah lama mencintaimu dan menerimamu apa adanya?” Tanya Michael. Tentu saja cowok yang dimaksud Michael itu adalah Rio.

            Luke langsung menyuruh Michael duduk dan membiarkan Disty pergi bersama Harry. Sementara Rio, cowok itu sama sekali tidak menampakkan wajah cemburu atau perasaan tidak suka dengan Harry. Namun perasaan sedih jelas menghiasi wajah cowok itu.

            “Aku tidak suka ada orang yang menganggu hubungan adikku dengan Rio.” Ucap Michael kesal.

***

            “Harry Styles…”

            Harry sama sekali tidak tau bahwa ia sedang berhadapan dengan Michael yang adalah kakak kandung Disty. Michael sama sekali tidak menampakkan wajah keramahan dan Harry rasa Michael sangat tidak menyukainya. Tetapi Harry berusaha tenang dan tetap tersenyum.

            “Jauhi adikku! Kau tidak pantas berteman dengan Disty!” Ucap Michael.

            “Aku tau, kau adalah kakak Disty sedangkan aku bukan siapa-siapa Disty. Tapi apa salahnya jika aku dekat dengan Disty? Kami hanya berteman saja dan aku tidak pernah membuat hati Disty sakit. Lagipula, Rio tidak kesal padaku.” Ucap Harry.

            Michael menatap tajam Harry. “Intinya, kau harus menjauhi adikku!” Ucapnya lalu pergi meninggalkan Harry.

***


            Sudah sebulan Disty berteman dengan Harry dan Disty seakan-akan telah melupakan Rio, cowok yang sudah lama mencintainya dan menerimanya apa adanya, sama seperti yang diucapkan Michael. Sekarang memasuki bulan November dan sebentar lagi bulan Desember. Akankah hubungan Disty dengan Rio bertahan sampai anniv mereka yang ke dua tahun?

            Rio terduduk lesu di kantin sekolah yang paling ujung karena ia ingin sendirian. Ia ingin sekali mengatakan yang sejujur-jujurnya pada Disty, tapi sampai saat ini ia berani. Rio sendiri masih belum bisa menerima kenyataan. Tapi Rio merasa sedih karena Disty dekat dengan Harry dan Rio rasa Disty sudah tak lagi mencintainya.

            Disty sudah tak lagi mencintainya. Itulah ketakutan terbesarnya. Jujur, Rio tidak sanggup hidup tanpa Disty dan ia selalu ingin menjadi cowok nomor satu di hati Disty. Semenjak Disty bertemu dengan Harry, segalanya berubah. Apa ini balasan Tuhan karena sampai sekarang ia masih menyembunyikan rahasia itu pada Disty?

            Setelah keluar dari band, banyak yang membencinya dan menyindirnya. Teman mantan band-nya itu seperti memusuhinya dan menganggapnya sebagai seorang pecundang. Oke. Rio terima semua itu. Tapi Rio tidak menyesali keputusannya ini. Ia hanya ingin sendiri dan tidak mau memikirkan hal lain seperti band.

            “Bagaimanapun juga, perasaan setiap orang akan berubah.”

            Luke datang dan Rio heran bagaimana Luke bisa menemukannya. Luke memang baik padanya dan baik dengan siapapun. Termasuk Disty. Rio perhatikan Luke sayang sekali dengan Disty dan tidak mau gadis itu terluka.

            “Kau masih memikirkan tentang Disty dan Harry?” Tanya Luke.

            “Disty. Only Disty. Dan aku tidak mau peduli dengan Harry.” Jawab Rio.

            Luke tersenyum. “Hei! Kenapa kau keluar dari band? Apa kau sudah tidak nyaman lagi dengan Boys 124?” Tanyanya.

            “Aku tidak tau. Tapi itu keputusanku. Aku hanya ingin bernyanyi sendiri dan bebas.” Jawab Rio.

            “Ku rasa, orang-orang membencimu hanya karena kau memilih keluar dari band. Terutama fans fanatikmu. Mereka sangat kecewa padamu.” Ucap Luke.

            “Aku tidak peduli dengan mereka.” Ucap Rio. Luke pun memilih untuk diam. Terlihat Rio menghela nafas panjang. “Dulu, sewaktu aku masuk di sekolah ini, aku hanyalah seorang bocah ingusan dan tidak ada satupun yang menyukaiku. Ketika aku berhasil membentuk band bersama tiga temanku, saat itulah aku terkenal dan suka menyindir orang yang berada di bawahku. Dan setelah aku keluar dari band, mereka yang dulu memujiku kini membenciku. Aku benci mereka. Aku benci mereka yang hanya menilaiku dari penampilan dan bakat yang ku miliki. Disty pun sama. Dia mencintaiku karena menurutnya aku cakep, keren dan yang paling utama aku jago main gitar. Dan sekarang? Disty lebih menyukai cowok manis seperti Harry dan bisa ku tebak Disty tidak lagi tertarik dengan cowok yang jago main gitar.” Tambahnya.

            “Jadi?” Tanya Luke.

            “Mereka menilai seseorang hanya dari luarnya saja. Jika orang itu jelek, aku berani bertaruh mereka tidak akan menyukai orang itu. Ya. Aku sudah jelek. Aku tidak terkenal lagi dan mereka membenciku.” Jawab Rio.

            “Adakalanya kita hidup di puncak kehidupan, dan adakalanya kita terjatuh di jurang yang dalam.” Ucap Luke.

            “Jadi, saat ini aku sedang jatuh di jurang yang dalam?” Tanya Rio.

            Luke tertawa. “Aku tidak bilang seperti itu. Tinggal kau saja yang menyimpulkannya.” Ucapnya.

            Rio menarik nafas dalam-dalam. “Kau tidak pernah merasakan bagaimana sakitnya melihat orang yang kau cintai bersama orang lain. Apalagi jika orang yang kau cintai adalah orang yang terlarang.” Ucapnya.

            Mendengar ucapan Rio, Luke teringat dengan kejadian kurang lebih dua tahun yang lalu. Saat menyaksikan seorang Mario Haling yang menyatakan perasaannya pada seorang gadis cantik bernama Adisty Clifford dengan sangat romantis. Siapa yang tidak cemburu melihat mereka? Siapa? Tapi bagi Luke itu adalah masa lalu dan Luke merasa telah melupakannya.

            Let me tell you about my secret. Aku pernah bilang bahwa kau orang pertama yang akan ku ceritakan sebuah rahasia.” Ucap Rio.

            “Ya?” Tanya Luke penasaran. Tapi perasaannya tidak enak.

            “Aku dan Disty.. Kami.. Kami…”

***

            Salahkah ia? Salahkah ia pada Rio? Disty duduk termenung di kamarnya. Pikirannya tertuju pada dua cowok yaitu Rio dan Harry. Salahkah ia dekat dengan Harry sedangkan ia masih pacaran dengan Rio? Kenapa Michael tidak menyukai jika ia dekat dengan Harry? Harry sama seperti cowok-cowok lainnya. Dan Harry sama seperti Luke.

            Masalah hati adalah masalah terbesarnya. Disty bingung dengan perasaannya. Sebenarnya, hatinya yang sekarang lebih memilih Rio atau Harry? Dan mengapa bayangan Harry yang sering hadir di pikirannya dan bukan bayangan Rio? Apa ia sudah tidak mencintai Rio lagi?

            “Dis..”

            Suara Michael. Michael masuk ke dalam kamarnya lalu duduk di samping Disty. “Maafkan aku. Mungkin aku terlalu kasar dengan Harry. Baiklah. Itu keputusanmu dan aku tidak bisa melarangmu menyukai Harry.” Ucapnya.

            “Aku tidak menyukai Harry!” Ucap Disty.

            “Tidak? Kalau tidak kenapa kau begitu bahagia bersama Harry? Kenapa kau jarang bersama Rio? Kenapa kau lebih meluangkan waktumu untuk Harry dibanding Rio? Apa kau sudah bosan dengan Rio?” Tanya Michael bertubi-tubi.

            Tentu saja Disty merasa panas mendengar pertanyaan Michael yang ingin sekali mencampuri hidupnya. Untuk yang pertama kalinya Disty merasa kesal terhadap kakaknya sendiri dan lebih memilih Luke menjadi kakaknya dibanding Michael. Luke memang pernah membuatnya kesal, tapi tidak sekesal seperti ini karena Michael lebih berani ketimbang Luke.

            “Aku lebih membutuhkan kehaidran Luke disini dibanding dirimu.” Ucap Disty.

            Entah apa yang dirasakan Michael saat mendengar ucapan Disty. Tapi cowok itu memilih meninggalkan kamar Disty dan membiarkan adiknya itu menyendiri.

***


Tidak ada komentar:

Posting Komentar