Part 18
.
Mungkin bulan Oktober
adalah bulan yang banyak mengalami perubahaan, begitu pikir Disty. Entah
mengapa hubungannya dengan Rio menjadi sedikit renggang. Juga dengan dua
sahabatnya. Sepertinya Donna dan Miley tidak menyukai jika ia dekat dengan
Harry. Ada apa sih dengan dua sahabatnya itu? Memangnya Harry nakal? Tidak!
Justru Harry adalah anak yang sangat baik dan pengertian. Mustahil jika Harry
berbuat jahat dan nakal.
Di kantin, Disty makan
sendiri karena Donna dan Miley sedang sibuk mengerjakan tugas.
Belakang-belakangan ini Disty jarang bicara dengan Donna dan Miley. Apalagi
curhat. Disty lebih sering menyendiri sambil membaca novel yang dipinjamkan
Harry. Ternyata membaca novel itu asyik. Disty baru menyadarinya sekarang.
“Hai!”
Senyum Disty
mengembang tatkala Harry datang sambil membawa sepiring spaghetti dan jus
jeruk. Harry datang di saat yang tepat. Disty melihat-lihat di sekelilingnya.
Tebakannya benar. Banyak yang berbisik-bisik tentang dirinya yang dekat dengan
Harry. Tapi Disty mencoba untuk tidak peduli.
“Aku tidak menyangka
ternyata kau sudah punya pacar.” Ucap Harry.
“Iya. Aku dan Rio
sudah pacaran selama satu tahun lebih sepuluh bulan.” Ucap Disty.
“Tapi tak apa. Kita
masih berteman baik kan?”
Disty menatap wajah
Harry yang seperti biasa terlihat manis dan membuatnya geregetan. Apalagi jika
Harry tersenyum dan Disty selalu geregetan dengan lesung pipit Harry. Rio tidak
seperti Harry. Rio tidak semanis Harry. Senyum Rio tidak bisa mengalahkan
senyum Harry dan Rio tidak mempunyai lesung pipit seperti Harry.
“Jadi, kau tidak
keberatan akan hubunganku dengan Rio?” Tanya Disty.
Harry tertawa dan
membuat lesung pipitnya terlihat semakin jelas. “Tentu saja tidak. Aku berharap
hubungan kalian tidak terganggu karena aku. Tapi kalau Rio tidak menyukaiku,
aku janji tidak akan mendekatimu karena aku tidak mau dianggap sebagai
penganggu hubungan orang lain.” Ucapnya.
Entah mengapa rasanya
sesak sekali. Dada Disty terasa sesak tatkala mendengar ucapan Harry. Jika saja
ia masih sendiri, pasti ceritanya akan berbeda. Ia akan jauh lebih tenang
berteman dengan Harry dan tidak akan ada yang membicarakannya. Lagipula, Harry
tidak terlalu terkenal di sekolah, tidak seperti Rio. Jadi tidak akan ada yang
cemburu dengannya jika ia dekat dengan Rio.
“Nanti sore
jalan-jalan yuk. Aku ingin sekali mengetahui kisah hidupmu lebih dalam lagi.”
Ucap Harry.
Tanpa berpikir
panjang, Disty mengangguk pertanda menyetujui ajakan Harry, dan Disty sama
sekali tidak sadar bahwa sedaritadi ada seorang cowok yang memerhatikannya.
Cowok yang tidak lain adalah Rio, pacar Disty sendiri.
***
“Yo, tunggu!”
Sebisa mungkin Luke
berlari mengejar Rio yang tadi cuek dengan ucapannya. Ketika ia sejajar dengan
Rio, Luke pun bicara.
“Kau belum
mengumpulkan tugas.” Ucap Luke.
Rio menghentikan
langkahnya. “Persetan dengan tugas! Aku ingin pulang dan tidur. Aku lelah.”
Ucapnya.
“Kau aneh. Ada apa
denganmu? Tidak biasanya kau seperti ini.” Ucap Luke.
Rio menatap Luke
tajam. “Terimakasih atas perhatianmu. Tapi tolong, aku tidak membutuhkan
perhatianmu. Kalaupun aku tidak mendapatkan nilai, itu bukan urusanmu.”
Ucapnya.
Sikap Rio benar-benar
berubah siang ini. Padahal kemarin Rio terlihat ceria dan tidak ketus dengannya.
Akhirnya Luke membiarkan Rio pergi dan mencoba mencari tau jawaban dari
keanehan sikap Rio. Dan jawabannya pun datang tatkala Luke melihat Disty dan
Harry yang sedang tertawa bersama. Itukah yang membuat sikap Rio berubah?
Disty?
***
1 Message From: Rio
Hai Dis! Sore ini jalan-jalan yuk?
Aku ingin mengajakmu pergi ke suatu tempat yang istimewa.
Disty mengira itu
adalah pesan dari Harry, tapi ternyata salah. Pesan itu adalah pesan dari Rio
dan Rio mau mengajaknya jalan-jalan. Padahal sore ini Disty sudah janjian
dengan Harry.
To: Rio
Maaf Yo Disty tidak bisa. Besok aja
ya.
Ini bukan yang pertama
kalinya Disty menolak ajakan Rio. Disty menaruh ponselnya di atas meja belajar
kemudian memandangi wajahnya sendiri melalui jendela. Disty menarik nafas
dalam-dalam. Wajah yang cantik, manis, ceria dan penuh semangat. Ada apa
denganmu Dis? Disty sadar bahwa hubungannya dengan Rio semakin hari semakin
buruk, dan Disty yakin sekali Rio sudah tau akan kedekatannya dengan Harry.
Oktober. Mengapa ia
harus menjadi seperti ini? Mengapa ia harus tertarik dengan Harry sedangkan ia
masih berpacaran dengan Rio? Apa karena senyum Harry yang mengalahkan
segalanya? Atau karena lesung pipit Harry yang menawan? Disty tidak tau. Yang
jelas ia ingin sekali menghabiskan waktunya bersama Harry. Itu saja.
“Kau mau kemana?”
Tanya Michael.
“Ketemu Harry.” Jawab
Disty jujur.
“Harry? Ku kira kau
akan kencan dengan Rio. Memangnya hubungan kalian sedang tidak baik?” Tanya
Michael.
Disty tidak menjawab
pertanyaan Michael. Gadis itu memilih meninggalkan rumah karena Harry sudah
menunggunya tidak jauh dari rumahnya. Tidak tau kenapa Harry enggan mendatangi
rumahnya.
“Ku kira kau tidak
akan datang.” Ucap Harry.
“Aku tidak pernah
melanggar janji.” Ucap Disty sambil tertawa.
Sialnya, pertemuan
rahasia ini tertangkap oleh mata Luke dan Disty begitu malu ketika Luke
menatapnya dengan tatapan heran. Kenapa harus ada Luke sih disini? Kalau Luke
melapor soal ini ke Rio bagaimana? Apa ia bakal dihabisi Rio?
“Itu siapa?” Tanya
Harry.
“Bukan hal yang
penting. Ayo!” Ucap Disty sambil menarik tangan Harry dan meninggalkan tempat
itu.
***
“Adikmu…”
Luke yang sekarang
masihlah Luke yang dulu walau penampilannya sangat berbeda. Luke masih
mengantar kue pesanan pelanggan dan Luke akan terus melakukannya. Kali ini,
Bella yang memesan kue ke Ayahnya dan Luke mengantarnya. Sekalian ia ingin
bertemu dengan Michael.
“Disty? Actually, I
don’t know about her. Apa tadi kau melihat Disty?” Ucap Michael.
Luke mengangguk.
“Hubungannya dengan Harry seperti apa? Kenapa seakan-akan Disty bertemu secara
sembunyi dengan Harry?” Tanyanya.
Michael menghela nafas
panjang. “Aku tidak tau. Perasaan seseorang memang berubah-ubah. Tidak
selamanya Disty mencintai Rio. Adakalanya perasaan Disty berubah dan tertarik
dengan cowok lain. Seperti Harry misalnya.” Ucapnya.
Ucapan Michael ada
benarnya. Perasaan seseorang selalu berubah-ubah kecuali jika ia ini menemukan
seseorang yang benar-benar dicintainya dan menjadi cinta sejatinya. Disty masih
berumur empat belas tahun dan Luke rasa perasaan gadis itu masih labil.
“Itu kue untukku kan?”
Tanya Michael sambil tertawa.
Drtdrtdrt…
1 Message From: Calum
Luk, hurry up! Ada job
baru dan kali ini bukan show biasa. Tapi sayangnya Niall tidak bisa
hadir. Aku masih belum bisa menebak jalan pikirannya saat Riley meninggal.
Datang ke rumahku secepat mungkin ya.
“Cewek-mu?” Tanya
Michael.
Luke yang tengah
berpikir tentang SMS dari Calum cepat-cepat menutup ponselnya tatkala mendengar
suara Michael. Tentu saja Michael curiga dengan sikapnya yang tampak misterius.
“I gotta go. Bye!”
Ucap Luke lalu cepat-cepat meninggalkan rumah itu.
***
“Jadi, sudah lama kau
tinggal di Indonesia?”
Disty menceritakan
dari awal tentang kisah hidupnya. Sama apa yang ia ceritakan pada orang yang
baru dikenalnya dan ingin mengenalnya lebih lanjut. Tampaknya Harry tertarik
dengan Indonesia dan ingin sekali mengunjungi Indonesia.
“Sudah tiga tahun aku
tidak melihat Indonesia.” Ucap Disty.
“Wah, pasti kau sangat
merindukan Indonesia.” Ucap Harry.
“Tentu saja.” Ucap
Disty.
Sekonyong-konyongnya
Disty teringat dengan kenangannya bersama Lintar. Entah bagaimana kabar cinta
pertamanya itu. Disty berharap Lintar baik-baik saja. Tapi Disty sangat tidak
mengharapkan Lintar mengingatnya karena Lintar sudah menyakiti hatinya dan
melanggar janjinya. Dimana Lintar? Mengapa cowok itu enggan membalas emailnya
dan enggan memberinya kabar?
“Banyak sekali
kenangan-kenangan indah di Indonesia. Dan cinta pertamaku..” Ucap Disty.
“Ohya? Siapa cinta
pertamamu?” Tanya Harry.
Tidak ada salahnya
menceritakan tentang Lintar pada Harry. “His name is Lintar and he’s my
first love. Karena aku akan meninggalkan Indonesia, jadi hubungan kami
tidak jelas dan di Inggris, aku jatuh cinta dengan seorang cowok, namanya Rio.”
Ucapnya.
“Rio pasti sangat
menyayangimu dan dia setia padamu.” Ucap Harry.
“Iya.” Ucap Disty
singkat.
Entah mengapa hatinya
menjadi tidak tenang. Rio? Bagaimana jika Luke sudah mengabarkan pertemuan
rahasianya dengan Harry? Apakah sekarang Rio marah? Tetapi ponselnya baik-baik
aja dan Rio tidak menelponnya atau mengirimnya pesan. Tapi bagaimana jika ia
pulang nanti Rio menungguinya di teras rumahnya dengan tangan di lipat di dada?
“Kalau temanmu yang
pirang itu siapa?” Tanya Harry.
“Oh itu. Namanya Luke
Hemmings. Dia sahabat kakakku dan kami sudah lama berteman. Luke sudah ku
anggap sebagai kakakku sendiri dan dia sangat pintar.” Jawab Disty.
Harry
mengangguk-angguk. Namun ketika Harry menoleh ke wajah Disty, wajah gadis itu
seperti tidak tenang. Apa gadis itu sedang tidak baik-baik saja? Sehelai rambut
Disty yang jatuh ke depan membuat tangannya ingin sekali menyibak rambut itu,
tapi Harry mencoba untuk menahan keinginannya untuk melakukannya.
“Apa aku salah jika
aku tertarik dengan cowok lain sedangkan aku masih punya pacar?” Tanya Disty
tiba-tiba.
Sesaat, Harry terdiam
dan tidak tau harus bagaimana menjawab pertanyaan Disty. Cowok lain? Sudah
punya pacar? Apa Disty sedang membicarakannya?
“Aku tidak tau. Tapi
menurutku itu hal yang wajar. Kau masih pacaran dan belum menikah.” Jawab
Harry.
“Oh, baiklah.” Ucap
Disty.
Keduanya pun
melanjutkan perjalanan dan berhenti tepat di sebuah kedai kopi yang cukup
ramai. Akhirnya keduanya memutuskan untuk singgah disana sambil menikmati
hangatnya kopi.
***
“I wanna talk to
you.”
Mau tidak mau Disty
terpaksa menuruti perintah Rio. Memang. Disty selalu tidak membalas pesan Rio.
Apalagi mengangkat telpon Rio. Kata teman-temannya, Disty sudah berubah
semenjak mengenal Harry. Benarkah itu?
Rio mengajak Disty
berbicara empat mata di belakang kantin yang sepi. Tidak ada siapa-siapa
disana. Lagipula ini sudah jam pulang sekolah dan mana ada yang mau ke kantin.
Disty merasa heran mengapa Rio memilih tempat ini.
“Kau bahagia bersama
Harry?” Tanya Rio.
Sudah Disty duga. Rio
pasti membicarakan tentang Harry dan Disty tidak tau harus bicara apa. Apakah
hubungannya dengan Rio cukup sampai disini? Tidak! Hubungannya dengan Rio tidak
boleh berakhir. Ia tidak mau putus dengan Rio hanya karena Harry. Ia ingin terus
mencintai Rio selama-lamanya.
“Kalau aku harus
jujur, jawabannya iya. Aku bahagia bersama Harry. Tapi jangan salah sangka
dulu. Kami hanya berteman. Seperti aku dengan Luke. Aku bahagia bersama Luke.
Tapi kau-lah cowok satu-satunya di hatiku.” Jawab Disty.
Rio tersenyum. “Oke.
Aku terima kejujuranmu. Aku bukanlah orang yang suka mengatur hidup orang lain
dengan ketat. Kau bebas berteman dengan siapa saja. Tapi ku harap, kau tidak
terlalu sering menghabiskan waktu dengan Harry dan menomor dua-kan ku, karena
aku adalah pacarmu dan satu-satunya cowok di hatimu.” Ucapnya.
“Iya.” Ucap Disty
singkat.
“Oke. Ayo kita
pulang.” Ucap Rio.
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar