expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Selasa, 21 Juli 2015

Towers ( Part 10 )



Part 10

.

            Harus. Inilah keputusan finalnya. Novela sudah memutuskan bahwa ia akan menyatakan perasaannya pada Tristan. Selama ini ia hanya bisa mememdam perasaannya dan rasanya tentu sangat sakit. Tapi mungkinkan lebih sakit jika seandainya Tristan menolak perasaannya? Sudah dapat ditebak dari wajah Tristan yang menandakan bahwa Tristan sama sekali tidak tertarik padanya. Mungkin jika Novela berstatus sama seperti Tristan, sama-sama miskin dan suka dicemoh, kemungkinan Tristan juga menyimpan perasaan yang sama dengan apa yang dirasakannya.

            Ternyata masalah cinta itu adalah masalah yang rumit. Tapi bagaimana jika di dunia ini tidak ada cinta? Apa yang akan terjadi di dunia ini bila tidak ada cinta? Tentu dunia ini tidak akan bisa bertahan dan hari-harinya selalu dipenuhi dengan kesedihan dan kehampaan.

            Memang banyak yang menentang perasaannya pada Tristan. Terutama orang tuanya. Ibunya sangat membenci Tristan. Ya. Ibunya itu senang sekali mengejek orang miskin seperti Tristan dan rasanya Novela sangat membenci Ibunya. Tapi, bukankah namanya dosa jika seorang anak mengabaikan atau melawan keinginan orangtua? Novela terdiam sesaat sambil berpikir. Tapi itu namanya egois. Seharusnya orangtua bisa memahami perasaan anaknya dan Novela rasa dirinya sudah dewasa dan sudah boleh menentukan jalan hidupnya sendiri, dan pilihannya adalah Tristan, bukan lainnya.

            Rasanya memang sedikit aneh dan memalukan jika seorang gadis yang menyatakan perasaannya duluan pada cowok yang dia suka. Tapi Novela tidak peduli. Perasaan yang ia rasakan semakin kuat dan Novela sudah tidak bisa menahannya lagi.

            “Kau siap dengan segala konsekuensinya?” Tanya Phoebe.

            Novela kaget mendengar suara Phoebe. “Entahlah. Tapi rasanya aku belum siap menangis.” Jawabnya.

            Phoebe menepuk bahu Novela. “Teruslah berusaha jika itu yang diingkan hatimu. Jika Tristan menolak perasaanmu, mungkin dia bukan takdirmu. Masih banyak cowok lain yang harus kau lihat. Di hatimu tentu bukan hanya Tristan saja.” Ucapnya.

            Mendengar ucapan Phoebe, Novela menjadi sedih.  Mungkin dia bukan takdirmu. Tidak. Novela tidak ingin hal itu terjadi. Bisakah Tuhan berbaik hati padanya mengenai soal cinta ini? Percuma hidup kaya jika masalah cinta ditentang oleh Tuhan. Novela menarik nafas dalam-dalam. Setelah ini ia akan menemui Tristan.

            Setelah ini.

***

            Luke memang akan datang ke Australia dalam waktu yang dekat ini dan itu membuat Ashley bingung dan galau setengah mati. Bagaimana ini? Dalam hati kecilnya, ingin sekali Ashley menonton konser Luke walau sejujur-jujurnya Ashley tidak tau satupun lagu Luke. Benar apa yang dikatan Vee. Ia hanyalah seorang fake fan. Tapi bukan itu yang menjadi pikirannya. Ashley ingin melihat Luke secara langsung karena ingin memecahkan misteri yang belakang-belakangan ini menganggu pikirannya.

            Yaitu antara Luke dengan Tristan. Dulu, Luke adalah kakak kandungnya. Sayangnya Luke menghilang di balik dahsyatnya kobaran api bersama sang Ayah. Ashley sudah melupakan Luke dan mungkin tidak akan bisa mengingat nama itu lagi. Namun saat melihat seorang Luke Flemmings akibat kemenangan merebutkan lembaran itu dari Eleanor, ingatan Ashley tentang Luke kembali dan merasa aneh dengan sosok Luke Flemmings yang jelas-jelas namanya mirip dengan nama kakaknya.

            Ada sedikit harapan jika seandainya Luke Flemmings adalah Luke-nya yang dulu menghilang. Tapi bagaimana hal itu bisa terjadi? Mengapa Luke bisa sampai berada di Amerika sedangkan tempat asalnya dari Australia? Tapi mengapa si Luke Flemmings memutuskan untuk mengadakan konser mendadak di Australia?

            Atau si Luke Flemmings memang bukan Luke-nya karena di dunia ini banyak sekali orang yang mirip dengan kita. Menurut Ashley, Luke mirip dengan Tristan. Terutama dengan senyumannya dan cara bicaranya. Dan mereka sama-sama mempunyai lesung di pipi kanan. Ashley sudah lupa bagaimana cirri-ciri Luke kakaknya karena dulu ia masih sangat kecil. Jadi Ashley tidak bisa membandingkan antara Luke kakaknya pada saat kecil dengan Luke Flemmings.

            “Apa yang sedang kau pikirkan? Sedaritadi aku memerhatikanmu dan kau terlihat bingung.” Ucap Tristan.

            Ashley kaget mendapai Tristan yang sudah ada di sampingnya. Tristan. Ingin sekali Ashley membahas soal Luke pada Tristan karena kemarin Tristan mengatakan bahwa Luke masih hidup. Apa maksudnya ini? Tapi terus Tristan mengatakan bahwa ucapannya itu tidak benar dan Luke sudah mati.

            “Kak..” Ucap Ashley.

            “Hmmm..” Ucap Tristan.

            Entah mengapa jantung Ashley berdebar-debar. Akankan ia memberitahu soal ini pada Tristan? Atau setidaknya ia bisa tau apakah Tristan pernah melihat foto Luke di kamarnya. Tapi kalau ya, tentu Tristan akan bertanya tentang foto itu padanya dan ikut memecahkan misteri ini. Tristan.

            “Kakak tau kalau ada penyanyi Amerika yang akan datang kesini?” Tanya Ashley.

            Tristan menatap Ashley dengan heran. Sejak kapan Ashley peduli soal itu? Tiba-tiba keringat dingin keluar membahasi wajahnya. Tristan menjadi gemetaran. Rasanya, apa yang sudah dilihatnya itu bagaikan mimpi. Tristan ingat betul tentang foto itu yang membuatnya sembuh dari penyakitnya yang tidak berani menatap cermin dan melihat wajahnya sendiri.

            “Aku tidak peduli soal itu.” Jawab Tristan.

            Ashley menatap Tristan dengan serius. “Kak, jawab dengan jujur.” Ucapnya lalu diberi sela. “Apa kak Tris pernah masuk ke dalam kamar Ashley tanpa sepengetahuan Ashley?” Tanyanya.

            Keringat Tristan semakin banyak dan wajahnya menjadi pucat. Tiba-tiba Tristan merasakan pusing di kepalanya. Tidak. Semua ini tidak benar. Luke sudah mati dan Luke tidak akan bisa kembali meskipun hanya untuk menemuinya.

            “Aku tidak mengerti apa yang kau bicarakan.” Ucap Tristan lalu berdiri dan sepertinya akan meninggalkan Ashley. “Lupakan semuanya Ash. Kau terlihat aneh belakang-belakangan ini. Jadilah dirimu yang dulu dan jangan sampai beasiswa yang kau sandang hilang karena masalah itu.” Tambahnya.

***

            Luke memang sudah mengkonfirmasi tentang kedatangannya ke Australia dan fans-nya yang tinggal disana tentunya amat bahagia. Luke bersyukur ternyata di Australia ada banyak sekali fansnya. Luke sempat membaca mention-mention yang ia dapatkan dari fansnya dan Luke sudah berhubungan dengan akun twitter fanpage-nya di Australia dan tentu saja Luke merasa senang.

            Besok ia akan berangkat menuju Australia dan dua hari setelahnya ia akan mengadakan konser di Sydney. Tentu saja tiketnya dapat terjual habis dengan waktu yang singkat. Juga Luke sengaja memurahkan harga tiketnya. Awalnya Sony tentu menolak keinginan Luke untuk memurahkan harga tiketnya tetapi lagi-lagi Sony tidak bisa membantah Luke yang emang tidak bisa dikalahkan.

            Setelah meninggalnya Sara, Luke kembali ke rumah Sara dan tidak mau peduli dengan rumah mewah Sara. Banyak sekali wartawan yang berebutan untuk mewawancarainya tetapi Luke sengaja membuat dirinya malas berhadapan dengan para wartawan. Mungkin mereka mengira Luke itu sombong atau apa, tetapi Luke tidak peduli. Namun akibat dari perbuatannya itu, jadilah berita-berita tidak jelas mengenai dirinya yang berhubungan dengan Sara yang mengatakan bahwa ia adalah si pembunuh Sara dan ingin menguasai kekayaan Sara. Tentu saja Luke merasa kesal.

            Juga ada beberapa fans-nya yang kecewa padanya dan memutuskan untuk berhenti mengidolakannya hanya karena masalah Sara. Dasar fans yang tidak setia! Luke tentu tidak menginginkan memiliki banyak fans namun mereka tidak setia padanya. Luke hanya ingin memiliki fans yang walau sedikit tetapi amat setia padanya dan selalu mendukungnya apapun yang terjadi.

            Sekarang Luke berada di apartemennya sambil membereskan barang-barangnya. Besok adalah perjalanan yang cukup panjang. Luke akan terbang dari Amerika menuju Australia yang melewati laut yang sangat luas dan tentunya Luke akan bosan berada di pesawat yang terkadang membuatnya takut dan mual. Coba bayangkan duduk di pesawat selama berjam-jam lamanya dan ditemani rasa takut yang luar biasa. Sedangkan Tami yang selalu setia mengikutinya kemanapun ia pergi terlihat tenang-tenang saja meskipun mengalami guncangan yang seakan-akan menandakan bahwa pesawat yang dinaikinya akan jatuh.

            “Kematian sudah diatur oleh Tuhan. Kalau Tuhan menakdirkan kau mati bukan karena kecelakaan pesawat, ya tentu saja kau tidak akan mati di pesawat sekalipun pesawat yang kau tumpangi mau jatuh.” Ucap Tami dengan nada santainya.

            Kematian-lah yang paling ditakutinya. Luke tidak bisa membayangkan dirinya jika harus mati dalam waktu yang dekat ini dan membuat nangis fans-nya. Tentu saja Luke tidak ingin mati sebelum ia meraih semua impiannya dan meraih final di dalam hidupnya. Sekarang ini ia sudah sukses menjadi seorang penyanyi yang terkenal dan Luke akan berusaha untuk menjadi lebih baik lagi.

            Dan yang paling penting, Luke akan berusaha untuk mengembalikan ingatan masa kecilnya dan kalau bisa bertemu dengan keluarganya meski rasanya Luke begitu benci dengan orangtuanya yang sudah membuangnya. Tapi tentu Luke tidak mau berprasangka buruk. Siapa tau kan ia bisa diculik oleh Sara dan dibuat amnesia oleh Sara?

***

            Tristan. Pemuda itu berjalan tanpa arah bersamaan dengan seluruh perasaan yang tidak biasa. Sejak menemukan foto-foto cowok bernama Luke di kamar Ashley, Tristan mulai merasakan suatu perasaan yang selama ini tidak pernah ia rasakan. Sebenarnya Tristan ingin menanyakan tentang foto itu pada Ashley namun Tristan selalu saja mengurungkan niatnya itu dan sedikit merasa takut.

            Luke Flemmings. Tristan tentu tidak mengenali siapa Luke Flemmings. Yang ia kenal adalah Luke Hemmings, bukan Luke Flemmings, namun Tristan merasa ada sesuatu yang tidak terasa asing di foto Luke Flemmings. Apakah Luke Flemmings adalah Luke Hemmings? Tapi tidak mungkin! Meski Tristan tidak mengenali siapa Luke Flemmings, tetapi Tristan tau bahwa Luke adalah seorang penyanyi terkenal dan sepertinya Ashley mengidolakan Luke. Tidak mungkin Luke, saudaranya bisa menjadi seseorang yang terkenal. Tidak mungkin!

            Tapi bukankan tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini? Tristan masih hafal betul dengan wajah Luke di foto itu. Wajah yang terlihat sudah tidak asing lagi. Mengapa hidupnya berubah menjadi seperti ini? Belum lagi mimpinya yang aneh itu. Tantangan apa lagi yang Tuhan beri padanya? Tristan sudah cukup lelah dengan tantangan dan cobaan yang diberikan Tuhan sebelumnya, dan sekarang ditambah dengan masalah-masalah yang dapat membuat pusing kepalanya.

            Berpikir menggunakan logika saja. Kejadian tiga belas tahun yang lalu sudah jelas-jelas memisahkan antara dirinya dengan Ayah dan Luke dan keduanya sudah meninggal dilahap api. Jadi mustahil jika mereka bangkit lagi. Luke sudah mati. Titik. Tidak peduli jika ada orang yang mirip dengan Luke seperti Luke Flemmings. Tapi mengapa hatinya merasa tidak tenang? Mengapa ia ingin sekali bertemu dengan Luke Flemmings?

            “Tristan..”

            Suara lembut seorang gadis mengagetkannya. Novela. Gadis itu datang pada saat yang tidak tepat. Saat ini mood Tristan sedang buruk dan Tristan malas bertemu dengan Novela. Sudah ia katakan pada Novela supaya menjauhinya dan tidak usah dekat dengannya karena Tristan tidak ingin kejadian beberapa hari yang lalu terulang lagi.

            “Ada apa?” Tanya Tristan dengan suara yang tidak ramah.

            Novela terdiam sesaat dan rasanya air matanya ingin tumpah. Baru saja ia menyapa Tristan dan Tristan malah membalasnya dengan ucapan yang sedikit kasar. Tetapi Novela begitu kagum dengan penampilan baru Tristan yang lebih rapi dibanding penampilan Tristan yang sebelumnya dan itu membuat Novela semakin mengagumi pemuda itu.

            Sudahlah. Hatinya sudah sakit dan Novela tidak ingin hatinya bertambah sakit lagi karena sudah jelas Tristan tidak menyukainya. Tristan tidak menyukainya dan tidak akan pernah menyukainya. Sebisa mungkin Novela menyembunyikan wajah sedihnya dan memaksakan diri untuk tersenyum.

            “Ada yang ingin aku katakan padamu.” Ucap Novela.

            Tristan menatap Novela heran. “Apa?” Tanyanya.

            Sebelum menjawab, Novela berusaha mengumpulkan seluruh tenaganya dan mencoba untuk tenang serta mengendalikan kesedihannya. Setidaknya Tristan tau bagaimana perasaannya dan walau ditolak, Novela berjanji untuk baik-baik saja.

            “Aku.. Aku mencintaimu.” Jawab Novela singkat lalu membalikkan badan dan meninggalkan Tristan yang sedang mematung.

            Kalimat yang teramat singkat tapi mampu membuat tubuh Tristan membeku. Aku mencintaimu. Drama. Semua ini hanyalah drama atau semua ini hanyalah sebuah mimpi yang Tristan sendiri tidak mengetahui apakah mimpi indah atau buruk. Novela. Mengapa gadis sempurna itu mengatakan kalimat itu pada seorang pemuda miskin seperti dirinya? Atau telinganya yang sedang rusak?

            Belum lagi masalah mimpi, Luke terselesaikan dan masalah lain datang. Baginya, Novela adalah masalah dan Tristan menertawakan dirinya sendiri. Menertawakan hidupnya yang selalu dipenuhi banyak masalah. Sepertinya Tuhan sudah tidak menyayanginya lagi.

            Rasanya Tristan ingin mempelampiaskan semua perasaan yang dirasakannya ini.

***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar