Part 10
.
Harus. Inilah keputusan finalnya.
Novela sudah memutuskan bahwa ia akan menyatakan perasaannya pada Tristan.
Selama ini ia hanya bisa mememdam perasaannya dan rasanya tentu sangat sakit.
Tapi mungkinkan lebih sakit jika seandainya Tristan menolak perasaannya? Sudah
dapat ditebak dari wajah Tristan yang menandakan bahwa Tristan sama sekali
tidak tertarik padanya. Mungkin jika Novela berstatus sama seperti Tristan,
sama-sama miskin dan suka dicemoh, kemungkinan Tristan juga menyimpan perasaan
yang sama dengan apa yang dirasakannya.
Ternyata masalah cinta itu adalah
masalah yang rumit. Tapi bagaimana jika di dunia ini tidak ada cinta? Apa yang
akan terjadi di dunia ini bila tidak ada cinta? Tentu dunia ini tidak akan bisa
bertahan dan hari-harinya selalu dipenuhi dengan kesedihan dan kehampaan.
Memang banyak yang menentang
perasaannya pada Tristan. Terutama orang tuanya. Ibunya sangat membenci
Tristan. Ya. Ibunya itu senang sekali mengejek orang miskin seperti Tristan dan
rasanya Novela sangat membenci Ibunya. Tapi, bukankah namanya dosa jika seorang
anak mengabaikan atau melawan keinginan orangtua? Novela terdiam sesaat sambil
berpikir. Tapi itu namanya egois. Seharusnya orangtua bisa memahami perasaan
anaknya dan Novela rasa dirinya sudah dewasa dan sudah boleh menentukan jalan
hidupnya sendiri, dan pilihannya adalah Tristan, bukan lainnya.
Rasanya memang sedikit aneh dan
memalukan jika seorang gadis yang menyatakan perasaannya duluan pada cowok yang
dia suka. Tapi Novela tidak peduli. Perasaan yang ia rasakan semakin kuat dan
Novela sudah tidak bisa menahannya lagi.
“Kau siap dengan segala
konsekuensinya?” Tanya Phoebe.
Novela kaget mendengar suara Phoebe.
“Entahlah. Tapi rasanya aku belum siap menangis.” Jawabnya.
Phoebe menepuk bahu Novela.
“Teruslah berusaha jika itu yang diingkan hatimu. Jika Tristan menolak
perasaanmu, mungkin dia bukan takdirmu. Masih banyak cowok lain yang harus kau
lihat. Di hatimu tentu bukan hanya Tristan saja.” Ucapnya.
Mendengar ucapan Phoebe, Novela menjadi
sedih. Mungkin dia bukan takdirmu. Tidak. Novela tidak ingin hal itu
terjadi. Bisakah Tuhan berbaik hati padanya mengenai soal cinta ini? Percuma
hidup kaya jika masalah cinta ditentang oleh Tuhan. Novela menarik nafas
dalam-dalam. Setelah ini ia akan menemui Tristan.
Setelah ini.
***
Luke memang akan datang ke Australia
dalam waktu yang dekat ini dan itu membuat Ashley bingung dan galau setengah
mati. Bagaimana ini? Dalam hati kecilnya, ingin sekali Ashley menonton konser
Luke walau sejujur-jujurnya Ashley tidak tau satupun lagu Luke. Benar apa yang
dikatan Vee. Ia hanyalah seorang fake fan. Tapi bukan itu yang menjadi
pikirannya. Ashley ingin melihat Luke secara langsung karena ingin memecahkan
misteri yang belakang-belakangan ini menganggu pikirannya.
Yaitu antara Luke dengan Tristan.
Dulu, Luke adalah kakak kandungnya. Sayangnya Luke menghilang di balik
dahsyatnya kobaran api bersama sang Ayah. Ashley sudah melupakan Luke dan
mungkin tidak akan bisa mengingat nama itu lagi. Namun saat melihat seorang
Luke Flemmings akibat kemenangan merebutkan lembaran itu dari Eleanor, ingatan
Ashley tentang Luke kembali dan merasa aneh dengan sosok Luke Flemmings yang
jelas-jelas namanya mirip dengan nama kakaknya.
Ada sedikit harapan jika seandainya
Luke Flemmings adalah Luke-nya yang dulu menghilang. Tapi bagaimana hal itu
bisa terjadi? Mengapa Luke bisa sampai berada di Amerika sedangkan tempat
asalnya dari Australia? Tapi mengapa si Luke Flemmings memutuskan untuk
mengadakan konser mendadak di Australia?
Atau si Luke Flemmings memang bukan
Luke-nya karena di dunia ini banyak sekali orang yang mirip dengan kita.
Menurut Ashley, Luke mirip dengan Tristan. Terutama dengan senyumannya dan cara
bicaranya. Dan mereka sama-sama mempunyai lesung di pipi kanan. Ashley sudah
lupa bagaimana cirri-ciri Luke kakaknya karena dulu ia masih sangat kecil. Jadi
Ashley tidak bisa membandingkan antara Luke kakaknya pada saat kecil dengan
Luke Flemmings.
“Apa yang sedang kau pikirkan?
Sedaritadi aku memerhatikanmu dan kau terlihat bingung.” Ucap Tristan.
Ashley kaget mendapai Tristan yang
sudah ada di sampingnya. Tristan. Ingin sekali Ashley membahas soal Luke pada
Tristan karena kemarin Tristan mengatakan bahwa Luke masih hidup. Apa maksudnya
ini? Tapi terus Tristan mengatakan bahwa ucapannya itu tidak benar dan Luke
sudah mati.
“Kak..” Ucap Ashley.
“Hmmm..” Ucap Tristan.
Entah mengapa jantung Ashley
berdebar-debar. Akankan ia memberitahu soal ini pada Tristan? Atau setidaknya
ia bisa tau apakah Tristan pernah melihat foto Luke di kamarnya. Tapi kalau ya,
tentu Tristan akan bertanya tentang foto itu padanya dan ikut memecahkan
misteri ini. Tristan.
“Kakak tau kalau ada penyanyi
Amerika yang akan datang kesini?” Tanya Ashley.
Tristan menatap Ashley dengan heran.
Sejak kapan Ashley peduli soal itu? Tiba-tiba keringat dingin keluar membahasi
wajahnya. Tristan menjadi gemetaran. Rasanya, apa yang sudah dilihatnya itu
bagaikan mimpi. Tristan ingat betul tentang foto itu yang membuatnya sembuh
dari penyakitnya yang tidak berani menatap cermin dan melihat wajahnya sendiri.
“Aku tidak peduli soal itu.” Jawab
Tristan.
Ashley menatap Tristan dengan
serius. “Kak, jawab dengan jujur.” Ucapnya lalu diberi sela. “Apa kak Tris
pernah masuk ke dalam kamar Ashley tanpa sepengetahuan Ashley?” Tanyanya.
Keringat Tristan semakin banyak dan
wajahnya menjadi pucat. Tiba-tiba Tristan merasakan pusing di kepalanya. Tidak.
Semua ini tidak benar. Luke sudah mati dan Luke tidak akan bisa kembali
meskipun hanya untuk menemuinya.
“Aku tidak mengerti apa yang kau
bicarakan.” Ucap Tristan lalu berdiri dan sepertinya akan meninggalkan Ashley.
“Lupakan semuanya Ash. Kau terlihat aneh belakang-belakangan ini. Jadilah
dirimu yang dulu dan jangan sampai beasiswa yang kau sandang hilang karena
masalah itu.” Tambahnya.
***
Luke memang sudah mengkonfirmasi
tentang kedatangannya ke Australia dan fans-nya yang tinggal disana tentunya
amat bahagia. Luke bersyukur ternyata di Australia ada banyak sekali fansnya.
Luke sempat membaca mention-mention yang ia dapatkan dari fansnya dan Luke
sudah berhubungan dengan akun twitter fanpage-nya di Australia dan tentu saja
Luke merasa senang.
Besok ia akan berangkat menuju
Australia dan dua hari setelahnya ia akan mengadakan konser di Sydney. Tentu
saja tiketnya dapat terjual habis dengan waktu yang singkat. Juga Luke sengaja
memurahkan harga tiketnya. Awalnya Sony tentu menolak keinginan Luke untuk
memurahkan harga tiketnya tetapi lagi-lagi Sony tidak bisa membantah Luke yang
emang tidak bisa dikalahkan.
Setelah meninggalnya Sara, Luke
kembali ke rumah Sara dan tidak mau peduli dengan rumah mewah Sara. Banyak
sekali wartawan yang berebutan untuk mewawancarainya tetapi Luke sengaja
membuat dirinya malas berhadapan dengan para wartawan. Mungkin mereka mengira
Luke itu sombong atau apa, tetapi Luke tidak peduli. Namun akibat dari
perbuatannya itu, jadilah berita-berita tidak jelas mengenai dirinya yang
berhubungan dengan Sara yang mengatakan bahwa ia adalah si pembunuh Sara dan
ingin menguasai kekayaan Sara. Tentu saja Luke merasa kesal.
Juga ada beberapa fans-nya yang
kecewa padanya dan memutuskan untuk berhenti mengidolakannya hanya karena
masalah Sara. Dasar fans yang tidak setia! Luke tentu tidak menginginkan
memiliki banyak fans namun mereka tidak setia padanya. Luke hanya ingin
memiliki fans yang walau sedikit tetapi amat setia padanya dan selalu
mendukungnya apapun yang terjadi.
Sekarang Luke berada di apartemennya
sambil membereskan barang-barangnya. Besok adalah perjalanan yang cukup
panjang. Luke akan terbang dari Amerika menuju Australia yang melewati laut
yang sangat luas dan tentunya Luke akan bosan berada di pesawat yang terkadang
membuatnya takut dan mual. Coba bayangkan duduk di pesawat selama berjam-jam lamanya
dan ditemani rasa takut yang luar biasa. Sedangkan Tami yang selalu setia
mengikutinya kemanapun ia pergi terlihat tenang-tenang saja meskipun mengalami
guncangan yang seakan-akan menandakan bahwa pesawat yang dinaikinya akan jatuh.
“Kematian sudah diatur oleh Tuhan.
Kalau Tuhan menakdirkan kau mati bukan karena kecelakaan pesawat, ya tentu saja
kau tidak akan mati di pesawat sekalipun pesawat yang kau tumpangi mau jatuh.”
Ucap Tami dengan nada santainya.
Kematian-lah yang paling
ditakutinya. Luke tidak bisa membayangkan dirinya jika harus mati dalam waktu
yang dekat ini dan membuat nangis fans-nya. Tentu saja Luke tidak ingin mati
sebelum ia meraih semua impiannya dan meraih final di dalam hidupnya. Sekarang
ini ia sudah sukses menjadi seorang penyanyi yang terkenal dan Luke akan
berusaha untuk menjadi lebih baik lagi.
Dan yang paling penting, Luke akan
berusaha untuk mengembalikan ingatan masa kecilnya dan kalau bisa bertemu
dengan keluarganya meski rasanya Luke begitu benci dengan orangtuanya yang
sudah membuangnya. Tapi tentu Luke tidak mau berprasangka buruk. Siapa tau kan
ia bisa diculik oleh Sara dan dibuat amnesia oleh Sara?
***
Tristan. Pemuda itu berjalan tanpa
arah bersamaan dengan seluruh perasaan yang tidak biasa. Sejak menemukan foto-foto
cowok bernama Luke di kamar Ashley, Tristan mulai merasakan suatu perasaan yang
selama ini tidak pernah ia rasakan. Sebenarnya Tristan ingin menanyakan tentang
foto itu pada Ashley namun Tristan selalu saja mengurungkan niatnya itu dan
sedikit merasa takut.
Luke Flemmings. Tristan tentu tidak
mengenali siapa Luke Flemmings. Yang ia kenal adalah Luke Hemmings, bukan Luke
Flemmings, namun Tristan merasa ada sesuatu yang tidak terasa asing di foto
Luke Flemmings. Apakah Luke Flemmings adalah Luke Hemmings? Tapi tidak mungkin!
Meski Tristan tidak mengenali siapa Luke Flemmings, tetapi Tristan tau bahwa
Luke adalah seorang penyanyi terkenal dan sepertinya Ashley mengidolakan Luke.
Tidak mungkin Luke, saudaranya bisa menjadi seseorang yang terkenal. Tidak
mungkin!
Tapi bukankan tidak ada yang tidak
mungkin di dunia ini? Tristan masih hafal betul dengan wajah Luke di foto itu.
Wajah yang terlihat sudah tidak asing lagi. Mengapa hidupnya berubah menjadi
seperti ini? Belum lagi mimpinya yang aneh itu. Tantangan apa lagi yang Tuhan
beri padanya? Tristan sudah cukup lelah dengan tantangan dan cobaan yang
diberikan Tuhan sebelumnya, dan sekarang ditambah dengan masalah-masalah yang
dapat membuat pusing kepalanya.
Berpikir menggunakan logika saja.
Kejadian tiga belas tahun yang lalu sudah jelas-jelas memisahkan antara dirinya
dengan Ayah dan Luke dan keduanya sudah meninggal dilahap api. Jadi mustahil
jika mereka bangkit lagi. Luke sudah mati. Titik. Tidak peduli jika ada orang
yang mirip dengan Luke seperti Luke Flemmings. Tapi mengapa hatinya merasa
tidak tenang? Mengapa ia ingin sekali bertemu dengan Luke Flemmings?
“Tristan..”
Suara lembut seorang gadis
mengagetkannya. Novela. Gadis itu datang pada saat yang tidak tepat. Saat ini
mood Tristan sedang buruk dan Tristan malas bertemu dengan Novela. Sudah ia
katakan pada Novela supaya menjauhinya dan tidak usah dekat dengannya karena
Tristan tidak ingin kejadian beberapa hari yang lalu terulang lagi.
“Ada apa?” Tanya Tristan dengan
suara yang tidak ramah.
Novela terdiam sesaat dan rasanya
air matanya ingin tumpah. Baru saja ia menyapa Tristan dan Tristan malah
membalasnya dengan ucapan yang sedikit kasar. Tetapi Novela begitu kagum dengan
penampilan baru Tristan yang lebih rapi dibanding penampilan Tristan yang
sebelumnya dan itu membuat Novela semakin mengagumi pemuda itu.
Sudahlah. Hatinya sudah sakit dan
Novela tidak ingin hatinya bertambah sakit lagi karena sudah jelas Tristan
tidak menyukainya. Tristan tidak menyukainya dan tidak akan pernah menyukainya.
Sebisa mungkin Novela menyembunyikan wajah sedihnya dan memaksakan diri untuk
tersenyum.
“Ada yang ingin aku katakan padamu.”
Ucap Novela.
Tristan menatap Novela heran. “Apa?”
Tanyanya.
Sebelum menjawab, Novela berusaha
mengumpulkan seluruh tenaganya dan mencoba untuk tenang serta mengendalikan
kesedihannya. Setidaknya Tristan tau bagaimana perasaannya dan walau ditolak,
Novela berjanji untuk baik-baik saja.
“Aku.. Aku mencintaimu.” Jawab
Novela singkat lalu membalikkan badan dan meninggalkan Tristan yang sedang
mematung.
Kalimat yang teramat singkat tapi
mampu membuat tubuh Tristan membeku. Aku
mencintaimu. Drama. Semua ini hanyalah drama atau semua ini hanyalah sebuah
mimpi yang Tristan sendiri tidak mengetahui apakah mimpi indah atau buruk.
Novela. Mengapa gadis sempurna itu mengatakan kalimat itu pada seorang pemuda
miskin seperti dirinya? Atau telinganya yang sedang rusak?
Belum lagi masalah mimpi, Luke
terselesaikan dan masalah lain datang. Baginya, Novela adalah masalah dan
Tristan menertawakan dirinya sendiri. Menertawakan hidupnya yang selalu
dipenuhi banyak masalah. Sepertinya Tuhan sudah tidak menyayanginya lagi.
Rasanya Tristan ingin
mempelampiaskan semua perasaan yang dirasakannya ini.
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar