expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Selasa, 21 Juli 2015

Towers ( Part 20 )



Part 20

.

            Perlahan, Luke membuka kelopak matanya dan merasa tubuhnya begitu lemah. Bahkan menggerakkan tangannya saja ia tidak sanggup. Sedang dimana ia sekarang? Luke mencium bau obat-obatan dan tersadar bahwa ia berada di rumah sakit. Rumah sakit. Luke berusaha mengingat hal terakhir sebelum ia berada di tempat ini.

            Tiba-tiba tubuhnya bergemetar dan sepertinya Luke telah menemukan sesuatu. Sesuatu yang berhubungan dengan masa lalunya. Ya. Luke sudah ingat sekarang. Luke sudah ingat bagaimana masa lalunya dan mengapa ia bisa amnesia. Namun Luke tidak bisa mengingat mengapa ia bisa berada di rumah sakit dengan kondisi lemah seperti ini.

            “Kak Luke?”

            Suara itu… Luke memejamkan matanya dan berharap suara itu adalah nyata. Kemudian Luke membuka matanya dan merasa tangannya di genggam oleh seseorang. Luke menoleh ke arah samping kiri dan mendapati Ashley yang sedang tersenyum ke arahnya. Ashley. Luke tau betul siapa Ashley itu. Ashley adalah adik kandungnya yang telah ia lupakan. Seharusnya Luke tidak melupakan Ashley dan keluarganya.

            “Apa yang kak Luke rasakan?” Tanya Ashley.

            Sebisa mungkin Luke tersenyum. “Aku baik-baik saja. Hanya saja tubuhku terasa lemah.” Jawabnya.

            “Syukurlah. Kak Luke istirahat saja. Disini Ashley akan menjaga kak Luke.” Ucap Ashley.

            Tiba-tiba Luke teringat dengan Tristan. Tristan yang adalah saudara kembarnya. Luke ingat betul dengan memori masa lalunya. Disana, ia tampak bahagia bersama Tristan. Bermain bersama, tertawa bersama, bahkan pernah melakukan hal konyol sehingga menganggu para tetangga. Luke memang sangat dekat dengan Tristan seperti sesuatu yang tidak bisa terpisahkan. Luke tersenyum mengingat semua itu. Masa lalu yang sangat indah. Mengapa ia baru bisa mengingat sekarang?

            Sekarang, dimana Tristan? Luke ingin sekali bertemu Tristan dan ingin memeluk saudaranya itu. Sudah tiga belas tahun ia terpisah oleh Tristan dan Luke rasa saat ini adalah waktu yang tepat untuk melepas rasa rindunya pada Tristan.

            “Dimana Tristan?” Tanya Luke.

            Ashley tidak menjawab pertanyaan Luke. Gadis itu terdiam dan entah apa yang ada di pikirannya. “Kak Tristan baik-baik saja kok. Kak Luke tidak usah memikirkan kak Tristan.” Jawabnya.

            “Tapi aku ingin bertemu Tristan.” Ucap Luke.

            “Ashley tau kok kak. Nanti kalau kak Luke sembuh baru kita sama-sama menemui kak Tristan.” Ucap Ashley.

            Luke percaya dengan apa yang dikatakan Ashley. Ia harus bisa sembuh dan tidak sabaran bertemu dengan Tristan. Luke sangat tidak sabar melihat dirinya yang lain dan pastinya akan terasa aneh. Sekarang ia hanya bisa bersabar.

            “Kapan aku bisa keluar dari rumah sakit? Dimana Tami? Aku kena penyakit apa?” Tanya Luke.

            Di saat Ashley bingung mau menjawab apa, Tami datang memasuki kamar Luke sambil membawa sekeranjang buah-buahan. Senyum Tami melebar tatkala melihat Luke yang sudah sadar. Berita baik. Dunia tidak bersedih lagi. Sebentar lagi Luke akan kembali dan menjadi bintang yang bersinar di atas sana.

            “Wah jagoanku sudah sembuh.” Ucap Tami.

            “Hei! Apa yang sedang terjadi padaku? Aku sakit apa?” Tanya Luke.

            Tami tidak menjawab pertanyaan Luke. Gadis itu malah melirik ke arah Ashley yang sedang kebingungan. Haruskah ia berkata jujur pada Luke?

            “Kak Luke hanya kelelahan saja. Besok kak Luke boleh pulang.” Jawab Ashley akhirnya.

            Tetapi Luke merasa baik Ashley dan Tami sedang menyembunyikan sesuatu padanya.

***

            “Aku sadar sekarang kalau aku tidak bisa memaksa perasaan seseorang.” Ucap Albert.

            Novela terdiam mendengar ucapan Albert. Entah apa yang ada di pikiran gadis itu. Tapi sepertinya Albert akan memutuskan ikatan antara keluarganya dengan keluarga Albert.

            “Oke. Maafkan aku. Aku tau kau tidak mencintaiku. Aku janji setelah ini meninggalkanmu.” Ucap Albert.

            Dan benar saja. Setelah mengucapkan kalimat itu, Albert meninggalkan Novela dan Novela seharusnya merasa senang karena Albert sudah pergi dari kehidupannya. Seharusnya saat ini Novela berteriak sekencang-kencangnya saking bahagianya.

            Namun, gadis itu bukannya merasa senang. Tetapi gadis itu menangis. Novela menangis dan merasa Tuhan sudah sangat tidak adil padanya.

***

            Inikah rumahnya?

            Setelah dinyatakan sembuh dan boleh pulang, Luke dengan diantar Ashley, Tami, Michael, Calum dan Ashton mendatangi rumah Ashley yang mungkin dapat membuat Luke kaget. Benar saja. Luke tampak kaget melihat rumah Ashley yang menurut Luke tidak cocok untuk di huni. Luke sudah tidak amnesia lagi. Luke masih mengingat siapa dirinya. Dirinya adalah sosok Luke yang banyak digemari oleh ribuan fans-nya bahkan jutaan. Luke yang adalah seorang penyanyi muda yang sedang naik daun.

            Bahkan Luke tidak melupakan tiga temannya yang tidak lain adalah Calum, Michael dan Ashton. Luke masih ingat akan janjinya untuk memilih bergabung di band Michael dan mereka akan menjadi band yang terkenal. Luke janji setelah ini ia akan mengajak Calum, Michael dan Ashton berkeliling dunia.

            Tapi dimana Tristan? Luke tidak sabaran bertemu dengan Tristan. Sedaritadi Luke menahan diri untuk tidak menanyakan keberadaan Tristan. Kemudian, seorang wanita yang bagi Luke terlihat sudah tidak asing lagi mucul dan mata wanita itu berkaca-kaca. Mama! Batin Luke. Langsung saja Luke memeluk wanita itu dengan erat.

            Liza begitu bahagia melihat Luke. Luke yang selama ini ia kira sudah tiada. Ternyata Luke masih hidup dan pelukan Luke terasa nyata. Cukup lama mereka berpelukan dan Luke melepaskan pelukannya.

            “Luke.. Maafkan Luke. Luke yang tidak sengaja membakar rumah kita. Luke yang membuat Ayah mati. Maafkan Luke. Sekarang Luke ingat semuanya.” Ucap Luke sambil menahan tangisnya.

            Sementara itu Liza menangis. “Tidak apa-apa. Mama tidak peduli apapun yang sudah kau perbuat. Yang penting kita sudah berkumpul disini.” Ucapnya.

            “Tristan. Mana Tristan?” Tanya Luke.

            Lagi-lagi semuanya terdiam dan mematung. Luke menjadi gemas. Mengapa mereka tidak mau memberitahu dimana keberadaan Tristan? Tapi Tristan baik-baik saja kan? Kemudian Luke melihat Ashley yang menangis diikuti Tami, Calum, Michael, dan Ashton. Mengapa mereka menangis? Apa yang terjadi dengan Tristan?

            “Dimana Tristan?” Tanya Luke sekali lagi.

            Tidak ada jawaban. Hanya terdengar suara tangisan yang mampu menyesakkan dada dan membuat hati perih. Mengapa tidak ada yang menjawab pertanyaannya? Dimana sebenarnya Tristan?

            “Tristan.. Dia..” Lirih Liza.


***

            “Kenapa kalian tidak mau memberitahuku? Kenapa?”

            Setelah lama diam dan mengunci mulutnya, akhirnya Luke berbicara juga. Entah apa yang dirasakannya. Tapi sepertinya Luke merasa marah. Sedangkan lainnya hanya terdiam sambil menunduk.

            Luke, cowok itu menunduk dan bersimpuh sambil berusaha menahan air matanya. Luke tidak ingin air matanya jatuh dan membasahi Tristan. Luke tidak ingin air matanya jatuh membasahi gundukan tanah itu. Kenapa? Kenapa semuanya bisa terjadi?

            “Biar aku yang menjelaskan semuanya ke Luke..” Ucap suara seorang gadis yang tidak lain adalah Novela.

***

            Tentu saja Mia, Ibu Novela kaget akan kedatangan Luke. Setaunya, Luke adalah penyanyi terkenal dan banyak digemari oleh jutaan fans. Baru pertama kali melihat Luke saja Mia sudah jatuh cinta dengan Luke. Maksudnya bukan jatuh cinta seperti para remaja. Tapi jatuh cinta akan sosok Luke yang terlihat begitu sempurna. Tapi diam-diam Mia merasakan suatu keanehan dengan Luke. Seperti sudah tidak asing lagi dengan wajah Luke.

            “Ternyata kau anak orang kaya.” Ucap Luke sambil melihat-lihat isi rumah Novela.

            “Tampaknya kau sudah baikan.” Ucap Novela.

            Luke terdiam mendengar ucapan Novela. Perasaannya pada Novela masih ia rasakan walau Luke tidak yakin apakah yang ia rasakan adalah perasaan cinta. Tapi rasanya sangat bodoh untuk memikirkan perasaan yang tidak jelas itu. Yang ada dipikirannya hanyalah Tristan. Luke masih merasa tidak yakin dengan apa yang ia lihat dengan apa yang telah terjadi hari ini. Mereka cuma bercanda kan membawanya ke sebuah pemakaman dan menemukan batu nisan yang bertuliskan nama ‘Tristan Hemmings’?

            “Maafkan aku. Tapi kau harus percaya padaku.” Ucap Novela. Gadis itu mengajak Luke duduk di belakang rumahnya tepat di pinggir kolam renang. “Tristan sudah meninggal.” Sambungnya.

            Luke menatap Novela dan berharap gadis itu sedang bercanda. Tidak mungkin Tristan meninggal. Tidak mungkin! Luke sangat ingin bertemu dengan Tristan dan menambah ingatan masa lalunya bersama saudara kembarnya yang sangat ia sayangi.

            “Tidak. Aku masih tidak yakin. Kalian semua sedang mempermainkanku!” Ucap Luke.

            Sebisa mungkin Novela menahan tangisnya. Tristan, satu-satunya cowok yang ia cintai tetapi harus meninggalkannya. Tristan, itulah yang membuat Novela menangis berhari-hari dan membuat bengkak matanya. Tentu saja Novela ingin sekali Tristan kembali dan duduk di sampingnya. Tidak peduli apakah Tristan mencintainya atau tidak. Asalkan Tristan masih ada dan Novela bisa melihat senyum manis Tristan.

            Akhirnya Novela menangis. Melihat hal itu, hati Luke merasa pedih dan juga ingin sekali menangis. Apa benar Tristan sudah tiada? Mengapa Novela terlihat sesedih itu? Mengapa Tristan bisa meninggal?

            “Luk.. Aku tidak memaksamu untuk mempercayai ucapanku. Tapi aku mengatakan sejujur-jujurnya.” Ucap Novela sambil berusaha mengatur nafasnya. “Tristan sudah meninggal dan kau tidak akan pernah bisa melihatnya.” Sambungnya.

            “Tidak! Aku harus melihat Tristan! Katakan dimana Tristan!” Ucap Luke. Kali ini Luke tidak bisa menahan air matanya. Hatinya begitu sakit.

            “Tristan sudah tiada Luk..” Jawab Novela dengan suara yang lemas.

            Tidak. Air mata itu tidak boleh turun. Cepat-cepat Luke menghapus air matanya. Tetapi mengapa air matanya begitu bandel? Kenapa ia mudah menangis seperti ini? Selama ini Luke menyimpulkan bahwa seseorang yang mudah menangis adalah seseorang yang sangat lemah. Dan ia adalah seseorang yang sangat lemah.

            “Sewaktu kau koma, Tristan sangat khawatir padamu. Kau terkena penyakit gagal ginjal dan ginjal kirimu sudah tidak berfungsi. Ada beberapa orang yang ingin mendonorkan ginjalnya untukmu, termasuk Calum, Ashton dan Michael. Tetapi tidak ada yang cocok. Juga karena golongan darahmu langka, yaitu AB resesif. Bahkan Ibumu tidak bisa mendonorkannya karena kau mewarisi golongan darah itu dari Ayahmu yang sudah meninggal.

            Seandainya kau bisa sadar, Tristan sangat menyayangimu dan dia takut kehilanganmu. Setiap malam Tristan selalu menjagamu dan menangis. Dia ingin kau sadar dan ingin kau dan dia tertawa bersama dan mengingat masa lalu yang indah. Tristan tidak ingin kehilanganmu untuk yang kedua kalinya.

            Sampai akhirnya Tristan-lah yang memutuskan untuk memberikan satu ginjalnya untukmu dan tentunya golongan darah kalian sama. Usaha Tristan membuahkan hasil. Kau selamat Luk berkat ginjal Tristan. Aku juga merasa senang. Tristan rela memberikan satu ginjalnya demi masa depanmu dan Tristan sudah tidak peduli lagi dengan masa depannya. Di pikiran Tristan hanyalah namamu Luk.

            Tapi Tuhan seperti ingin mengambil Tristan kembali. Proses pencangkokan ginjal itu berjalan lancar. Tristan sempat sadar. Tetapi sayangnya Tristan mengalami pendarahan yang hebat dan jika tidak cepat-cepat mendapat donor darah, Tristan akan mati. Aku panik itu. Tidak mudah mencari golongan darah AB resesif dan pada akhirnya Tristan meninggal dengan tenang sambil tersenyum.

            Itulah kesedihan terbesarku dan aku sangat membenci dengan takdir Tuhan. Luk, aku mencintai Tristan. Tristan adalah satu-satunya lelaki yang aku cintai. Tapi dia sudah tiada Luk! Tristan sudah tidak ada!”

            Akankan Luke mempercayai ucapan Novela? Tetapi hatinya merasa sakit. Sakit sekali. Dadanya terasa sesak dan rasanya sulit untuk bernafas. Air mata itu masih turun dan mungkin saja semua yang dikatakan Novela adalah benar.

            Karena Luke merasa separuh jiwanya hilang dan tidak akan kembali.

            Kini menara itu sendiri. Menara itu sendiri dan sudah tidak kembar lagi. Akankan menara itu sanggup menjalani hidup dengan kesendirian?

***

            Dua tahun kemudian….

            5 Seconds of Summer berhasil mengeluarkan dua albumnya yang selalu menduduki peringkat nomor satu. Tidak menyangka bukan. Seorang Luke yang egois dan suka menyendiri akhirnya memutuskan untuk membentuk sebuah band bernama 5 Seconds of Summer. Tentu saja itu lebih baik dari sebelumnya dan Luke merasa senang. Sekarang ia tidak lagi sendiri. Ada tiga sahabatnya yang selalu membuatnya ceria.

            “Aku tidak sabaran kembali ke tour kita dan berkeliling dunia.” Ucap Calum.

            “Aku juga! Dan sampai sekarang aku tidak percaya kalau kita adalah satu band yang terkenal di seluruh dunia.” Ucap Michael kemudian melirik ke arah Luke yang sedang asyik makan siang. “Thanks bro! Ini semua karena kau juga. Kau menyelamatkan hidup kami.” Ucapnya sambil tersenyum.

            Mendengar suara Michael, Luke langsung memberhentikan makanannya. “Tidak. Bukan aku yang menyelamatkan kalian. Tetapi kalian-lah yang menyelamatkanku.” Ucapnya.

            Setelah ini mereka akan mengadakan tour di Asia khususnya Asia Tenggara dan salah satu Negara yang masuk ke dalam daftar tour mereka adalah Malaysia. Luke tersenyum. Setaunya di Malaysia ada sebuah bangunan berupa menara kembar yang menjulang tinggi. Dua tahun bukanlah waktu yang singkat. Terkadang Luke melupakan Tristan dan tertawa lepas bersama teman-temannya.

            Because heartache doesn’t last forever and sometimes we say that we’ll fine.

***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar