expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Selasa, 21 Juli 2015

Towers ( Part 1 )



Part 1

.

            “Lukey! Lukey! Lukey!!”

            Entah mengapa para penonton yang kebanyakan gadis itu berteriak tanpa henti melihat penampilan sang idolanya bernyanyi di panggung dengan gitar biru kerennya. Siapa yang tidak mengenali Luke Flemmings? Sang bintang baru yang akhir-akhir ini menjadi idola bagi pecinta musik. Bukan hanya di Amerika saja. Bahkan di Eropa sampai kedengaran ketenaran seorang penyanyi muda bernama Luke.

            Luke. Cowok delapan belas belas tahun itu juga tidak menyangka bisa cepat terkenal seperti ini dan kini sedang mengadakan tour pertamanya. Album pertama yang berjudul L U K E telah sukses terjual dengan jumlah copy terbanyak. Awalnya, Luke iseng meng-upload lagu ciptaannya di youtube. Lalu tiba-tiba saja ia ditawarin untuk bekerja sama dengan Sony yang adalah salah seorang studio musik terkenal di Los Angeles. Tentu saja Luke tidak menolak kesempatan besar itu.

            Dan kini. Luke membuktikan pada dunia bahwa ia bisa melakukannya. Luke sukses membuat mabuk para penonton dengan penampilannya. Luke memang unik. Seharusnya ia cocok bergabung di band namun Luke menolak. Awalnya Sony mengajak Luke bergabung di band Nevada tetapi Luke menolak. Sepertinya cowok itu ingin sendiri. Memang sifatnya penyendiri dan tidak suka bergaul.

            “Luke oh my God! Lukey!!!”

            Ketika selesai menyanyikan satu buah lagu yang nadanya slow karena lagu-lagu di albumnya kebanyakan pop-rock, semua penonton bertepuk tangan sambil menangis. Menangis mendengar lagu yang dibawa Luke. Di tambah lagi suara Luke yang sangat-sangat bagus dan dapat membuat hati mereka tersentuh walau hanya sekali dengar.

            Panggung berubah menjadi gelap. Sudah sejama Luke memperlihatkan aktrasinya di panggung dan ini adalah lagu terakhirnya. Area konser itu seketika terdiam dan deg-degkan.  Ada juga yang masih sedih karena ini adalah lagu terakhir. Mereka berharap Luke akan terus menyanyi, menyanyi dan menyanyi.

            Kemudian lampu menyala. Semua penonton berteriak melihat Luke kembali dan bersiap menyanyikan lagu terakhir. Sebelumnya, Luke berbicara sedikit sambil mengucapkan terimakasih dengan konser pertamanya ini.

            Thankyou for everyone who comes to my show. It will be the best night ever I had. Thankyou.” Ucap Luke.

            Teriakan para penonton semakin keras tatkala melihat Luke memainkan gitarnya dengan style-nya yang memukau semua penonton. Terlebih ketika Luke berjalan mendekat ke arah mereka. Keberuntungan bagi para penonton yang duduk paling depan sehingga bisa melihat wajah Luke dengan jelas.

            Akhirnya, konser itu berakhir dengan teriakan dan tangisan para penonton. Tidak sia-sia mereka menonton konser Luke. Tidak sia-sia mereka mengorbankan uang yang tidak sedikit dan izin orang tua. Tidak semua fans Luke menjadi fans yang beruntung seperti mereka yang bisa menonton konser Luke. Namun jangan salahkan juga jika ada fake fans yang seenaknya menonton tapi tidak menyukai Luke atau tidak hafal lagu-lagu Luke.

            Intinya, malam ini begitu sempurna dan malam terbaik bagi Luke. Seperti apa yang dikatakan Luke. Ya. Luke telah menemukan hidupnya yang sebenarnya.

***

            You were very amazing! Penampilanmu mampu memukau banyak penonton. Kau sedang berada di puncaknya sekarang.” Ucap Tami yang adalah asisten manager Luke sekaligus orang terdekat Luke yang sudah Luke anggap sebagai kakaknya sendiri.

            Luke tersenyum sambil mengelap wajahnya yang dipenuhi keringat. Konser tadi banyak menguras tenaganya dan badannya terasa remuk. Juga tenggorokannya sakit. Mungkin karena ia belum terbiasa dengan semua ini.

            “Aku ingin istirahat.” Ucap Luke.

            Langsung saja Tami menarik tangan Luke yang ingin masuk ke kamarnya. “Waktu istirahat hanya sepuluh menit setelah itu ada talk show dan wawancara. Jangan lama-lama!” Ucapnya.

            Luke melengos. Padahal ia ingin sekali tidur di atas kasur yang empuk sambil membuka twitter dan membaca mention dari fansnya. Sadar. Sekarang sudah jam sepuluh malam. Tetapi Luke professional dan tidak ingin membuat Tami marah.

            “Oke.” Ucap Luke singkat.

***

            How did we end up talking in the first place? You said you liked my Cobain shirt..”

            Entah berapa lama ponelnya berdering tetapi Luke masih saja asyik dengan mimpinya. Cowok itu benar-benar sangat lelah dan baru bisa tidur jam satu pagi. Tapi akhirnya Luke terbangun dan melihat siapa yang menelponnya. Langsung saja Luke me-reject dan mematikan ponselnya. Wanita itu. Luke sudah sangat muak dengan wanita itu.

            Luke melihat jam di dinding kamarnya. Pukul sepuluh pagi dan Luke belum sarapan. Untunglah ada beberapa makanan di kamarnya dan Luke langsung melahapnya sampai habis. Setelah itu Luke mandi agar tubuhnya terasa segar.

            “…penampilan seorang penyanyi cowok berumur delapan belas tahun bernama Luke Flemmings telah menarik perhatian dunia musik internasional. Penyanyi muda yang berasal dari Amerika Serikat itu telah sukses dengan konser kemarin. Tak heran banyak teriakan-teriakan para penonton di malam itu. Setelah meliris album pertamanya yang bertitel L U K E dan single pertamanya yang berjudul End Up Here, Luke…”

            Baru saja Luke menyetel TV disana langsung ada berita tentangnya. Luke tersenyum puas. Inilah hidupnya yang sebenarnya. Bebas dan tidak ada yang melarangnya. Termasuk wanita itu. Wanita yang baginya begitu kejam dan baik padanya di saat waktu tertentu saja. Meski wanita itu-lah yang mengajarkannya tentang musik, Luke tetap membenci wanita itu. Apa bisa wanita itu dianggap sebagai seorang Ibu jika tidak pernah merawatnya dan selalu sibuk dengan pekerjaannya?

            Panggil saja Sara. Si wanita super sibuk yang Luke tidak tau apa pekerjaannya yang sebenarnya. Selama ini Luke dirawat oleh pembantu Sara yang bernama Margaret. Seorang wanita lembut yang sangat pengertian padanya. Luke juga menyayangi Margaret. Bahkan Margaret lebih baik dibanding Sara.

            Ayahnya sudah lama meninggal. Itu kata Sara. Tapi Luke tidak yakin. Jangan-jangan ia anak haram lagi karena Luke sama sekali tidak menemukan kemiripan antara dirinya dengan Sara. Tidak sedikitpun. Karena selama ini Luke merasa tidak memiliki seorang Ibu, hal itu sangat memengarhui tingkah lakunya. Luke berbeda dengan anak-anak lainnya. Luke selalu cemburu melihat teman-temannya yang mendapat kasih sayang dari seorang Ibu. Meski ada Margaret, tetap saja Luke cemburu.

            Masa kecil Luke begitu suram. Luke tidak suka bergaul dengan anak-anak lain dan lebih suka bermain sendiri di rumah. Oke. Sara adalah wanita janda yang sangat kaya dan mau memberikan apa saja untuk Luke. Memiliki rumah yang mewah dan banyak penjaga disana. Tapi, apa artinya hidup dengan kekayaan, harta, dan rumah mewah tanpa kasih sayang orang tua?

            Musik-lah yang menyelamatkannya. Luke mengenal musik sejak berusia sepuluh tahun. Di mulai dari menemukan ruang musik milik Sara dan Luke kecil sangat suka berada di ruang musik itu. Sampai sekarang. Ya. Luke berbakat di bidang musik. Suaranya sangat bagus dan Luke pandai memainkan berbagai alat musik terutama gitar.

            Itulah yang membedakan Luke dengan penyanyi solo lainnya. Setiap kali manggung, Luke selalu membawa gitarnya. Luke pikir itu lebih baik karena itu keputusannya. Luke sangat membenci dance dan tidak suka jika ada penyanyi lain atau para dancers ikut tampil di panggungnya. Itu atas dasar permintaan Luke sendiri. Luke memang keras kepala dan tidak mau mengalah. Segala keinginannya harus dipenuhi. Karena Luke sangat berbakat dan sangat susah mencari orang seperti Luke, Sony selalu menuruti apa kata Luke dan selalu memanjakan Luke.

            Itu semua karena masa kecilnya yang suram. Sekali lagi, Luke berbeda dari lainnya. Luke tidak suka bergaul, berkelompok, bergaul, dan terkesan sombong. Tetapi Luke selalu ramah tehadap fansnya. Bagi Luke, tanpa adanya fans tentu Luke tidak akan bisa menjadi seperti ini. Diam-diam Luke sudah menemukan keluarga barunya. Yaitu Lukers yang adalah nama dari fans-nya.

            Namun, terkadang Luke merasa aneh dengan dirinya sendiri. Sebenarnya, siapa dia? Apakah benar Sara adalah Ibu kandungnya? Luke merasa dirinya telah lama dibuang dan dilupakan. Dan Luke merasa ada sebagian dari dirinya yang menghilang. Entah itu siapa.

***

            Hari ini Luke free. Luke ingin merasakan kebebasan. Semenjak namanya terkenal dan diidolakan banyak gadis, Luke merasa sudah tidak aman lagi. Jika sedikit saja ia dilihat oleh para fansnya, mereka semua akan berteriak dan berburu meminta foto dan tanda tangannya. Itulah kehidupannya dan Luke merasa senang dengan semua itu. Ia tidak menyesali dengan apa yang telah terjadi.

            Setidaknya Luke bisa mencari uang sendiri. Selama ini ia selalu dimanjakan oleh Sara. Kali ini Luke harus mencari uang sendiri. Kalaupun bisa menggantikan uang yang pernah Sara beri padanya meski rasanya mustahil. Luke merasa dirinya sudah dewasa dan bisa mencari uang sendiri. Dengan bantuan Sony, Luke kini bisa menjadi seorang penyanyi terkenal yang album pertamanya berada di tangga paling atas mengalahkan penyanyi lain. Luke cukup senang dengan semua itu.

            Tentu saja dengan kaca mata hitamnya dan topi kupluknya, Luke keluar dari apartemen dengan santai. Sebenarnya itu bukan penyamaran karena Luke sering menggunakan penampilan seperti itu.

            “Kau mau kemana?” Tanya Tami.

            “Aku mau keluar sebentar.” Jawab Luke.

            “Hati-hati. Fans fanatikmu banyak sekali diluar. Aku takut kalau kau mati dibuat mereka.” Ucap Tami sambil bercanda.

            Tami-lah yang menceriakan hari-harinya dengan ocehannya yang aneh namun terdengar lucu. Tami berusia tiga puluh empat tahun. Mungkin Tami satu-satunya gadis yang dekat dengannya karena selama ini Luke belum pernah dekat dengan cewek manapun. Mungkin banyak gosip yang beredar kalau ia dekat sama si A, si B, atau si C, namun Luke selalu membantah gosip itu. Luke tidak akan mau pacaran, selain itu ia tidak mau membuat hati fans-nya sakit karena Luke sayang banget sama fans-nya.

            “Tadi Mama-mu menelponku. Katanya dia ingin bertemu denganmu.” Ucap Tami.

            Mendengar kata ‘Mama’, Luke menjadi sedikit panas. Mama. Hah! “Wanita itu bukan Ibuku. Jangan sebut Sara adalah Ibuku.” Ucap Luke.

            Tami menatap Luke dengan heran. “Luk, bagaimanapun juga, Sara adalah Ibumu dan kau harus menghormatinya. Kasihan dia. Sara sangat merindukanmu.” Ucapnya.

            “Ibu? Apa wanita itu bisa ku sebut Ibu? Sara tidak pernah menunjukkan rasa keibuannya. Ia jarang menemuiku. Sara seperti tak menganggapku karena sibuk dengan pekerjaannya. Karena itulah masa kecilku suram dan aku iri dengan teman-temanku yang mempunyai Ibu yang sangat menyayangi mereka.” Ucap Luke.

            “Pasti Sara melakukan semua itu karena suatu alasan.” Ucap Tami.

            “Alasan? Alasan karena Sara tidak suka akan kehadiranku di muka bumi ini?” Tanya Luke lalu pergi meninggalkan Tami.

            Tami menggeleng-gelengkan kepala melihat sikap Luke. Luke memang anak yang keras kepala dan teguh pendirian. Luke berbeda dengan anak-anak lain yang seusianya. Tami sudah tau bagaimana kisah hidup Luke dan siapa Sara itu. Sara memang bukanlah figure seorang Ibu yang baik. Pantas saja Luke menjadi seperti itu. Tapi Luke harus bersyukur karena Luke terlihat begitu sempurna. Tubuh tinggi, cakep, keren, manis, punya lesung pipit yang indah, pintar nyanyi, jago main gitar dan lain-lain. Kurang apa coba Luke?

            Sementara itu Luke tidak sengaja melihat gerombolan gadis yang tidak lain adalah fansya. Luke tersenyum sambil melambaikan tangannya. Tentu saja gadis-gadis itu berteriak heboh karena bisa melihat langsung idola mereka. Namun sayangnya mereka tidak bisa mendekati Luke karena tentunya Luke dijaga ketat oleh bodyguardnya.

            Terkadang menjadi orang yang terkenal itu susah ya?

***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar