expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Sabtu, 24 Agustus 2013

Please, Don't Forget Me! ( Part 30 )

Part 30

.

.

.

“Dea.. Hallo..” Kata suara itu.

“RIOOO...” Teriak Dea.

Dea berlari dan langsung memeluk Rio. Tuhan... Terimakasih karena telah mengirim Rio kemari. Ia yakin, dua jam ini adalah waktu yang cukup untuk mengembalikan ingatan Rio. Meskipun menurutnya sangat mustahil.

“Ada apa De?” Tanya Rio kebingungan. Dea melepas pelukannya dan mulai berbicara serius.

“Sebelumnya, makasih banyak karena Rio datang. Dea senang sekali.” Kata Dea. Rio tersenyum.

“Sebenarnya ada apa sih De?” Tanya Rio.

Sebelum menceritakan yang sebenarnya, Dea menarik nafas dalam-dalam, lalu mengeluarkannya. Tuhan.. Ini permintaan terakhirku. Aku ingin ingatan Rio kembali.

“Yo, kamu harus tau yang sebenarnya. Kamu tau kan Ify?” Kata Dea.

“Ify? Gadis yang sering menangis itu?”

“Iya. Dia akan menikah hari ini.”

Dea berusaha menebak reaksi Rio. Ia berharap, Rio sedikit kaget agar ingatan Rio pulih kembali. Dea yakin, Rio pasti dapat mengingat masa lalunya bersama Ify.

“Menikah? Baguslah. Aku ingin kita cepat-cepat menikah seperti mereka.” Kata Rio.

Jawaban yang sama sekali tidak memberikan bantuan. Ingatan Rio belum kembali. Dan, apa yang harus ia lakukan agar ingatan Rio kembali? Menyuruh preman-preman itu menghajar Rio lagi?

“Yo, kamu harus tau. Sebenarnya aku.. Sebenarnya aku..”

“Sebenarnya apa? Kamu mau kan nikah sama aku?” Potong Rio.

“Bukan itu. Bukan. Sebenarnya, aku yang telah membuatmu seperti ini. Aku yang membuatmu amnesia agar kamu tidak ingat apa-apa lagi, dan agar kamu tidak ingat Ify lagi.”

Rio sedikit terenyak mendengar penjelasan Dea. Tidak mungkin! Tidak mungkin Dea yang membuatnya amnesia. Tidak! Dea adalah gadis yang sangat ia cintai. Tidak mungkin Dea yang melakukan itu.

“Kamu pasti tidak percaya. Tapi inilah kenyataannya. Dulu, kamu adalah kekasih Ify. Kamu sangat mencintai Ify dan membenciku karena aku iri lihat kamu bahagia sama Ify. Akhirnya, aku yang menyuruh preman-preman itu untuk menghajarmu. Kamu percaya kan ama omonganku?”

Percaya atau tidak? Jawabannya tidak tau. Tapi, penjelasan Dea tadi menurutnya benar. Dea tidak mungkin menceritakan kejadian bohongan. Tapi kata Dea tadi, ia adalah kekasih Ify. Yang benar saja. Kalau itu sih ia nggak percaya.

“Yo.. Maafin aku yang sudah membuatmu menjadi seperti ini. Sekarang, kamu bukan lagi kekasih Dea. Kamu adalah kekasih Ify. Ayo Yo, ingatlah masa lalumu bersama Ify.”

Masa lalu? Bukannya ia dilarang dokter untuk mengingat masa lalu? Tapi Rio penasaran juga. Ify.. Apakah dulu ia adalah kekasih Ify? Tapi, saat ia bertemu Ify, ia merasakan suatu kebahagiaan walau sedikit dan perasaan tenang dan nyaman. Rio ingat danau itu. Danau yang tidak asing dimatanya.

“Kamu ingat kan Yo? Ingat? Ify adalah kekasihmu dan sekarang dia mau menikah. Kamu harus melakukan apa yang harus kamu lakukan sekarang. Ayo lakukanlah! Demi cintamu pada Ify!” Desak Dea.

“Melakukan apa?” Tanya Rio.

“Batalkan pernikahan itu dan kamu akan menjadi kekasih Ify selamanya.” Jawab Dea.

Wajah Rio tampak kebingungan. Tuhan.. Apa aku terlalu cepat menjelaskan pada Rio? Tapi, waktunya tidak banyak. Tuhan... Hanya Engkau satu-satunya yang bisa membantuku.

“Dea, kamu yakin Rio dulunya adalah kekasih Ify?” Tanya Rio akhirnya.

“Iya Yo.” Jawab Dea. Berharap Rio kembali mengingat masa lalunya.

“Ify sih pernah bilang begitu. Katanya, aku adalah kekasihnya. Tapi, apa benar De? Apa benar aku adalah kekasih Ify?”

“Iya Rio... Makanya, segera temui Ify dan batalkan pernikahan itu agar kamu tak menyesal seumur hidup!”

Jadi, arti menyesal seumur hidup ada hubungannya dengan Ify? Rio tidak yakin membatalkan pernikahan itu.

“Maaf De, Rio nggak bisa. Kalo Ify memang kekasih Rio, biarkan saja. Anggap saja Ify itu mantan Rio. Beres kan?” Kata Rio.

“Tapi Yo, kamu masih mencintai Ify. Sampai detik ini. Pokoknya kamu harus membatalkan pernikahan itu!” Kata Dea sedikit membentak.

“Rio nggak bisa De, Rio nggak mencintai Ify, yang Rio cintai hanyalah kamu..”

Sial! Rio tidak mau menuruti perkataannya. Lantas, apa yang harus ia lakukan? Perkataan dan penjelasan saja tidaklah cukup. Harus pakai cara lain.

***

Sekali lagi, sebagai pemantapan hatinya, Ify mencoba tersenyum. Pernikahan itu akan dilakukan kira-kira sejam lagi. Dan ia resmi menjadi istri Gabriel. Lokasi pernikahan itu agak jauh dari rumahnya. Gabriel yang menentukan lokasi itu.

Tuhan... Tinggal sejam lagi ia memiliki seorang suami yang jujur saja tidak dicintainya. Rio.. Bayangan cowok itu mengkelebat dipikirannya. Mengapa tidak kamu saja Yo? Ah Fy, buang-buang. Pernikahan itu tidak akan ia batalkan. Walau badai menghadang, ia tetap melanjutkan pernikahan itu. C’mon Fy! Kamu harus semangat! Kamu pasti bisa mencintai Gabriel. Sama seperti dulu. Gabriel kan cinta pertamamu? Ya kan?

Satu lagi yang ia lupakan. Wajahnya. Seharusnya ia memasang tampang bahagia, bukan sendi kayak sekarang ini. Ntar semua orang mencurigainya lagi. Ify pun berusaha menghilangkan wajah sendunya dan memasang wajah bahagia. Meskipun hasilnya sedikit, yang penting ia dapat melakukan perubahan. Terutama matanya. Mata itu tidak boleh terlihat seperti habis menangis.

“Ify..” Kata Mama.

“Ya Ma?”

“Kamu sudah siap? Kalo sudah ayo kita berangkat.” Kata Mama.

Oke. Bersiap-siaplah Fy menuju masa depanmu. Kamu harus menghadapinya dengan penuh ketegaran. Ingat, kamu sudah berjanji untuk tidak menangis lagi.

“Mmm Ma, apa wajah Ify keliatan sedih?” Tanya Ify.

“Enggak kok sayang, hanya saja kamu punya suatu masalah yang belum kamu selesaikan. Benar tidak?”

“Ng.. Nggak kok. Ya udah, kita berangkat.”

***

Beberapa menit kemudian, Dea kembali ke ruang tamu, tempat Rio menunggu. Di tangannya ada laptop dan flashdisk. Lalu ia duduk disamping Rio. Dipikirannya, semoga dengan cara ini Rio dapat mengingat kembali masa lalunya. Semoga. Waktu tinggal sejam lagi.

“Ada apa De?” Tanya Rio.

Setelah laptop itu menyala, Dea menancapkan flashdisk itu. Tuhan.. Semoga flashdisk ini masih berfungi. Kalau tidak, Rio tak akan pernah mengingat semuanya. Hanya flasdisk itu satu-satunya harapan.

Yeah! Flashdisk itu bisa dibuka. Padahal flashdisk itu pernah ia ‘siksa’ dengan ganas. Ajaib, dan flashdisk itu masih berfungsi. Lalu ia membuka folder yang berjudul ‘Ify And I’. ‘I’ yang dimaksud itu adalah Rio.

“Coba buka folder itu.” Suruh Dea.

Rio menuruti permintaan Dea. Ia mengeklik folder itu dua kali. Menurutnya, isi dalam folder itu tidak menarik. Hanya ada beberapa foto yang tidak berarti.

“Cuman ini saja?” Tanya Rio.

Dea memerhatikan layar laptop itu. “Ohya, coba kamu buka ‘Sweet Moment’ itu. Disana banyak sekali masa lalumu yang sudah kamu lupakan.”

Lagi-lagi Rio menurut. Saat ia berhasil membuka folder itu dan menemukan ratusan foto-foto itu, kepalanya menjadi pusing. Tau hal itu, Dea menjadi serba salah.

“Foto itu.. Danau.. Ify..” Kata Rio.

“Kamu nggak papa kan Yo?” Tanya Dea.

Kembali Rio melihat ratusan foto itu. Mulai dari awal sampai akhir. Dan ia tak sengaja menemukan sebuah video. Video yang tidak asing lagi baginya.

***

Pantai Kuta, Bali. Liburan semester ini mereka habiskan berlibur ke pulau dewata itu. Bosan juga mengunjungi tempat-tempat wisata selain pantai. Karena itulah, Rio mengajak Ify berlibur ke Bali. Tentu Ify tidak bisa menolak.

Di pantai, Ify mengedarkan pandangannya. Entah kapan terakhir kali ia mengunjungi pantai. Ify tidak ingat. Ia menginjakkan kakinya di atas pasir putih yang lumayan panas. Rio mengajaknya berlari ke tepi lautan.

“Ayo Fy! Kejar Rio kalo bisa!” Seru Rio.

Jadilah mereka melakukan aksi kejar mengejar. Wajah bahagia jelas terlihat di keduanya. Rio maupun Ify sama-sama menikmati sore hari ini, di pantai kuta.

“Fy..” Kata Rio.

Kini, mereka duduk di karang dekat tepi pantai. Ify menoleh ke arah Rio yang sedang menatapnya.

“Kenapa sih?” Tanya Ify.

“Kamu senang hari ini?” Tanya Rio. Pandangannya beralih melihat matahari yang sebentar lagi menghilang di ufuk barat. Rio suka melihat pemandangan senja.

“Iya Rio, Ify senang. Senang sekali.” Jawab Ify. Ia bersandar di bahu Rio.

“Rio juga senang.” Kata Rio.

Siapapun yang melihatnya akan merasakan kebahagiaan. RiFy, pasangan yang abadi. Ify ingin hari ini tidak berhenti. Ify ingin selama-lamanya ia berada di tempat ini, bersama Rio.

“I love you Fy..” Kata Rio.

“I love you too Rio..” Jawab Ify.

“Rio janji Fy nggak akan tinggalin Ify.”

“Iya, Ify pegang janji Rio.”

Suasana senja itu semakin gelap. Rio merangkul Ify agar gadis itu tidak kedinginan. Ify merasakan kehangatan ketika Rio merangkulnya. Rio... Aku mencintaimu...

“Fy, Rio mau nyanyi. Boleh kan?” Tanya Rio.

“Boleh.”

“Oke. Dengerin ya, Ify harus meresapi setiap lirik yang Rio nyanyiin. Eh, tapi lagunya pake bahasa inggris. Nggak papa ya?”

Ify mengangguk. Lalu, terdengar suara lembut Rio yang membuat air matanya tak berhenti turun. Ify menangis. Menangis karena bahagia.

Whenever I'm weary from the battles that rage
in my head
You make sense of madness when my sanity
hangs by a thread
I lose my way but still you seam to understand
Now and forever
I will be your man
Sometimes I just hold you
Too caught up in me to see I'm holding a fortune that heaven has given
to me
I'll try to show you each and every way I can
Now and forever
I will be you man
Now I can rest my worries and always be sure
That I won't be alone anymore
If I'd only known you were there all the me
All this time
Until the day the ocean doesn't touch the
sand
Now and forever
I will be your man
Now and forever
I will be your man’

“Gimana?” Tanya Rio.

“Ng.. Yo.. Ify...”

“Jangan menangis Fy..”

Lalu, Rio memeluk Ify. Sungguh, ia tidak mau kehilangan gadis ini. Ia sangat mencintai Ify. Ia tidak mau berpisah dengan Ify. Karena, Ia hanya untuk Ify dan Ify hanya untuknya. Rio selalu mengingat kalimat singkat itu.

***

Video itu berakhir diiringi lagu Now And Forever. Lagu itu adalah lagu favoritnya. Lagu yang hanya ia khusukan untuk Ify. Ify?

“Aku harus cepat-cepat membatalkan pernikaan itu!” Seru Rio.

“Be..Benarkah Yo?” Tanya Dea tidak percaya.

“Iya. Sekarang Rio sudah mengingat semuanya. Rio ingat semuanya De. Ayo kita kesana!”

Dea mengejar Rio dari belakang. Oh tidak! Jam ditangannya hampir menunjukkan pukul sebelas siang. Barangkali pernikahan itu sudah selesai.

“Cepetan ya Yo! Dea takut pernikahan itu sudah selesai!” Kata Dea sembari menaiki motor Rio.

“Iya. Pegangan yang erat ya, Rio mau ngebut.” Kata Rio lalu menancapkan gas dan motornya itu melaju dengan kecepatan penuh.

***

@pernikahan

Aku harus kuat! Batin Ify. Kini, ia duduk bersimpuh disamping Gabriel. Dihadapannya ada Ayahnya dan seorang penghulu ( Bener nggak? Aku nggak pernah liat orang nikah, cuman lihat resepsinya aja :D ). Ayolah Fy, bahagialah! Sebentar lagi kamu akan menjadi istri sah Gabriel. Bahagialah Fy!

Tidak jauh dari tempat itu, Shilla memerhatikan wajah sahabatnya, Ify. Sudah lama ia kenal Ify, dan ia tau apa yang dirasakan sahabatnya itu. Bukan perasaan senang atau bahagia. Bukan. Tapi perasaan sedih, frustrasi dan menyesal.

“Ify nggak akan pernah bahagia Kka..” Lirih Shilla.

“Benar. Tapi aku yakin Ify pasti bahagia. Lambat laun dia pasti mencintai Gabriel lagi. Bukannya Gabriel dulu pernah menjadi orang yang istimewa bagi Ify?”

“Iya sih, tapi aku nggak setuju gitu kalo Ify menikah sama Gabriel. Apalagi, ntar Ify diajak Gabriel tinggal di Makassar. Jujur, Shilla nggak setuju. Shilla kasian sama Ify dan keluarganya. Walau Ify punya kakak kandung sih, tapi kan kakak kandungnya tinggal di Sumatera. Harusnya Ify tinggal di Jakarta atau setidaknya masih berada di pulau Jawa, bukan di Sulawesi..”

Cakka tidak bisa berkomentar lagi. Ia biarkan Shilla menumpahkan segala unek-uneknya. Menurutnya sih itu semua salah Ify. Ify terlalu cepat mengambil keputusan. Lalu, yang terdengar hanya suara ayah Ify mengucapkan sebuah kalimat yang wajib dijawab oleh Gabriel.

***

Motor itu ngebut-ngebutan di tengah jalan raya yang lumayan macet. Tetapi Rio tidak peduli. Ia menganggap jalan raya ini sepi. Berkali-kali si pengemudi yang terkena ulah Rio menjadi kesal. Ditambah lagi, polisi sedang tidak berpatroli.

Di belakang, Dea memeluk Rio karena ketakutan. Ia berasa naik motor balap yang sering ia tonton di televisi. Jika ada polisi yang melihat, tentu mereka berdua ditangkap lalu dibawa ke kantor polisi. Ya, mudahan saja tidak ada polisi. Kalau ada, rencana menjadi hancur dan pernikahan itu tidak dibatalkan.

“Ayo Yo, cepat!” Kata Dea.

“Iya, ini udah kecepatan penuh.” Jawab Rio yang lagi konsen ke depan.

Lampu merah, dan motornya itu tidak berhenti. Dea menutup matanya. Hampir saja motor Rio menabrak truk pengangkut pasir. Untungnya dengan cekatan Rio mampu menghindari truk raksasa itu.

“Rio, kamu hebat banget! Kalo kita ketabrak truk itu gimana?” Tanya Dea kagum walau sedikit takut.

“Jangan banyak omong. Sebentar lagi kita sampai.” Kata Rio.

***

“Saya nikahkan kamu dengan putriku, Ify Alyssa dengan uang tunai sebesar lima puluh juta dan cincin emas di bayar tunai. ( Kalo salah setiap perkataannya dimaklumi aja ya :D )” Kata Ayah Ify.

Kata demi kata itu diucapkan dengan penuh kelantangan. Ify merinding mendengar Ayahnya mengucapkan kalimat itu. Tuhan.. Beberapa detik lagi aku akan menjadi istri Gabriel. Tuhan... Aku yakin bisa bahagia bersamanya. Ayo Yel, jawab! Jawablah dengan cepat!

“Saya..”

***
TBC....

Kalo ada yang aneh ato nggak nyambung komen ajj (:

Ohya, yang berbaik hati Follow ya twitter sayaa @Uny_Fahda19 , ntar tak folback (:

Kalo mau baca dari part awal buka aja ya blogku : http://risedirectioners.blogspot.com

Makasiiii (:

Please, Don't Forget Me! ( Part 29 )

Part 29

.

.

.

Pertama kali yang dilakukannya adalah berteriak seperti orang gila. Dea begitu terpukul mendapati sang kakak dipindahkan di ruang mayat. Tuhan.. Alvin meninggal? Cowok disampingnya mencoba menenangkannya.

“Tenang De.. Tenang..” Kata Rio.

Bagaimana ia bisa tenang? Lalu, Shilla dan Cakka menghampirinya. Wajah Shilla sama seperti dirinya. Sedih, karena kepergian seseorang yang mereka cintai.

“Shill.. Alvin tidak mati..” Kata Dea.

“Aku.. Aku..”

Belum ia menjawab, Shilla berlari meninggalkan tempat itu. Malam ini adalah malam terburuk. Shilla berharap semua ini hanyalah mimpi. Hanyalah mimpi. Dibelakangnya, ada seseorang yang mengejarnya.

“Shilla.. Tunggu!” Teriaknya. Shilla tau, suara itu adalah suara Cakka.

Hap! Cakka berhasil memegang tangan Shilla. Karena cengkraman itu sangat kuat, Shilla menyerah juga. Ia biarkan Cakka menghalangi rencananya.

“Jangan sedih Shill..” Kata Cakka.

“Iya Kka.. Shilla cuman shock saja..”

“Kamu jangan berpikiran macam-macam. Umurmu masih panjang.” Kata Cakka seperti mengetahui apa pikiran Shilla.

“Alvin...”

Tanpa ada rasa takut atau apa, Cakka memeluk erat tubuh Shilla. Sangat erat. Ia menyadari, bajunya basah karena air mata Shilla. Tapi Cakka membiarkannya.

“Shilla.. Jangan sedih Shill.. Disini ada Cakka yang selalu ada buat Shilla..” Lirih Cakka.

Suara itu sangatlah lembut. Dan pelukan yang ia rasakan adalah pelukan terhangat. Shilla merasakan titik-titik kebahagiaan. Ya, Cakka. Apa Cakka adalah seseorang yang selama ini
dicarinya? Apa Cakkalah cinta sejatinya? Entahlah...

***

Sekarang ia sendirian. Kedua orangtuanya entah pergi kemana. Kakak tercintanya telah meninggalkannya. Tidak ada siapapun yang menemaninya. Tidak. Bahkan ia malas bertemu Rio. Tapi untunglah Rio sedang tugas di Tangerang. Jadi, ia bisa sendiri.

Terakhir kali, ia mengusap batu nisan itu. Alvin.. Sedang apa kamu disana? Apa kamu bisa merasakan kesepian yang aku rasakan? Ia yakin sekali. Hidupnya tidak akan pernah bahagia. Ia dilahirkan sebagai orang yang menderita.

Setelah cukup berada di tempat itu, Dea bangkit. Sebelum pergi, ia mencium batu nisan itu. Berharap keajaiban Tuhan datang tepat pada waktu ini. Jika ia memiliki bola ajaib dan dapat mengabulkan satu permintaan, ia akan meminta Alvin kembali hidup dan tinggal bersamanya. Tapi, itu semua tidak mungkin terjadi. Ia terlalu banyak membaca dongeng. Ah ya, andai hidup ini seperti cerita dalam dongeng. Yang dapat memberi keajaiban yang mustahil.

Dea kembali ke rumahnya yang sepi. Di rumah itu, ia tidak akan pernah bisa lagi menemukan sosok kakak yang sayang padanya, kakak yang melindunginya, dan kakak yang selalu mendukungnya. Alvin, apa aku harus menyusulmu?

Pelan-pelan, dengan langkah tertatih-tatih, seperti kehilangan energi untuk berjalan, Dea masuk ke dalam kamar Alvin. Kamar itu sepi. Kamar itu tak berpenghuni. Dea mencoba tersenyum. Matanya pun terpusat pada lembaran kertas. Dea tertarik dan membaca tulisan kertas itu.

Apa? Alvin yang menulis semua ini? Apa ia sanggup membaca tulisan ini?

Dear Dea, my lovely sister

Setelah Dea membaca surat ini, mungkin Dea tak akan pernah lagi melihat wajah kakak. Maafkan kakak ya yang sudah merahasiakan penyakit kakak. Selama ini kakak membohongimu. Jadi, maafkan kakak yang bodoh ini.

Dea, kamu sekarang sedang apa? Jangan menangis ya, kakak tidak suka lihat adik kakak menangis. jadilah seorang gadis yang kuat dan tegar. Ohya, kakak menulis surat ini karena ada hal penting yang ingin kakak bicarakan ke kamu. Apa itu?

Ini semua tentang Rio.

Kamu salah Dea, kamu egois. Teganya kamu menghancurkan hubungan Rio dengan Ify. Jadi, rencana B mu itu yaitu membuat Rio lupa segalanya? Benarkah itu? Kalo iya, betapa jahatnya dirimu. Kakak tidak suka memiliki seorang adik yang berhati busuk.

Dea, kamu harus bertanggung jawab apa yang telah kamu perbuat. Segera lupakan Rio dan ingatkan Rio kembali. Kembalikan Rio pada Ify. Kakak yakin, kamu pasti bisa melakukannya.

Dan satu lagi. Sebenarnya kakak masih mencintai Shilla. Kakak tau balas dendam itu tidak baik. Masa lalu itu hanya masalah kecil. Jangan diambil hati. Sampaikan pada Shilla segala permintamaafan dari kakak. Bilang ke dia supaya menemukan sosok pengganti kakak yang lebih baik dari kakak. Kamu bisa kan melakukannya?

Intinya, kamu harus minta maaf sama Ify. Beri tahu Ify kalo Rio masih mencintainya. Kakak yakin, Ify pasti memaafkanmu. Kakak ingin sekali melihat Rio bahagia bersama Ify. Kamu harus merelakan semuanya. Kakak yakin, suatu hari nanti kamu mendapatkan seorang pangeran yang tak kalah baiknya dari Rio.

So, kamu mau kan melaksanakan permintaan kakak? Kalo kamu mau dan berhasil, disana nanti kakak tentu bahagia. Selamat tinggal Dea.. Suatu hari nanti kita pasti bertemu di dunia lain. Surga...

With Love, Alvin

Air matanya menetes membasahi pipinya. Oh, Alvin benar. Ia memang bodoh. Ia harus menyatukan Rio dengan Ify. Harus! Ia sudah tak peduli lagi dengan perasaannya. Mau cemburu kek, sakit hati kek, ia tak peduli. Segera Dea menelpon Rio karena Rio berada di luar kota.

“Permisi..” Kata sebuah suara dari luar sana.

Dea membatalkan untuk menelpon Rio. Lalu ia keluar dari kamar itu dan berjalan menuju pintu depan. Seseorang yang tidak dikenalnya memberinya sebuah undangan. Dea menerima undangan itu dan membacanya dengan baik-baik. Belum selesai dibaca, mendadak Dea berubah menjadi orang terbodoh di dunia. Ify dan Gabriel... Akan segera menikah? Lusa nanti? Now, apa yang harus ia lakukan? Membatalkan pernikahan itu tanpa ada alasan yang masuk akal?

Semuanya sudah terlambat. Terlambat untuk menyadarinya. Ify tidak mungkin kembali pada Rio karena sudah memiliki calon suami. Oh Fy.. Tapi, ia yakin. Yakin sekali. Ify tidak mungkin bisa bahagia hidup bersama Gabriel. Tidak! Karena, Rio hanya untuk Ify dan Ify hanya untuk Rio. Tugasnya sekarang adalah mengingatkan Rio kembali dan membatalkan pernikahan itu. Segera! Sebelum semuanya terlambat lagi.

***

Benarkah Ify akan menikah dengan Gabriel? Berulang kali ia membaca undangan itu. Tapi isinya sama saja. Shilla tidak tau apa jalan pikiran Ify. Bukannya Ify hanya mencintai Rio? Lantas, mengapa ia menikah dengan Gabriel? Shilla yakin Ify salah memutuskan suatu keputusan.

“Undangan itu ya?” Tanya Cakka mendekati Shilla.

“Eh Kka, iya. Ify aneh deh. Bukannya dia tidak bisa melupakan Rio?”

“Aku nggak tau. Mungkin Ify sudah bisa menerima keadaan. Aku yakin, Gabriel bukan lelaki sembarangan.”

Bukan lelaki sembarangan memang. Gabriel dulunya adalah mantan Ify. Artinya, mereka pernah menjalin suatu hubungan. Artinya, Ify pernah mencintai Gabriel.

“Ify pernah kok pacaran ama Gabriel, tapi sudah putus.” Kata Shilla.

“Oh, aku tidak yakin saat pernikaan nanti. Apakah wajah Ify terlihat bahagia atau tidak.”

“Aku juga. Ah, jangan dipikirin deh. Hidup-hidup Ify. Yang paling penting...” Shilla menggantungkan pembicaraannya. “Kapan nih kita nikah?”

Cakka tertawa mendengar ucapan Shilla. Lalu, dipeluknya tubuh gadis yang sanga ia cintai, Shilla.. Di belakang sana, seorang cewek tersenyum bahagia. Misinya selesai juga. Cakka dan Shilla bersatu dalam ikatan cinta.

‘Akhirnya, kalian menyatu juga..’

***

“Halo Rio.. Halo..” Kata Dea.

“Iya Dea, ada apa? Rio lagi sibuk.” Jawab suara disebrang sana.

“Kapan Rio balik ke Jakarta?”

“Mmm, mungkin lusa atau lebih.”

Apa? Lusa atau lebih? Tidak! Rio harus kembali ke Jakarta secepat mungkin. Rio harus mengingat semuanya. Rio harus membatalkan pernikahan itu.

“Apa Rio tidak bisa kembali besok?”

“Besok? Tidak bisa De, Rio banyak urusan disini. Memangnya ada apa?”

“Dea butuh bantuan Rio. Kalo Rio tidak kembali besok, Rio bakal menyesal seumur hidup.”

Ucapan Dea seperti ancaman baginya. Rio mendesah. Tugasnya disini masih banyak yang belum ia selesaikan. Tapi, ia penasaran juga. Apa benar jika ia tidak kembali besok akan menyesal seumur hidup?

“Baiklah De, secepatnya Rio kembali ke Jakarta.”

“Iya Rio. Pokoknya Rio harus kembali besok.”

“Tapi De, apa tidak bisa lusa? Mustahil sekali Rio kembali besok.”

Pernikahan itu dilaksanakan lusa nanti pada jam sebelas siang. Boleh-boleh saja Rio kembali lusa nanti asalkan tidak melebihi jam sebelas atau menyesal seumur hidup.

“Lusa boleh-boleh saja. Asalkan sebelum jam sebelas siang. Gimana? Atau Rio menyesal seumur hidup.”

“Ntar Rio usahain datang pagi-pagi. Memangnya ada apa sih De? Kenapa Rio harus kembali secepat mungkin?”

Tidak mungkin sekali ia menjelaskan yang sebenarnya. Jika ia jelaskan yang sebenarnya, tentu Rio menganggap hal itu biasa saja.

“Pokoknya Rio harus kembali secepat mungkin! Titik!”

Sambungan diputuskan. Rio berusaha menelpon Dea tapi Dea tidak mengangkat. Lalu, sebuah suara menyadarkannya.

“Bagaimana? Apa kita bisa melanjutkan rapat penting kita?”

***

Malam ini adalah malam terakhir baginya. Besok, tepatnya pukul sebelas siang, pernikahan itu dilaksanakan, dan ia tidak bisa menolak atau membatalkan. Ah Fy, bukannya kamu sudah siap menghadapi hari esok? Bukannya kamu sudah siap menjadi istri Gabriel besok?

Undangan pernikahan sudah disebarkan. Rio pun turut ia undang. Tapi kata Shilla, Rio sedang ada tugas di luar kota. Tidak tau kapan kembalinya. Ya, dan ia tak akan pernah lagi melihat wajah Rio. Tidak akan pernah lagi. Rio sedang sibuk di luar sana. Ya, kabar baik Rio tidak hadir di acara pernikahannya, agar air mata kesedihan tidak ia tampakkan.

Jam dinding menunjukkan pukul sebelas malam. Matanya belum mengantuk. Ia yakini malam ini terkena insomnia. Padahal, besok pagi ia harus bersiap-siap. Oh, adakah keajaiban yang datang besok? Tidak! Pernikahan itu tidak boleh dibatalkan. Ia sudah bersumpah. Dan ia tak mau membuat Gabriel sedih. Ify tau, malam ini Gabriel tidur dengan senyuman kebahagiaan. Oh, apa aku salah memutuskan?

Berkali-kali ia mencoba memantapkan hati. Ify, kamu harus bisa. Gabriel adalah lelaki yang dikirimkan Tuhan untukmu. Bukan Rio. Jadi, lupakanlah Rio walau kamu masih mencintainya. Ya, Ify yakin. Hidupnya di Makassar nanti pasti bahagia. Ify berjanji untuk tidak bersedih lagi.

Oh ayolah mata, ngantuklah.. Kedua matanya itu sulit terpejam. Sekarang, apa yang harus ia lakukan agar matanya mengantuk? Baca novel? Main laptop? Mandanginpemandangan malam yang gelap gulita? Jawabannya mungkin yang pertama. Ia lupa belum menyelesaikan novelnya yang berjudul Golden Bird karya Luna Torasyngu. Itu novel temanya bukan cinta, walau ada cintanya juga sih. Tapi mengenai tema tentang misteri rahasia negara. Waw! Ify suka baca novel tentang misteri itu.

Akhirnya, belum lima belas menit, matanya mulai merasakan kantuk yang dahsyat. Ify tersenyum. Untuk bisa cepat mengantuk yaitu membaca novel. Ia pun meletakkan novel di atas mejanya lalu tertidur lelap.

***

“Bagaimana Fy? Apa kamu siap menjadi istri Gabriel?” Tanya sebuah suara asing. Ify menoleh, mencari dimana suara itu berasal.

“Siapa? Siapa yang berbicara?” Takut Ify.

“Kau tidak perlu tau siapa aku. Yang harus kau lakukan adalah menjawab pertanyaan tadi.”

“Mmm, aku siap kok. Siap dengan segala resiko. Mana mungkin aku membatalkan pernikahan itu. Tidak! Aku tidak mau membuat Gabriel sedih karena aku membatalkan pernikahan itu.”

“Tapi, bukannya kamu sendiri yang memutuskan pernikahan itu? Bukannya kamu sendiri yang meminta pernikahan itu? Kamu salah pilih Alyssa..”

Salah pilih? Salah memutuskan? Apa iya aku salah memutuskan? Oh, memang benar. Waktu itu, ia begitu tertekan. Segala emosi, marah, kesal, sedih, putus asa menjadi satu. Karena itulah ia memutuskan menerima Gabriel dan mempercepat pernikahan.

“Aku memang salah pilih, tapi aku tidak peduli.” Kata Ify.

“Kamu salah besar. Lihat, siapa yang datang ini!”

Seseorang muncul tak jauh dari tempatnya berdiri. Ify mencoba menganggap orang itu hanya fatamorgananya saja. Tapi tidak. Orang itu nyata! Orang itu tepat berdiri disampingnya.

“Selamat ya Fy, semoga kamu bahagia bersama Gabriel...” Ucap orang itu yang tak lain adalah Rio.

“Rio..”

Ingin sekali ia memeluk lelaki itu. Tapi, ia tidak mampu. Ia tidak bisa melakukannya. Bayangan Gabriel hadir di pelupuk matanya secara tiba-tiba. Dan, terlihat wajah sedih Gabriel. Sedih karena dijadikan pelampiasan cinta olehnya.

“Tidak! Aku tau kamu Rio. Tapi aku sudah bersumpah untuk tidak mencintaimu lagi. Kamu yang salah. Teganya kamu melupakanku. Aku benci kamu Yo..”

Rio tidak kaget atau apa. Ia cuman tersenyum kecil saja. Memang, semua ini adalah salahnya. Salahnya karena telah melupakan Ify. Tapi, bukan hatinya yang melakukan.

“Baiklah. Aku pantas mendapatkannya. Semoga kamu bahagia bersama Gabriel...”

Setelah mengucapkan kalimat itu, Rio pun menghilang. Dan yang Ify lihat adalah bayangan hitam yang memasuki celah-celah tubuhnya. Bayangan hitam yang membuatnya tidak sadarkan diri.

***

“RIOO !!!” Teriaknya. Keringat membanjiri wajahnya. Ify bangun dari mimpi buruk. Oh, hanyalah mimpi.

“AAAA !!!”

Jantungnya ingin saja loncat melihat jarum pada jam dindingnya. Pukul sembilan pagi? Setelat inikah ia bangun? Mengapa tidak ada yang membangunkannya? Tiba-tiba pintu kamarnya terbuka.

“Siap-siap Fy..”

***

Berkali-kali ia menelpon Rio. Dan berkali-kali juga operator mengatakan, ‘nomor yang anda tuju sedang tidak aktif. Cobalah beberapa saat lagi.’ Argh, Rio... Kenapa kamu matikan Hpmu di saat yang singkat ini? Jam di tangannya menunjukkan pukul sembilan, dan acara pernikahan itu di mulai pukul sebelas. Berarti tinggal dua jam lagi kesempatannya.

Datang Yo.. Datang.. Dea frustrasi. Rio tidak kunjung datang. Padahal Rio berjanji untuk datang pagi-pagi. Tapi ini apa? Jam sembilan bukan pagi lagi. Apa.. Apa ada sesuatu yang menghalangi lelaki itu datang kemari? Apa Rio...

Dea membuang pikiran negatifnya. Ia yakin keadaan Rio baik-baik saja. Jakarta-Tangerang itu menurutnya tidak terlalu jauh. Dea yakin Rio baik-baik saja dan datang kemari sebelum jam sebelas siang.

KREK !!!

Pintu rumahnya terbuka dan ia mendadak kaget.

***
TBC....

Kalo ada yang aneh ato nggak nyambung komen ajj (:

Ohya, yang berbaik hati Follow ya twitter sayaa @Uny_Fahda19 , ntar tak folback (:

Kalo mau baca dari part awal buka aja ya blogku : http://risedirectioners.blogspot.com

Makasiiii (:

Jumat, 02 Agustus 2013

Please, Don't Forget Me! ( Part 28 )

Part 28

.

.

.

Di dalam ruangan 4F, seorang cewek menangis tersedu-sedu. Siapapun yang melihatnya, pasti ikut menangis. Hal ini juga dirasakan oleh cewek yang bernama Shilla. Sekarang ia tau. Sekarang ia sudah menemukan jawabannya. Alvin... Jadi selama ini kamu... Kamu terbaring di ranjang rumah sakit? Kenapa kamu tidak bilang ke aku?

Melihat siapa yang datang, wajah Dea berubah menjadi ganas. Orang itu, mengapa bisa ada disini? Ia hanya ingin sendiri. Dea tidak suka melihat kedatangan Shilla.

“Mau apa Lo kesini?” Bentak Dea. Shilla mundur dua langkah.

“Aku.. Alvin..”

“Alvin? Lo puas lihat kakak gue menderita?”

Kamu salah Dea.. Aku sedih melihat Alvin dalam keadaan seperti ini. Kenapa kamu tidak memberitahuku sejak kemarin-kemarin? Zevana menarik tangannya pertanda sebaiknya meninggalkan tempat ini. Tapi Shilla menolak.

“Alvin kenapa De? Alvin sakit apa?” Tanya Shilla. Air matanya mulai menyeruak turun. Zevana yang tadi cuek saja ikutan simpati. Ia tau, cowok yang sedang terbaring itu mantan Shilla. Mantan yang ia yakini masih dicintai sepupunya itu.

“Alvin.. Alvin.. Dia..”

“Alvin kenapa Dea? Alvin kenapa? Dia baik-baik aja kan?” Kata Shilla dengan nada ditinggikan.

Belum sempat Dea menjawab, terdengar lirihan suara. Suara yang sangat ia rindukan. “Shilla..”

***

Undangan sudah disiapkan, tinggal disebarkan saja. Baju pengantin juga sudah disiapkan. Ketika melihat wajahnya di depan cermin dengan gaun itu, air matanya mulai turun. Tidak. Bukan air mata bahagia. Tapi air mata kesedihan. Seharusnya yang keluar adalah air mata kebahagiaan. Bukan kesedihan.

Gaun cantik berwarna putih ini adalah pemberian dari calon suaminya-Gabriel-yang dibeli di Toko Shivers-toko milik Shilla-dengan harga cukup murah. Gabriel mendapat diskon dari Shilla. Mungkin sekitar tiga puluh persen.

Bahagialah Fy.. Sebentar lagi kamu memiliki suami.. Lupakan Rio, lupakan.. Dia adalah masa lalumu. Ify mencoba untuk tersenyum. Ia harus kuat. Ia tidak boleh menangis lagi. Bukannya ia berjanji untuk tidak menangisi Rio?

“Manis..” Kata seseorang.

“Gabriel?”

Gabriel mendekati Ify, lalu merangkul Ify. Hari ini, ia begitu bahagia. Sangat bahagia. Gadis yang ia cintai sekarang sudah menjadi miliknya. Semoga saja pernikahan nanti berjalan lancar. Ia takut. Sesuatu yang menghancurkan pernikahan itu.

“Gimana? Kamu siap nggak lusa?” Tanya Gabriel. Ia mempererat rangkulannya.

“Ify siap kok.” Jawab Ify tersenyum. Tentu senyum yang ia paksaan.

“Perfect. Kamu akan jadi milikku Fy.. Selamanya..”

Selamanya? Selamanya ia menjadi milik Gabriel? Adakah kalimat lain yang lebih baik dari kalimat itu? Fy, kamu salah memberi keputusan. Seharusnya kamu menolak cinta Gabriel dan menjomblo seumur hidup. Tapi.. Ify tidak mau membatalkan pernikahan ini. Ia tidak mau membuat Gabriel sedih. Biarlah dirinya sendiri yang merasakan kesedihan, asalkan Gabriel bahagia.

“Ohya, gaunmu bagus banget. Shilla yang memilih gaun itu. Katanya itu rancangannya. Shilla hebat ya.” Kata Gabriel.

Ify tidak menanggapi ucapan Gabriel. Pandangannya kosong ke arah cermin besar itu. Ekspresi kesedihan ia tunjukan di cermin itu. Sebenarnya Gabriel tau, ia tau Ify masih mencintai Rio. Lalu, mengapa Ify mau menerima cintanya dan mempercepat pernikahan?

“Fy, kamu yakin masih mencintai Rio?” Tanya Gabriel.

“Eh..” Ify kembali sadar. Sial! Gabriel dapat menebak bahwa ia sedang sedih karena Rio. “Mmm, iya sih, tapi lambat laun Ify bisa melupakan Rio. Makanya, buat Ify jatuh cinta Yel..”

“Sama siapa?” Goda Gabriel.

“Sama siapa ya..” Ify sengaja berpikir-pikir. Dan saat itulah, Gabriel mencium pipinya. Mendadak Ify kaget. Baru kali ini ia dicium laki-laki selain Ayahnya. Oh, tapi kan, itu cuman ciuman pipi. Jadi tidak bisa dikatakan sebagai ciuman pertamanya.

“Kaget ya?” Tanya Gabriel.

“Mmm, iya sih.. hehe..”

Lihat! Gabriel begitu bahagia. Ia ingin sekali bahagia seperti Gabriel. Tuhan... Buat aku bahagia walau tidak bersama Rio, buat aku bahagia bersama Gabriel. Ify yakin. Ia pasti bisa bahagia bersama Gabriel. Yakinlah Fy, kamu pasti bisa bahagia!

***

Malam ini, Shilla menemani Alvin, setelah memaksakan Dea istirahat di rumahnya. Kemarin, Alvin sudah sadar. Tapi cuman sebentar saja. Dan ia sekarang tau penyakit apa yang diderita Alvin. Oh.. Seandainya aku tau dari awal..

Ohya, Cakka sudah diperbolehkan pulang berhubung keadaannya baik. Cakka cuman pingsan saja. Dokter menasehatinya supaya tidak berpikir terlalu keras. Tangan Shilla memegang jemari tangan Alvin yang dingin. Oh Vin.. Sadarlah..

“Shilla..” Kata seseorang. Shilla menoleh ke belakang.

“Cakka? Kenapa kesini? Bukannya kamu harus istirahat?” Tanya Shilla bingung. Cakka mendekati Shilla.

“Aku khawatir padamu.” Kata Cakka lembut.

Baru pertama kalinya Shilla melihat Cakka setenang ini. Cakka tidak cemburu atau apa, dan Shilla yakin. Pasti semua ini karena Zevana. Zevana telah merubah Cakka menjadi cowok normal. Maksudnya berani menghadapi cinta dan cemburu.

“Dia sadar Shilla...” Kata Cakka.

Tangan itu bergerak secara perlahan, lalu tangan itu menggenggam tangan Shilla. Kedua matanya pun terbuka. Yang ia lihat adalah seorang cewek cantik yang sangat ia rindukan. Shilla..

“Kau sadar Vin!” Kata Shilla senang.

 Sementara Cakka diam melihat pemandangan itu. Menurutnya, Shilla sangat mencintai cowok itu dan ingin bersama cowok itu. Kalau itu memang takdir, Cakka menerimanya tanpa ada beban sedikitpun. Banyak pelajaran yang ia ambil dari Zevana. Dan ia berjanji akan mencari cintanya.

“Shilla..” Lirih Alvin.

“Iya Vin, ini aku, Shilla.” Kata Shilla.

Sekuat tenaga ia mengumpulkan seluruh penglihatannya. Setelah ia rasa cukup, Alvin tersenyum. Tuhan masih mengizinkannya melihat Shilla, sebelum ia benar-benar meninggalkan tempat ini.

“Alvin cinta Shilla.. Ma..Maaf.. Al..Alvin mutusin Shi..Shilla..”

“Iya Vin iya, Shilla juga masih mencintai Alvin. Alvin harus sembuh.”

Shilla membelai rambut Alvin dan terus menatap Alvin dengan senyuman termanisnya. Cowok disampingnya terharu melihat pemandangan itu. Shilla.. Aku yakin Alvin sembuh, aku mendukung hubungan kalian.. Aku janji kok tidak akan cemburu..

“Maafin Alvin ya Shilla ka..kalo Alvin pu..punya banyak sa..salah sama Shilla..”

“Iya Vin. Alvin janji ya sembuh. Setelah itu Alvin harus jadi pacar Shilla. Sama seperti dulu. Alvin mau kan?”

‘Aku mau Shilla, aku mau..’ Alvin tidak kuasa mengatakan kalimat itu. Baginya, umurnya ini tidak lama lagi. Ia lelah menjalani hidup di dunia ini. Maafin aku Shilla.. Aku harus meninggalkanmu..

“Mmm, Shilla keluar dulu ya, ntar Shilla balik lagi. Ohya, ini Cakka, teman Shilla.” Kata Shilla.

***

Tut..Tut..Tut..

“Halo?” Terdengar suara disebrang sana. Ia jadi lega.

“Bagaimana keadaan Alvin?” Tanyanya.

“Baik. Tadi dia sadar.”

Dalam hati, ia bersyukur. Tuhan baik padanya, dan ia merasa jahat pada Tuhan. Oh, apa aku harus memberitahu kepada Rio yang sebenarnya? Haruskah?

“Oh, syukurlah. Aku yakin Alvin sembuh.”

“Iya, aku..”

Tut..Tut..Tut..

Sambungan diputuskan. Mengapa Shilla memutuskan panggilannya? Perasaannya menjadi tidak enak. Alvin.. Apakah dia...

***

“Shilla.. Alvin..” Teriak Cakka. Shilla yang sedang telponan secara refleks menekan tombol merah. Ia penasaran sekali apa yang terjadi di dalam ruangan itu.

“Alvin kenapa?” Tanya Shilla.

Cakka menggeleng. Padahal ia tau apa yang terjadi dengan Alvin. Shilla pun melihat keadaan Alvin. Sama seperti tadi. Tapi.. tapi...

***

“Ayo angkat.. ayo angkat..”

Argh! Dea frustrasi. Shilla tidak mau mengangkat telponnya. Shilla.. Apa yang terjadi pada Alvin? Perasaannya menjadi tidak enak.

“Dea!” Teriak seseorang.

“Rio? Alvin..”

“Alvin... Dia..”

***
TBC....

Kalo ada yang aneh ato nggak nyambung komen ajj (:

Ohya, yang berbaik hati Follow ya twitter sayaa @Uny_Fahda19 , ntar tak folback (:

Kalo mau baca dari part awal buka aja ya blogku : http://risedirectioners.blogspot.com

Makasiiii (:

Please, Don't Forget Me! ( Part 27 )

Hy all !!!

Ini part 27 nyaaa....

Maap kalo ceritanya kurang bagus :)




Part 27

.

.

.

“Aku cinta kamu Shilla..”

Terjawab sudah. Cakka berhasil mengatakan perasaannya yang sebenarnya. Ia mencintai Shilla. Sejak pandangan pertama, dulu. Sekarang, yang menjadi masalahnya, apa Shilla juga mencintainya? Tapi kata Zevana, tentu Shilla menerima cintanya. Mana ada sih cewek yang menolak cinta dari cowok tampan seperti dirinya? Tapi ia tidak yakin. Cakka tidak yakin dengan dirinya sendiri. Ah, biarlah. Terpenting ia sudah menyatakan perasaannya.

“Kamu...” Shilla bingung mau jawab apa. Ia sendiri tidak tau apa yang ia rasakan. Apakah senang atau tidak?

“Maaf ya lancang.” Kata Cakka.

“Oh, nggak papa kok.” Kata Shilla.

“Jadi.. Jadi bagaimana pendapatmu?” Tanya Cakka.

“Pendapat apa?”

“Mmm, entahlah.”

Sepertinya, Shilla tidak tertarik padanya. Cakka ingat. Dulu, Shilla pernah memarahinya karena ia telah memecahkan permata itu. Apa karena hal itu Shilla sampai sekarang membencinya? Apa lebih baik membahas tentang pecahan permata itu?

“Shill..”

“Ya?”

“Apa.. Apa kamu masih ingat permata yang dulu aku pecahkan itu?”

Wajah Shilla berubah menjadi pucat. Pecahan permata... Alvin... Seseorang yang masih dicintainya? Argh! Kenapa Alvin datang di waktu yang tidak tepat?

“Shill..”

“Oh, ya ya. Permata itu emang pecah.” Jawab Shilla.

“Kamu masih ingat kalo aku yang pecahin permata itu?”

“Mmm.. Iya. Tapi udah nggak apa-apa. Permata itu nggak berharga lagi.”

“Maaf ya..”

“Nggak papa kok Kka, kamu nggak salah. Waktu itu aku sedang kesal. Tapi lama kelamaan aku baik-baik aja. Memang sih permata itu sangat berharga, tapi itu dulu. Sekarang tidak.”

Syukurlah, batin Cakka. Tapi ia masih penasaran dengan permata itu. Dulu, ia sanggup mengganti permata itu dengan permata yang lain. Tapi Shilla keburu pergi.

“Memangnya, siapa yang memberimu permata itu?” Tanya Cakka.

Shilla tidak langung menjawab. Ia teringat Alvin. Sedang apa dia sekarang? Kabar Alvin sudah tak dapat ia lacak. Di rumah Alvin sepi. Ia tidak pernah melihat Alvin ataupun Dea. Apa mereka sudah pindah rumah?

“Alvin. Mantanku.” Jawab Shilla akhirnya.

“Ooo, maaf ya. Kamu pasti masih mencintai mantanmu itu.”

Tiba-tiba nyalinya menciut. Ya, mengapa ia tidak pernah memikirkan hal itu? Shilla pasti memiliki seseorang yang dicintainya yang ia yakini bukan dirinya. Cakka begitu menyesal mengucapkan tiga kata tadi.

“Tidak. Aku tidak mencintainya lagi.” Jawab Shilla. Tapi jujur, ia masih mencintai Alvin. Shilla tidak bisa membohongi perasaannya.

“Kenapa? Aku saja masih mencintai mantanku.” Kata Cakka.

Hei! Kenapa jadi lari ke Oik sama Agni? Cakka yakin dua mantannya itu bahagia. Oik bahagia di alam sana dan Agni mungkin sudah menikah dan hidup bahagia. Ah Kka, andaikan kamu tidak terlambat menyatakannya.

“Dia yang putusin aku. Selama ini dia hanya pura-pura mencintaiku. Tentu aku pantas membencinya. Padahal, hubungan kami sangat lama. Ya, mungkin dia bukan jodohku.”

“Oh, maaf ya mengingatkanmu dengan dia. Aku juga begitu sedih mengingat dua mantanku. Apalagi Oik. Dia sudah meninggal.”

“Tidak apa. Kok kita ngomongin soal mantan ya? Sebenarnya kamu mau bilang apa? Katanya penting.”

Shilla seakan-akan menyuruhnya mengatakan hal itu. Tentu Cakka tidak berani. Mulutnya tak sanggup lagi mengatakan tiga kata itu. Ya Kka, kamu memang tidak pantas dicintai. Kamu harus siap hidup sendiri, tanpa seorang wanita. Itulah takdir yang harus kamu terima.

“Oh tidak. Ohya, kita pulang saja ya. Besok aku harus kerja.” Kata Cakka akhirnya. Shilla mengangguk meski ia rasa ada sebuah keinginan Cakka yang belum disebutkannya. Apa itu? Aku cinta kamu? Shilla yakin. Tadi Cakka cuman bercanda.

***

Hanya Dea katanya yang dipercayainya. Hanya Dea, orang yang sangat ia percayai. Jadi, Rio hanya mempercayai omongan Dea? Fy, ingat, sebentar lagi pernikahan itu dilangsungkan. Lupakan Rio. Rio adalah masa lalumu, dan Gabriel adalah masa depanmu. Undangan pernikahan sudah dibuat. Jadi tinggal disebarkan saja. Oh...

Drtrdrtrdrt...

Message From : Iyel

Sayang.. lg apa??? :*

Dari Gabriel. Ify berharap pesan itu dari Rio. Ah Fy, bukannya kamu berjanji untuk melupakan Rio?

Message To : Iyel

Lg mikirin kmuuu :*

Disebrang sana, Gabriel tertawa ngakak. Ify.. Kamu sudah kembali seperti Ify yang dulu. Ify yang ceria. Fy.. aku janji akan membahagiakan kamu.

Message From : Iyel

Ahaha.. tebakan q bnr juga. Aq kn cakep, kmu gg bsa brhenti mikirin tampang aq itu. Hahaha :D

Gabriel... Maafin aku, maaf. Aku tidak rela meninggalkan Rio. Tidak. Sekarang kamu merasa aku sudah dapat melupakan Rio. Maaf Yel, tapi aku janji untuk nggak nangis lagi. Aku harus bisa mencintaimu.

“Ify..” Kata Mama.

“Ya Ma? Ada apa?”

Mama mendekati Ify dan duduk disamping Ify. Ia membelai rambut putrinya itu. Sebenarnya, Mama nggak setuju Ify dibawa ke Makassar sama Gabriel. Tapi demi kebahagiaan putrinya itu, ia sanggup melakukan apa saja.

“Kamu siap menjadi istri Gabriel?” Tanya Mama.

“Iya Ma.” Jawab Ify.

“Bohong. Kamu pasti masih mencintai Rio.”

Tebakan yang benar. Ia masih mencintai Rio. Tapi, pernikahan itu tidak boleh dibatalkan. Pernikahan itu harus dilaksanakan. Ify tidak mau membuat Gabriel sedih karena ia membatalkan pernikahan itu.

“Tidak Ma. Rio sudah bahagia sama Dea.”

“Ya sudah. Mama ingin kamu tersenyum. Belakang-belakangan ini, Mama jarang lihat kamu senyum. Ada apa?”

“Tidak Ma. Ify baik-baik aja.”

Ify pun mencoba tersenyum. Senyuman yang dipaksakan. Tuhan... Kalau begini caranya, lebih baik aku mati. Aku tidak sanggup Tuhan menjalani hidup ini. Aku tidak sanggup. Rio... Selamat tinggal..

***

“Apa?”

Zevana kaget mendengar penjelasan Cakka. Jadi, Cakka memutuskan mundur saja? Dan memilih menjomblo seumur hidup? Pilihan yang salah. Sangat salah.

“Pak.. Maaf Pak, bapak jangan mundur gitu saja. Gini saja, saya yang akan menjelaskannya pada Shilla. Saya yakin Shilla mencintai bapak.”

“Terserah kamu. Yang penting saya tidak ada hubungannya lagi sama sepupumu itu. Baiklah. Selamat sore..”

Tut...Tut...Tut...

Sambungan diputuskan. Zevana menelpon Cakka kembali. Tapi hasilnya nihil. Nomor HP Cakka tidak bisa dihubungi. Ia pun membanting HPnya keras-keras. Cakka... Kamu harus sama Shilla... Aku yakin kalian adalah pasangan sejati...

Sementara Cakka, ia melempar HPnya asal. Lalu ia rebahan di kasurnya. Pertemuan kemarin adalah pertemuan terburuk. Artinya, ia masih trauma menghadapi cinta. Oh, seharusnya kamu tak usah mengajak Shilla waktu itu.

Matanya pun melihat dua buah bingkai cantik. Disana, ada foto dua mantannya. Oik dan Agni. Oh, mengapa ia masih menyimpan foto itu? Cakka mengambil dua bingkai foto itu. Ia memandangi kedua foto itu.

“Kalian.. Kalian..”

PLANG !!!

Hancur sudah dua bingkai itu. Tuhan... Mengapa begini takdirku? Kau ingin aku menderita. Ya, aku memang menderita. Pertama, aku tidak tau siapa orangtuaku. Kedua, aku ditinggalkan oleh dua mantanku itu. Ketiga, mengapa aku jadi trauma dengan cinta? Mengapa? Bukannya cinta itu indah? Tapi aku tidak merasakan keindahan itu.

“Shilla... Aku... Aku cinta kamu..”

Setelah mengucapkan kalimat singkat itu, ia pun tak sadarkan diri.

***

“Ayolah Shill.. Kamu suka Cakka kan?” Desak Zevana.

“Kak, Shilla nggak tau.” Jawab Shilla.

“Kenapa nggak tau? Cakka itu cinta sama kamu. Dia mundur karena kamu nggak jawab perasaannya.”

“Nggak jawab apa? Cakka cuman bilang ‘aku cinta kamu’ aja. Bukan ‘mau nggak kamu jadi pacarku’.”

“Ya tapi, Cakka itu suka sama kamu Shilla... Terimalah cinta Cakka..”

Shilla tidak sanggup lagi berdebat sama Zevana. Memikirkan masalah Cakka membuat kepalanya pusing. Kalo Cakka suka padanya, ya boleh-boleh saja. Tapi ia nggak tau suka Cakka atau tidak. Shilla masih mencintai Alvin walau membencinya. Sekarang, yang ia lakukan adalah mencari Alvin.

“Tapi Alvin kak.. Shilla..”

“Alvin? Mantanmu itu? Sebaiknya kamu lupakan dia. Ngapain kamu mengingat mantanmu itu? Aku aja udah lupa sama mantan-mantanku...”

‘so,get out get out get out of my head..’

HPnya berbunyi. Zevana melihat layar HPnya. Sebuah nomor asing menelponnya. Karena penasaran, Zevana menerima panggilan dari nomor itu.

“Ya.. Hallo? Siapa? Adik Cakka? Apa? Rumah sakit rise sentausa? Oke, aku akan segera kesana.”

“Siapa?” Tanya Shilla.

“Rio. Katanya, Cakka sedang ada di rumah sakit. Ayo!” Jawab Zevana panik. Shilla pun ikutan panik. Tuhan... Semoga Cakka baik-baik saja.

@RS Rise Sentausa

Dua cewek itu berlari mencari ruang 4E. Sesampai di ruang 4H, mereka segera masuk. Mereka penasaran betul dengan keadaan Cakka. Di dalam ruang itu, mereka melihat seorang cowok yang panik. Shilla mengenali cowok itu.

“Kamu Shilla kan?” Tanya Rio.

“Ya. Ada apa?” Jawab+Tanya Shilla.

“Itu, tadi Cakka menyebut namamu. Mungkin lebih dari sepuluh kali. Setelah itu dia nggak bicara lagi.” Jelas Rio.

Shilla mendekati Cakka. Cowok itu terbaring tak sadarkan diri di ranjang rumah sakit. Perlahan, Shilla memegang tangan Cakka. Ajaib! Tangan itu bergerak. Tangan itu menggenggam tangan Shilla.

“Shilla..” Lirih Cakka.

“Ya Kka? Ini aku, Shilla.” Kata Shilla. Sungguh, ia begitu khawatir melihat keadaan Cakka. Ia takut, ia kehilangan Cakka.

“Shilla.. Cakka cinta Shilla..”

Bukan pertama kalinya Cakka mengatakan kalimat itu. Cakka.. Apakah kamu memang mencintaiku? Apa kemarin itu kamu tidak bercanda?

“Iya.. Shilla juga cinta Cakka. Makanya Cakka cepat sembuh. Ayo, buka matamu.” Kata Shilla. Ia memang tidak bohong. Ia memang mencintai Cakka. Bahkan dulu.. Ia bukan hanya ngefans sama Cakka. Tapi ia menyukai Cakka.

Perlahan, kedua mata itu terbuka. Pertama kali yang ia lihat adalah wajah seorang gadis cantik yang sangat ia cintai. Shilla.. Aku mencintaimu...

“Shilla..” Lirih Cakka.

“Iya, ini aku, Shilla.” Jawab Shilla tersenyum. Cakka pun ikutan tersenyum.

“Aku cinta kamu Shill.. Kali ini aku tidak salah pilih orang. Kamulah bidadari yang dikirimkan Tuhan untukku. Kamu mau kan menemaniku selamanya?”

Andai aku bisa menjawab ‘iya’. Alvin... Bayangan cowok itu kembali hadir di waktu yang tidak tepat. Oh Vin, dimana kamu? Aku tidak tenang kalo aku belum mengetahui kabarmu. Tapi, melihat keadaan Cakka, Shilla kasian. Tuhan... Apakah Cakka jodohku? Benarkah Tuhan Cakka jodohku?

“I..Iya Kka.. Shilla mau kok..” Shilla menjawab walau sedikit ragu.

Cakka tersenyum mendengar jawaban Shilla. Di belakang sana, Zevana melihatnya sambil tersenyum. Yeah! Berhasil juga! Semoga kalian bisa menyatu. Aku ingin melihat kalian bersanding dipelaminan nanti. Rio pun tak kalah senangnya. Ia jadi teringat Dea. Kapan ya ia menikahi gadis itu? Rio tak henti-hentinya tersenyum.

“Mmm, Shilla balik dulu ya. Ntar Shilla kesini lagi.” Kata Shilla.

“Iya. Hati-hati ya, Cakka baik-baik saja disini.” Jawab Cakka.

Shilla dan Zevana meninggalkan ruangan itu. Kalau memang benar Cakka adalah jodohnya, apa salahnya juga ia menerima cinta Cakka? Ya, Shilla tidak boleh terus-terusan menangis karena Alvin. Disampingnya ada Zevana yang selalu mendukungnya.

Mereka pun melewati ruang demi ruang. Tepat di luar ruangan 4F, Shilla mendengar sebuah tangisan. Tangisan yang tidak pernah ia dengar. Sebuah tangisan yang langka. Karena penasaran, Shilla memasuki ruangan itu. Zevana ikut-ikutan karena penasaran melihat tingkah Shilla tadi.

Dan... Sekarang ia tau. Ia tau siapa yang menangis itu.

***
TBC....

Kalo ada yang aneh ato nggak nyambung komen ajj (:

Ohya, yang berbaik hati Follow ya twitter sayaa @Uny_Fahda19 , ntar tak folback (:

Kalo mau baca dari part awal buka aja ya blogku : http://risedirectioners.blogspot.com

Makasiiii (: