Part 20
.
Perlahan, Luke membuka kelopak
matanya dan merasa tubuhnya begitu lemah. Bahkan menggerakkan tangannya saja ia
tidak sanggup. Sedang dimana ia sekarang? Luke mencium bau obat-obatan dan
tersadar bahwa ia berada di rumah sakit. Rumah sakit. Luke berusaha mengingat
hal terakhir sebelum ia berada di tempat ini.
Tiba-tiba tubuhnya bergemetar dan
sepertinya Luke telah menemukan sesuatu. Sesuatu yang berhubungan dengan masa
lalunya. Ya. Luke sudah ingat sekarang. Luke sudah ingat bagaimana masa lalunya
dan mengapa ia bisa amnesia. Namun Luke tidak bisa mengingat mengapa ia bisa
berada di rumah sakit dengan kondisi lemah seperti ini.
“Kak Luke?”
Suara itu… Luke memejamkan matanya
dan berharap suara itu adalah nyata. Kemudian Luke membuka matanya dan merasa
tangannya di genggam oleh seseorang. Luke menoleh ke arah samping kiri dan
mendapati Ashley yang sedang tersenyum ke arahnya. Ashley. Luke tau betul siapa
Ashley itu. Ashley adalah adik kandungnya yang telah ia lupakan. Seharusnya
Luke tidak melupakan Ashley dan keluarganya.
“Apa yang kak Luke rasakan?” Tanya
Ashley.
Sebisa mungkin Luke tersenyum. “Aku
baik-baik saja. Hanya saja tubuhku terasa lemah.” Jawabnya.
“Syukurlah. Kak Luke istirahat saja.
Disini Ashley akan menjaga kak Luke.” Ucap Ashley.
Tiba-tiba Luke teringat dengan
Tristan. Tristan yang adalah saudara kembarnya. Luke ingat betul dengan memori
masa lalunya. Disana, ia tampak bahagia bersama Tristan. Bermain bersama,
tertawa bersama, bahkan pernah melakukan hal konyol sehingga menganggu para
tetangga. Luke memang sangat dekat dengan Tristan seperti sesuatu yang tidak
bisa terpisahkan. Luke tersenyum mengingat semua itu. Masa lalu yang sangat
indah. Mengapa ia baru bisa mengingat sekarang?
Sekarang, dimana Tristan? Luke ingin
sekali bertemu Tristan dan ingin memeluk saudaranya itu. Sudah tiga belas tahun
ia terpisah oleh Tristan dan Luke rasa saat ini adalah waktu yang tepat untuk
melepas rasa rindunya pada Tristan.
“Dimana Tristan?” Tanya Luke.
Ashley tidak menjawab pertanyaan
Luke. Gadis itu terdiam dan entah apa yang ada di pikirannya. “Kak Tristan
baik-baik saja kok. Kak Luke tidak usah memikirkan kak Tristan.” Jawabnya.
“Tapi aku ingin bertemu Tristan.”
Ucap Luke.
“Ashley tau kok kak. Nanti kalau kak
Luke sembuh baru kita sama-sama menemui kak Tristan.” Ucap Ashley.
Luke percaya dengan apa yang
dikatakan Ashley. Ia harus bisa sembuh dan tidak sabaran bertemu dengan
Tristan. Luke sangat tidak sabar melihat dirinya yang lain dan pastinya akan
terasa aneh. Sekarang ia hanya bisa bersabar.
“Kapan aku bisa keluar dari rumah
sakit? Dimana Tami? Aku kena penyakit apa?” Tanya Luke.
Di saat Ashley bingung mau menjawab
apa, Tami datang memasuki kamar Luke sambil membawa sekeranjang buah-buahan.
Senyum Tami melebar tatkala melihat Luke yang sudah sadar. Berita baik. Dunia
tidak bersedih lagi. Sebentar lagi Luke akan kembali dan menjadi bintang yang
bersinar di atas sana.
“Wah jagoanku sudah sembuh.” Ucap
Tami.
“Hei! Apa yang sedang terjadi
padaku? Aku sakit apa?” Tanya Luke.
Tami tidak menjawab pertanyaan Luke.
Gadis itu malah melirik ke arah Ashley yang sedang kebingungan. Haruskah ia
berkata jujur pada Luke?
“Kak Luke hanya kelelahan saja.
Besok kak Luke boleh pulang.” Jawab Ashley akhirnya.
Tetapi Luke merasa baik Ashley dan
Tami sedang menyembunyikan sesuatu padanya.
***
“Aku sadar sekarang kalau aku tidak
bisa memaksa perasaan seseorang.” Ucap Albert.
Novela terdiam mendengar ucapan
Albert. Entah apa yang ada di pikiran gadis itu. Tapi sepertinya Albert akan
memutuskan ikatan antara keluarganya dengan keluarga Albert.
“Oke. Maafkan aku. Aku tau kau tidak
mencintaiku. Aku janji setelah ini meninggalkanmu.” Ucap Albert.
Dan benar saja. Setelah mengucapkan
kalimat itu, Albert meninggalkan Novela dan Novela seharusnya merasa senang
karena Albert sudah pergi dari kehidupannya. Seharusnya saat ini Novela
berteriak sekencang-kencangnya saking bahagianya.
Namun, gadis itu bukannya merasa
senang. Tetapi gadis itu menangis. Novela menangis dan merasa Tuhan sudah
sangat tidak adil padanya.
***
Inikah rumahnya?
Setelah dinyatakan sembuh dan boleh
pulang, Luke dengan diantar Ashley, Tami, Michael, Calum dan Ashton mendatangi
rumah Ashley yang mungkin dapat membuat Luke kaget. Benar saja. Luke tampak
kaget melihat rumah Ashley yang menurut Luke tidak cocok untuk di huni. Luke
sudah tidak amnesia lagi. Luke masih mengingat siapa dirinya. Dirinya adalah
sosok Luke yang banyak digemari oleh ribuan fans-nya bahkan jutaan. Luke yang
adalah seorang penyanyi muda yang sedang naik daun.
Bahkan Luke tidak melupakan tiga
temannya yang tidak lain adalah Calum, Michael dan Ashton. Luke masih ingat
akan janjinya untuk memilih bergabung di band Michael dan mereka akan menjadi
band yang terkenal. Luke janji setelah ini ia akan mengajak Calum, Michael dan
Ashton berkeliling dunia.
Tapi dimana Tristan? Luke tidak
sabaran bertemu dengan Tristan. Sedaritadi Luke menahan diri untuk tidak
menanyakan keberadaan Tristan. Kemudian, seorang wanita yang bagi Luke terlihat
sudah tidak asing lagi mucul dan mata wanita itu berkaca-kaca. Mama! Batin
Luke. Langsung saja Luke memeluk wanita itu dengan erat.
Liza begitu bahagia melihat Luke.
Luke yang selama ini ia kira sudah tiada. Ternyata Luke masih hidup dan pelukan
Luke terasa nyata. Cukup lama mereka berpelukan dan Luke melepaskan pelukannya.
“Luke.. Maafkan Luke. Luke yang
tidak sengaja membakar rumah kita. Luke yang membuat Ayah mati. Maafkan Luke.
Sekarang Luke ingat semuanya.” Ucap Luke sambil menahan tangisnya.
Sementara itu Liza menangis. “Tidak
apa-apa. Mama tidak peduli apapun yang sudah kau perbuat. Yang penting kita
sudah berkumpul disini.” Ucapnya.
“Tristan. Mana Tristan?” Tanya Luke.
Lagi-lagi semuanya terdiam dan
mematung. Luke menjadi gemas. Mengapa mereka tidak mau memberitahu dimana
keberadaan Tristan? Tapi Tristan baik-baik saja kan? Kemudian Luke melihat
Ashley yang menangis diikuti Tami, Calum, Michael, dan Ashton. Mengapa mereka
menangis? Apa yang terjadi dengan Tristan?
“Dimana Tristan?” Tanya Luke sekali
lagi.
Tidak ada jawaban. Hanya terdengar
suara tangisan yang mampu menyesakkan dada dan membuat hati perih. Mengapa
tidak ada yang menjawab pertanyaannya? Dimana sebenarnya Tristan?
“Tristan.. Dia..” Lirih Liza.
***
“Kenapa kalian tidak mau memberitahuku?
Kenapa?”
Setelah lama diam dan mengunci
mulutnya, akhirnya Luke berbicara juga. Entah apa yang dirasakannya. Tapi
sepertinya Luke merasa marah. Sedangkan lainnya hanya terdiam sambil menunduk.
Luke, cowok itu menunduk dan
bersimpuh sambil berusaha menahan air matanya. Luke tidak ingin air matanya
jatuh dan membasahi Tristan. Luke tidak ingin air matanya jatuh membasahi
gundukan tanah itu. Kenapa? Kenapa semuanya bisa terjadi?
“Biar aku yang menjelaskan semuanya
ke Luke..” Ucap suara seorang gadis yang tidak lain adalah Novela.
***
Tentu saja Mia, Ibu Novela kaget
akan kedatangan Luke. Setaunya, Luke adalah penyanyi terkenal dan banyak
digemari oleh jutaan fans. Baru pertama kali melihat Luke saja Mia sudah jatuh
cinta dengan Luke. Maksudnya bukan jatuh cinta seperti para remaja. Tapi jatuh
cinta akan sosok Luke yang terlihat begitu sempurna. Tapi diam-diam Mia
merasakan suatu keanehan dengan Luke. Seperti sudah tidak asing lagi dengan
wajah Luke.
“Ternyata kau anak orang kaya.” Ucap
Luke sambil melihat-lihat isi rumah Novela.
“Tampaknya kau sudah baikan.” Ucap
Novela.
Luke terdiam mendengar ucapan
Novela. Perasaannya pada Novela masih ia rasakan walau Luke tidak yakin apakah
yang ia rasakan adalah perasaan cinta. Tapi rasanya sangat bodoh untuk
memikirkan perasaan yang tidak jelas itu. Yang ada dipikirannya hanyalah
Tristan. Luke masih merasa tidak yakin dengan apa yang ia lihat dengan apa yang
telah terjadi hari ini. Mereka cuma bercanda kan membawanya ke sebuah pemakaman
dan menemukan batu nisan yang bertuliskan nama ‘Tristan Hemmings’?
“Maafkan aku. Tapi kau harus percaya
padaku.” Ucap Novela. Gadis itu mengajak Luke duduk di belakang rumahnya tepat
di pinggir kolam renang. “Tristan sudah meninggal.” Sambungnya.
Luke menatap Novela dan berharap
gadis itu sedang bercanda. Tidak mungkin Tristan meninggal. Tidak mungkin! Luke
sangat ingin bertemu dengan Tristan dan menambah ingatan masa lalunya bersama
saudara kembarnya yang sangat ia sayangi.
“Tidak. Aku masih tidak yakin. Kalian
semua sedang mempermainkanku!” Ucap Luke.
Sebisa mungkin Novela menahan
tangisnya. Tristan, satu-satunya cowok yang ia cintai tetapi harus
meninggalkannya. Tristan, itulah yang membuat Novela menangis berhari-hari dan
membuat bengkak matanya. Tentu saja Novela ingin sekali Tristan kembali dan
duduk di sampingnya. Tidak peduli apakah Tristan mencintainya atau tidak.
Asalkan Tristan masih ada dan Novela bisa melihat senyum manis Tristan.
Akhirnya Novela menangis. Melihat
hal itu, hati Luke merasa pedih dan juga ingin sekali menangis. Apa benar
Tristan sudah tiada? Mengapa Novela terlihat sesedih itu? Mengapa Tristan bisa
meninggal?
“Luk.. Aku tidak memaksamu untuk
mempercayai ucapanku. Tapi aku mengatakan sejujur-jujurnya.” Ucap Novela sambil
berusaha mengatur nafasnya. “Tristan sudah meninggal dan kau tidak akan pernah
bisa melihatnya.” Sambungnya.
“Tidak! Aku harus melihat Tristan!
Katakan dimana Tristan!” Ucap Luke. Kali ini Luke tidak bisa menahan air
matanya. Hatinya begitu sakit.
“Tristan sudah tiada Luk..” Jawab
Novela dengan suara yang lemas.
Tidak. Air mata itu tidak boleh
turun. Cepat-cepat Luke menghapus air matanya. Tetapi mengapa air matanya
begitu bandel? Kenapa ia mudah menangis seperti ini? Selama ini Luke
menyimpulkan bahwa seseorang yang mudah menangis adalah seseorang yang sangat
lemah. Dan ia adalah seseorang yang sangat lemah.
“Sewaktu kau koma, Tristan sangat
khawatir padamu. Kau terkena penyakit gagal ginjal dan ginjal kirimu sudah
tidak berfungsi. Ada beberapa orang yang ingin mendonorkan ginjalnya untukmu,
termasuk Calum, Ashton dan Michael. Tetapi tidak ada yang cocok. Juga karena
golongan darahmu langka, yaitu AB resesif. Bahkan Ibumu tidak bisa
mendonorkannya karena kau mewarisi golongan darah itu dari Ayahmu yang sudah
meninggal.
Seandainya kau bisa sadar, Tristan
sangat menyayangimu dan dia takut kehilanganmu. Setiap malam Tristan selalu
menjagamu dan menangis. Dia ingin kau sadar dan ingin kau dan dia tertawa
bersama dan mengingat masa lalu yang indah. Tristan tidak ingin kehilanganmu
untuk yang kedua kalinya.
Sampai akhirnya Tristan-lah yang
memutuskan untuk memberikan satu ginjalnya untukmu dan tentunya golongan darah
kalian sama. Usaha Tristan membuahkan hasil. Kau selamat Luk berkat ginjal
Tristan. Aku juga merasa senang. Tristan rela memberikan satu ginjalnya demi
masa depanmu dan Tristan sudah tidak peduli lagi dengan masa depannya. Di
pikiran Tristan hanyalah namamu Luk.
Tapi Tuhan seperti ingin mengambil
Tristan kembali. Proses pencangkokan ginjal itu berjalan lancar. Tristan sempat
sadar. Tetapi sayangnya Tristan mengalami pendarahan yang hebat dan jika tidak
cepat-cepat mendapat donor darah, Tristan akan mati. Aku panik itu. Tidak mudah
mencari golongan darah AB resesif dan pada akhirnya Tristan meninggal dengan
tenang sambil tersenyum.
Itulah kesedihan terbesarku dan aku
sangat membenci dengan takdir Tuhan. Luk, aku mencintai Tristan. Tristan adalah
satu-satunya lelaki yang aku cintai. Tapi dia sudah tiada Luk! Tristan sudah
tidak ada!”
Akankan Luke mempercayai ucapan
Novela? Tetapi hatinya merasa sakit. Sakit sekali. Dadanya terasa sesak dan
rasanya sulit untuk bernafas. Air mata itu masih turun dan mungkin saja semua
yang dikatakan Novela adalah benar.
Karena Luke merasa separuh jiwanya
hilang dan tidak akan kembali.
Kini menara itu sendiri. Menara itu
sendiri dan sudah tidak kembar lagi. Akankan menara itu sanggup menjalani hidup
dengan kesendirian?
***
Dua
tahun kemudian….
5 Seconds of Summer berhasil
mengeluarkan dua albumnya yang selalu menduduki peringkat nomor satu. Tidak
menyangka bukan. Seorang Luke yang egois dan suka menyendiri akhirnya
memutuskan untuk membentuk sebuah band bernama 5 Seconds of Summer. Tentu saja
itu lebih baik dari sebelumnya dan Luke merasa senang. Sekarang ia tidak lagi
sendiri. Ada tiga sahabatnya yang selalu membuatnya ceria.
“Aku tidak sabaran kembali ke tour
kita dan berkeliling dunia.” Ucap Calum.
“Aku juga! Dan sampai sekarang aku
tidak percaya kalau kita adalah satu band yang terkenal di seluruh dunia.” Ucap
Michael kemudian melirik ke arah Luke yang sedang asyik makan siang. “Thanks bro! Ini semua karena kau juga.
Kau menyelamatkan hidup kami.” Ucapnya sambil tersenyum.
Mendengar suara Michael, Luke langsung
memberhentikan makanannya. “Tidak. Bukan aku yang menyelamatkan kalian. Tetapi
kalian-lah yang menyelamatkanku.” Ucapnya.
Setelah ini mereka akan mengadakan
tour di Asia khususnya Asia Tenggara dan salah satu Negara yang masuk ke dalam
daftar tour mereka adalah Malaysia. Luke tersenyum. Setaunya di Malaysia ada
sebuah bangunan berupa menara kembar yang menjulang tinggi. Dua tahun bukanlah
waktu yang singkat. Terkadang Luke melupakan Tristan dan tertawa lepas bersama
teman-temannya.
Because
heartache doesn’t last forever and sometimes we say that we’ll fine.
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar